DPLH Pak Saelan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 77

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................... 1
1.2. Maksud dan Tujuan ............................................................ 2
1.3. Identitas Pemrakarsa dan Penyusun Dokumen .................. 2
1.4. Peraturan Perundang-Undangan yang Dipergunakan ....... 4
BAB II SKALA USAHA DAN / ATAU KEGIATAN
2.1. SKALA USAHA DAN / ATAU KEGIATAN .................. 7
2.1.1. Nama Usaha dan / atau Kegiatan............................. 7
2.1.2. Lokasi Usaha dan / atau Kegiatan ........................... 7
2.1.3. Skala / Besaran Usaha dan / atau kegiatan .............. 9
2.1.4. Garis Besar Komponen Usaha dan/atau Kegiatan .. 23
2.2. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN .................... 34
BAB III DAMPAK YANG DITIMBULKAN
3.1. KEGIATAN UTAMA …………………………………… 36
3.2. KEGIATAN PENDUKUNG…………………………….. 37
3.3. SARANA PENUNJANG………………………………... 39
BAB IV UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP………….. 41
Matrik DPLH Pabrik Penggilingan Padi UD. SAMIAJI .................................. 60
BAB V DAFTAR IJIN YANG DIBUTUHKAN ..................................... 68
SURAT PERNYATAAN ................................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 72
LAMPIRAN

ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Layout Pabrik Penggilingan Padi UD. SAMIAJI ......................................... 8
Gambar 2.2 Peta Satelit Pabrik Penggilingan Padi UD. SAMIAJI ................................... 9
Gambar 2.3 Denah Pabrik Penggilingan padi UD. SAMIAJI ........................................... 11
Gambar 2.4 Alur Produksi ................................................................................................ 12
Gambar 2.5 Mesin Pemanas Gabah, Padi dan Mesin Pengolah Gabah ............................. 13
Gambar 2.6 Mesin Pemecah Kulit ..................................................................................... 14
Gambar 2.7 Ayakan Screen Pemisah ................................................................................. 15
Gambar 2.8 Area Separator Pemisah ................................................................................. 16
Gambar 2.9 Mesin Pemoles Beras dan Mesin Hisap Abu dan Dust Collector .................. 17
Gambar 2.10 Area Siklon .................................................................................................... 18
Gambar 2.11 Area Pengepakan ........................................................................................... 19
Gambar 2.12 Susunan Pengurus .......................................................................................... 20
Gambar 2.13 Area Parkir ..................................................................................................... 22
Gambar 2.14 Kecamatan Balong pada Peta Administratif Ponorogo ................................. 29

iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Data Penunjang .............................................................................................. 23
Tabel 2.2 Data Curah Hujan (mm) Tahun 2018 ............................................................ 24
Tabel 2.3 Hasil Pengamatan Flora ................................................................................. 27
Tabel 2.4 Hasil Pengamatan Fauna ................................................................................ 28
Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian .............................................. 30
Tabel 2.6 Fasilitas Pendidikan ....................................................................................... 30
Tabel 2.7 Pemeluk Agama ............................................................................................. 30
Tabel 2.8 Sarana Ibadah ................................................................................................. 31
Tabel 2.9 Fasilitas Kesehatan......................................................................................... 31
Tabel 2.10 Tenaga Kesehatan .......................................................................................... 31
Tabel 2.11 Penderita Cacat .............................................................................................. 31
Tabel 2.12 Rekapitulasi 15 Besar Penyakit Tahun 2018 ................................................ 32
Tabel 2.13 Kelengkapan Persutujuan Prinsip .................................................................. 32
Tabel 2.14 Jadwal kegiatan penyusunan DPLH Penggilingan padi UD. SAMIAJI ........ 34
Tabel 3.1. Kegiatan Operasional UD. SAMIAJI yang berpotensi menjadi sumber
Dampak terhadap Komponen Lingkungan .................................................... 35
Tabel 5.1 Daftar ijin yang dibutuhkan setelah Dokumen DPLH ................................... 68

iv
DAFTAR LAMPIRAN

1. SURAT-SURAT PERSETUJUAN
2. HASIL RAPAT, SARAN DAN MASUKAN DOKUMEN
3. SURAT IJIN DARI DINAS YANG TERKAIT DOKUMEN
4. AS PLAN DRAWING PERUSAHAAN
5. SURAT-SURAT DARI PERUSAHAAN
6. DATA HASIL ANALISIS LABORATORIUM
7. SOP BENCANA
8. BIODATA PEMRAKARSA
9. BIODATA PEMBUAT DOKUMEN

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan,
pemeliharaan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup. Selanjutnya disebutkan pula
bahwa pengelolaan lingkungan hidup memiliki asas tanggung jawab negara, diatur peran
serta masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa pengelolaan lingkungan hidup mempunyai


lingkup yang luas meliputi berbagai kegiatan yang ada kaitannya dengan lingkungan hidup.
Sejalan dengan adanya reformasi dalam berbagai bidang, maka sebagai salah satu bentuk
upaya peningkatan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat adalah dengan pendekatan
aspirasi masyarakat daerah melalui otonomi daerah.

Pertumbuhan pembangunan yang begitu besar di kabupaten Ponorogo dan sekitarnya


mengakibatkan keberadaan pelayanan dalam berbagai bidang juga semakin meningkat,
ketahanan pangan salah satu cara untuk pemenuhan kebutuhan hidup dan menyangkut hajat
hidup orang banyak menjadi sektor yang paling strategis dan sangat menjadi sorotan di
semua kalangan masyarakat, oleh sebab itu pemrakarsa disini yang telah memulai usaha
dibidang ketahanan pangan akan semakin berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan
pangan baik lokal, nasional bahkan internasional.

Namun demikian adanya kegiatan ini tentunya akan menimbulkan dampak, baik
dampak yang bersifat positif maupun negatif, sehingga perlu disusun kajian tentang dampak
lingkungan kegiatan tersebut sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2010 tentang Dokumen Lingkungan Hidup bagi usaha
dan/atau Kegiatan yang Telah Memiliki Izin Usaha dan/atau Kegiatan tetapi belum memiliki
dokumen Lingkungan Hidup serta penyusunan dokumen tersebut berpedoman pada Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen
Lingkungan Hidup.

1
1.2. Maksud dan tujuan
Maksud penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) kegiatan ini
adalah sebagai berikut :
1. Acuan bagi pemrakarsa dalam melakukan Pengelolaan Lingkungan Hidup(PLH)
terhadap Operasional pabrik penggilingan padi UD. SAMIAJI
2. Sebagai dokumen/pedoman yang dimanfaatkan dalam pemantauan lingkungan pada
tahap operasional
3. Merencanakan upaya pencegahan, mengurangi dampak negatif yang timbul akibat
operasional pabrik penggilingan padi UD. SAMIAJI
4. Merumuskan tindakan pengelolaan lingkungan dengan pendekatan teknik, sosial,
ekonomi, budaya, institusi dalam rangka mencegah, mengurangi dan meningkatkan
dampak positif akibat operasional dan pengembangan pabrik penggilingan padi UD.
SAMIAJI
5. Merumuskan pihak-pihak yang berkepentingan dalam upaya pemantauan lingkungan,
sehingga menjadi jelas fungsi dan peran pihak pelaksana, pengawas dan pengguna hasil
pemantauan

1.3. Identitas Pemrakarsa dan Penyusun DPLH


a. Pemrakarsa

Identitas Pemrakarsa Kegiatan Ini adalah sebagai berikut :


Pemrakarsa : UD. SAMIAJI
Alamat usaha : Desa Karangmojo, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo

No. Telp :-
Sedangkan Identitas Penanggung Jawab Kegiatan ini adalah sebagai berikut :
Penanggung Jawab : SAELAN

Jabatan : Pemilik Usaha

Alamat Kantor : Dukuh Sumber Agung RT 02 RW 01, Desa Balong,

Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo

No. Telp :-

2
b. Penyusun DPLH
Tim Penyusun DPLH ini adalah sebagai berikut :
Nama Perusahaan : CV. Bakti Pertiwi
No. Hp : 085 257 226 027
Email : baktipertiwi11@gmail.com
SIUP : 503/384/405.16/2018
TDP : 13.18.5.47.1240
Akte Notaris : No 4, 4 november 2016
NPWP : 80.570.533.2-647.000
SKA / SBU : 1149179 / 13.13.0007112
Penanggung jawab : Ike Sureni,SKM,M.Kes
Jabatan : Direktur
Alamat : Perum Anggrek Garden D 2 Kertosari Babadan Ponorogo
Tenaga Ahli : 1. Ike Sureni,SKM,M.Kes(Kesehatan)
2. Putri Nugraheni, ST (Tehkik Lingkungan)
3. Lilis Purnama Dewi,ST (Teknik Sipil)
4. Hawin Mey R.F,SKM (K3)
5. S. Wiyono, M.Si (Sosial Ekonomi)

3
1.4. Peraturan Perundang-Undangan yang Dipergunakan
Landasan hukum yang menjadi dasar dalam penyusunan Dokumen Pengelolaan
Lingkungan Hidup (DPLH) kegiatan ini adalah :

A. Undang-Undang
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Undang-Undang Nomor 7 tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketanagakerjaan di
Perusahaan
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistem
4. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
6. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketanagakerjaan
7. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
8. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
10. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
11. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
12. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup

B. PERATURAN PEMERINTAH
1. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggara Program Jaminan
Sosial Tenaga Kerja
2. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1995 tentang Izin Usaha Industri
3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 85 Tahun 1999 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
5. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun

4
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
8. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang Manajemen Rekayasa, Analisis
Dampak Serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas
9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga

C. PERATURAN MENTERI
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-04/MEN/1980 tentang Syarat Pemasangan
dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5 Tahun 1985 tentang Pesawat Angkat dan
Angkut
3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan
4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2009 tentang
Pemanfaatan Air Hujan
5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2010 tentang Dokumen
Lingkungan Hidup bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang telah Memiliki Izin Usaha
dan/atau Kegiatan tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/IV/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13/MEN/X/2011 Tahun 2011
tentang Nilai ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja
8. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan
9. Peraturan Menteri Pekerjaan umum Nomor 05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan
Umum
10. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor
P.102/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen

5
Lingkungan Hidup Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Telah Memiliki Izin Usaha
Dan/ Atau Kegiatan tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan hidup
11. Peraturan Menteri Kesehatan No 32 Tahun 2017 tentang Standart Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Hygiene Sanitasi Kolam
Renang, Solus Per Aqua dan Pemandian Umum.

D. KEPUTUSAN MENTERI
1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48/MENLH/11/1996 tentang
Baku mutu Kebisingan
2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku
Mutu Limbah Domestik

E. PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR


1. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Provinsi Jawa Timur

F. PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR


1. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 10 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Udara
Ambien dan Emisi Sumber Tidak Bergerak
2. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 30 Tahun 2011 tentang Jenis Usaha dan/atau
Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dokumen UKL-UPL
3. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air Limbah
bagi Industri dan/atau Kegiatan Usaha Lain

G. KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR


1. Surat Keputusan Gub. Jatim Nomor 129 Tahun 1996 tentang Baku mutu Udara Ambien
dan Emisi Sumber Tidak Bergerak

H. PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO


1. Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Ponorogo Tahun 2012-2032
2. Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 5 Tahun 2011 tentang Ketertiban Umum
dan Ketentraman Masyarakat

6
I. PERATURAN BUPATI KABUPATEN PONOROGO
1. Peraturan Bupati Nomor 46 Tahun 2015 tentang Izin Lingkungan
2. Peraturan Bupati Nomor 50 Tahun 2017 tentang Perizinan dan Pengawasan
Pengelolaan Limbah B3 serta Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah B3 Skala
Kabupaten
3. Peraturan Bupati Nomor 51 Tahun 2017 tentang Izin Pembuangan Air Limbah

J. KEPUTUSAN BUPATI KABUPATEN PONOROGO


1. Keputusan Bupati Nomor 188.45/1729/405.25/2017 tentang Pembentukan Tim
Pemeriksa UKL-UPL dan Tim Pemeriksa SPPL Kabupaten Ponorogo

7
BAB II

SKALA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

1.1. SKALA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN


1.1.1. Nama Usaha dan/atau Kegiatan

Nama Usaha dan/atau Kegiatan : Pabrik penggilingan padi UD. SAMIAJI

1.1.2. Lokasi Usaha dan/atau Kegiatan


Lokasi usaha dan/atau kegiatan penggilingan padi UD. SAMIAJI :
Batas Lokasi
 Sebelah Utara : Jalan Desa
 Sebelah Timur : Tanah Milik Sdr. Lamiyah
 Sebelah Selatan : Tanah Milik Sdr.Gumbreg
 Sebelah Barat : Tanah Milik Sdr. Gumbreg

8
Gambar 2.1 Layout Pabrik Penggilingan Padi UD. SAMIAJI

9
1.1.3. Skala/Besaran Usaha dan/atau Kegiatan
Pabrik penggilingan padi UD. SAMIAJI berdasarkan peta satelit berada pada koordinat
LS -7°56’50.0” dan BT 111°26’21.6” seperti gambar 2.2

Gambar 2.2 Peta Satelit Pabrik Penggilingan Padi UD. SAMIAJI

10
Penggilingan padi telah dibangun di atas tanah milik Bapak Saelan dengan jenis hak
milik nomor 353 dengan luas total tanah 1.318 m2 bertempat di Desa Karangmojo,
Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo. Bangunan pabrik dibangun di atas tanah milik
Bapak Saelan dengan penggunaan lahan untuk penggilingan padi sebesar 131 m2 dan untuk
gudang sebesar 45 m2 dibuat layaknya pembuatan bangunan untuk gudang penyimpanan
barang yang bersifat kering sehingga meminimalisir terjadinya pengembunan di dalam
bangunan gudang pabrik operasional maupun penyimpanan beras dan gabah. Kedua
bangunan yang dibangun yang terdiri dari 1 unit area produksi dan 1 unit area penyimpanan.
Pabrik dan kantor dibuat terpisah agar dapat memaksimalkan fungsi dari masing-masing
bangunan. Area pabrik meskipun dekat dengan pemukiman penduduk, tetapi dilengkapi
dengan vacuum drying yang digunakan untuk menghisap debu (abu sekam) yang dihasilkan
dari proses produksi dan disimpan dalam area penyimpanan abu sekam.

