0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
265 tayangan8 halaman

Laporan Fitokimia BKO

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 8

IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA OBAT DALAM JAMU

I. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami cara identifikasi senyawa kimia yang
mungkin terdapat pada sediaan jamu
2. Mahasiswa dapat mengekstrasi dan mengidentifikasi bahan kimia obat
dalam jamu
3. Mahasiswa memahami pengaruh perbedaan fase gerak terhadap nilai Rf

II. Dasar Teori


Obat tradisional merupakan produk yang dibuat dari bahan alam yang
jenis dan sifat kandungan sangat beragam sehingga untuk menjamin mutu
obat tradisional diperlukan cara pembuatan yang baik dengan lebih
memperhatikan proses produksi dan penanganan bahan baku.
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian atau galenik, atau
campuran dari bahan tersebut, yang secara turun menurun telah digunakan
untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Jamu adalah obat tradisional
Indonesia.
Bahan baku adalah simplisia, sediaan galenik, bahan tambahan atau
bahan lainnya, baik yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat, yang
berubah maupun yang tidak berubah, yang digunakan dalam pengolahan
obat tradisional.
Berdasarkan pengertian tersebut jelas bahwa obat tradisional yang
diproduksi harus memiliki mutu yang baik guna memenuhi persyaratan
keamanan dan khasiat, namun tidak diperbolehkan adanya senyawa kimia
lain untuk meningkatkan khasiatnya. Oleh karena itu produk-produk obat
tradisional yang beredar harus bebas dari senyawa kimia dalam sediaannya.
III. Alat dan Bahan
Alat :
 Bejana kromatografi  Gelas ukur
 Cawan penguap
 Lampu UV
 Corong
 Kertas kromatografi
 Alat saring
 Microcap (alat penotol)
 Kertas pH universal
 Erlenmeyer
 Waterbath
 Beaker Glass
 Corong pisah
 Pipet tetes
Bahan :
 Jamu Montalin  Etanol
 NaOH
 Parasetamol
 HCl
 Kloroform
 Aquadest
IV. Cara Kerja
1. Pembuatan fase gerak
Fase gerak :
Sistem TC : (Kloroform : Metanol) (9 : 1) sebanyak 5 ml
4.5 ml : 0.5 ml
Masukkan masing-masing pelarut sesuai volumenya ke dalam bejana
kromatografi, aduk hingga homogen.
2. Penjenuhan bejana
Fase gerak didiamkan dalam keadaan tertutup di dalam bejana
kromatografi selama 1 jam. Untuk membantu penjenuahn dapat
diletakkan kertas saring dalam bejana kromatografi.
3. Persiapan lempeng KLT
Siapkan lempeng KLT dengan ukuran P : 10 cm, L : 5 cm. Jarak noda 1
cm, titik totol 1.5 - 2 cm, dan jarak elusi 8 cm

4. Pembuatan larutan percobaan


a. Larutan uji (A)
 Jamu dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml,
ditambahkan 50 ml air, dibasakan dengan NaOH 2 N hingga pH
9-10, kocok selama 10 menit dan disaring
 Filtrat diasamkan dengan beberapa tetes HCl 0,1 N (6 tetes)
hingga pH 3-4, diekstrasi 2 kali, setiap kali dengan 20 ml
kloroform.
 Ekstrak kloroform diuapkan di atas waterbath pada suhu 60°C
hingga hampir kering, lalu larutkan dalam 5 ml etanol
b. Larutan kontrol (B)
 Dengan cara yang sama seperti di atas, jamu dimasukkan ke
dalam erlenmeyer yang telah ditambah 15 mg parasetamol
c. Larutan baku (C)
 Sebanyak 15 mg parasetamol ditimbang seksama dan dilarutkan
dalam 5 ml etanol.
5. Penotolan
Totolkan larutan A, B dan C dengan microcap pada plat KLT, keringkan
dengan bantuan hair dryer agar totolan tidak melebar.
6. Elusi
Masukkan plat KLT yang telah ditotolkan ke dalam bejana kromatografi
yang telah jenuh dengan bagian alumunium menempel pada dinding
bejana, dengan bagian bawah menyentuh dasar bejana. Biarkan fase
gerak naik hingga jarak elusi. Angkat plat KLT, biarkan mengering,
deteksi noda dan amati hasil di bawah sinar UV 254 nm dan 366 nm.
Beri tanda pada noda dan hitung Rfnya.

