SK Pelayanan Anestesi
SK Pelayanan Anestesi
SK Pelayanan Anestesi
PERATURAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
TGK. CHIK DITIRO SIGLI
NOMOR : 445 / 769 / PERDIR / XI / 2018
TENTANG
PELAYANAN ANESTESI DAN TERAPI INTENSIF
PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TGK. CHIK DITIRO SIGLI
BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIM
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TGK. CHIK DITIRO SIGLI,
Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Umum
Daerah Tgk. Chik Ditiro, maka diperlukan upaya penyelenggaraan anestesi
yang bermutu tinggi;
b. bahwa dalam pelayanan anestesi di Rumah Sakit Umum Daerah Tgk. Chik
Ditiro dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya Peraturan Direktur
Rumah Sakit Umum Daerah Tgk. Chik Ditiro sebagai landasan bagi
Penyelenggaraan Pelayanan Anestesi di RSUD Tgk. Chik Ditiro;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai mana dimaksud pada butir a, dan
b, perlu ditetapkan dengan Peraturan Direktur RSUD Tgk. Chik Ditiro;
Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2008 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan
Pasien;
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 Tentang Badan
Layanan Umum Daerah;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
519/Menkes/Per/III/2011 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Anestesiologi dan Terapi Intensif di Rumah Sakit;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
779/Menkes/SK/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Anetesiologi dan
Reanimasi Rumah Sakit;
9. Qanun Kabupaten Pidie Nomor 7 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga
Atas Qanun Kabupaten Pidie Nomor 5 Tahun 2008 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Pidie;
10. Peraturan Bupati Pidie Nomor 41 Tahun 2016 tentang Tugas Pokok dan
Fungsi Jabatan pada Rumah Sakit Daerah Tgk. Chik Ditiro Sigli
Kabupaten Pidie;
11. Peraturan Bupati Pidie Nomor 72 Tahun 2016 tentang Peraturan Internal
(Hospital By Laws) Rumah Sakit Umum Daerah Tgk. Chik Ditiro;
12. Peraturan Bupati Pidie Nomor 34 Tahun 2017 tentang Kedudukan Susunan
Organisasi Tugas Fungsi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Tgk.
Chik Ditiro Sigli;
13. Peraturan Bupati Pidie Nomor 84 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit Umum daerah Tgk. Chik Ditiro Sigli;
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Sigli
Pada tanggal : 29 November 2018
Kebijakan Umum :
1. Pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam) memenuhi standar di rumah sakit,
nasional dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Pelayanan anestesi yang adekuat, reguler dan nyaman harus selalu berorientasi kepada mutu
dan keselamatan pasien dan tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien.
3. Pelayanan anestesi dilakukan 24 jam, untuk keadaan darurat diluar jam kerja yang
ditentukan,disesuaikan dengan jadwal oncall yang telah dibuat.
4. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur operasional
yang berlaku, etika profesi, etiket, dan menghormati hak pasien.
5. Koordinator pelayanan anestesi di rumah sakit dibawah tanggung jawab dokter spesialis
anestesi.
6. Tugas dan tanggung jawab koordinator pelayanan anestesi diatur dalam SK direktur
rumah sakit.
7. Semua petugas di anestesi wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
8. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
9. Informed consent atau persetujuan pembiusan dari pasien yang akan dilakukan tindakan
pembiusan harus ada secara tertulis karena menyangkut legalitas yang dilakukan dokter
anestesi.
10. Setiap tindakan anestesi yang dilakukan ditulis dalam rekam medis pasien.
11. Asesmen pra sedasi/pra anestesi untuk pasien elektif dilakukan oleh dokter anestesi di ruang
rawat inap 1 hari sebelum operasi dilakukan.
12. Asesmen pra sedasi/pra anestesi untuk pasien emergensi/cito dilakukan sesaat oleh dokter
anestesi di IGD atau di ruang premedikasi kamar operasi sebelum operasi dilakukan.