11
Gambar 2.3 Denah Pabrik Penggilingan padi UD. SAMIAJI
12
Denah pabrik tersebut memetakan area untuk posisi kantor dan pabrik sehingga dapat
dihasilkan sinergi kerja yang berkesinambungan antara kantor dan pabrik yang tercipta
kontrol kerja sesuai kaidah K3 dan kedisiplinan karyawan. Posisi dari penempatan pabrik
juga dapat dianalisa untuk memenimalisir dampak kebisingan serta pencemaran debu.

Karyawan yang dimiliki Pabrik ada 8 Karyawan yang masing-masing karyawan


diberikan tugas untuk memonitoring area yang terdapat dalam denah sederhana pabrik diatas.
Diantaranya 2 karyawan bagian pengepakan, bagian operasional mesin 2 karyawan, sopir 2
karyawan, sisanya bagian penjemuran padi secara traditional.
Untuk proses Pengolahan padi menjadi beras siap jual akan dijelaskan gambar 2.4

Gambar 2.4 Alur Produksi

Padi / gabah dari Sillo

merang

perontok Ayakan Kotoran


Goyang/hongkal Batu logam

Rice husker/huller Husk separator Katul


dedak
Beras kulit pecah

Silo beras Rice policher Paddy separator

Rice polisher packing

13
Skema alur produksi diatas dapat dijelaskan lebih rinci sebagai berikut
1. Padi / gabah

Gambar 2.5 Mesin Pemanas Gabah, Padi dan Mesin Pengolah Gabah
Padi basah yang didapat berasal dari kelompok tani di area seputar Kabupaten
Ponorogo. Gabah masuk perhari rata-rata 50 ton/hari dan beras 30 ton. Gabah yang masih
basah akan dikeringkan di mesin pengering gabah. Gabah yang siap olah akan
dimasukkan ke dalam penampungan gabah atau silo, kemudian gabah diayak dipisahkan
antara gabah dengan serabut abu yang terdapat dalam gabah yang akan disorot menuju
dust collector. Selain menggunakan mesin penggering gabah juga menggunakan cara
traditional yaitu dengan menjemur di bawah sinar matahari. Tempat pengeringan padi
yang cukup luas dan di plester menyebabkan berkurngnya infiltrasi / masuknya air hujan
kedalam tanah sehingga pemrakarsa perlu menyediakan sumur resapan untuk menyimpan
air.

14
2. Mesin pemecah kulit (huskel/huller)

Gambar 2.6 Mesin Pemecah Kulit

Mesin pemecah kulit berfungsi untuk memecah kulit gabah menjadi beras yang
menghasilkan beras kuning, abu, dan bekatul. Mesi pemecah kulit terdiri dari 1 mesin
pemecah kulit dirangkai dengan 1 blower dust. Kesatuan alat tersebut dirangkai menjadi
satu kesatuan agar tidak menimbulkan peningkatan debu di udara akibat dari keluarnya
bekatul maupun partikel kecil yang menyebabkan udara tercemar. Kapasitas produksi
yang mampu dihasilkan dalam sehari produksi selama 8 jam kerja adalah 20 ton/hari.

15
3. Ayakan Screen Pemisah

Gambar 2.7 Ayakan Screen Pemisah


Mesin Ayakan Screen Pemisah berfungsi seperti ayakan manual yang berfungsi untuk
memisahkan antara beras, dedak dan kerikil yang berasal dari mesin perontok, yang
nantinya akan dipisahkan menuju salurannya masing-masing. Kapasitas produksi yang
mampu dihasilkan dalam sehari produksi selama 8 jam kerja adalah 20 ton/hari.

16
4. Separator pemisah

Gambar 2.8 Area Separator Pemisah


Mesin Separator Pemisah adalah mesin untuk memisahkan fraksi berat dan fraksi
ringan dari pengolahan beras dengan bekatul pengolahan lanjutan setelah melewati
ayakan. Mesin Separator Pemisah yang digunakan sebanyak 1 buah. Kapasitas produksi
yang mampu dihasilkan dalam sehari produksi selama 8 jam kerja adalah 20 ton.

17
5. Mesin pemoles Beras

Gambar 2.9 Mesin Pemoles Beras


Mesin pemoles beras digunakan untuk memutihkan beras dengan membuang bagian
beras yang berwarna coklat yang merupakan bagian yang jika tertinggal akan
menyebabkan kualitas beras menurun, dimana bagian beras yang berwarna coklat ini akan
di kumpulkan dan di tampung dalam penampungan sekam yang akan di olah menjadi
bekatul. Mesin Pemoles beras yang digunakan berjumlah 2 buah.

18
6. Siklon

Gambar 2.10 Area Siklon


Alat yang di gunakan untuk tempat keluarnya dedak dari hasil penggilingan padi yang sudah
menjadi beras.

19
7. Area Pengepakan

Gambar 2.11 Area Pengepakan

Area pengepakan ini meliputi mesin cantingan kemudian dialirkan menuju ayakan pemisah
batu kemudian dilakukan poles sekali lagi dialirkan menuju cabi dari kemudian dialirkan
menuju sortir soiler masuk ke dalam wadah pengepakan dan menjadi beras siap jual ukuran
25 kg. Kapasitas produksi yang mampu dihasilkan dalam sehari produksi selama 8 jam kerja
terhitung dari jam 07.30-12.00 lanjut jam 13.00-16.30 adalah 20 Ton. Sedangkan kapasitas
produksi perbulan 600 Ton.

Ruang Terbuka Hijau atau disingkat RTH tak lepas dari pantauan pemrakarsa sehingga
disisihkan 20% untuk RTH sesuai dengan Perda Kabupaten Ponorogo Nomor 1 Tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ponorogo Tahun 2012-2032. UD.
SAMIAJI ini untuk RTH sudah maksimaal dan memenuhi syarat RTH minimal 30 %.

20
Meskipun tempat penjemuran luas tetapi di pinggir-pinggirnya terdapat tanaman untuk syarat
tersedianya RTH.

Mesin di dalam pabrik penggilingan padi UD. SAMIAJI ini semuanya menggunakan
tenaga listrik. Polusi suara yang dihasilkan tidak seperti mesin yang menggunakan tenaga
diesel, sehingga polusi udara kebisingan berada di bawah ambang batas yang ditentukan
pemerintah untuk daerah titik di luar pabrik dan di area luar pabrik bukan di dalam area
mesin produksi. Proses pengolahan padi menjadi beras pun tergolong ramah lingkungan
karena tidak menyisakan satupun produk yang berbahaya ke lingkungan karena dedak padi
dan sekam hasil pengelupasan beras padi disimpan dan ditempatakan dalam gudang terpisah
yang tertutup rapat dan dijual kembali menjadi suatu barang komoditi yang menghasilkan
profit serta jika warga sekitar menghendaki membeli dedak padi, kami menjualnya dengan
harga yang murah. Procedural kerja yang ditetapkan di UD. SAMIAJI disesuaikan dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 261/MENKES/SK/II/1998 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja.

Untuk Susunan Kepengurusan Perusahaan UD. SAMIAJI Dapat dilihat pada skema
dibawah ini

DIREKTUR

BENDAHARA

KAPALA GUDANG

SOPIR

Gambar 2.12 susunan pengurus

21
1.1.3.1. Hubungan Antara Lokasi Kegiatan Dengan potensi Sumber Daya yang Ada
A. Sumber daya mineral dan air

Sumber daya air yang digunakan untuk penggilingan padi UD. SAMIAJI adalah air
sumur dangkal.

B. Sumber daya energi


Sumber daya energi yang diperlukan pada setiap tahap pembangunan akan disuplai dari
Perusahaan Listrik Negara (PLN) 105.000 watt.

C. Sumber daya alam Hayati


Sumber daya alam hayati seperti vegetasi darat yang pada umumnya berupa tanaman
liar seperti rumput yang terdapat di lokasi proyek akan berkurang pada tahap pra konstruksi,
akan tetapi akan diganti dengan tanaman hias dan pohon yang tertata rapi.

D. Sumber daya manusia


Sumber daya manusia sebagai pekerja lokal ini cukup banyak tersedia di sekitar pabrik
yang dapat dilihat lebih jelas pada analisis spasial Kecamatan Balong sehingga untuk
keperluan proyek diharapkan dapat diambil dari warga sekitar

E. Fasilitas Penunjang
a. Telekomunikasi
a. Telepon
System operasional yang digunakan adalah :
Pesawat telepon seluler yang dimiliki oleh kepala pabrik
b. Pemakaian Tenaga Listrik dan Telepon
Tenaga listrik sebesar 105.000 watt yang akan digunakan untuk kebutuhan
operasional pabrik sedangkan untuk kantor memiliki jalur listrik terpisah.
b. Sistem pemadaman Kebakaran
Sistem pemadaman kebakaran yang digunakan yaitu dengan menggunakan tabung
pemadam kebakaran yang diletakkan stasioner/portable pada ruangan terdekat dengan pabrik
dan kantor.

22
c. Fasilitas Parkir
Penyediaan lahan parkir agar disesuaikan dengan keluar masuknya angkutan /
kendaraan pengangkut agar tidak terjadi parkir di tepi jalan yang berpotensi
mengganggu lalu lintas.

Gambar 2.13 Area Parkir

d. Limbah padat
Limbah padat berupa dedak padi yang disimpan dalam gudang yang dilengkapi
penyekat debu sehingga dedak debu tidak beterbangan keluar. Pengurangan jumlah dedak
padi dilakukan dengan cara menjual kepada petani atau peternak untuk pakan maupun untuk
pupuk organik tanaman. Pemrakarsa di harapkan untuk menyediakan tempat pemilah sampah
untuk sampah organic, non organic dan tempat sampah B3 jika ada limbah B3 dan di kelola
dengan baik.

23
e. Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dan keamanan
Dalam hal ini peralatan yang disediakan dan harus dalam keadaan siap pakai yang
disediakan dari penggilingan padi UD. SAMIAJI antara lain :
 Masker/alat pernafasan, helm dan sarung tangan lateks
Karyawan di UD. SAMIAJI ini belum sepenuhnya memakai APD untuk menjalankan
aktifitas penggilingan padi maka pemrakarsa wajib mengingatkan karyawannya untuk
memakai APD untuk melindungi diri demi keselamatannya.
 Pemadam Kebakaran
Di UD. SAMIAJI belum terdapat APAR sehingga pemrakarsa wajib menyediakan
APAR minimal 1 APAR demi keamanan tempat usaha dan memberikan sosialisasi
kepada karyawan akan dampak bahaya kebakaran.

Dari penjelasan tentang pabrik diatas dapat diringkas dengan tabel dibawah ini.
Tabel 2.1. Data Penunjang
No Komponen Pabrik Pengolahan Mineral Keterangan
1 Luas Area Bangunan Terlampir dalam surat kuasa
2 Jumlah Karyawan 8 orang
3 Operasional Pabrik 8 jam
4 Kapasitas Produksi perhari 30 ton
5 Kapasitas Tampung Padi dan Produk 30 ton
6 Luas Pabrik dan Gudang 1.318 m2
7 Sumber Energi PLN 105.000 watt
9 Penggunaan Air Kegiatan MCK Karyawan
Limbah yang dihasilkan Oli bekas, Besi berkarat, Spare part
10
bekas, dan Dedak padi
11 Safety building Pagar, Pintu Darurat, Area Evakuasi
Safety employement Helm, Masker, Sarung Tangan Lateks,
12
Tabung Pemadam, Handy Talky

F. CSR

CSR yang telah diberikan oleh UD. SAMIAJI ialah dengan memberikan bantuan
sosial untuk warga di lingkungan sekitar penggilingan yaitu di Desa Karangmojo,
Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo untuk kegiatan lingkungan dan hari besar
agama. Serta menjaga hubungan baik dengan tetangga yang berbatasan, sehingga di
kemudian hari terjalin hubungan yang kondusif.

