0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
146 tayangan100 halaman

f902f81828f5512dc70d191bed7f708f

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 100

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEIMBANGAN PADA


PASIEN VERTIGO DI RS ISLAM SITI KHADIJAH PALEMBANG
TAHUN 2019

Disusun oleh :
Mega Surya
PO.71.20.4.15.037

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN PALEMBANG

TAHUN 2019
SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEIMBANGAN PADA


PASIEN VERTIGO DI RS ISLAM SITI KHODIJAH PALEMBANG
TAHUN 2019

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Terapan Keperawatan

Disusun oleh :
Mega Surya
PO.71.20.4.15.037

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN PALEMBANG

TAHUN 2019
ii
iii
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik

yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : MEGA SURYA

NIM : PO.71.20.4.15.037

Tanggal : 24 Juni 2019

Yang Menyatakan,

(Mega Surya)

iv
ABSTRAK

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEPERAWATAN

Skripsi, Juni 2019


Mega Surya

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Pada Pasien Vertigo Di


Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang Tahun 2019
xvi + 98 halaman + 10 tabel + 2 skema + 11 lampiran

ABSTRAK
Vertigo adalah gangguan orientasi spasial atau persepsi dari pergerakan tubuh
(rasa berputar) dan/atau lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat berhubungan dengan
gejala lain, seperti impulsion (sensasi tubuh seperti mengembangkan), oscillopsia
(ilusi visual dari mata sehingga pandangan seperti maju atau mundur), nausea,
muntah, atau gangguan melangkah. Penelitian dilakukan untuk mengetahui
Hubungan Usia, Jenis Kelamin, Aktifitas Fisik, dan Index Massa Tubuh Dengan
Keseimbangan Di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang. Desain yang
digunakan observasional analitik ,dengan pendekatan cross sectional dan di ambil
secara Simple Random Sampling, jumlah responden 25 orang. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara media kuisioner. Analisa menggunakan uji chi-square pada
Jenis kelamin, dengan Aktifitas fisik dan Independen t-test pada Usia, dan Index
Massa Tubuh. Hasil penelitian diperoleh rata-rata usia 54,16 tahun, sebagian besar
responden adalah perempuan dengan frekuensi 52%. Pada aktifitas fisik dengan
frekuensi 1,12 Dari Analisis di dapat adanya hubungan antara usia, jenis kelamin,
aktifitas fisik dan index massa tubuh dengan keseimbangan. Untuk Aktifitas fisik
dengan keseimbangan pada uji chi-square p Value 0,705.
Kata kunci : keseimbangan, vertigo, rumah saraf
Daftar pustaka : 24 (2000-2018)

v
Poltekkes Kemenkes Palembang
ABSTRACT

THE MINISTRY OF HEALTH OF THE REPUBLIC OF INDONESIA

HEALTH POLYTECHNIC PALEMBANG

STUDY PROGRAM DIPLOMA IV NURSING

Thesis, Juny 2019


Mega Surya

Factors Affecting Balance in Vertigo Patients at Siti Khadijah Pale mbang


Islamic Hospital in 2019

xvi + 98 pages + 10 table + 2 schemes + 11 enclousure

ABSTRACT

Vertigo is a disorder of spatial orientation or perception of the movement of the


body (feeling of spinning) and / or the surrounding environment. This can be
related to other symptoms, such as impulsion (bodily sensations such as
developing), oscillopsia (visual illusion of the eye so that views such as going
forward or backward), nausea, vomiting, or a stepping disorder. The study was
conducted to determine the relationship of age, gender, physical activity, and
index of body mass with balance at the Islamic Hospital of Siti Khadijah
Palembang. The design used was observational analytic, with a cross sectional
approach and was taken in Simple Random Sampling, the number of respondents
was 25 people. Data collection is done by means of a media questionnaire.
Analysis using the chi-square test on sex, with physical activity and independent
t-test on age, and body mass index. The results of the study obtained an average
age of 54.16 years, most of the respondents were women with a frequency of
52%. In physical activity with a frequency of 1.12 From the analysis there can be
a relationship between age, sex, physical activity and body mass index with
balance. For physical activity with balance in the chi-square test p Value 0.705.
Keywords: balance,vertigo, neural home

