Makalah Masyarakat Desa Dan Kota-1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

IDENTIFIKASI BERBAGAI ASPEK KEHIDUPAN PERKEMBANGAN


DAN MASALAH-MASALAH MASYARAKAT PEDESAAN
DAN PERKOTAAN

Oleh:
KELOMPOK 3
FITRIYANTI RAHMADANI
(BSN 18959)
NELIATI
(BSN 18965)
JUSNANI ANTI
(BSN 18963)

Dr.hasnidar.S.ST.,M.Kes

AKADEMI KEBIDANAN BINA SEHAT NUSANTARA BONE


TAHUN AKADEMIK 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Penyusun menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan keterbatasan untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan para pembaca
pada umumnya. Dan diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada
kita semua tentang pembahasan bab yang akan kita pelajari ini.

Watampone , September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan .............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 2
A. Masyarakat Pedesaan ........................................................................ 2
B. Masyarakat Perkotaan ....................................................................... 6
C. Pengaruh desa dalam perkotaan ........................................................ 8
D. Pengaruh kota pada pedesaan............................................................ 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 12
A. Kesimpulan ....................................................................................... 12
B. Saran .................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masyarakat pedesaan di Indonesia tergolong masyarakat yang sangat
jauh tertinggal, hal ini disebabkan keberedaan wilayah yang jauh dari pusat
pembangunan Nasional, bahkan hampir tidak tersentuh oleh pembangunan
Nasional. Beberapa metode dan pendekatan telah dikembangkan untuk
memahami masalah dan membantu merumuskan kebijakan guna memecahkan
masalah pembangunan pedesaan. Sejak tahun 1970an para pakar banyak yang
memanfaatkan metode, pendekatan, dan logika berfikir survei verifikatif
dalam meriset masalah sosial masyarakat pedesaan.
Di Indonesia, pertumbuhan penduduk semakin meningkat, terutama di
daerah perkotaan. Banyak masyarakat desa mencari kehidupan yang lebih baik
di perkotaan. Mereka berfikir bahwa di perkotaan adalah sumber mata
pencaharian terbesar dibandingkan di pedesaan. Mereka juga menganggap
bahwa kehidupan di kota lebih baik daripada di desa. Namun, pada
kenyataannya kehidupan di kota tidak sebaik yang mereka bayangkan. Dalam
hal ini penulis akan membahas dan menjelaskan tentang ruang lingkup
perbedaan masyarakat pedesaan dengan masyarakat kota.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Masyarakat Pedesaan?
2. Apa pengertian Perkotaan?
3. Bagaimana Pengaruh desa dalam perkotaan?
4. Bagaimana Pengaruh kota pada pedesaan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Masyarakat Pedesaan
2. Untuk mengetahui Masyarakat Perkotaan
3. Untuk mengetahui Pengaruh desa dalam perkotaan
4. Untuk mengetahui Pengaruh kota pada pedesaan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Masyarakat Pedesaan
1. Defenisi Masyarakat Pedesaan
Secara awam masyarakat desa sering diartikan sebagai masyarakat
tradisional dari masyarakat primitif (sederhana). Namun pandangan
tersebut sebetulnya kurang tepat, karena masyarakat desa adalah
masyarakat yang tinggal di suatu kawasan, wilayah, teritorial tertentu yang
disebut desa. Sedangkan masyarakat tradisional adalah masyarakat. yang
menguasaan ipteknya rendah sehingga hidupnya masih sederhana dan
belum kompleks.
Memang tidak dapat dipungkiri masyarakat desa dinegara sedang
berkembang seperti Indonesia, ukurannya terdapat pada masyarakat desa
yaitu bersifat tradisional dan hidupnya masih sederhana, karena desa-desa
di Indonesia pada umumnya jauh dari pengaruh budaya asing/luar yang
dapat mempengaruhi perubahan-perubahan pola hidupnya.
2. Ciri-ciri Masyarakat Pedesaan
Adapun ciri-ciri masyarakat desa antara lain :
a. Anggota komunitas kecil
b. Hubungan antar individu bersifat kekeluargaan
c. Sistem kepemimpinan informal
d. Ketergantungan terhadap alam tinggi
e. Religius magis artinya sangat baik menjaga lingkungan dan menjaga
jarak dengan penciptanya, cara yang ditempuh antara lain
melaksanakan ritus pada masa-masa yang dianggap penting misalnya
saat kelahiran, khitanan, kematian dan syukuran pada masa panen,
bersih desa.
f. Rasa solidaritas dan gotong royong tinggi
g. Kontrol sosial antara warga kuat
h. hubungan antara pemimpin dengan warganya bersifat informal