24
1.1.4. Garis Besar Komponen Usaha dan/atau Kegiatan
1.1.4.1. Kesesuaian Lokasi Kegiatan dengan Tata Ruang
Peruntukan lahan untuk pembangunan Pabrik penggilingan padi UD. SAMIAJI ditinjau
dari tapak secara regional dipandang cukup memenuhi kebutuhan keberadaannya sesuai
dengan Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Ponorogo Tahun 2012-2032. Untuk mendukung peraturan
tersebut dilakukan analisis spasial di Desa Karangmojo, Kecamatan Balong, Kabupaten
Ponorogo yang telah ditemukan dilapangan :

1.1.4.1.1. Fisik kimia


1.1.4.1.1.1. Iklim, Kualitas Udara dan Kebisingan
A. Tipe Iklim

Tipe iklim berdasarkan Schmids Ferguson terdapat 6 tipe yaitu :


A = Tipe sangat basah
B = Tipe basah
C = Cukup basah
D = Sedang
E = Kering
F = Sangat Kering
Kabupaten Ponorogo memiliki tipe iklim (D) dengan nisbah rata-rata jumlah bulan
kering dan rata-rata jumlah bulan basah (q) adalah 60-100%. Bulan kering adalah bulan
dengan curah hujan <60%, sedangkan bulan basah adalah bulan dengan curah hujan
±100mm.

B. Curah Hujan
Data sekunder jumlah curah hujan rata-rata 5 tahun terakhir di Kecamatan Balong,
menunjukkan bahwa bulan November-Juli merupakan bulan basah dengan curah hujan diatas
100mm/bulan. Sedangkan bulan-bulan antara Agustus hingga Oktober merupakan bulan-
bulan kering yaitu bulan-bulan yang memilik curah hujan kurang dari 100mm/bulan, data
selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah

25
Tabel 2.2 Data Curah Hujan (mm) tahun 2018
(2016) (2017)
Bulan/month Jumlah Hari Jumlah Curag Jumlah Hari Jumlah Curah
Hujan Hujan Hujan Hujan
Number of Number Of Number Of Number Of
Raindays Rainfall (mm) Raindays Rainfall (mm)
1 2 3 4 5
Januari/January 11 243 26 334
Februari/February 21 404 23 362
Maret/March 18 197 11 174
April/April 18 218 16 283
Mei/Mey 11 132 5 29
Juni/June 11 79 3 17
Juli/July 4 38 3 22
Agustus/August 7 81 1 1
September/September 11 275 4 79
Oktober/October 12 159 3 9
November/November 19 352 22 352
Desember/December 19 235 11 137
Sumber data : Kabupaten Balong Dalam Angka 2018
C. Kualitas Air, Udara , dan Kebisingan
Pada saat Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup ini disusun, telah dilakukan uji
laboratorium kualitas udara dan kebisingan, air limbah domestik serta air bersih di lokasi
kegiatan. Berikut Data Hasil Laboratorium uji sampel udara dan air di lokasi Pabrik
Penggilingan padi UD. SAMIAJI :

26
Uji Sampel Kualitas Air Bersih di Pabrik Penggilingan padi UD. SAMIAJI
No. Reg. Lab. : 070/2.169/405.10.32/2018
Lokasi Sampling : Air Bersih UD. Samiaji Milik Bapak Saelan Desa Karangmojo
Kecamatan Balong
Diambil Oleh : Ibu Ikke Sureni S.KM
Diambil Tanggal : 15 Oktober 2018
Diterima Tanggal : 15 Oktober 2018
No Parameter Unit Hasil Standart Baku Mutu Keterangan
(Kadar Maksimum)
A. FISIKA
1 Bau - Tidak berbau Tidak berbau -
2 Jumlah zat padat mg/L 888 1000 -
terlarut (TDS)
3 Rasa - Tidak berasa Tidak berasa -
4 Warna TCU 17 50 -
5 Suhu ℃ 28 Suhu udara ± 3 ℃ -
6 Kekeruhan NTU - 25 -
B. KIMIA
A. Kimia anorganik
7 pH - 7.0 6,5-8,5 -
8 BESI (Fe) mg/L 0.115 1,0 -
9 MANGAN (Mg) mg/L 0.094 0,5 -
10 NITRAT (NO3) mg/L 0.0 10 Sbg. N
11 NITRIT (NO2) mg/L 0.00 1 Sbg. N
12 KESADAHAN mg/L 1000 500 Sbg. CaCO3
13 FLORIDA (F) mg/L 0.70 1,5 -
Pertimbangan :
Parameter diatas memenuhi persyaratan : Kecuali Kesadahan
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32
TAHUN 2017
Perhatian :
- Hasil pemeriksaan ini hanya berlaku untuk contoh diatas.

27
Uji Sampel Pemeriksaan Kualitas Udara Ambien di Pabrik Penggilingan padi UD.
SAMIAJI

Nama Pelanggan : CV. BAKTI PERTIWI

Alamat : Perum Anggrek Garden D2, Kertosari, Babadan, Ponorogo

Jenis Sampel : Udara Ambien (Sesaat)

Lokasi Sampel : Area Penggilingan Padi Bapak Saelan, Desa Karangmojo,

Kecamatan Balong, Kab. Ponorogo

No. Sampel : 1480-j/KU/MBS/X/2018

Tanggal Sampling : 11 Oktober 2018

Tanggal Penerimaan Sampel : 11 Oktober 2018

Tanggal Pengujian : 12 – 31 Oktober 2018

Titik Koordinat : S : 07056’48.8” E : 111026’21.9”

Hasil pengukuran :
No Parameter Waktu Satuan Hasil Baku Spesifikasi Metode
Pengukuran Pengukuran mutu
(WIB)
1 Sulfur Dioksida (SO2) 11.30 - 12.30 µg/Nm3 16.0 900 SNI 19.7119.7-2005
2 Karbon Monoksida (CO) 11.30 - 12.30 µg/Nm3 1750.0 30000 IKM/5.4.6/MBS (CO
Meter)
3 Nitrogen Dioksida (NO2) 11.30 - 12.30 µg/Nm3 28.5 400 SNI 19-7119.2-2005
4 Oksidan(O2) 11.30 - 12.30 Ppm 0.0089 0.1 SNI 19-7119.8.2005
5 Debu (TSP) 11.30 - 12.30 mg/Nm3 0.0078 - IKM/5.4.7/MBS
(Gravimetri)
6 Hidrogen Sulfida (H2S) 11.30 - 12.30 Ppm 0.0011 0,03 IKM/5.4.1/MBS
(Spectrofotometer)
7 Amoniak (NH3) 11.30 - 12.30 Ppm <0.0008 - SNI 19-7119.1-2005
8 Timah Hitam (Pb) 11.30 - 12.30 mg/Nm3 <0.0008 - SNI 19-7119.4-2005
9 Kebisingan 11.30 - 11.40 dBA 53.9 - IKM/5.4.10/MBS
(Sound Level Meter)

26
No PARAMETER PENDUKUNG HASIL SPESIFIKASI METODE
PENGUKURAN
1 Temperatur 31.80C IKM/5.4.32/MBS (Thermohygrometer)
2 Kelembaban Relatif 67.0 % IKM/5.4.32/MBS (Thermohygrometer)
3 Kecepatan Angin 0.1 – 1.7 Km/Jam IKM/5.4.33/MBS (Anemometer)
4 Arah Angin Dominan Timur IKM/5.4.33/MBS (Anemometer)
5 Kondisi Lingkungan Cerah, Berawan -

Berdasarkan data hasil anilisis udara, dapat dilihat spesifik yang menjadi sorotan
adalah ada tidaknya debu dilingkungan sekitar, dikarenakan lokasi pengambilan sampel
berada pada lingkungan warga dan didapatkan hasil analisis yang tidak melebihi ambang
batas partikel debu sehingga dapat disimpulkan bahwa partikel debu yang berhamburan ke
lingkungan sekitar buangan atau debu yang beterbangan dari operasaional pabrik tetapi dapat
pula berasal dari debu jalanan, mengingat tingkat volume debu yang ditimbulkan tidak
melebihi ambang batas, sehingga dapat disimpulkan bahwa partikel debu dari UD. SAMIAJI
tidak terbuang kelingkungan sekitar secara berlebihan tetapi hanya sedikit dan tidak sampai
mengotori lingkungan dan tidak menyebabkan penyakit.

2.1.4.1.2. KOMPONEN BIOLOGI


2.1.4.1.2.1. Flora

Data primer flora yang diambil merupakan rona lingkungan awal dari studi ini, data
tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.3 Hasil pengamtan flora
No Nama Indonesia Nama Ilmiah Famili
1 Mangga Mangivera indica ANACARDIACEAE
2 Ketela pohon Manihot utilissima EUPHORBIACEAE
3 Rumput jarum Andropogon aciculatus GRAMINAE
4 Kamboja jepang Adenlum variegate APOCYNACEAE
5 Rumput grinting Cynodon datylon GRAMINAE
6 Alang-alang Imperata cylindrica GRAMINAE
7 Bayam duri Amaranthus spinosus AMARANTHACEA
Dari identifikasi flora pada tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas flora di lokasi adalah
jati.

27
2.1.4.1.2.2. Fauna
Data primer fauna yang diambil merupakan rona lingkungan awal dari studi ini dapat
dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 2.4 Hasil Pengamatan Fauna
No Nama indonesia Nama ilmiah Famili
1 Burung gereja erasia Passer montanus PLOCEIDAE
2 Walet sapi Collocalia esculenta APODIDAE
3 Layan-layang rumah Delichon dasypus HIRUNDINIDAE
4 Kadal Mabouya multifasciata GECKONIDAE
5 Ular weling Bungarus candidus ELAPIDEAE
Dari identifikasi fauna pada tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas fauna di lokasi adalah
burung gereja erasia.

2.1.4.1.3. KOMPONEN SOSIAL, EKONOMI, DAN BUDAYA


2.1.4.1.3.1. Demografi
Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Berdasarkan data Kecamatan Balong Dalam Angka 2018 yang diterbitkan oleh Badan
Pusat Statistik, Desa Karangmojo memiliki jumlah penduduk 984 jiwa yang terdiri dari laki-
laki 467 jiwa dan perempuan 517 jiwa. Dengan luas wilayah 851 Ha yaitu 1,84% dari luas
Kecamatan Balong. Desa Karangmojo memiliki 2 Dusun, 8 RT dan 4 RW.

28
Gambar 2.14 Kecamatan Balong pada peta Administratif Ponorogo

29
Jumlah penduduk Desa Karangmojo menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 2.5 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian
No Jenis pekerjaan Jumlah
1 Petani 352
2 Pertambangan dan Penggalian -
3 Industri Pengolahan 41
4 Konstruksi 58
5 Perdagangan 34
6 Jasa 83
7 Transportasi 14
Sumber data : Kecamatan Balong Dalam Angka 2018
Dari Tabel 2.5 diketahui bahwa mayoritas penduduk Desa Karangmojo bekerja di bidang
Pertanian (352 orang).
Fasilitas pendidikan dan jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa
Karangmojo adalah sebagai berikut.
Tabel 2.6 Fasilitas Pendidikan
No Jenis Sekolah Jumlah Guru Murid
1 SD Negeri 1 10 45
2 SD Swasta - - -
3 MI Negeri - - -
4 MI Swasta - - -
5 SMP Negeri - - -
6 SMP Swasta - - -
7 MTS Negeri - - -
8 MTS Swasta - - -
9 SMA Negeri - - -
10 SMA Swasta - - -
11 SMK Negeri - - -
12 SMK Swasta - - -
13 MA Negeri - - -
14 MA Swasta - - -
Sumber data : Kecamatan Balong Dalam Angka 2018
Dari Tabel 2.6 diketahui bahwa hanya terdapat 1 fasilitas pendidikan di Desa Karangmojo
yaitu : SD negeri
Jumlah penduduk Desa Karangmojo menurut agama yang dipeluk dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 2.7 Pemeluk Agama
No Agama Jumlah
1 Islam 980
2 Kristen 4
3 Lainnya
Jumlah 984
Sumber data :Kecamatan Balong Dalam Angka 2018
Dari Tabel 2.7 diketahui bahwa mayoritas penduduk Desa Karangmojo beragama islam (980
orang), sedangkan agama yang lain hanya dianut beberapa penduduk.

30
Sarana ibadah yang dimiliki oleh Desa Karangmojo dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 2.8 Sarana Ibadah
No Sarana ibadah Jumlah
1 Masjid 1
2 Mushola 9
Sumber data : Kecamatan Balong Dalam Angka 2018
Dari Tabel 2.8 diketahui bahwa terdapat beberapa sarana idabah, yaitu : masjid (1) dan
mushola (9).
Fasilitas kesehatan, perugas kesehatan dan penderita cacat yang ada di Desa
Karangmojo dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.9 Fasilitas kesehatan
No Jenis fasilitas Jumlah
1 Rumah Sakit -
2 Puskesmas -
3 Puskesmas Pembantu -
4 Balai Pengobatan -
5 Praktek Dokter Swasta -
6 Praktek Bidan Swasta 2
7 Polindes 1
8 Posyandu 1
Jumlah 4
Sumber data : Kecamatan Balong Dalam Angka 2018
Dari Tabel 2.9 diketahui bahwa terdapat beberapa fasilitas kesehatan di Desa Karangmojo,
yaitu : praktek bidan swasta (2), Polindes (1) dan Posyandu (1).
Tabel 2.10 Tenaga kesehatan
No Tenaga ahli Jumlah
1 Tenaga Medis -
2 Tenaga Keperawatan 4
3 Tenaga Kebidanan 2
4 Tenaga kefarmasian -
jumlah 6
Sumber data : Kecamatan Balong Dalam Angka 2018
Dari Tabel 2.10 diketahui bahwa terdapat beberap tenaga kesehatan di Desa Karangmojo,
yaitu : tenaga keperawatan (4) dan tenaga kebidanan (2)
Tabel 2.11 Penderita cacat
No Jenis kecacatan Jumlah
1 Tuna netra 1
2 Tuna rungu wicara -
3 Tuna daksa -
4 Tuna grahita 1
Sumber data : Kecamatan Balong Dalam Angka 2018
Dari Tabel 2.11 diketahui bahwa terdapat beberapa penderita cacat di Desa Karangmojo,
yaitu : tuna netra (1) dan tuna grahita (1).