V. Hasil
Warna Noda
Sampel Rf Rr 254 nm 366 nm
Baku
4,9/8 = 0,6125 2,227
Pembanding
Larutan
4,9/8 = 0,6125 2,227
Kontrol +

Jamu 1 1,952/8 = 0,244 2,227/2,227 = 1

Keterangan
- Merk Jamu : Ayam Jago
- Bentuk Sediaan : Serbuk
- Produsen :
- No. batch :
- Exp. Date :

VI. Pembahasan
Praktikum fitokimia kali ini adalah mengidentifikasi bahan kimia obat di
dalam jamu yang beredar di pasaran melalui cara KLT. Baku pembanding yang
digunakan adalah parasetamol.
Mengindentifikasi bahan kimia obat di dalam jamu secara KLT dilakukan
dengan membuat fase gerak dari kloroform dan methanol dengan perbandinagn
9:1 sebangyak 5 ml, penjenuhan bejana, menyiapkan lempeng KLT (10x5) dengan
jarak noda 1 cm, titik totol 1.5 - 2 cm, dan jarak elusi 8 cm. Selanjutnya buat
larutan uji, larutan kontrol, dan larutan baku. Kemudian lakukan penotolan setiap
larutan pada lempeng KLT. Setelah kering lempeng KLT dimasukkan ke dalam
bejana kromatografi dan biarkan fase gerak naik hingga jarak elusi. Angkat plat
KLT, biarkan mengering, deteksi noda dan amati hasil di bawah sinar UV 254 dan
366 nm. Beri tanda pada noda dan hitung Rfnya.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam identifikasi jamu, antara


lain :
 Pastikan pencampuran fase gerak homogen agar zat kimia dapat ditarik
dengan baik.
 Pencampuran kontrol positif dan pembuatan sampel harus dilakukan dengan
baik agar saat dipisahkan dengan corong pemisah dapat terpisah dengan
baik.
 Pemekatan diamati agar sampel tidak habis untuk penotolan.
 Saat penotolan pastikan totolan menyerap sempurna dan lakukan beberapa
kali serta cuci microcap saat akan mengganti penotolan.

VII. Kesimpulan
 Kromatografi lapis tipis adalah suatu metode analisis yang digunakan
untuk memisahkan suatu campuran senyawa secara cepat dan sederhana.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai Rf :
1. Pelarut
2. Suhu
3. Ukuran dari bejana Volume dari bejana mempengaruhi homogenitas
4. Sifat dari zat aktif
 Data yang di peroleh kelompok D4, D5, dan D6 dengan sampel jamu yang
diduga mengandung BKO .
D6 Jamu Montalin
Sampel
BP KP Jamu
Rf 0,1375 0,125 0,1375 Ket :
Rr 1 0,90 1 BP : Baku Pembanding
Warna Ungu Ungu Ungu KP : Kontrol Positif

Hasil :
Berdasarkan teori nilai Rf dan rR dapat dijadikan bukti dalam
mengidentifikasikan suatu senyawa. Bila nilai Rf memiliki nilai yang sama
dengan baku pembanding maka senyawa tersebut dapat dikatakan
memiliki karakteristik yang sama atau mirip. Dan apabila nilai Rr suatu
sampel mendekati angka 1, maka senyawa tersebut berarti mengandung
zat yang sama dengan baku pembanding.
Dan hasil identifikasi dari kelompok kami, nilai Rf pada sampel
jamu yaitu 0,1375 sedangkan pada baku pembanding 0,1375 dan baku
pembanding kontrol positif 0,125. Dan nilai Rr pada sampel jamu yaitu 1.
Maka dapat disimpulkan bahwa sampel jamu merk Montalin mengandung
BKO.
Pada praktikum kali ini hasil berdasarkan hasil identifikasi sampel
jamu kami POSITIF mengandung bahan kimia obat dengan baku
pembanding parasetamol.