Bibliography: 24 (2000-2018)

vi
Poltekkes Kemenkes Palembang
RIWAYAT HIDUP PENULIS

IDENTITAS DIRI

Nama : Mega Surya

Nim :PO.71.20.4.15.037

Jenis Kelamin :Perempuan

Tempat,Tanggal Lahir :Palembang, 28 Oktober 1997

Agama :Islam

Status Keluarga : Anak ketiga dari empat saudara

Nama Orang Tua :Ayah :Supardi Sapidin

Ibu :Erna Suriana

Alamat :Jln.Sosial Km.5 No.350 Rt.07 Rw.02 Palembang

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 2002-2003 : TK YP INDRA Palembang

Tahun 2003-2009 :SDN 130 Palembang

Tahun 2009-2012 :Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Palembang

Tahun 2012-2015 :Madrasah Aliyah Negeri 2 Palembang

Tahun 2015-2019 :Poltekkes Kemenkes Palembang

Palembang, Juni 2019

Yang Bersangkutan

(Mega Surya)

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah subhanahu wa


ta’ala yang telah melimpahkan kasih dan sayang-Nya kepada kita, sehingga
penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu, yang diberi Judul
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Pada Pasien Vertigo Di Poli
Syaraf Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang Tahun 2019” Tujuan dari
penyusunan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk penelitian sebagai
tugas akhir. Didalam pengerjaan skripsi ini telah melibatkan banyak pihak yang
sangat membantu dalam banyak hal. Oleh sebab itu, disini penulis sampaikan rasa
terima kasih sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Muhammad Taswin, S.Si, Apt, MM,M.Kes. selaku Direktur
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palembang.
2. Ibu Hj. Devi Medianti, S.Pd, S.Kep, M.Kes. selaku ketua jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palembang.
3. Bapak Sukma Wicaturatmashudi, S.K.p.,M.Kep, Sp.KMB. selaku Ketua
Program Studi Diploma IV Jurusan Keperawatan Palembang Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Palembang.
4. Bapak Sukma Wicaturatmashudi, S.K.p.,M.Kep, Sp.KMB,selaku
Pembimbing I, terimakasih atas bimbingan serta motivasi dalam
penyusunan serta dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Ns. Eva Susanti S.Kep.,M.kep, selaku Pembimbing II, terimakasih atas
bimbingan serta motivasi dalam penyusunan serta dalam menyelesaikan
skripsi ini.
6. Ibu Ns. Rumentalia S, S.Kep., M.Kep, selaku dosen penguji I sidang
skripsi.
7. Ibu Dr. Maksuk, M.Kes, selaku dosen penguji II sidang skripsi.
8. Ns.Yunike,S.Kep.M.Kes, selaku dosen penguji III sidang skripsi.
9. Pimpinan / Ka. Lahan Penelitian RS Islam Siti Khadijah Palembang, yang
telah membantu dalam proses penelitian dari mulai pengambilan data dan
menyediakan tempat penelitian untuk saya, terima kasih atas perhatian,
viii
motivasi dan kesabaran yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.
10. Kepada para Responden di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang
dalam penelitian ini. Beserta seluruh Pegawai dan Staf Rumah Sakit yang
telah membantu terlaksananya penelitian ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu penyelesaian proposal skripsi ini.
Semoga Skripsi ini dapat diajukan untuk penelitian.`

Palembang, 24 Juni 2019

Mega Surya

ix
HALAMAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Maju Terus Pantang Mundur “

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya, maka saya persembahkan skripsi ini :