31
Tabel 2.12 Rekapitulasi 15 Besar Penyakit Tahun 2018
No Jenis Penyakit Kode Total
1 MYALGIA M791 7129
2 HIPERTENSI I10 4873
3 BATUK PILEK J00 3619
4 GASTRITIS K297 2877
5. TENSION TYPE HEADACHE G442 2653
6. ALERGI TANPA PENYEBAB YANG JELAS L239 2414
7. ISPA J069 1564
8. DIABETES MELLITUS E119 375
9. PERIODONTITIS ACUT K052 363
10. BATUK R05 332
11. VERTIGO H813 200
12. DYSPEPSIA K30 156
13. NON-INSULIN-DEPENDANT DIABETES MELLITUS E115 142
14. OTHERNONORGANIC PSYCHOTIC DISORDERS F28 120
15. OBSERVASI FEBRIS R509 104
Sumber data : PUSKESMAS Balong Tahun 2018
Dari Tabel 2.12 diketahui bahwa penyakit terbanyak di Puskesmas Balong adalah Myalgia.

Sarana perdagangan yang ada berupa toko dan warung / depot. Sarana perekonomian
yang ada berupa non koperasi KUD. Industri rumah tangga yang ada berupa kerajinan mebel
pengolahan pangan dan gerabah. Berdasarkan hasil analisis spasial di Desa Karangmojo,
Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo diharapkan dengan pembangunan pabrik ini dapat
membuka lapangan kerja baru serta meningkatkan pendapatan warga sekitar pabrik.

2.1.4.2. Persetujuan dan kesepakatan-kesepakatan


Pabrik Penggilingan padi UD. SAMIAJI sudah memiliki surat ijin mendirikan
bangunan pada tahun tersebut yang dapat diilihat dalam lampiran 3. Dokumen ijin prinsip dan
kesepakatan yang lain dapat dilihat dalam tabel 2.13 dibawah ini serta dapat dilihat pada
lampiran 1 dan 2

Tabel 2.13 kelengkapan persetujuan prinsip


No Kelengkapan formal Keterangan
1 Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) kecil Nomor 503/73/PDK/2016
2 Tanda Daftar Perusahaan Perorangan (TDP) 13.18.5.47.970 berlaku s/d tanggal 29
Januari 2023
3 Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) 503/20/IMB/405.16/2017
4 Surat Keterangan Penyimpanan Barang (SKPB) 503/517/08/405.27/2014
5 NPWP 07.121.656.8-647.000

32
2.1.4.3. Uraian Mengenai Komponen Kegiatan Yang Dapat Menimbulkan Dampak
Lingkungan
Tujuan utama pembangunan dan pengoperasian Pabrik penggilingan padi UD.
SAMIAJI di Desa Karangmojo, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo ini adalah untuk
menyediakan kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah
penduduk, sehingga ketahanan pangan menjadi salah satu sector yang harus diperhatikan dan
diprioritaskan.
Sedangkan kegunaan pengoperasian Pabrik penggilingan padi UD. SAMIAJI ini
mencakup kegunaan untuk berbagai pihak antara lain :
1. UD. SAMIAJI (Pemrakarsa)
a. Tersedianya cadangan pangan berupa beras untuk warga Indonesia
b. Meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) Pemerintah Kabupaten
Ponorogo dari retribusi dan pajak dari kegiatannya
2. Masyarakat
a. Terciptanya kesempatan kerja dan pendapatan terutaman untuk masyarakat
lokal
3. Investor dan pihak lainnya
a. Mendapatkan kepastian penanaman modal dari investasinya
b. Peluang bagi pengusaha, distributor, pengecer dan peralatan yang dibutuhkan
untuk kegiatan operasional, penjualan dan pemeliharaan
2.1.4.3.1. Tahap Operasi
Scope pekerjaan pada tahap operasi Pabrik penggilingan padi UD. SAMIAJI Balong
berikut:
1. Pengoperasian Pabrik
Kegiatan yang berlangsung disini adalah proses pengolahan padi / gabah menjadi
beras yang siap jual
2. Pengecekan Kelayakan Konstruksi Bangunan dan Perawatan Mesin Produksi
Kegiatan berkala yang dilakukan oleh pihak pemrakarsa untuk memastikan tingkat
keamanan bangunan pabrik dan perawatan yang dilakukan berkala oleh pemrakarsa
3. Kegiatan pengoperasian simulasi SOP Bencana Kebakaran dan Bencana Alam
Kegiatan berkala yang dilakukan oleh pihak pemrakarsa untuk memastikan tingkat
kesigapan seluruh warga masyarakat terdampak pabrik untuk evakuasi bencana
kebakaran serta gempa bumi

33
2.2. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
Rencana jadwal pelaksanaan pekerjaan penyusunan DPLH pabrik penggilingan padi
UD. SAMIAJI Balong yang akan dilaksanakan mulai dari tahap pendahuluan / pra rancangan
sampai pekerjaan tahap akhir yang diselesaikan dalam kurun waktu ±60 hari dan setelah itu
dilakukan pengawasan secara berkala. Secara garis besar jadwal pelaksanaan pekerjaan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 2.14 jadwal kegiatan penyusunan DPLH Penggilingan padi UD. SAMIAJI
No Uraian Minggu Ket
I II III IV V VI VII VIII
1 Inventarisasi dan validasi data X X X
2 Uji sampel laboratorium X
3 Identifikasi dampak yang akan terjadi X X X X
4 Rekomendasi dan finishing X X

34
BAB III
DAMPAK YANG DITIMBULKAN

Dampak yang nyata yang dapat timbul terhadap komponen lingkungan fisik, kimia,
biologis dan sosial ekonomi budaya berasal dari kegiatan operasional baik dari kegiatan
utama, kegiatan pendukung maupun kegiatan sarana penunjang. Identifikasi dampak yang
timbul terhadap lingkungan dilakukan dengan menggunakan metode matrik interaksi dampak
sehingga dengan metode ini diharapkan dapat dilakukan pengkajian yang terarah dan
komprehensif seperti tertera pada tabel 3.1.
Tabel 3.1. Kegiatan Operasional UD. SAMIAJI yang berpotensi menjadi sumber Dampak
terhadap Komponen Lingkungan.
KOMPONEN LINGKUNGAN KOMPONEN KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
1. Komponen Fisik Kimia
Penurunan kualitas udara X X
Peningkatan kebisingan X X
Penurunan Kualitas Air Permukaan X
Penurunan Kualitas Air Tanah X
Penurunan kualitas tanah X X X
Timbunan sampah X X
Bahaya Kebakaran X X
Gangguan lalu lintas/Kemacetan X
2.Komponen Sosial, Ekonomi,
budaya dan kesehatan masyarakat
Tingkat Kecelakaan Kerja dan X X
Penurunan Kesehatan Pekerja
Persepsi Masyarakat X X
Tingkat Pendapatan Masyarakat X
Keterangan :
1 = Kegiatan Produksi Penggilingan Padi
2 = Kegiatan Mobilisasi Kendaraan Pabrik dan Kendaraan karyawan.
3 = Kegiatan domestik karyawan
4 = Kegiatan administrasi perkantoran

35
5 = Penggunaan Energi
6 = Penggunaan Bahan Bakar
Adapun penjelasan dari kegiatan yang dilaksanakan yang akan menimbulkan dampak sebagai
berikut :
3.1. KEGIATAN UTAMA
 Kegiatan Produksi Penggilingan Padi
1. Penurunan Kualitas Udara
Sumber Dampak : Kegiatan Produksi Penggilingan Padi
Jenis Dampak : Adanya penurunan kualitas udara ambient
Tolok Ukur Dampak : Keputusan Gubernur Jawa Timur nomor 10 tahun
2009 tentang Baku Mutu Kualitas Udara Ambien dan
Emisi Sumber Tidak Bergerak di Jawa Timur

2. Peningkatan Intensitas Kebisingan


Sumber dampak : Kegiatan Produksi Penggilingan Padi
Jenis dampak : Adanya peningktan tingkat kebisingan
Tolak Ukur dampak : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 48 tahun
1996 Tentang baku Tingkat Kebisingan.

3. Bahaya Kebakaran
Sumber dampak : Kegiatan Produksi Penggilingan Padi
Jenis dampak : Adanya bahaya kebakaran
Tolak ukur dampak : Undang-Undang nomor 30 tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan

4. Tingkat Kecelakaan Kerja dan Penurunan Tingkat Kesehatan Pekerja


Sumber dampak : Kegiatan Produksi Penggilingan Padi
Jenis dampak : Adanya kecelakaan kerja dan angka kesakitan pekerja
Tolak ukur dampak : Kasus kecelakaan kerja di lokasi kerja

5. Persepsi Masyarakat
Sumber dampak : Kegiatan Produksi Penggilingan Padi
Jenis dampak : Adanya persepsi masyarakat sekitar lokasi kegiatan
Tolak ukur dampak : Adanya keluhan / aduhan dari masyarakat sekitar Lokasi

36
6. Tingkat Pendapatan Masyarakat
Sumber dampak : Kegiatan Produksi Penggilingan Padi
Jenis dampak : Adanya peningkatan pendapatan masyarakat
Tolak ukur dampak : Peningkatan tenaga kerja yang berasal dari masyarakat
sekitar.

3.2. KEGIATAN PENDUKUNG


 Kegiatan Mobilisasi Kendaraan Pabrik dan Kendaraan Karyawan
a) Penurunan Kualitas Udara Ambien
Sumber dampak : Kegiatan Mobilisasi Kendaraan Pabrik dan Kendaraan
Karyawan
Jenis dampak : Adanya penurunan kualitas udara ambien
Tolak Ukur dampak : Keputusann gubernur Jawa Timur nomor 10 tahun 2009
Tentang Baku Mutu Kualitas Udara Ambien dan Emisi
Sumber Tidak Bergerak di Jawa Timur.

b) Peningkatan Kebisingan
Sumber dampak : Kegiatan Mobilisasi Kendaraan Pabrik dan Kendaraan
Karyawan
Jenis dampak : Adanya peningkatan tingkat kebisingan
Tolak ukur dampak : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 48 tahun
1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan

c) Timbunan sampah
Sumber dampak : Kegiatan Mobilisasi Kendaraan Pabrik dan Kendaraan
Karyawan
Jenis dampak : Adanya timbunan sampah
Tolak ukur dampak : Undang-Undang nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 33 th
2010 Tentang Pedoman Pengelolaan Sampah

d) Gangguan Lalu Lintas/Kemacetan


Sumber dampak : Kegiatan Mobilisasi Kendaraan Pabrik dan Kendaraan
Karyawan

37
Jenis dampak : Adanya peningkatan kepadatan lalu lintas
Tolak ukur dampak : Undang-Undang nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan

e) Tingkat Kecelakaan Kerja dan Penurunan Tingkat Kesehatan Pekerja


Sumber dampak : Kegiatan Mobilisasi Kendaraan Pabrik dan Kendaraan
Karyawan
Jenis dampak : Persepsi masyarakat di sekitar lokasi kerja
Tolak ukur dampak : Adanya keluhan / aduhan dari masyarakat sekitar lokasi
kegiatan
f) Persepsi Masyarakat
Sumber dampak : Kegiatan Mobilisasi Kendaraan Pabrik dan Kendaraan
Karyawan
Jenis dampak : Persepsi masyarakat di sekitar lokasi kerja
Tolak ukur dampak : Adanya keluhan / aduhan dari masyarakat sekitar lokasi
kegiatan.