2
i. Pembagian kerja tidak tegas, karena belum terjadi spesialisasi
pekerjaan
j. Patuh terhadap nilai-nilai dan norma yang berlaku di desanya (tradisi)
k. Tingkat mobilitas sosialnya rendah
l. Penghidupan utama adalah petani.
3. Aspek kehidupan dan Perkembangan Masyarakat Pedesaan
Penduduk atau manusia, kegiatan kehidupan, dan perangkat yang
dibutuhkan dalam kehidupan, merupakan perangkat dasar terbentuknya
suatu lingkungan kehidupan. Ketiganya akan saling kait mengkait dan
saling ketergantung satu sama lain. Perkembangan dan pertumbuhan satu
akan mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan yang lainnya. Suatu
desa dapat dikatakan ideal apabila kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi
selengkapnya. Pada hakekatnya elemen lingkungan yang dibutuhkan di
dalam kehidupan dapat dijabarkan menjadi lima unsur komponen pokok,
yaitu: meliputi kebutuhan perumahan yang layak. 2) karya, yaitu suatu
lapangan kegiatan kerja dimana masyarakat desa mencari nafkah. 3)
Marga, yaitu lingkungan perumahan yang harus mudah dicapai dengan
jaringan jalan dan jembatan yang berfungsi menghubungkan satu desa
dengan desa lainnya 4) Suka, yaitu komponen kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan penduduk desa akan hiburan, bersantai beristirahat. 5)
Penyempurna, yaitu komponen kegiatan yang penting untuk memenuhi
kebutuhan lahir dan bathin. kelima unsur pokok ini akan merupakan
kerangka dasar didalam pembentukan lingkungan desa.
Karaktersitik kehidupan masyarakat desa terutama nampak dengan
adanya tata masyarakat dan ekonomi pertanian yang membedakan dengan
tata masyarakat kota. Secara umum dapat dikemukakan bahwa perbedaan
utama antara kehidupan masyarakat kota dengan masyarakat desa adalah
dalam tuntutan kebutuhan dalam usaha-usaha memenuhi kebutuhan hidup.
Pada umumnya keluarga petani dapat memenuhi kebutuhan sendiri dalam
melengkapi keperluan hidupnya. Mereka memproduksi pangannya sendiri,
sekaligus memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang esensiil lainnya seperti