1. Untuk kedua orangtua saya, bapak Supardi Sapidin dan ibu Erna Suriana
yang selalu mendoakan yang terbaik untuk saya dan selalu memberikan
motivasi, dan untuk kakak saya Ilham Marta Dinata Ayuk saya Fitri diana
dan Adik saya Dea Mutiara yang selalu memeberi dukungan dan
semangat.
2. Untuk pembimbing saya, Bapak Sukma Wicaturatmashudi, S.K.p.,M.Kep,
Sp.KMB selaku Pembimbing I dan Ibu Ns. Eva Susanti S.Kep.,M.kep
selaku Pembimbing II terimakasih atas bimbingan serta motivasi dalam
penyusunan serta dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Untuk penguji saya, Ibu Ns. Rumentalia S, S.Kep., M.Kep, Ibu Dr. Maksuk,
M.Kes, dan Ns.Yunike,S.Kep.M.Kes , terima kasih atas saran dan nasehatnya
dalam membuat laporan tugas akhir ini menjadi lebih baik.
4. Kepada sahabat-sahabat saya tercinta Imang Budiati, Meivi Fransisca
Anggraini, Rizka Rhasmi Aprilia, Eno Larian, Meiriana Pratiwi dan Elis
Tri Wulandari yang selalu mendukung, selalu memberikan masukan
positif dan selalu ada suka mau pun duka sehingga sampai saat ini.
5. Kepada sahabat-sahabat yang sampe sekarang tetap mensupport saya,
Delvi Nipita Sari Harahap, Imeliana Rahman, Kamilliyah Fakhriyyah, Tri
Wulandari, dan Siti Dwi Cahyani yang selalu menyemangati dan selalu
memotivasi.
6. Kepada Kakak pembimbing saya Khenia Arini Sekar Arum Dan Kedua
Adik Pembimbing Siffa Nur Auliana dan Putri Maharani yang selalu
memberi support dan motivasi.
x
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING....................... Error! Bookmark not defined.


HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................iv
ABSTRAK...............................................................................................................v
ABSTRACT ...........................................................................................................vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS ........................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................x
DAFTAR SKEMA.............................................................................................. xiii
DAFTAR TABLE................................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................5
C. Tujuan penelitian ...........................................................................................6
D. Ruang lingkup ...............................................................................................7
E. Manfaat Penelitian .........................................................................................7
F. Keaslian Skripsi .............................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar ................................................................................................9
1. Vertigo ......................................................................................................9
2. Keseimbangan.........................................................................................24
a. Definisi keseimbangan .......................................................................24
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbanga ...........................25
c. Penelitian Terkait...............................................................................29

xi
BAB III KERANGKA KONSP, DEFINISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep ........................................................................................30


B. Definisi operasional.....................................................................................31
C. Hipotesis ......................................................................................................33
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian .........................................................................34
B. Populasi dan Sampel ...................................................................................34
a. Kriteria Inklusi.........................................................................................35
C. Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................................36
D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ..........................................................36
E. Instrumen dan Bahan Penelitian..................................................................38
F. Prosedur penelitian ......................................................................................38
G. Manajemen Data .........................................................................................40
H. Analisa Data ................................................................................................41
I. Etika Peneliti ...............................................................................................42
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian .......................................................................43
B. Hasil Penelitian ............................................................................................45
1. Analisis Univariat ....................................................................................45
2. Analisis Bivariat ......................................................................................48
C. Pembahasan .................................................................................................52
D. Keterbatasan Penelitian ...............................................................................56
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan..................................................................................................57
B. Saran ............................................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii
DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka Teori Penelitian………………………...……………….28

Skema 2 . Kerangka Konsep penelitian …………………………..…………30

xiii
DAFTAR TABLE

Tabel 1.1 Kategori dizzines…………………………………………..….……..13

Tabel 2.2 Klasifikasi IMT…………..……………..............................................27