LATIHAN SOAL

1) Jelaskan cara identifikasi bahan kimia obat dalam jamu secara


kromatografi lapis tipis
a. Siapkan alat & bahan yang akan digunakan yaitu :
Alat : bejana kromatografi, lampu UV kertas kromatografi, microlap,
waterbath, corong pisah, PH-meter, alat untuk reagen penampak noda,
cawan penguap dan alat gelas lain
Bahan : jamu analgetik yang mengandung BKO kloroform, eter, NaOH,
HCL 0,1 N, etanol, metenol, etil asetat, ammonia, aseton, dan aqua dest
b. Pembuatan fase gerak : kloroform (CHCl3) : methanol (CH3OH) >
sebanyak 5 ml 9 : 1
Masukkan masing-masing pelarut sesuai volumenya ke dalam beaker
glass / atau langsung ke dalam bejana kromatografi aduk hingga
homogeny
c. Penjenuhan bejana
Pindahkan 5 ml fase gerak ke dalam bejana kromatografi, diamkan dalam
keadaan tertutup selama 1 jam
d. Persiapan lempeng KLT dengan ukuran:
P = 10 cm dan L = 4 cm, jarak noda = 1 cm, jarak titik totol 1 cm dari
dasar plat, dan jarak elusi 8 cm
e. Pembuatan larutan percobaan
Larutan uji (larutan A)
- Sejumlah satu dosis cuplikan yang telah diserbukkan halus dimasukkan
ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml, ditambahkan dosis 50 ml air,
dibasahkan dengan NaOH 1N sehingga ph 9-10, kocok selama 30 menit
dan disaring
- Filtra diasamkan dengan beberapa tetes HCl 0,1 N hingga ph 3-4,
diekstrasikan 4 kali, setiap kali dengan 20 ml kloroform
- Ekstrak kloroform diuapkan di atas waterbath hingga hampir kering,
sisa dilarutkan dalam 5 ml etanol
Larutan control (+) (larutan B)
- Dengan cara yang sama dilakukan ekstraksi satu dosis cuplikan yang
telah ditambahkan maisng-masing dengan 15 mg parasetamol
Larutan baku (larutan C)
- Sejumlah lebih kering 15 mg paracetamol ditimbang seksama dan
dilarutkan dalam 5 ml etanol
f. Penotolan (spotling)
- Totolkan larutan A,B,C dengan microcap 1 ml sebanyak 2-5 ml
keringkan dengan bantuan hair dryer, agar totolan tidak melebar. Beri
tanda sesuai nama sampel
g. Elusi
- Masukkan plat KLT yang telah ditotolkan ke dalam bejana
kromatografi dengan bagian alumunium menempel pada dinding
bejana, dengan bagian bawah menyentuh dasar bejana, biarkan fase
gerak naik hingga jarak elusi. Angkat plat KLT biarkan mongering
atau dengan bantuan hair dryer, deteksi noda dengan penampak noda
(sesuai lembar kerja, amati dibawah sinar UV 254 nm dan 366 nm).
Beri tanda pada noda dengan pensil, hitung Rf-nya

2) Jelaskan kapan suatu sampel jamu dikatakan positif mengandung BKO


Ketika hasil noda suatu sampel jamu memiliki jarak elusi yang sama dengan
larutan control dan larutan baku.
3) Jika Rf larutan baku sama dengan Rf Jamu, apakah jamu pasti
mengandung Bahan kimia tersebut? Jelaskan jawaban anda
Iya, karena baku pembanding yang digunakan ada 2 yaitu :
Baku pembanding I adalah bahan kimia obat paracetamol yang digunakan
sebagai baku pembanding, sedangkan baku pembanding II adalah campuran
sampel dan bahan kimia obat paracetamol yang berfungsi sebagai kontrol
kerja terhadap sampel.
Jadi apabila dari perbandingan tersebut didapatkan bahwa harga Rf sampel
sama dengan harga Rf baku pembanding I dan baku pembanding II maka
sampel tersebut dikatakan mengandung bahan kimia obat tersebut
(paracetamol).

4) Mengapa pada ekstraksi jamu dilakukan 4 kali masing-masing dengan


10/20 ml kloroform? Mengapa tidak satu kali dengan 40/80 ml
kloroform?
Karena untuk menyari ekstrak kloroform secara bertahap agar memudahkan
identifikasi senyawa yang terkandung pada filtrat tersebut. Dan jika hanya
dilakukan satu kali, zat yang terkandung di dalam jamu tidak turun atau
tertarik secara maksimal dan tidak larut dalam kloroform, sehingga saat
mengidentifikasi jamu zat tersebut tidak muncul

5) Apa yang dimaksud dengan nilai rR? Apa artinya jika rR suatu sampel
mendekati satu dan bagaimana jika sebaliknya menjauhi nilai satu?
Nilai Rr adalah perbandingan jarak rambat suatu senyawa tertentu dengan
jarak perambatan baku pembanding dinyatakan sebagai nilai Rr
- Nilai Rr suatu sampel mendekatu satu berarti sampel tersebut mengandung
senyawa yang sama dengan larutan baku dan larutan control (+)
- Jika suatu sampel menjauhi nilai satu berarti sampel tersebut tidak
mengandung senyawa yang sama dengan larutan baku dan larutan control
(+)
Rr = 1 jarak nodanya sama > zat yang sama

Anda mungkin juga menyukai