13. Asesmen pra sedasi untuk pasien yang akan menjalani pemeriksaan diagnostik ( CT- Scan,
dll ) dilakukan sesaat oleh dokter anestesi di IGD sebelum pemeriksaan diagnostik
dilakukan.
14. Asesmen pra induksi untuk pasien dilakukan oleh dokter anestesi sesaat sebelum obat
anestesi diberikan.
15. Persiapan pra anestesi dilakukan di ruang rawat, setelah dilakukan asesmen pra sedasi/pra
anestesi yang dilakukan oleh dokter anestesi maka dokter anestesi akan memberikan
instruksi untuk persiapan anestesi.
16. Pelayanan pra anestesi setiap pasien dilakukan di ruang premedikasi sebelum pasien
masuk ke ruang kamar operasi.
17. Pelayanan anestesi sedasi ringan untuk tindakan CT Scan di radiologi dan pemasangan
endotracheal tube di IGD atau di ICU dilayani oleh dokter anestesi dibantu oleh perawat
anestesi atau perawat ruangan.
18. Pelayanan anestesi termasuk didalamnya sedasi sedang, berat/dalam di setiap pembedahan
dilayani oleh dokter spesialis anestesi dibantu oleh perawat anestesi.
19. Pelaksanaan tindakan anestesi lokal dapat dilakukan oleh dr. operator bedah atau dokter
anestesi sesuai dengan standar prosedur operasional.
20. Pelaksanaan pelayanan anestesi umum/general, anestesi regional/spinal untuk pasien operasi
elektif maupun darurat dilakukan oleh dokter anestesi dengan dibantu oleh perawat anestesi
dilakukan sesuai dengan standar prosedur operasional.
21. Monitoring selama pasien dilakukan tindakan anestesi dilakukan oleh dokter spesialis
anestesi dan perawat anestesi.
22. Monitoring pasien selama tindakan anestesi dan pasca anestesi sesuai dengan kebijakan
yang berlaku.
23. Pelayanan anestesi lokal, monitoring pasien selama 15 – 30 menit oleh perawat kamar
operasi utnuk mengawasi tanda- tanda vital dan keadaan umum pasien.
24. Pelayanan anestesi general untuk pasien rawat jalan dilakukan monitoring di ruang pulih
sadar selama 1 – 2 jam atau kondisi pasien sesuai dengan kriteria transfer ke ruang rawat.
25. Transfer pasien untuk perawatan selanjutnya dari kamar operasi ke ruang rawat dan ke ICU
menggunakan kriteria yang telah ditentukan :
- Untuk pasien dari kamar operasi ke ruang rawat dengan anestesi umum : pasien
anak/bayi dengan menggunakan S k o r Steward dengan kriteria : penilaian
pergerakan, pernafasan dan kesadaran dengan nilai total > 5, pasien dapat dipindahkan
ke ruang rawat. Pasien dewasa dengan menggunakan S k o r Aldrete dengan kriteria :
penilaian pergerakan, pernafasan, kesadaran tekanan darah dan warna kulit dengan
nilai total 8, pasien dapat dipindahkan ke ruang rawat.
- Untuk pasien dari kamar operasi ke ruang rawat dengan anestesi regional :
menggunakan Skor Bromage dengan kriteria : gerakan penuh dari tungkai, tak mampu
ekstensi tungkai, tak mampu fleksi lutut, tak mampu fleksi pergelangan kaki dengan
nilai skor 2 dapat dipindahkan ke ruang rawat.
- Untuk pasien dari kamar operasi ke ICU : pasien dengan terpasang endotracheal tube
transfer dengan menggunakan ambubag atau jackson rees dan O2 transport dengan
terlebih dulu membersihkan jalan napas.