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian ……..…………………......31

Tabel 5.1 Distribusi Rata-Rata Berdasarkan Usia Responden di RS Islam Siti


Khadijah Palembang Tahun 2019…………………............................45

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RS Islam Siti


Khadijah Palembang Tahun 2019……………………..….…………45

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik di RS Islam Siti


Khadijah Palembang Tahun 2019………………..………….............46

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Index MassaTubuh di RS Islam Siti


Khadijah Palembang Tahun ……………………………...................46

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik di RS Islam Siti


Khadijah Palembang Tahun 2019…………………………….……..48

Tabel 5.6 Hubungan Jenis Kelamin dengan keseimbangan di RS Islam Siti


Khadijah Palembang Tahun 2019…………………………...………48

Tabel 5.7 Hubungan Aktivitas Fisik dengan keseimbangan d i RS Islam Siti


Khadijah Palembang Tahun 2019.......................................................49

Tabel 5.8 Hubungan Index Massa Tubuh dengan keseimbangan di RS Islam Siti
Khadijah Palembang Tahun 2019.......................................................50

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Persetujuan MenjadI Responden

Lampiran 2. Lembar Kuisioner Keseimbangan Pasien Vertigo

Lampiran 3. Standar Operasioanal Prosedur Tes Romberg


Lampiran 4. Surat Izin Data dan Penelitian

Lampiran 5. Surat Izin Pengambilan Data

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian

Lmapiran 7. Surat Keterangan


Lampiran 8. Dokumentasi

Lampiran 9. Lembar Observasi Keseimbangan hasil pengumpulan data


responden
Lampiran 10. Lembar Konsul

Lampiran 11. SPSS

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktik,

yang sering digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil atau

rasa pusing. Deskripsi keluhan tersebut penting diketahui agar tidak

dikacaukan dengan nyeri kepala atau sefalgia, terutama karena

dikalangan awam kedua istilah tersebut (pusing dan nyeri kepala) sering

digunakan secara bergantian (Sutarni,2016)

Vertigo Merupakan suatu gejala atau keluhan berupa rasa berputar

seolah-olah sedang bergerak, penyakit ini menyebabkan kehilangan

keseimbangan yang biasanya disertai dengan mual dan muntah pada

penderita sehingga mengganggu aktivitas sehari- hari dan menghambat

tugas-tugas fungsional pada penderita intervensi fisioterapi yang akan

dilakukan pada penelitian ini adalah brandt daroff (Kurnia, 2017).

Vertigo adalah gangguan orientasi spasial atau persepsi dari

pergerakan tubuh (rasa berputar) dan/atau lingkungan sekitarnya. Hal ini

dapat berhubungan dengan gejala lain, seperti impulsion (sensasi tubuh

seperti mengembangkan), oscillopsia (ilusi visual dari mata sehingga

pandangan seperti maju atau mundur), nausea, muntah, atau gangguan

melangkah (Widjajalaksmi, 2015).

1
Poltekkes Kemenkes Palembang
Vertigo merupakan suatu fenomena yang terkadang sering ditemui

di masyarakat. Vertigo adalah suatu gejala atau perasaan dimana

seseorang atau benda disekitarnya seolah-olah sedang bergerak atau

berputar, yang biasanya disertai dengan mual atau kehilangan

keseimbangan. Jika sensasi atau ilusi berputar yang dirasakan adalah diri

sendiri, hal tersebut merupakan vertigo subjektif. Sebaliknya, jika yang

berputar adalah lingkungan sekitarnya, maka itu disebut vertigo objektif

(Triyanti,2018). Seseorang yang mengalami vertigo akan

mempersepsikan suatu gerakan yang abnormal atau suatu ilusi berputar.

Vertigo dapat berlangsung sementara maupun berjam-jam namun juga

bisa berlangsung ketika seseorang tersebut dalam kondisi tidak bergerak

sama sekali (Triyanti,2018).