3
sandang, peralatan dan lain-lain. Di daerah pedesaan kegiatan masyarakat
sangat didominir oleh kegiatan pertanian atau perikanan. Dengan kata lain
susunan masyarakatnya merupakan satuan yang bersifat lebih homogen
dibanding dengan masyarakat di daerah perkotaan yang bersifat heterogen.
Pada umumnya keadaan masyarakat di desa bila dilihat dari segi sosial
mempunyai sifat yang statis. Apabila menemukan suatu masalah mereka
menyelesaikannya dengan cara ,musyawarah, karena mereka masih
memiliki rasa kekeluargaan yang kuat.
4. Masalah yang ada di pedesaan:
a. Pendidikan
Pada dasarnya, pendidikan yang baik itu haruslah mampu
menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan bermanfaat serta
menjadikan masyarakat pedesaan lebih terbuka dan akses terhadap
pendidikan. Seiring perkembangan zaman, pengertian pendidikan pun
mengalami perkembangan. Sehingga, pengertian pendidikan menurut
beberapa ahli (pendidikan) berbeda, tetapi secara esenssial terdapat
kesatuan unsur-unsur atau faktor-faktor yang terdapat di dalamnya,
yaitu bahwa pendidikan menunjukkan suatu proses bimbingan,
tuntunan atau pimpinan yang didalamnya mengandung unsur-unsur
seperti pendidik, anak didik, tujuan dan lainnya.
Umumnya masyarakat pedesaan kurang begitu sadar akan
pentingnya pendidikan, Mereka lebih memilih mengajak anak-anak
mereka berkebun atau bertani, ketimbang menyekolahkan mereka.
Alhasil banyak dari masyarakat pedesaan yang buta tulis dan hitung.
Oleh karena itu taraf hidup masyarakat pedesaan relatif.
Salah satu kendala yang telah disadari oleh pemerintah dalam
bidang pendidikan di tanah air adalah kesenjangan dan ketidakadilan
dalam mengakses terutama pendidikan. Hal ini yang menyebabkan
kesadaran masyarakat di desa sangat kurang dan tidak antusias serta
memahami akan pentingnya pendidikan. Selain itu, kendala lain negara

4
berkembang termasuk Indonesia, untuk masa yang lama menghadapi
empat hambatan besar dalam bidang pendidikan, yaitu:
1) Peninggalan penjajah dengan masyarakat yang tingkat
pendidikannya sangat rendah.
2) Anggaran untuk bidang pendidikan yang rendah dan biasanya
kalah bersaing dengan kebutuhan pembangunan bidang lainnya.
3) Anggaran yang rendah biasanya diarahkan pada bidang-bidang
yang justru menguntungkan mereka yang relatif kaya.
4) Karena anggaran rendah, dalam pengelolaan pendidikan biasanya
timbul pengelolaan yang tidak efisien. Hal ini terlihat dimana
pemerintah tidak saja mampu merancang penerapan kebijakan
yang disukainya, tetapi juga menafsirkan ulang teks kebijakan
sesuai preferensi kebijakannya, termasuk dalam bidang pendidikan.
Dimana kebijakan disetujui, diterima, dan dilaksanakan oleh
pranata pemerintah.
Manfaat pendidikan bagi masyarakat pedesaan sebagai
instrumen pembebas, yakni membebaskan masyarakat pedesaan dari
belenggu kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan, dan penindasan.
Selain itu, pendidikan yang baik seharusnya berfungsi pula sebagai
sarana pemberdayaan individu dan masyarakat desa khususnya guna
menghadapi masa depan. Pendidikan difokuskan melalui sekolah,
pesantren, kursus-kursus yang didirikan di pedesaan yang
masyarakatnya masih ‘buta’ akan ilmu.
Masyarakat pedesaan yang terberdayakan sebagai hasil
pendidikan yang baik dapat memiliki nilai tambah dalam kehidupan
yang tidak dimiliki oleh masyarakat yang tidak mengenyam
pendidikan sama sekali. Sehingga jelas, peranan pendidikan sebagai
kebutuhan pokok yang mendasar dan haruslah terpenuhi bagi
masyarakat pedesaan dalam manfaat lainnya untuk meningkatkan taraf
hidup dan kesajahteraan hidup yang berkelanjutan.