 Kegiatan Domestik Karyawan


a) Timbunan Sampah
Sumber dampak : Kegiatan domestik karyawan
Jenis dampak : Adanya timbunan sampah
Tolak ukur dampak : Undang-Undang nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 33
tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Sampah

 Kegiatan Administrasi Perkantoran


a) Timbunan Limbah B3
Sumber dampak : Kegiatan Administrasi Perkantoran
Jenis dampak : Adanya timbunan limbah B3
Tolak Ukur dampak : Peraturan Pemerintah nomor 101 tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah B3

3.3. SARANA PENUNJANG


 Penggunaan Energi

38
a) Bahaya Kebakaran
Sumber dampak : kegiatan penggunaan energi berupa kegiatan penggunaan
Peralatan listrik
Jenis dampak : Adanya bahaya kebakaran
Tolak ukur dampak :Undang-undang nomor 30 tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan

 Penggunaan Bahan Bakar


a) Penurunan Kualitas Air Permukaan
Sumber dampak : Kegiatan penggunaan bahan bakar berupa kayu bakar
Jenis dampak : Adanya penurunan kualitas air permukaan
Tolak ukur dampak : Peraturan Pemerintah nomor 101 tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah B3

b) Penurunan Kualitas Air Tanah


Sumber dampak : Kegiatan penggunaan bahan bakar berupa kayu bakar
Jenis dampak : Adanya penurunan kualitas air tanah
Tolak ukur dampak : Peraturan Pemerintah nomor 101 tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah B3

c) Penurunan Kualitas Tanah


Sumber dampak : Kegiatan penggunaan bahan bakar berupa kayu bakar
Jenis dampak : Adanya penurunan kualitas tanah
Tolak ukur dampak : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 07 th
2006 Tentang Tata Cara Pengukuran Kriteria Baku
Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa dan Peraturan
pemerintah nomor 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian
Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa

d) Timbunan Limbah B3
Sumber dampak : Kegiatan penggunaan bahan bakar berupa kayu bakar
Jenis dampak : Adanya timbunan limbah B3
Tolak ukur dampak : Peraturan Pemerintah nomor 101 tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah B3

39
BAB IV

UPAYA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN

1. Penurunan Kualitas Udara Ambien


A. Sumber Dampak
Sumber dampak kegiatan proses operasional.
B. Jenis Dampak
Jenis dampak yang terjadi adalah penurunan kualitas udara ambien dan udara
emisi di lokasi kegiatan.
C. Tolok Ukur Dampak
Surat Keputusan Gubernur Jatim Nomor 10 Tahun 2009 tentang Baku Mutu
Udara Ambien dan Emisi Sumber Tidak Bergerak.
D. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Bentuk pengelolaan :
Upaya untuk melindungi tenaga kerja terhadap timbulnya risiko-risiko bahaya
akibat pemaparan faktor bahaya fisika dan kimia, sekaligus meningkatkan
derajat kesehatan kerja di tempat kerja sebagai bagian dari pemenuhan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang telah dilakukan adalah
sebagai berikut :
 Menanam vegetasi yang berdaun rindang untuk mengadsorpsi debu yang
dihasilkan oleh kegiatan.
 Melakukan penghijaun di area lokasi kegiatan
 Pengaturan kendaraan yang keluar masuk lokasi kegiatan.
 Penggunaan masker pada pekerja yang langsung kontak dengan bagian
produksi
 Penyiraman lokasi kegiatan terutama pada musim kemarau
 Penutupan kendaraan pengangkut material dengan terpal yang tertutup
rapat
Lokasi pengelolaan :
Lokasi pengelolaan lingkungan dilakukan di area produksi.
Periode pengelolaan :
Dilakukan setiap hari kerja selama tahap operasional.

40
E. Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
Bentuk pemantauan :
 Memantau keberadaan tanaman pengadsorpsi debu.
 Mendokumentasikan kegiatan pemantauan (dengan foto/media
audiovisual/media audiovisual).
Lokasi pemantauan :
Lokasi pemantauan lingkungan dilakukan di area produksi
Periode pemantauan :
Waktu pelaksanaan pemantauan gas dan debu dilakukan setiap enam (6) bulan
selama tahap operasional dan pendokumentasian kegiatan pengelolaan
dilakukan setiap bulan.

F. Institusi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup


 Instansi pelaksana yaitu UD. SAMIAJI selaku pemrakarsa
 Instansi pengawas yaitu Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten
Ponorogo
 Instansi penerima laporan yaitu Dinas Lingkungan Hidup (DLH)
Kabupaten Ponorogo.

2. Peningkatan Intensitas Kebisingan


A. Sumber Dampak
Sumber dampak berasal dari kegiatan operasional
B. Jenis Dampak
Jenis dampak yang terjadi yaitu peningkatan intensitas kebisingan
C. Tolok Ukur Dampak
Tolok ukur untuk pengelolaan kebisingan di lingkungan tempat usaha mengacu
kepada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 tentang
Baku Tingkat Kebisingan, yaitu baku mutu kebisingan di lingkungan pabrik adalah 70
dBA sedangkan di lingkungan pemukiman yaitu 55 dBA.
D. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Bentuk pengelolaan :
 Melakukan pemeliharaan terhadap kendaraan dan mesin produksi

41
 Melakukan penambahan berbagai jenis tumbuhan yang mempunyai tajuk yang
tebal dan berdaun rindang dengan berbagai strata yang cukup rapat dan tinggi
untuk mengurangi kebisingan.
 Menutup area dengan membangun tembok atau seng dengan tinggi minimal 3
meter untuk meminimalisir kebisingan.
Lokasi pengelolaan :
Pengelolaan dilakukan di jalan lingkungan, tempat parkir, area produksi, dan ruang
terbuka hijau.
Periode pengelolaan :
Waktu pengelolaan dilaksanakan satu kali untuk kegiatan penanaman dan setiap hari
untuk pemeliharaan operasional produksi

E. Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup:


Bentuk pemantauan :
 Pengukuran langsung (insitu) terhadap intensitas kebisingan di dalam ruangan
dengan menggunakan alat Sound Level Meter.
 Pengukuran langsung (insitu) terhadap intensitas kebisingan di lingkungan
(site) dengan menggunakan alat Sound Level Meter mengacu pada lampiran II
Keputusan Menteri Negara Lingkun-gan Hidup Nomor 48 Tahun 1996
(metoda pengukuran, perhitungan dan aevaluasi tingkat kebisingan
lingkungan) memantau secara, visual terhadap kegiatan penanaman berbagai
jenis tumbuhan yang mempunyai tajuk yang tebal dan berdaun rindang.
 Memantau terhadap pemeliharaan kendaraan.
 Mendokumentasikan kegiatan pengelolaan (dengan foto/media audiovisual).
Lokasi pemantauan :
Lokasi pemantauan dilakukan di lingkungan usaha milik UD. SAMIAJI
Periode pemantauan :
Waktu pelaksanaan dilakukan seliap hari selama tahap operasional dan
pendokumentasian kegiatan pengelolaan setiap bulan sedangkan pengukuran
kebisingan dilaksanakan setiap enam (6) hulan sekali.

F. Institusi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup


 Instansi pelaksana yaitu UD. SAMIAJI selaku pemrakarsa dan laboratorium
yang terakreditasi.

42
 Instansi pengawas yaitu Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten
Ponorogo.
 Instansi penerima laporan yaitu Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten
Ponorogo.

3. Penurunan Kualitas Air Permukaan


A. Sumber Dampak
Sumber dampak dari penurunan kualitas air permukaan dari kegiatan domestik
karyawan, dan penggunaan bahan bakar.
B. Jenis Dampak
Jenis dampak yang terjadi yaitu penurunan kualitas air permukaan.
C. Tolok Ukur Dampak
Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Jawa Timur, sebagai dasar dalam
kegiatan pengelolaan kualitas air di wilayah proyek serta Peraturan Menteri
Kesehatan No 32 Tahun 2017 tentang Standart Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Hygiene Sanitasi Kolam Renang,
Solus Per Aqua dan Pemandian Umum.
D. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Bentuk pengelolaan :
 Menyalurkan air limbah dari toilet (black water) ke dalam tangki septik
dengan sistem rembesan sesuai SNI 03-2398-2002 yaitu suatu ruangan kedap
air/beberapa kompartemennya berfungsi menampung dan mengolah air limbah
domestik dengan kecepatan alir lambat sehingga memberi kesempatan untuk
terjadi pengendapan terhadap suspensi benda-benda padat dan penguraian
bahan organik oleh jasad anaerobik membentuk bahan larut air dan gas.
 Memiliki saluran drainase untuk pembuangan air hujan yang terintegrasi
dengan saluran di sekitarnya.
 Pembuatan tempat pengendapan agar debu yang terlarut tidak langsung
terbawa ke media air sesuai ketentuan yang berlaku.
 Penempatan pelumas yang digunakan dalam tempat yang kedap air dan dalam
bangunan. khusus penyimpanan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

43
Lokasi pengelolaan :
Lokasi pengelolaan lingkungan dilakukan di sumber air limbah domestik (toilet),
tangki septik dan saluran pembuangan, area penyimpanan limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3).
Waktu pelaksanaan :
Pemeliharaan dilakukan setiap hari selama tahap operasional.

E. Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup


Bentuk pemantauan :
 Memantau kelayakan fungsi tangki septik
 Mendokumentasikan kegiatan pengelolaan (dengan foto/media audiovisual).
Lokasi pemantauan :
Lokasi pemantauan lingkungan dilakukan di saluran air limbah domestik dan badan
air penerima.
Periode pelaksanaan :
Waktu pelaksanaan dilakukan setiap hari selama tahap operasional, sampling kualitas
air bersih dilakukan setiap 6 bulan dan pendokumentasian kegiatan pengelolaan setiap
6 bulan.

F. Institusi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup


 Instansi pelaksana yaitu UD. SAMIAJI selaku pernrakarsa
 Instansi pengawas yaitu Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten
Ponorogo
 Instansi penerima laporan yaitu Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten
Ponorogo

4. Penurunan Kualitas Air Tanah


A. Sumber Dampak
Sumber dampak dari penurunan kualitas air tanah dari kegiatan domestik karyawan
serta penggunaan bahan bakar.
B. Jenis Dampak
Jenis dampak yang terjadi yaitu penurunan kualitas air tanah.

44
C. Tolok Ukur Dampak
Peraturan Gubernur provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Jawa Timur, sebagai dasar dalam
kegiatan pengelolaan kualitas air di Wilayah proyek serta Peraturan Menteri
Kesehatan No 32 Tahun 2017 tentang Standart Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Hygiene Sanitasi Kolam Renang,
Solus Per Aqua dan Pemandian Umum.
D. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Bentuk pengelolaan :
 Menyalurkan air limbah dari toilet (black water) ke dalam tangki septik
dengan sistem rembesan sesuai SNI 03-2398-2002 yaitu suatu ruangan kedap
air bebzrapa kompartemennya berfungsi menampung dan mengolah air limbah
domestik dengan kecepatan alir lambat sehingga memberi kesempatan untuk
terjadi pengendapan terhadap suspensi benda-benda padat dan penguraian
bahan organik oleh jasad anaerobik membentuk bahan larut air dan gas.
 Membuatan sumur resapan
Lokasi pengelolaan :
Lokasi pengelolaan lingkungan dilakukan di sumber air limbah domestik (toilet),
tangki septik dan saluran pembuangan, area penyimpanan limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3)
Waktu pelaksanaan :
Pemeliharaan dilakukan setiap hari selama tahap operasional.

E. Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup


Bentuk pemantauan :
 Memantau kelayakan fungsi septic tank
 Mendokumentasikan kegiatan pengelolaan (dengan foto / media audio visual).
Lokasi pemantauan :
Lokasi pemantauan lingkungan dilakukan di saluran air limbah domestik dan badan
air penerima.
Periode pelaksanaan :
Waktu pelaksanaan dilakukan setiap hari selama tahap operasional. Sampling kualitas
air bersih dilakukan setiap bulan dan pendokumentasian kegiatan pengelolaan setiap
bulan.

45
F. Institusi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
 Instansi pelaksana yaitu UD. SAMIAJI
 Instansi pengawas yaitu Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten
Ponorogo.
 Instansi penerima laporan yaitu Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten
Ponorogo

5. Penurunan Kualitas Tanah


A. Sumber Dampak
Sumber dampak dari kegiatan operasional produksi
B. Jenis Dampak
Jenis dampak yang terjadi yaitu penurunan kualitas tanah
C. Tolok Ukur Dampak
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 07 Tahun
2006 tentang Tata Cara Pengukuran Kriteria Baku Kerusakan Tanah Untuk Produksi
Biomassa
D. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Bentuk pengelolaan :
 Menyalurkan air limbah dari toilet (black water) ke dalam tangki septik dengan
sistem rembesan sesuai SNI 03-2398-2002 yaitu suatu ruangan kedap air/beberapa
kompartemenya berfungsi menampung dan mengolah air limbah dornestik dengan
kecepatan alir lambat sehingga memberi kesempatan untuk terjadi pengendapan
terhadap suspensi benda-benda padat dan penguraian bahan organik oleh jasad
anaerobik membentuk bahan larut air dan gas.
Lokasi pengelolaan :
Lokasi pengelolaan lingkungan dilakukan di sumber air limbah domestik: (toilet),
tangki septik dan saluran pembuangan, area penyimpanan limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3)
Waktu pelaksanaan :
Pemeliharaan dilakukan setiap hari selama tahap operasional.
Tindakan darurat bila sistem tidak berfungsi :
 Gerakan cepat tanggap terhadap limbah yang tidak berhasil ditampung dengan
penggunaan penanggulangan limbah seadanya saat dilokasi kegiatan

46
 Menampung luberan limbah ke tempat khusus yang sudah disediakan disekitar
areal usaha.

E. Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup


Bentuk pemantauan :
 Mendokumentasikan kegiatan pengelolaan (dengan foto/media audiovisual).
Lokasi pemantauan :
Lokasi pemantauan lingkungan dilakukan di saluran air limbah domestik dan badan
air penerima.
Periode pelaksanaan :
Waktu pelaksanaan dilakukan setiap hari selama tahap operasional. sampling kualitas
air bersih dilakukan setiap 6 bulan dan pendokumentasian kegiatan pengelolaan setiap
bulan.