Vertigo sendiri dapat disebabkan oleh kelainan di dalam telinga

tengah. Pada saraf yang menghubungkan telinga dengan otak, dan

kelainan penglihatan karena adanya perubahan tekanan darah yang

terjadi secara tiba-tiba. Prevalensi Vertigo di amerika Sebesar 85% yang

disebabkan oleh gangguan sistem vestibular akibat adanya perubahan

posisi atau gerakan kepala (Triyanti,2018).

Prevalensi Vertigo di Jerman Berusia 18 tahun hingga 79 tahun

adalah 30%, 24% diasumsikan karena kelainan vestibuler. Penelitian di

Prancis menemukan 12 bulan setelahnya prevalensi vertigo 48%

(Triyanti,2018). Pasien yang mengalami vertigo vestibular 75%

2
Poltekkes Kemenkes Palembang
mendapatkan gangguan vertigo perifer dan 25% mengalami vertigo

sentral (Triyanti, 2018).

Di indonesia angka kejadian vertigo juga sangat tinggi, pada tahun

2010 dari usia 40 sampai 50 tahun sekitar 50% yang merupakan keluha n

nomor tiga paling sering dikeluhan oleh penderita yang datang ke rumah

sakit, setelah nyeri kepala, dan stroke (Sumarilyah,2010 dalam Nike,

2018). Umumnya vertigo ditemukan sebesar 15% dari keseluruhan

populasi dan hanya 4-7% yang diperiksa ke dokter (Triyanti,2018).

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahnkan

keseimbangan tubuh ketika ditempatkan di berbagai posisi.

Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk

mengontrol pusat massa tubuh (center of mass)atau pusat grativasi

(center of gravity) terhadap bidang tumpu (base of support).

Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh

dengan di dukung oleh sistem muskuloskleletal dan bidang tumpu.

Dalam penelitian yang kami lakukan, kami mengeksperimenkan

keseimbangan tubuh (Mekayanti, 2015).

Keseimbangan dinamis tubuh merupakan suatu kemampuan untuk

mempertahankan kesetimbangan ketika bergerak. Keseimbangan dinamis

adalah pemeliharaan pada tubuh melakukan gerakan atau saat berdiri

pada landasan yang bergerak (dynamic standing) yang akan

menempatkan ke dalam kondisi yang tidak stabil. Keseimbangan

3
Poltekkes Kemenkes Palembang
merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi sistem sensorik

(vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk proprioceptor) dan

muskuloskeletal (otot, sendi, dan jaringan lunak lain) yang dimodifikasi/

diatur dalam otak (kontrol motorik, sensorik, basal ganglia, cerebellum,

area asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan kondisi internal dan

eksternal. Di pengaruhi juga oleh faktor lain seperti usia, motivasi,

kondisi, lingkungan, kelelahan, pengaruh obat dan pengalaman terdahulu.

(Mekayanti, 2015).

Keseimbangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia agar

dapat hidup mandiri. Keseimbangan adalah istilah umum yang

menjelaskan kedinamisan postur tubuh untuk mencegah seseorang

terjatuh. Secara garis besar keseimbangan dapat diartikan sebagai

kemampuan untuk mengontrol pusat massa tubuh atau pusat gravitasi

terhadap titik atau bidang tumpu dan dapat diasumsikan sebagai

sekelompok reflek yang memicu pusat keseimbangan yang terdapat pada

visual, vestibular dan somatosensori. (Gerry, 2016).

Terdapat banyak tes untuk menguji keseimbangan baik statis

maupun dinamis, salah satu tes tersebut adalah Standing Stork Test (SST).

Standing Stork Test atau yang biasa disebut one leg stand (berdiri dengan

satu kaki) adalah alat ukur untuk mengetes kemampuan keseimbangan

statik atlet saat berdiri satu kaki dengan mata tertutup. Untuk tes

keseimbangan fungsional Standing Stork Test umumnya dipakai sebagai

gold standart dibandingkan test keseimbangan lainnya pada usia 15-30

4
Poltekkes Kemenkes Palembang
tahun seseorang mampu berdiri dengan satu kaki dengan rata-rata

tertinggi 26-39 detik. (Gerry,2016).