5
b. Tingginya angka kemiskinan
Dalam upaya percepatan pembangunan di segala bidang masih
terdapat beberapa kendala,antara lain masih tingginya angka penduduk
miskin, walaupun selama empat tahun terakhir jumlah penduduk
miskin mengalami penurunan sekitar 19,51% dari jumlah penduduk
miskin tahun 2001 yaitu sebanyak 164.125 jiwa. Dari penurunan
jumlah penduduk miskin tersebut sampai pada tahun 2005 jumlah
penduduk miskin masih sebanyak 132.125 jiwa atau 24,28 %.
c. Rendahnya kualitas sumber daya manusia
Peningkatan layanan pendidikan sangat diperlukan dalam
rangka meningkatkan kompetensi anak didik. Output layanan
pendidikan dengan pendekatan Indek Pembangunan Manusia (IPM)
masih menunjukkan kondisi yang jauh dari harapan. Indek
Pembangunan Manusia komponen pendidikan tahun 2004
menunjukkan angka 6,18 tahun atau masih lebih rendah dari rata-rata
IPM Jawa Timur dengan capai 6,55. Namun bila dibandingkandengan
IPM tahun 2003 terdapat kenaikan 0,13. Demikian pula segi kesehatan.
Masih banyak yang perlu mendapatkan perhatian, khususnya angka
kematian ibu dan anak dan kesakitan malaria masih relatif tingginya.
d. Lemahnya posisi sumber daya alam.
e. Lemahnya posisi sumber daya manusia didalam pedesaan.
f. Kurangnya penguasaan teknologi yang menyebabkan masyarakat
pedesaan sukar mendapatkan informasi.
g. Lemahnya infrastruktur dan lemahnya aspek kelembagaan didalam
pedesaan.
h. Sulit untuk mendapatkan pekerjaan.
i. Kurangnya pengetahuan sosial sehingga mudah ditipu oleh masyarakat
kota.
j. Konflik/pertengkaran yang biasanya berkisar dari masalah sehari-
hari/rumah tangga.

6
k. Kontroversi yang disebabkan dari perubahan konsep adat istiadat dan
kebudayaan.
l. Kompetisi dan persaingan yang negatif bila menunjukan sifat iri.

B. Masyarakat Perkotaan
1. Defenisi Masyarakat Perkotaan
Membahas masyarakat perkotaan sebetulnya tidak dapat
dipisahkan dengan masyarakat desa karena antara desa dengan kota ada
hubungan konsentrasi penduduk dengan gejala-gejala sosial yang
dinamakan urbanisasi, yaitu perpindahan penduduk dari desa kekota.
Masyarakat perkotaan merupakan masyarakat urban dari berbagai
asal/desa yang bersifat heterogen dan majemuk karen terdiri dari berbagai
jenis pekerjaan/keahlian dan datang dari berbagai ras, etnis, dan agama.
Mereka datang ke kota dengan berbagai kepentingan dan melihat
kota sebagai tempat yang memiliki stimulus (rangsangan) untuk
mewujudkan keinginan. Maka tidaklah aneh apabila kehidupan di kota
diwarnai oleh sikap yang individualistis karena mereka memiliki
kepentingan yang beragam. Lahan pemukiman di kota relatif sempit
dibandingkan di desa karena jumlah penduduknya yang relatif besar maka
mata pencaharian yang cocok adalah disektor formal seperti pegawai
negeri, pegawai swasta dan di sektor non-formal seperti pedagang, bidang
jasa dan sebagainya. Sektor pertanian kurang tepat dikerjakan di kota
karena luas lahan menjadi masalah apabila ada yang bertani maka
dilakukan secara hidroponik. Kondisi kota membentuk pola perilaku yang
berbeda dengan di desa, yaitu serba praktis dan realistis.
a. Pola Kebudayaan
Untuk melihat pola kebudayaan masyarakat pedesaan, dapat
dilihat dari aspek :
1) Bahasa: Penggunaan bahasa daerah umumnya lebih banyak
digunakan, sedangkan untuk bahasa asing agak sulit diterima.