F. Institusi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup


 Instansi pelaksana yaitu UD. SAMIAJI selaku pemrakarsa.
 Instansi pengawas yaitu Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten
Ponorogo.
 lnstansi penerima laporan yaitu Dinas Linglamgan Hidup (DLH) Kabupaten
Ponorogo.

6. Timbulan Sampah
A. Sumber Dampak
Sumber dampak berasal dari kegiatan operasional.
B. Jenis Dampak
Dampak yang ditimbulkan yaitu peningkatan volume sampah terutama di area
kantor.
C. Tolok Ukur Dampak
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman
Pengelolaan Sampah.

47
D. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Bentuk pengelolaan
 Menyediakan bak-bak sampah yang memadai di lokasi kegiatan dan sampah
tidak boleh di abaikan
 Memasang rambu larangan untuk membuang sampah sembarangan
 Membersihkan area kegiatan secara berkala terutama area mess
 Pemilahan sampah organik dan non organik
 Memiliki petugas khusus untuk menjaga kebersihan area kerja dan lingkungan
sekitarnya setiap hari
Lokasi pengelolaan :
Pengelolaan dilakukan di area yang tercecer sampah
Periode pengelolaan :
Waktu pengelolaan dilaksanakan setiap hari

E. Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup


Bentuk pemantauan :
 Memantau terhadap timbulan sampah.
 Mendokumentasikan kegiatan pengelolaan (dengan foto/media audiovisual).
Lokasi pemantauan :
Lokasi pemantauan dilakukan di lingkungan usaha milik UD. SAMIAJI
Periode pemantauan :
Waktu pelaksanaan dilakukan setiap hari selama tahap operasional

F. Institusi pengelolaan dan Pemantauan lingkungan hidup


 Instansi pelaksana yaitu UD. SAMIAJI selaku pemrakarsa.
 lnstansi pengawas yaitu Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten
Ponorogo.
 Instansi penerima laporan yaitu Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten
Ponorogo

7. Timbulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


A. Sumber Dampak
Berasal dari kegiatan operasional produksi

48
B. Jenis Dampak
Jenis dampak yang terjadi yaitu pencemaran limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3)
C. Tolok Ukur Dampak
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengeloaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3)
D. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Bentuk pengelolaan :
Pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dilakukan adalah :
 Mencatat limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dihasilkan dan
yang diangkut pihak ketiga dalam neraca limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3).
 Mengemas limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) sesuai dengan
jenisnya dalam kemasan khusus yang diberi simbol dan label.
 Penyimpanan sementara limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di
Tempat Penampungan Sementara limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) berizin (tidak lebih dari lama waktu simpan yang diizinkan)
 Memberikan daftar simbol-simbol bahan berbahaya dan beracun pada
tembok di tempat penampungan sementara limbah, menambahkan Standar
Operasional Prosedur (SOP) penanganan limbah, Alat Pelindung Diri
(APD), Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan kotak Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan (P3K).
 Pengangkutan limbah Bahan Berbahaya dan dan Beracun (B3) dilakukan
oleh pengangkutan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang
berizin dilengkapi dengan dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) (manifest).
 Membuat neraca limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B) disesuaikan
dengan acuan Permen Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2008 tentang
Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Lokasi pengelolaan :
Pengelolaan di lakukan pada tempat penampungan sementara limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.

49
Periode pelaksanaan :
Waktu pelaksanaan dilakukan setiap hari selama tahap operasi selama timbulnya
limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

E. Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup


Bentuk pemantauan :
 Memantau kegiatan pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) (pencatatan, pengemasan. pelabelan, penyimpanan sementara).
 Memantau volume dan lama penyimpanan limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3).
 Memantau kegiatan pengangkutan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) dan dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
(manifest).
 Mendokumentasikan kegiatan pengelolaan (dengan foto/media
audiovisual).

Lokasi pemantauan :
Lokasi pemantauan lingkungan di Tempat Penampungan Sementara (TPS) limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Periode pelaksanaan :
Waktu pelaksanaan dilakukan setiap timbulnya limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) untuk kegiatan pengelolaan, setiap tiga bulan untuk kegiatan
penyimpanan

F. Institusi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup


 Instansi pelaksana yaitu UD. SAMIAJI selaku pemrakarsa.
 Instansi pengawas yaitu Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten
Ponorogo.
 Instansi penerima laporan yaitu Dinas Lingkungan Hidup (DLH)
Kabupaten Ponorogo.

8. Bahaya Kebakaran
A. Sumber Dampak
Sumber dampak dari kegiatan operasional.

50
B. Jenis Dampak
Jenis dampak yang terjadi yaitu peningkatan resiko bahaya kebakaran.
C. Tolok Ukur Dampak
Tolok ukur peningkatan resiko kebakaran ini yaitu Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2009 tentang Ketenagalistrikan
D. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Bentuk pengelolaan :
 Melakukan pelatihan pencegahan dan penanggulangan kebakaran, sekurang-
kurangnya satu kali dalam satu tahun yang meliputi materi antara lain :
- Pengetahuan dan penggunaan alat pemadam api ringan;
- Pengetahuan dan penggunaan sistem hydrant;
- Evakuasi penghuni dan penyelamatan;
- Fire safety management;
- Rencana operasi dan protap pemadaman kebakaran
 Menyediakan akses pemadam kebakaran untuk memudahkan kendaraan
pemadam api menuju lokasi.
 Pemasangan rambu dilarang merokok
 Melengkapi sarana penyelamatan jiwa dan sistem proteksi kebakaran, antara
lain
 Sarana penyelamat jiwa berupa :
- Sarana jalan keluar;
- Pencahayaan darurat tanda jalan keluar;
- Petunjuk arah jalan keluar;
- Komunikasi darurat;
- Pengendali asap;
- Tempat berhimpun sementara, dan
- Tempat evakuasi.
 Sistem proteksi kebakaran berupa :
- Alat pemadam api ringan
- Sistem deteksi dan alarm kebakaran dan penunjuk arah darurat

51
Lokasi pengelolaan :
Pengelolaan dilakukan pada bangunan penggilingan padi, sarana penyelamat jiwa,
sistem proteksi kebakaran (termasuk pompa kebakaran), dan bak penampungan air
hujan.
Periode pengelolaan :
Pelaksanaan pengelolaan dilakukan setiap hari selama tahap operasional
Tindakan darurat bila sistem tidak berfungsi :
 Segera mengevakuasi karyawan melalui jalur evakuasi yang telah
disediakan dan berkumpul pada area aman kebakaran (assembly point).
 Melakukan upaya awal pemadaman kebakaran dengan sumber air yang
ada di sekitar lokasi.
 Segera menghubungi Pemadam Kebakaran

E. Upaya Pemantauan Lingkungan Aidup


Bentuk pemantauan :
 Memantau kegiatan pelatihan dan penanggulangan kebakaran
 Memantau kelayakan fungsi sarana penyelamat jiwa (sarana jalan keluar
pencahayaan darurat tanda jalan keluar, komunikasi darurat, pengendali asap,
tempat berhimpun sementara, dan tempat evakuasi).
 Memantau kelancaran akses untuk pemadam kebakaran.
 Memantau kelayakan fungsi sistem proteksi kebakaran (alat pemadam api
ringan, sistem deteksi dan alarm kebakaran, hydrant halaman, petunjuk arah
(darurat).
 Mendokumentasikan kegiatan pengelolaan (dengan foto/media audiovisual).
Lokasi pemantauan :
Lokasi pengelolaan lingkungan dilakukan di lingkungan usaha milik UD. SAMIAJI
Periode pemantauan :
Waktu pelaksanaan dilakukan setiap hari selama tahap operasional dan
pendokumentasian kegiatan pengelolaan setiap bulan.

F. Institusi Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Hidup


 Instansi pelaksana yaitu UD. SAMIAJI selaku pemrakarsa.
 Instansi pengawas yaitu Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten
Ponorogo

52
 Instansi penerima laporan yaitu Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten
Ponorogo

9. Gangguan Lalu Lintas/Kemacetan


A. Sumber Dampak
Sumber dampak dari kegiatan operasional
B. Jenis Dampak
Jenis dampak yang terjadi yaitu terjadinya gangguan lalu lintas, kemacetan pada ruas
jalan utama
C. Tolok Ukur Dampak
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
D. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Bentuk pengelolaan :
 Pengaturan lalu lintas pada saat masuk dan pulang kerja yang dilakukan oleh
satpam internal
 Memasang rambu peringatan hati- hati dan lampu plesing
 Pemasangan papan nama perusahaan yang jelas di depan pintu masuk
 Memasang lampu penerangan yang cukup
 Kegiatan pengangkutan material disesuaikan dengan tonase dan kelas jalan
yang dilalui
Tindakan darurat :
Melakukan pengaturan langsung di lapangan.
Lokasi pengelolaan :
Pengelolaan dilakukan pada akses jalan masuk menuju area usaha milik UD.
SAMIAJI
Periode pengelolaan :
Pemasangan rambu lalu lintas dan kelengkapannya dilakukan satu kali dan
pemeliharaannya dilakukan setiap hari selama tahap operasional.

E. Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup


Bentuk pemantauan :
 Memantau kegiatan pengaturan lalu lintas yang mengendalikan kendaraan
keluar-masuk.

53
 Memastikan kelancaran di ruas jalan umum.
 Memantau kelayakan fungsi rambu-rambu lalu lintas
 Mendokumentasikan kegiatan pengelolaan (dengan foto/media audiovisual).
Lokasi pemantauan :
Lokasi pemantauan lingkungan dilakukan di akses jalan keluar masuk lokasi kegiatan
Periode pemantauan :
Waktu pelaksanaan dilakukan setiap hari selama tahap operasional dan
pendokumentasian kegiatan pengelolaan setiap bulan

F. Institusi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkangan Hidup


 Instansi pelaksana yaitu UD. SAMIAJI selaku pemrakarsa.
 Instansi pengawas yaitu Dinas Lingkungan Hidup DLH Kabupaten Ponorogo
dan Dinas Perhubungan (Dishub).
 Instansi penerima laporan yaitu Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten
Ponorogo dan Dinas Perhubungan (Dishub)

10. Kecelakaan Kerja dan Penurunan Kesehatan Pekerja


A. Sumber Dampak
Sumber dampak dari kegiatan operasional produksi
B. Jenis Dampak
Dampak yang ditimbulkan yaitu berupa peningkatan kecelakaan kerja dan penurunan
kesehatan pekerja
C. Tolok Ukur Dampak
Undang-Undang Nomor 1 Tahun1970 tentang Keselamatan Kerja. Undang-Undang
Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
D. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Bentuk pengelolaan :
 Menerapkan sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap tenaga
kerja.
 Mewajibkan fasilitas Asuransi Kesehatan Kerja, bekerjasama dengan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan regional setempat
untuk karyawan Yang bekerja.
 Penyedian kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

54
 Melengkapi karyawan dengan Alat Pelindung Diri (APD) seperti : masker,
helm, earplug, sepatu boot, sarung tangan.
 Pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP)
yang berlaku
Lokasi pengelolaaan :
Lokasi pengelolaan lingkungan dilakukan di area penggilingan padi.
Periode pelaksanaan :
Periode pelaksanaan penerapan sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yaitu
setiap hari pada jam oprasional.

E. Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup


Bentuk pemantauan :
 Memantau penerapan sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap
karyawan.
 Memantau kesehatan seluruh tenaga kerja yang bekerjasama dengan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Regional setempat.
Lokasi pemantauan :
Lokasi pemantauan lingkungan dilakukan di area penggilingan padi.
Waktu pelaksanaan :
Waktu pelaksanaan dilakukan setiap bulan selama tahap operasional.

F. Institusi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup


 Instansi pelaksana yaitu UD. SAMIAJI selaku pemrakarsa.
 Instansi pengawas yaitu Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten
Ponorogo dan Dinas Tenaga Kerja Kab. Ponorogo.
 Instansi penerima laporan yaitu Dinas Lingkungan Hidup (DLH ) Kabupaten
Ponorogo dan Dinas Tenaga Kerja Kab. Ponorogo.

11. Persepsi Masyarakat


A. Sumber Dampak
Sumber dampak dari kegiatan operasional
B. Jenis Dampak
Dampak yang ditimbulkan yaitu berupa timbulnya persepsi masyarakat

55
C. Tolok Ukur Dampak
Adanya keluhan dari masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha.
D. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Bentuk pengelolaan :
 Koordinasi dengan desa setempat dalam perekrutan tenaga kerja
 Melaksanakan dan menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat sekitar
lokasi
 Membina hubungan yang harmonis berkomunikasi aktif dengan pemerintah
desa setempat
 Melaksanakan kegiatan rekrutmen secara transparan dan terbuka
 Melakukan Coorporate Social Responsibility (CSR) bina lingkungan
(memberikan fasilitas kebutuhan warga sesuai dengan kemampuan dan
anggaran dari perusahaan)
 Tidak Memanasi Truk-truk di dekat rumah tetangga supaya tidak menganggu
tetangga
Lokasi pengelolaaan :
Lokasi pengelolaan lingkungan dilakukan di area penggilingan padi.
Periode pelaksanaan:
Periode pelaksanaan yaitu setiap hari.

E. Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup


Bentuk pemantauan :
Memantau hubungan antara pemrakarsa dan masyarakat desa
Lokasi pemantauan :
Lokasi pemantauan lingkungan dilakukan di Desa Karangmojo
Waktu pelaksanaan :
Waktu pelaksanaan dilakukan setiap bulan selama tahap operasional.

F. Institusi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup


 Instansi pelaksana yaitu Usaha milik UD. SAMIAJI selaku pemrakarsa.
 Instansi pengawas yaitu Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten
Ponorogo.
 Instansi penerima laporan yaitu Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten
Ponorogo.

56
12. Tingkat Pendapatan Masyarakat
A. Sumber Dampak
Sumber dampak berasal dari kegiatan penggunaan tenaga kerja sejumlah 8 orang
B. Jenis Dampak
Jenis dampak yang terjadi yaitu terbukanya lapangan pekerjaan bagi penduduk
setempat sehingga dapat meningkatkan pendapatan
C. Tolok Ukur Dampak
Tolok ukur dampak yang digunakan adalah Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor Kep-20/MEN/III.2004 tentang Jumlah Tenaga Kerja Lokal yang
Terserap.
D. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Bentuk pengelolaan :
 Memprioritaskan penduduk setempat sebagai tenaga kerja, sesuai dengan
keahlian dan kualifikasi pekerjaan yang dibutuhkan.
 Gaji karvawan disesuaikan dengan Upah Minimum Kabupaten (UMK)
 Melaksanakan wajib lapor ketenagakerjaan melalui dinas terkait
 Mengikut sertakan pekerja dalam Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Ketenagakerjaan
Lokasi pengelolaan :
Pengelolaan lingkungan dilakukan di kantor milik UD. SAMIAJI
Periode pengelolaan :
Waktu pengelolaan dilakukan setiap kegiatan perekrutan tenaga kerja.

E. Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup


Bentuk pemantauan :
Memantau jumlah penduduk setempat yang bekerja di perusahaan UD. SAMIAJI
Lokasi pemantauan :
Pemantauan lingkungan dilakukan di kantor milik UD. SAMIAJI
Waktu pelaksanaan :
Waktu pelaksanaan yaitu dilakukan setiap tahun untuk fluktuasi jumlah tenaga kerja.

F. Institusi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup


 Instansi pelaksana yaitu UD. SAMIAJI selaku pemrakarsa.

57
 Instansi pengawas yaita Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Ponorogo
dan Dinas Tenaga Kerja Kab. Ponorogo.
 Instansi penerima laporan yaitu Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten
Ponorogo dan Dinas Tenaga Kerja Kab. Ponorogo

58
Matriks Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) Pabrik Penggilingan Padi UD. SAMIAJI

UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN INSTITUSI


UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP PENGELOLAAN
SUMBER JENIS DAN
BESARAN DAMPAK KETERANGAN
DAMPAK DAMPAK BENTUK PEMANTAUAN
BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE
UPAYA LINGKUNGAN
HIDUP
TAHAP OPERASIONAL
1.Pengoperasian Estetika Kenyamanan suatu ruangan Kampanye kebersihan Area Pada tahap Pengamatan Area 1 kali  Instansi pelaksana
pabrik ruang lingkungan hidup penggilingan operasiopnal lapangan penggilingan dalam 6 UD. SAMIAJI
menurun padi padi bulan  Instansi pengawas
untuk DLH Kab.
setiap Ponorogo
kegiatan  Instansi penerima
dalam laporan
tahap DLH Kab.
operasional Ponorogo
Debu dan Debu yang tertiup angin dan Pengoperasian mesin Area Pada tahap Perhitungan Area dalam 1 kali  Instansi pelaksana
penurunan partikel yang menyebabkan produksi harus sesuai penggilingan operasional lapangan batas proyek dalam 35 UD. SAMIAJI
kualitas kondisi udara berdebu dan standard ketentuan yang padi sampai dengan alat pabrik dan hari untuk  Instansi pengawas
udara kenyamanan pekerja sesuai telah diatur oleh dengan penghitungan sekitarnya kegiatan ini Kepala Desa
dengan KEPMENKES RI perusahaan selesainya partikel debu dalam Karangmojo,
Nomor Penutupan area produksi tahap ini (particulate tahap DLH Kab.
1405/MENKES/SK/XI/2002 dan pemakaian masker monitor) operasioal Ponorogo
tentang persyaratan kesehatan serta sarung tangan dengan acuan  Instansi penerima
lingkungan kerja perkantoran kepada karyawan SK.Gub. laporan
dan industri Penanaman pohon Jatim No. 129 Camat Balong,
disekitar bangunan luar tahun 1996 DLH Kab.
pabrik seperti pohon tentang baku Ponorogo
nangka, kelengkeng, mutu udara
trembesi, dan manga sumber tidak
bergerak

59
INSTITUSI
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLAAN
SUMBER JENIS DAN
BESARAN DAMPAK KETERANGAN
DAMPAK DAMPAK PEMANTAUAN
BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE
LINGKUNGAN
HIDUP
Peningkatan Penurunan muka air  Mengupayakan Area Pada tahap Pengamatan dan Area 1 kali  Instansi pelaksana
pemakaian tanah pengelolaan sumber air penggilingan operasional pengukuran lapangan penggilingan dalam 1 UD. SAMIAJI
air bersih /  Mengupayakan padi padi bulan setiap  Instansi pengawas
tanah pemeliharaan sarana kegiatan DLH Kab.
(eksploitasi penyediaan air bersih dalam tahap Ponorogo
air tanah)  Membuat sumur resapan operasional  Instansi penerima
guna menampung air laporan
limpasan hujan DLH Kab.
 Mengupayakan Ponorogo
pengolahan air
 Melakukan pengelolaan
septictank dan perawatan
secara berkala
 Melakukan pengawasan
kualitas air
Peningkatan Timbulnya suara  Pembuatan area kedap Area Pada tahap Pengukuran lapangan Area 1 kali  Instansi pelaksana
kebisingan bising yang suara untuk daerah mesin- penggilingan operasional dengan alat penggilingan dalam 3 UD. SAMIAJI
menyebabkan mesin produksi padi Penghitung nilai padi bulan untuk  Instansi pengawas
gangguan kenyamanan  Menanami tanaman kebisingan (Sound setiap DLH Kab.
warga. Sesuai dengan pelindung untuk Level Master) dengan kegiatan Ponorogo
acuan standar mengurungi kebisingan, acuan KEPMEN. LH. dalam tahap  Instansi penerima
KEPMEN LH No. seperti akasia, mahoni, No. operasi laporan
48/MENLH/11/1996 flamboyant ulin atau 48/MENLH/11/1996 DLH Kab.
tentang baku mutu trembesi tentang baku mutu Ponorogo
tingkat kesbisngan tingkat kebisingan

60
INSTITUSI
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLAAN
SUMBER JENIS BESARAN DAN
KETERANGAN
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PEMANTAUAN
BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE
LINGKUNGAN
HIDUP
Gangguan Banyaknya  Teknisi dari UD. SAMIAJI Area Pada tahap Pengamatan lapangan Masyarakat 1 kali dalam  Instansi pelaksana :
Kamtibmas gangguan yang berasal dari luar kota penggilingan operasional area 3 bulan UD. SAMIAJI
Kamtibmas wajib lapor RT/RW padi penggilingan untuk setip  Instansi pengawas :
 Diberikan penandaan plang padi kegiatan Kepala Desa
atau papan nama sehingga tahap Karangmojo, Dinas
warga dapat mengetahui operasi Perhubungan, dan
pabrik apa yang berdiri dan polsek setempat
beroperasi di daerahnya  Instansi penerima
 Memberikan petugas laporan :
keamanan atau security Camat Balong,
Dinas Perhubungan,
dan Polsek
Setempat
Kecelakaan Banyaknya  Menggunakan alat pengaman Area Pada Tahap Penilaian penerapan Area 1 kali dalam  Instansi pelaksana :
kerja orang yang K3 dan mematuhi SOP penggilingan Operasional manajemen keselamatan penggilingan 1 bulan UD. SAMIAJI
kecelakaan disesuaikan dengan Peraturan padi kerja di sesuaikan dengan padi untuk setiap  Instansi pengawas :
saat Menteri Tenaga Kerja dan PERMEN kegiatan Disnaker Kab.
pekerjaan ini Transmigrasi RI No. Ketanagakerjaan RI No. dalam tahap Ponorogo, DLH
berlangsung Per.09/MEN/VII/2010 26 Tahun 2014 tentang operasi Kab. Ponorogo
Tentang operator dan petugas Penyelenggaraan  Instansi penerima
pesawat angkat dan angkut Penilaian Penerapan laporan :
 Pelaporan untuk kecelakaan Sistem Manajemen Disnaker Kab.
kerja sesuai dengan PERMEN Keselamatan dan Ponorogo, DLH
Pekerjaan Umum No. Kesehatan Kerja, SOP Kab. Ponorogo
05/PRT/M/2014 Keselamatan Kerja, K3 /
APD

61
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN INSTITUSI
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP PENGELOLAAN
SUMBER JENIS BESARAN DAN
KETERANGAN
DAMPAK DAMPAK DAMPAK BENTUK PEMANTAUAN
BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE
UPAYA LINGKUNGAN
HIDUP
Peningkatan Jumlah sampah yang  Melaksanakan pengelolaan Area Pada tahap Pengamatan dan Area 1 kali dalam  Instansi pelaksana :
limbah padat dihasilkan dari sampah system mandiri, penggilingan operasional pengukuran penggilingan 1 bulan UD. SAMIAJI
domestik operasional itu antara lain : menyediakan 2 padi lapangan padi untuk setiap  Instansi pengawas :
dengan rincian 0,54 macam tempat sampah (kuesioner) kegiatan Dinas PUPR Kab.
L/hari sehingga (organik dak anorganik) pada dalam tahap Ponorogo, DLH
dihasilkan sampah setiap ruangan operasi Kab. Ponorogo
sebesar 8 orang X  Segera mengangkut timbulan  Instansi penerima
0,54 Liter/hari yaitu sampah akibat kegiatan ini, laporan :
4,32 Liter/hari = jika ada dan bukan termasuk Dinas PUPR Kab.
0,00432 m3/hari sampah limbah B3 ke Ponorogo, DLH
TPS/TPA dengan Kab. Ponorogo
menyediakan truk pengangkut
sampah secukupnya
 Jika terdapat sampah limbah
B3 maka akan dilakukan
prosedur sesuai dengan
Peraturan Pemerintah RI No.
101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Bahan Berbahaya
dan Beracun
Peningkatan Volume limbah  Air bekas mandi dan Area Pada tahap Pengukuran dan Area 1 kali dalam  Instansi pelaksana :
limbah cair akibat kegiatan kebutuhan MCK karyawan, penggilingan operasional pemantauan penggilingan 1 bulan UD. SAMIAJI
domestik domestic seperti pengunjung maupun padi lapangan sesuai padi untuk setiap  Instansi pengawas :
MCK, dapur yaitu 30 manajemen akan dimasukkan dengan kegiatan Kepala Kelurahan
liter/orang/hari ke dalam septictank Kepmeneg LH dalam tahap Balong, DLH Kab.
sehingga dengan  Terdapat bak kontrol untuk No. 112 Tahun operasional Ponorogo
jumlah karyawan di menguji kelayakan air 2003 tentang  Instansi penerima
peroleh limbah cair lingkungan Baku Mutu laporan :
sebesar 8 orang x 30 Limbah Camat Balong,
liter/orang/hari = Domestik DLH Kab.
240 liter/orang/hari Ponorogo

62
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN INSTITUSI
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP PENGELOLAAN
SUMBER JENIS BESARAN DAN
KETERANGAN
DAMPAK DAMPAK DAMPAK BENTUK PEMANTAUAN
BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE
UPAYA LINGKUNGAN
HIDUP
Peningkatan Volume buangan  Oli bekas akan Area Pada tahap Pengukuran dan Area 1 kali dalam  Instansi pelaksana :
limbah B3 oli bekas dikumpulkan dan penggilingan operasional pemantauan penggilingan 3 bulan UD. SAMIAJI
pelumas mesin ditempatkan dalam wadah padi lapangan sesuai padi untuk setiap  Instansi pengawas :
produksi dengan yang tertutup rapat dan dengan Peraturan kegiatan Kepala Desa
acuan disegel agar tidak Pemerintah RI dalam tahap Karangmojo, DLH
Pemerintah RI mencemari lingkungan No. 101 Tahun operasional Kab. Ponorogo
No. 101 Tahun  Tempat oli bekas yang telah 2014 tentang  Instansi penerima
2014 tentang disegel dalam wadah kedap pengelolaan laporan :
pengelolaan tersebut dikirim/ditimbun Limbah Bahan Camat Balong,
Limbah Bahan disuatu area sesuai dengan Berbahaya dan DLH Kab.
Berbahaya dan Peraturan Pemerintah RI Beracun serta Ponorogo
Beracun No. 101 Tahun 2014 Peraturan Bupati
tentang Pengelolaan Bahan No. 6 Tahun 2013
Berbahaya dan Beracun tentang
serta Perturan Bupati No.6 Pengelolaan
Tahun 2013 tentang Bahan Berbahaya
Pengelolaan Limbah Bahan dan Beracun
Berbahaya dan Beracun
2.Pengoperasian Estetika Kenyamanan  Kampanye kebersihan, Area Pada tahap Pengamatan Area 1 kali dalam  Instansi pelaksana :
Pengecekan ruang suatu lingkungan kesiagaan dan keamanan penggilingan operasional lapangan penggilingan 6 bulan UD. SAMIAJI
Kelayakan menurun lingkungan padi padi untuk setiap  Instansi pengawas :
Konstruksi kegiatan DLH Kab.
Bangunan dam dalam tahap Ponorogo
Perawatan Mesin operasional  Instansi penerima
Produksi laporan :
DLH Kab.
Ponorogo