Sumarliyah, (2011). Pengaruh senam vertigo terhadap

keseimbangan tubuh pada pasien vertigo di Rumah Sakit Siti Khodijah.

Metode Penelitian ini menggunakan desain analitik pre eksperimental,

one group pre and post test. Sampel non probability sampling yaitu

dengan purposive sampling. Hasilnya tampak perbedaan tubuh pada

pasien vertigo sebelum dan sesudah dilakukan senam vertigo ditemukan

adanyanperubahan keseimbangan tubuh sebelum dan sesudah dilakukan

senam vertigo dengan nilai p: 0,000 dengan kesimpulan ada faktor-

faktor yang mempengaruhi keseimbangan pada pasien vertigo.

B. Rumusan Masalah

Vertigo Merupakan suatu gejala atau keluhan berupa rasa berputar

seolah-olah sedang bergerak, penyakit ini menyebabkan kehilangan

keseimbangan yang biasanya disertai dengan mual dan muntah pada

penderita sehingga mengganggu aktivitas sehari- hari dan menghambat

tugas-tugas fungsional pada penderita Vertigo. Oleh karena itu, peneliti

tertarik untuk meneliti tentang “faktor- faktor yang mempengaruhi

keseimbang pada pasien vertigo”.

5
Poltekkes Kemenkes Palembang
C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan dalam penelitian ini untuk Mengetahui Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Keseimbangan Pada Pasien Vertigo Di

Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang Tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui karakteristik penderita vertigo (umur, jenis

kelamin, aktivitas fisik, index massa tubuh,

keseimbangan) di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah

Palembang.

b. Diketahui pasien vertigo sebelum dilakukan tes romberg

sesuai dengan SOP.

c. Diketahui pasien vertigo sesudah dilakukan tes romberg

sesuai SOP.

d. Diketahui hubungan usia dengan keseimbangan pada

pasien vertigo di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah

Palembang.

e. Diketahui hubungan jenis kelamin dengan keseimbangan

pada pasien vertigo di Rumah Sakit Siti Khadijah

Palembang.

f. Diketahui hubungan aktivitas fisik dengan keseimbangan

pada pasien vertigo di Rumah Sakit Siti Khadijah

Palembang.

6
Poltekkes Kemenkes Palembang
g. Diketahui hubungan Index Massa Tubuh dengan

keseimbangan pada pasien vertigo di Rumah Sakit Siti

Khadijah Palembang.

D. Ruang lingkup

Penelitian ini termasuk dalam area keperawatan medikal bedah

(KMB) yang membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

keseimbangan pada pasien vertigo di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah

Palembang Tahun 2019. Yang menjadi sample ini adalah pasien vertigo

yang berada di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang. Penelitian

ini dilakukan dengan menggunakan desain observasional analitik dengan

pendekatan cross-sectional dan diambil secara Simple Random Sampling.

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi semua pihak,yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan

dalam bidang keperawatan terutama dalam penyebab keseimbangan

vertigo untuk menjadi masukan dan bahan refrensi untuk penelitian yang

akan datang.

7
Poltekkes Kemenkes Palembang
2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu keperawatan dan

metodologi riset penelitian khusunya dalam bidang keperawatan medikal

bedah (KMB).

b. Bagi Pasien

Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pasien vertigo

supaya mengetahui tes romberg jika terjadi gangguan keseimbangan.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dan

sumber belajar untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa di bidang

keperawatan medikal bedah (KMB).

F. Keaslian Skripsi

Triyanti,(2018) mengenai pengaruh pemberian terapi fisik brandt

daroff terhadap vertigo di rsud dr.r soedarsono pasuruan. penelitian yang

akan dilakukan yaitu Rancangan peneliti ini menggunakan rancangan

penelitian Quasi experimental. dengan rancangan penelitian yaitu non-

Probability. Dan Hastuti (2016) pengaruh latihan brandt daroff terhadap

keseimbangan dan resiko jatuh pada pasien benign paroxismal positional

vertigo di RSUD dr. Soedono Madiun. Rancangan : Quasi Exsperimental

Pendekatan Pretest-posttest conrol group design Perbedaan subjek

penelitian,lokasi penelitian dan tempat penelitian.