7
2) Teknologi: Teknologi masih bersifat tradisional, dalam hal cara-
cara memproduksi, memakai dan memelihara peralatan hidup
dalam kebudayaan suatu suku bangsa.
3) Sisitem relegi (kepercayaan): Umumnya masih dipertahankan,
seperti ulama/kyai sangat dihormati. Disampin itu ada yang
mempunyai kepercayaan dan keyakinan terhadap ilmu gaib/dukun.
4) Kesenian: Masih mempertahankan nilai-nilai seni yang terkandung
ada di wilayahnya atau didesanya.
b. Norma Masyarakat Pedesaan
Norma-norma yang umumnya digunakan oleh masyarakat desa
adalah :
1) Adat-istiadat: digunakan dalam mengatur hubungan antar individu,
dan pada umumnya mempunyai pandangan yang didasarkan pada
tradisi yang kuat sehingga sukar untuk menghadapi perubahan-
perubahan yang nyata.
2) Hukum Agama: sistem norma dan nilai yang juga merupakan
pedoman tingkah laku dan seluruh kegiatan individu dalam
masyarakat pedesaan.
3) Hukum dan Peraturan Pemerintah: Sejumlah peraturan-peraturan
yang ada telah disampaikan kepada penduduk desa, yang telah
menerima secara keseluruhan sebagian ataupun menolak dan tidak
mempedulikannya. Ada beberapa peraturan yang telah
diintegrasikan ke dalam adat setempat, sehingga kadang-kadang
sulit dibedakan mana peraturan pemerintah dan mana peraturan
adat.
c. Pola Interaksi Masyarakat Pedesaan
Hubungan antar warga masyarakat pedesaan, umumnya lebih
erat dan lebih mendalam daripada hubungan mereka dengan warga
masyarakat pedesaaan lainnya. Sistem kehidupan biasanya
berkelompok, atas dasar sistem kekeluargaan sehingga karena dekat
dan berasal satu keluarga.

8
d. Mata pencaharian
Mata pencaharian penduduka masyarakat pedesaan umumnya
hidup dari pertanian, walaupun ditemui mata pencaharian lain seperti;
tukang kayu, pengrajin, dsb. Mata pencaharian disesuaikan dengan
lokasi tempat tinggalnya. Masyarakat yang hidupnya didaerah pantai,
menjadi nelayan. Dan masyarakat yang tidak memiliki tanah menjadi
pedagang, dsb.
2. Aspek Kehidupan dan Perkembangan Masyarakat Kota
Seperti halnya dengan pola kebudayaan masyarakat pedesaan, pola
masyarakat kota ditinjau dari segi bahasa, teknologi, sistem relegi dan
kesenian :
a. Bahasa :
Bahasa yang sering digunakan adalah bahasa Indonesia,
penggunaan bahasa daerah hanya oleh masyarakat atau kelompok
tertentu.
b. Teknologi :
Teknologi yang digunakan sudah lebih maju modern, karena
pengaruh dari era globalisasi.
c. Sistem relegi :
Kehidupan beragama pada masyarakat perkotaan mulai
berkurang, karena pola pikir masyarakat sudah mengarah lebih percaya
kepada hal-hal yang bersifat pasti dan nyata, sehingga sukar untuk
mempercayai hal-hal yang bersifat gaib.
d. Kesenian :
Kesenian yang dikembangkan umumnya yang bersifat modern
dan merupakan kreasi dari seniman-seniman kota. Pengembangan
kreasi kesenian masyarakat kota biasanya mengikuti perkembangan
teknologi.
e. Nilai dan norma :
Nilai dan norma di masyarakat kota, umumnya sudah
mengalami pergeseran. Peraturan-peraturan yang berdasarkan adat-