63
INSTITUSI
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLAAN
SUMBER JENIS BESARAN DAN
KETERANGAN
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PEMANTAUAN
BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE
LINGKUNGAN
HIDUP
Peningkatan Volume dan  Spare part bekas akan Area Pada tahap Pengukuran dan Area 1 kali dalam  Instansi pelaksana :
limbah B3 jumlah spare dikumpulkan dan penggilingan operasional pemantauan lapangan penggilingan 6 bulan UD. SAMIAJI
part terbuang ditempatkan dalam wadah padi sesuai dengan Peraturan padi untuk setiap  Instansi pengawas :
dan tidak atau ruangan yang tertutup Pemerintah RI No. 101 kegiatan DLH Kab.
terpakai dengan rapat dan disegel agar tidak Tahun 2014 tentang dalam tahap Ponorogo
acuan Peraturan mencemari lingkungan pengelolaan Limbah operasional  Instansi penerima
Pemerintah RI Bahan Berbahaya dan laporan :
No. 101 Tahun Beracun serta Peraturan DLH Kab.
2014 tentang Bupati No. 6 Tahun Ponorogo
pengelolaan 2013 tentang
Limbah Bahan Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Berbahaya dan Beracun
Beracun
Kecelakaan Banyaknya  Meningkatkan alat Area Pada tahap Penilaian penerapan Area 1 kali dalam  Instansi pelaksana :
kerja orang yang pengamanan K3 dan penggilingan operasional manajemen penggilingan 1 bulan UD. SAMIAJI
kecelakaan saat mematuhi SOP disesuaikan padi keselamatan kerja di padi untuk setiap  Instansi pengawas :
pekerjaan ini dengan Peraturan Menteri sesuaikan dengan kegiatan Disnaker Kab.
berlangsung Tenaga Kerja dan Peraturan Menteri dalam tahap Ponorogo, DLH
Transmigrasi RI No. Ketanagakerjaan RI No. operasional Kab. Ponorogo
Per.09/MEN/VII/2010 26 Tahun 2014 tentang  Instansi penerima
tentang Operator dan petugas Penyelenggaraan laporan :
pesawat angkat dan angkut Penilaian Penerapan Disnaker Kab.
 Pelaporan untuk kecelakaan Sistem Manajemen Ponorogo, DLH
kerja sesuai dengan Peraturan Keselamatan dan Kab. Ponorogo
Menteri Pekerjaan Umum Kesehatan Kerja, SOP
No. 05/PRT/M/2014 Keselamatan Kerja,
K3/APD

64
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN INSTITUSI
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP PENGELOLAAN
SUMBER JENIS BESARAN DAN
KETERANGAN
DAMPAK DAMPAK DAMPAK BENTUK PEMANTAUAN
BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE
UPAYA LINGKUNGAN
HIDUP
Gangguan Banyaknya  Teknisi dari UD. SAMIAJI Area Pada tahap Pengamatan Masyarakat 1 kali dalam  Instansi pelaksana :
Kamtibmas gangguan yang berasal dari luar kota penggilingan operasional lapangan area 3 bulan untuk UD. SAMIAJI
Kamtibmas Ponorogo wajib lapor RT/RW padi penggilingan setiap
 Mempekerjakan petugas padi kegiatan  Instansi pengawas :
keamanan untuk menjaga dalam tahap Kepala Desa
pabrik operasinal Karangmojo, Polsek
Setempat
 Instansi penerima
laporan:
Camat Balong,
Polsek Setempat
3. Kegiatan Estetika Kenyamanan  Kampanye kebersihan, Area Pada tahap Pengamatan Area 1 kali dalam  Instansi pelaksana :
Pengoperasian ruang suatu kesiagaan dan keamanan penggilingan operasional lapangan penggilingan 6 bulan untuk UD. SAMIAJI
Simulasi SOP menurun lingkungan lingkungan padi padi setiap  Instansi pengawas :
Bencana kegiatan DLH Kab. Ponorogo
Kebakaran dan dalam tahap  Instansi penerima
Bencana Alam operasional laporan :
 DLH Kab. Ponorogo
Pengecekan Tingkat layak  Pengecekan berkala dan Area Pada tahap Pengamatan Area 1 kali dalam  Instansi pelaksana :
alat pakai alat Sosialisasi kepada warga penggilingan operasional lingkungan, penggilingan 4 bulan untuk UD. SAMIAJI
pemadam pemadam masyarakat tentang padi SOP,Produksi padi setiap  Instansi pengawas :
kebakaran kebakaran dan pemeliharaan peralatan penggilingan kegiatan DLH Kab. Ponorogo
beberapa alat pemadam kebakaran padi dalam tahap
penunjang lain  Disesuaikan dengan KepMen operasional  Instansi penerima
Tenaga Kerja No. 186 Tahun laporan :
1999 tentang Unit DLH Kab. Ponorogo
Penanggulangan Kebakaran di
Tempat Kerja

65
INSTITUSI
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLAAN
SUMBER JENIS BESARAN DAN
KETERANGAN
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PEMANTAUAN
BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE
LINGKUNGAN
HIDUP
Peningkatan Volume  Segera mengangkut Area Pada tahap Pengamatan Area 1 kali dalam  Instansi pelaksana :
buatan material/sampah timbulan sampah akibat penggilingan operasional lingkungan penggilingan 3 bulan UD. SAMIAJI
material/sampah kegiatan ini ke TPS/TPA padi padi untuk setiap  Instansi pengawas :
dengan menyediakan truk kegiatan DLH Kab.
pengangkut sampah dalam tahap Ponorogo
secukupnya operasional  Instansi penerima
 Jika terdapat sampah yang laporan :
termasuk limbah B3 maka DLH Kab.
akan dilakukan prosedur Ponorogo
sesuai dengan Peraturan
Pemerintah RI No. 101
Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
Kecelakaan Banyaknya  Menggunakan alat Area Pada tahap Penilaian penerapan Area 1 kali dalam  Instansi pelaksana :
kerja orang yeng pengaman K3 dan penggilingan operasional manajemen penggilingan 1 bulan UD. SAMIAJI
kecelakaan saat mematuhi SOP disesuaikan padi keselamatan kerja di padi untuk setiap  Instansi pengawas :
pekerjaan dengan Peraturan Menteri sesuaikan dengan kegiatan Disnaker Kab.
berlangsung Tenaga Kerja dan Peraturan Menteri dalam tahap Ponorogo, DLH
Transmigrasi RI No. Ketenagakerjaan RI operasional Kab. Ponorogo
Per.09/MEN/VII/2010 No. 26 Tahun 2014  Instansi penerima
tentang Operator dan tentang laporan :
Petugas Pesawat Angkat Penyelenggaraan Dinas Sosial dan
dan Angkut Penilaian Penerapan Tenaga Kerja Kab.
 Pelaporan untuk kecelakaan Sistem Manajemen Ponorogo, Dinas
kerja seuai dengan Keselamatan dan Kesehatan Kab.
Peraturan Menteri Kesehatan Kerja Ponorogo, DLH
Pekerjaan Umum No. Kab. Ponorogo
05/PRT/M/2014

66
BAB V
DAFTAR SURAT IJIN YANG DIBUTUHKAN

Tabel 5.1 daftar ijin yang akan diurus setelah dokumen DPLH
No Jenis Surat Perlindungan dan Keterangan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
1 - Perbaruan IMB Akan diproses setelah DPLH selesai
direkomendasikan oleh DLH Kabupaten
Ponorogo
Berikan keterangan berupa tanda tangan
penanggung jawab penerbit surat, nomor
penerbit dan cap stempel instansi pada
kolom dibawah ini

PELAPORAN
Berdasarkan hasil pemantauan seperti yang dilakukan dalam Bab III pada dokumen ini,
pemrakarsa kegiatan Penggilingan padi akan menyampaikan laporan secara berkala ke
instansi sebagai berikut :

A. Laporan Ditujukan Kepada Instansi


Laporan ditujukan kepada Bupati Ponorogo C.q. Kepala Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Ponorogo dengan tembusannya disampaikan kepada :
1. Dinas Perdagkum
2. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Ponorogo
3. Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo
4. Perum Bulog Sub. Divre Ponorogo

67
B. Materi laporan
1. Surat pengantar yang ditandatangani penanggung jawab DLH
2. Gambar tata letak pabrik Penggilingan padi yang dapat menunjukkan lokasi
pengelolaan lingkungan
3. Formulir hasil pengelolaan dan pemantauan meliputi
a. Isian dari Bab III Form DPLH
b. Data-data hasil pemantauan yang dicatat selama 6 bulan untuk
melaksanakan pengisian bagian III Form DPLH

C. Frekuensi Waktu Pelaporan


Hasil laporan DPLH kegiatan pabrik Penggilingan padi disampaikan 6 (enam) bulan
sekali yaitu pada bulan Juni dan Desember tahun berjalan

68
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : SAELAN
Jabatan : Direktur (Pemilik Usaha)
Alamat : Dukuh Sumber Agung RT 02 RW 01, Desa Balong, Kecamatan Balong,
Kabupaten Ponorogo
Selaku Pemrakarsa Pemilik Pabrik Penggilingan Padi UD. SAMIAJI yang berlokasi di Desa
Karangmojo, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo

dengan ini menyatakan bahwa :

1. Kami akan menjaga kesehatan, kebersihan, dan keindahan serta menjaga kelestarian
sumber daya alam dan lingkungan di lokasi kegiatan dan sekitar tempat usaha
dan/atau kegiatan kami;
2. Kami akan melakukan upaya pengelolaan lingkungan seperti yang tercantum dalam
Bab III serta secara berkala (setiap Juni dan Desember) melaporkan hasilnya kepada
instansi terkait seperti tercantum dalam Bab Pelaporan;
3. Kami bersedia mengendalikan dan mengelola dampak baru yang mungkin timbul di
kemudian hari serta segera melaporkan ke Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Ponorogo dan memasukkan dalam laporan berkala;
4. Kami bersedia membuat sumur-sumur resapan, penanaman pohon perdu dan
penjerat debu disekitar pabrik, penutupan area produksi dan pendekatan intensif
kepada masyarakat sekitar pabrik seperti yang tertera di dalam dokumen paling
lambat 1 tahun dari penerbitan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup;
5. Kami bersedia dipantau dampak dari kegiatan usaha kami sebagaimana tercantum
dalam Bab III oleh pihak yang memiliki surat tugas dari pejabat yang berwenang
menurut Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku;
6. Apabila kami lalai dalam melaksanakan upaya pengelolaan lingkungan
sebagaimana tercantum dalam Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup seperti
yang telah kami kemukakan dalam dokumen ini, kami bersedia menghentikan
Operasional Pabrik Penggilingan Padi UD. SAMIAJI apabila terjadi kasus
pencemaran terhadap lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan kami, dan kami

69
bersedia untuk bertanggung jawab serta ditindak sesuai dengan Peraturan
Perundang-Undangan yang berlaku;
7. Kami bersedia memperbaharui Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup ini
apabila terjadi setiap perubahan dalam usaha baik jenis kegiatan, luasan dan jumlah
kapasitas serta ganti nama, dan dokumen ini akan ditinjau kembali setiap 3 (tiga)
tahun sekali.

Demikian Surat Pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya

Ponorogo, Agustus 2019


Yang Membuat Pernyataan

SAELAN

70
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo. (2018) BALONG DALAM ANGKA 2018.
Ponorogo : BPS

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Kantor Perwakilan Provinsi Sulawesi Utara.
(2008). PROSEDUR BAKU PELAKSANAAN KEGIATAN STANDAR OPERATING
PROCEDURES PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN SERTA
PENYELAMATAN DIRI. Manado: bpkp.

Kementrian Perhubungan. (2004). PEDOMAN NDUK PENANGGULANGAN DARURAT


KEBAKARAN DAN BENCANA ALAM DI LINGKUNGAN KANTOR PUSAT KEMENTRIAN
PERHUBUNGAN. Jakarta: Dephub.

Kementrian Perindustrian. (2007). SOP PENCEGAHAN/PENANGGULANGAN


KEBAKARAN GEDUNG DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Jakarta: Kemenperin.

Rohis Muhtadin SP(2013). Nama Latin Tanaman,[online]. Tersedia :


http://jualtanamantaman.wordpress.com/nama-latin-tanaman/ [28 Agustus 2014]

71

Anda mungkin juga menyukai