8
Poltekkes Kemenkes Palembang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar

1. Vertigo

a. Pengertian Vertigo

Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktik,

yang sering digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng tak stabil

(giddiness,unsteadiness), atau rasa pusing (diziness). Deskripsi keluhan

tersebut pentin diketahui agar tidak dikacaukan dengan nyeri kepala atau

sefalgia, terutama karena dikalangan awam kedua istilah tersebut (pusing

dan nyeri kepala) sering digunakan secara bergantian. (Sutarni, 2016).

Vertigo berasa dari bahasa Latin, vertere, yang artinya memutar

merujuk pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan

seseorang, umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistem

keseimbangan. Derajat yang lebih ringan dari vertigo dissebut dizziness,

yang lebih ringan lagi disebut giddiness dan unsteadiness (Sutarni,2016).

Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh

atau lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang timbul terutama dari

sistem otonom, yang disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh

berbagai keadaan atau penyakit (Misbach,2006). Dengan demikian,

vertigo bukan suatu gejala pusing berputar saja, tetapi merupakan suatu

kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatik

9
Poltekkes Kemenkes Palembang
(nistagamus, unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual, dan

muntah), pusing dan gejala psikiatrik. Dizziness lebih mencermin

keluhan rasa yang sulit dilukiskan sendiri oleh penderitanya. Pasien

sering menyebutkan sensasi ini sebagai nggliyer. Sedangkan giddiness

berarti dizziness atau vertigo yang berlangsung singkat (Sutarni,2016)

Vertigo merupakan suatu fenomena yang terkadang sering ditemui

di masyarakat. Vertigo adalah suatu gejala atau perasaan dimana

seseorang atau benda disekitarnya seolah-olah sedang bergerak atau

berputar, yang biasanya disertai dengan mual atau k ehilangan

keseimbangan. Jika sensasi atau ilusi berputar yang dirasakan adalah diri

sendiri, hal tersebut merupakan vertigo subjektif. Sebaliknya, jika yang

berputar adalah lingkungan sekitarnya, maka itu disebut vertigo objektif

(Triyanti,2018). Seseorang yang mengalami vertigo akan

mempersepsikan suatu gerakan yang abnormal atau suatu ilusi berputar.

Vertigo dapat berlangsung sementara maupun berjam-jam namun juga

bisa berlangsung ketika seseorang tersebut dalam kondisi tidak bergerak

sama sekali (Triyanti,2018).

Vertigo sendiri dapat disebabkan oleh kelainan di dalam telinga

tengah. Pada saraf yang menghubungkan telinga dengan otak, dan

kelainan penglihatan karena adanya perubahan tekanan darah yang

terjadi secara tiba-tiba. Prevalensi Vertigo di amerika Sebesar 85% yang

disebabkan oleh gangguan sistem vestibular akibat adanya perubahan

posisi atau gerakan kepala (Triyanti,2018).

10
Poltekkes Kemenkes Palembang
Penyakit Vertigo ini merupakan keluhan yang sering dijumpai

dalam praktek yang digambarkan sebagai rasa berputar, pening, tak stabil

(giddiness, unsteadiness) atau pusing (dizziness). Prevalensi vertigo di

jerman berusia 18 tahun hingga 79 tahun adalah 30%, 24% diasumsikan

karena kelainan vestibuler, penelitian di prancis menemukan 12 bulan

setelahnya prevalensi vertigo 48% (Grill,2013; Bissdorf,2013).