9
istiadat, sedikit sekali dipakai sebagai pedoman dalam kehidupan
sehari-hari.
f. Pola Interaksi :
Hubungan antar warga masyarakat kota, umumnya sudah
bersifat individual, mereka akan berhubungan dengan orang lain
karena ada kepentingan dan urusan, persamaan-persamaan pekerjaan,
umur dan golongan.
g. Mata pencaharian :
Mata pencaharian sudah lebih bervariasi, sawah dan ladang
bukan lagi merupakan satu-satunya yang diharapkan. Banyak
lapangan pekerjaan yang bisa dilakukan untuk biaya hidup warga.
3. Ciri-ciri masyarakat kota (urban)
a. Kehidupan keagaam berkurang, karena cara berpikir yang rasional dan
cenderung sekuler
b. Sikap mandiri yang kuat dan tidak terlalu tergantung pada orang lain
sehingg cenderung individualistis
c. Pembagian kerja sangat jelas dan tegas berdasarkan tingkat
kemampuan/ keahlian
d. Hubungan antar individu bersifat formal dan interaksi antar warga
berdasarkan kepentingan.
e. Sangat menghargai waktu sehingga perlu adanya perencanaan yang
matang.
f. Masyarakat cerderung terbuka terhadap perubahan didaerah tertentu
(slum)
g. Tingkat pertumbuhan penduduknya sangat tinggi
h. Kontrol sosial antar warga relatif rendah
i. Kehidupan bersifat non agraris dan menuju kepada spesialisasi
keterampilan
j. Mobilitas sosialnya sangat tinggi karena penduduknya bersifat
dinamis, memamanfaatkan waktu dan kesempatan, kreatif, dan
inovatif.

10
5. Masalah-masalah yang ada di perkotaan:
a. Banjir.
Penyebab banjir di DKI Jakarta, secara umum terjadi karena
dua faktor utama yakni faktor alam dan faktor manusia. Penyebab
banjir dari faktor alam antara lain karena lebih dari 40% kawasan di
DKI Jakarta berada di bawah muka air laut pasang. Sehingga Jakarta
Utara akan menjadi sangat rentan terhadap banjir saat ini. Berbagai
faktor penyebab memburuknya kondisi banjir Jakarta saat itu ialah
pertumbuhan permukiman yang tak terkendali disepanjang bantaran
sungai, sedimentasi berat serta tidak berfungsinya kanal-kanal dan
sistem drainase yang memadai. Kondisi ini diperparah oleh kecilnya
kapasitas tampung sungai saat ini dibanding limpasan (debit) air yang
masuk ke Jakarta. Kapasitas sungai dan saluran makro ini disebabkan
karena konversi badan air untuk perumahan, sedimentasi dan
pembuangan sampah secara sembarangan.
b. Urbanisasi
Berdasarkan survei penduduk antar sensus (Supas) 1995,
tingkat urbanisasi di Indonesia padatahun 1995 adalah 35,91 persen
yang berarti bahwa 35,91 persen penduduk Indonesia tinggal didaerah
perkotaan. Tingkat ini telah meningkat dari sekitar 22,4 persen pada
tahun 1980 yanglalu. Sebaliknya proporsi penduduk yang tinggal di
daerah pedesaan menurun dari 77,6 persen pada tahun 1980 menjadi
64,09 persen pada tahun 1995.Meningkatnya kepadatan penduduk
perkotaan membawa dampak yang sangat besar kepadatingkat
kenyamanan yang tinggi. Kota seperti Jakarta misalnya tidak dirancang
untuk melayanimobilitas penduduk lebih dari 10 juta orang. Dengan
jumlah penduduk lebih dari 8 juta penduduk saat ini, ditambah dengan
4-6 juta penduduk yang melaju dari berbagai kota sekitar Jakarta,
menjadikan Jakarta sangatlah sesak.

11
c. Kriminalitas
Kejahatan atau kriminalitas di kota-kota besar sudah menjadi
permasalahan sosial yang membuat semua warga yang tinggal atau
menetap menjadi resah, karena tingkat kriminalitas yang terus
meningkat setiap tahunnya.faktor penyebab Tingkat pengangguran
yang tinggi , Kurangnya lapangan pekerjaan membuat tingkat kriminal
juga meningkat karena kurangnya lapangan pekerjaan danKemiskinan
yang dialami oleh rakyat kecil kadang membuat mereka berfikir untuk
melakukan tindakan kriminalitas.