26. Penggantian gas medis anestesi baik O2 maupun N2O dilakukan oleh perawat anestesi
dengan di bantu oleh perawat kamar operasi, bila terjadi kebocoran atau kerusakan pada
tabung maupun regulator akan mennghubungi IPRS dan petugas pengadaan tabung O2 dan
N2O.
27. Penggunaan alat medis anestesi berupa mesin anestesi ( Drager Primus dan Drager Fabius
Plus ), monitor jantung ( Drager Vista 120 dan Mindray MEC-1000 ), oksimeter fortable
suction ( GEA Medical YB-DX 23 B ) dilakukan test sebelum digunakan dan dilakukan
pemeriksaan teratur oleh IPRS dan tehnisi dari luar RS.
28. Setiap pasien yang akan diberikan tindakan anestesi diberikan informasi / penyuluhan serta
edukasi mengenai prosedur yang akan dijalani oleh dokter spesialis anestesi.
29. Pada setiap pasien yang akan diberikan tindakan anestesi, prinsip pencegahan dan
pengendalian infeksi selalu dijalankan.
30. Bila dokter spesialis anestesi rumah sakit berhalangan/ sedang keluar kota, akan
direkomendasikan dokter dari luar rumah sakit sesuai dengan rekomendasi direktur dan
dokter penanggung jawab pelayanan anestesi.
31. Tenaga dokter spesialis anestesi dari luar yang direkomendasikan oleh dokter spesialis
anestesi rumah sakit dan direktur rumah sakit yaitu :
32. Pelaksanaan Pungsi lumbal yang dilakukan untuk test diagnostik invasif dilakukan oleh
dokter anestesi dengan dibantu oleh perawat anestesi
33. Untuk tindakan anestesi harus direncanakan teknik anestesi, dosis dan rute serta di
dokumentasikan dalam RM ( Rekam Medis ).
Kebijakan Khusus :
1. Layanan anestesi dan sedasi dilakukan oleh dokter anestesi dan perawat anestesi dalam
lingkup Rumah Sakit Umum Daerah Tgk. Chik Ditiro yang mencakup pelayanan :
a. Layanan anestesi
b. Layanan sedasi
c. Penanganan nyeri (pain management)
d. Layanan resusitasi
e. Layanan terapi instensif (intensive care)
2. Layanan anestesi dan sedasi dilakukan di Unit Pelayanan RSUD Tgk. Chik Ditiro.
3. Layanan anestesi dan sedasi yang diberikan harus dapat memenuhi kebutuhan layanan
anestesi dan sedasi dari disiplin ilmu serta sosial dengan bentuk layanan anestesi dan sedasi
yang dimiliki RSUD Tgk. Chik Ditiro.
4. Setiap layanan anestesi dan sedasi harus melalui proses penerimaan, penilaian, perencanaan,
dan persiapan.
5. Setiap tindakan anestesi dan sedasi yang dilakukan dokter anestesi dan sedasi dan perawat
anestesi harus melalui proses komunikasi dan pemberian informasi serta mendapat
persetujuan dari pasien atau keluarga pasien.
6. Setiap pemberi layanan anestesi dan sedasi bertanggungjawab untuk :
a. Ikut mengembangkan, menanamkan dan menjaga agar kebijakan serta prosedur layanan
anestesi dan sedasi yang ada terus dikembangkan dan diperbaiki.
b. Mengawasi dan meninjau layanan enestesi dan sedasi yang telah dibentuk serta
melaksanakannya.
7. Laporan anestesi harus ditulis oleh dokter anestesi atau perawat anestesi secara lengkap
sesuai dengan formulir yang sudah tersedia dan disimpan dalam berkas rekam medis pasien.
8. Setiap tenaga anestesi (dokter anestesi dan perawat anestesi) wajib mengikuti pelatihan
yang sudah diprogramkan untuk menambah kompetensi yang dimiliki.
9. Unit layanan anestesi dan sedasi dapat menerima kegiatan magang, praktek, penelitian
mahasiswa dari berbagai instusi yang terkait.