C. Pengaruh desa dalam perkotaan


Urbanisasi merupakan salah satu bentuk dari interaksi desa-kota.
Menurut Hope Tisdale Eldrige (1956), pengertian urbanisasi adalah proses
perpindahan penduduk ke kota atau daerah permukiman padat. Istilah
urbanisasi juga digunakan untuk mendeskripsikan perubahan kelompok sosial
yang terjadi sebagai akibat konsentrasi manusia. Urbanisasi dapat juga berarti
proses perubahan daerah desa menjadi daerah kota. Pengertian urbanisasi
tersebut menunjukkan bahwa penduduk desa lebih mengenal kota. Banyak
penduduk desa meninggalkan daerahnya dan pindah ke kota terdekat.
Sebagian dari mereka bekerja di kota, tetapi bertempat tinggal di desa.
Dampak positif bagi kota akibat adanya interaksi desa dan kota sebagai
berikut.
1. Tercukupinya kebutuhan bahan pangan bagi penduduk perkotaan yang
sebagian besar berasal dari daerah perdesaan , seperti sayuran, buah-
buahan, beras, dan lain sebagainya.
2. Jumlah tenaga kerja di perkotaan melimpah karena banyaknya penduduk
dari desa yang pergi ke kota.
3. Produk-produk yang dihasilkan di daerah perkotaan dapat dipasarkan
sampai ke pelosok desa sehingga keuntungan yang diperoleh lebih besar.
Sedangkan dampak negatif bagi kota akibat adanya interaksi desa dan
kota sebagai berikut.

12
1. Jumlah penduduk desa yang pergi ke kota tanpa keahlian menimbulkan
permasalahan bagi daerah perkotaan, yaitu semakin meningkatnya jumlah
pengangguran dan penduduk miskin.
2. Penduduk dengan pendapatan rendah kesulitan mencukupi kebutuhan
hidupnya seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, hiburan,
dan lain sebagainya.
3. Nilai lahan di perkotaan yang mahal, memaksa warga menggunakan lahan
atau tempat yang tidak layak untuk permukiman, misalnya di bantaran
sungai, pinggiran rel kereta api, kuburan, dan kolong jembatan. Umumnya
permukiman yang terbentuk adalah permukiman kumuh. Menurut para
geograf, wilayah perkampungan kumuh memiliki empat ciri khas, yaitu
tidak tersedia air bersih untuk minum, tidak ada saluran pembuangan air,
penumpukan sampah dan kotoran, serta akses ke luar perkampungan yang
sulit.
4. Terjadi degradasi kualitas lingkungan. Peningkatan jumlah penduduk kota
yang pesat mendorong pembangunan rumah-rumah di wilayah kota.
Pertumbuhan permukiman yang cepat di perkotaan berpengaruh terhadap
penurunan atau degradasi kualitas lingkungan.

D. Pengaruh kota pada pedesaan


Interaksi antara dua atau lebih daerah yang berbeda akan berpengaruh
pada masing-masing wilayah sehingga akan memicu terjadinya perubahan.
Seberapa besar perubahan yang terjadi tergantung dari jarak, jumlah
penduduk, dan berbagai factor pendukung lainnya seperti sarana transportasi,
komunikasi, listrik, dan lain sebagainya.
Dampak positif bagi desa akibat adanya interaksi desa dan kota
sebagai berikut.
1. Pengetahuan penduduk desa menjadi meningkat karena banyak sekolah
dibangun di desa. Demikian pula informasi perkembangan dunia dan ilmu
pengetahuan yang diterima penduduk kota dengan mudah menyebar ke

13
desa. Misalnya, pengetahuan tentang bibit unggul, pengawetan kesuburan
tanah, dan pengolahan hasil panen.
2. Jumlah guru dan sekolah yang banyak terdapat di desa memungkinkan
menjadi penggerak kemajuan penduduk desa melalui pendidikan. Angka
buta huruf penduduk desa semakin berkurang.
3. Perluasan jalur jalan desa-kota dan peningkatan jumlah kendaraan
bermotor telah menjangkau daerah perdesaan sehingga hubungan desa-
kota semakin terbuka. Hasil panen dari desa menjadi mudah diangkut ke
kota. Kelangkaan bahan pangan di kota dapat dihindari karena suplai
bahan pangan mudah dilakukan.
4. Produktivitas desa makin meningkat dengan hadirnya teknologi tepat
guna. Kehadiran teknologi tepat guna akan meningkatkan kesejahteraan
penduduk desa.
5. Pelestarian lingkungan hidup perdesaan , seperti pencegahan erosi dan
banjir, penyediaan air bersih, serta pengaturan pengairan dapat dilakukan
dengan hadirnya para ahli dari berbagai disiplin ilmu.
6. Peningkatan kegiatan wiraswasta yang menghasilkan produk berkualitas,
seperti kerajinan tangan, industri rumah tangga, teknik perhubungan dan
perbengkelan, serta peternakan dapat dilakukan karena pemerintah turun
tangan.
7. Pengetahuan tentang kependudukan bisa sampai ke masyarakat desa yang
umumnya memiliki banyak anggota keluarga. Kesadaran memiliki
keluarga kecil telah diterima oleh masyarakat desa.
8. Koperasi dan organisasi sosial yang berkembang di perdesaan telah
memberi manfaat dalam peningkatan kesejahteraan penduduk dan
pembangunan desa.
Sedangkan dampak negatif bagi desa akibat adanya interaksi desa dan
kota sebagai berikut.
1. Modernisasi kota telah melunturkan orientasi pertanian yang menjadi
pokok kehidupan mereka. Misalnya, budaya kontes kecantikan, peragaan
busana, dan foto model.

14
2. Siaran televisi yang dapat ditangkap di pelosok desa dapat meningkatkan
konsumerisme dan kriminalitas. Penduduk desa dengan mudah meniru
iklan dan tindak kejahatan dalam film atau sinetron yang ditayangkan
televisi.
3. Pengurangan tenaga produktif bidang pertanian di desa, karena banyak
tenaga muda yang lebih tertarik bekerja di kota. Mereka beranggapan di
kota banyak kesempatan kerja dengan upah yang tinggi. Akibatnya, di
desa hanya tinggal orang tua dan anak-anak yang tidak produktif.
4. Perubahan tata guna lahan di perdesaan akibat perluasan wilayah kota dan
banyak orang kota membeli lahan di wilayah perbatasan desa-kota.
Tindakan orang kota ini menyebabkan lahan di perbatasan desa-kota
berubah menjadi permukiman atau bangunan lain.
5. Tata cara dan kebiasaan yang menjadi budaya kota masuk ke pelosok desa
dan cenderung mengubah budaya desa. Banyak kebudayaan kota yang
tidak sesuai dengan kebudayaan atau tradisi desa, sehingga sering
menimbulkan masalah dalam kehidupan masyarakat desa.
6. Ketersediaan bahan pangan yang berkurang, peningkatan pengangguran,
dan pencemaran lingkungan menjadi masalah penting akibat interaksi
desa-kota.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut Soerjono Soekanto masalah sosial adalah suatu
ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang
membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara
unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti
kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat. Masalah sosial
muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam
masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah
sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial
dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan
khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah
masyarakat, dan lain sebagainya. Masyarakat perkotaan sering disebut juga
urban community. Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat-
sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan
masyarakat pedesaan. Masyarakat pedesaan selalu memiliki ciri-ciri atau
dalam hidup bermasyarakat, yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian
mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat
digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa di Jawa. Namun demikian,
dengan adanya perubahan sosial religius dan perkembangan era informasi dan
teknologi, terkadang sebagian karakteristik tersebut sudah “tidak berlaku”.

B. Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan
manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah kami.

16
DAFTAR PUSTAKA

Evers,hans-dieter. 1979. Sosiologi Perkotaan. Jakarta: Universitas Indonesia


Harwantiyoko, Neltje F.Katuuk. 1997. MKDU Ilmu Sosial Dasar. Jakarta:
Universitas Gunadarma

17

Anda mungkin juga menyukai