Prevelensi di Amerika, disfungsi vestibular sekitar 35% populasi dengan

umur 40 tahun ke atas (Grill,2013). Pasien yang mengalami vertigo

vestibular, 75% mendapatkan ganggguan vertigo perifer dan 25%

mengalami sentral (Triyanti,2018).

Vertigo adalah gangguan orientasi spasial atau persepsi dari

pergerakan tubuh (rasa berputar) dan/atau lingkungan sekitarnya. Hal ini

dapat berhubungan dengan gejala lain, seperti impulsion (sensasi tubuh

seperti mengembangkan), oscillopsia (ilusi visual dari mata sehingga

pandangan seperti maju atau mundur), nausea, muntah, atau gangguan

melangkah (Widjajalaksmi, 2015).

Keluhan Pusing (dizziness) pasien dapat dikatagorikan ke dalam

empat jenis gejala,yaitu (Sutarni, 2016) :

a. Vertigo; ditemukan sensasi gerakan, berputar,muntah, dan

gangguan keseimbangan.

b. Disequilibrium (ketidakseimbangan): gangguan keseimbangan dan

gait tanpa sensasi kepala yang abnormal. Pasien merasa goyang

tetapi tidak ada ilusi gerakan atau sensasi akan pingsan. Penyebab

11
Poltekkes Kemenkes Palembang
yang paling umum adalah penuaan. Penuaan menyebabkan defisit

multisensoris yang memengaruhi keseimbangan. Penyebab lain

adalah neuropati perifer, gangguan muskuloskeletal, gangguan

gait,dan penyakit Parkinson. Jika pasien mengeluh disequilibrium

dan juga memiliki gait yang buruk, mungkin ada penyebab sentral

seperti masalah di serebulum sehingga harus dilakukan evaluasi

neurologis yang lebih mendalam.

c. Presinkop; terdapat perasaan hendak pingsan, kepala terasa ringan,

mual, gangguan penglihatan. Pasien dapat juga merasa le mas

seluruh tubuh (general weakness). Gejala sering terjadi ketika

pasien bangkit dari berbaring atau posisi duduk. Gejala biasanya

lebih berat di pagi hari. Tidak ada gejala yang dialami saat pasien

terlentang. Penyebabnya antara lain hipotensi ortostatik,disfungsi

otonom yang dapat disebabkan oleh diabetes, dan penyakit

kardiovaskular seperti aritmia, infark miokard, dan stenosis arteri

karotis. Obat-obatan seperti anti- hipertensi dan obat anti-aritmia

kadang-kadang dapat menyebabkan presinkop. Dari pemeriksaan

dapat ditemukan tekanan darah yang relatif rendah, hipotensi

postural, kelainan pada rekaman EKG, gula darah dan pada

pemeriksaan USG doppler karotis kemungkinan terdapat

penyempitan.

d. Lightheadedness; keluhan tidak begitu jelas, kepala terasa ringan,

pasien merasa seperti melayang atau seperti terputus dari

12
Poltekkes Kemenkes Palembang
lingkungan sekitarnya. Yang perlu diperhatikan adalah pada gejala

ini pasien tidak pernah benar-benar jatuh. Penyebab yang umum

adalah hiperventilasi, hipoglikemia, anemia, trauma kepala, dan

kelainan psikogenik seperti depresi, ansietas, atau fobia.

Dari keempat tipe di atas, yang paling sering ditemukan adalah

vertigo, yang bisa mencapai 54% laporan dizziness di pelayanan primer

(Labuguen,2006). Tabel 1.1 menunjukkan kejadian tipe-tipe dizziness

tersebut di atas.

Vertigo penting untuk dipahami karena keluhan dizziness secara

umum merupakan keluhan ketiga yang sering membawa pasien berobat

ke dokter, setelah keluhan nyeri pinggang dan nyeri kepala, dangan

insidensi 5-10% (Samy,2013). Bahkan pada orang tua usia lebih dari 75

tahun, keluhan dizziness merupakan keluhan yang paling banyak (50%)

(Chawla ,2006).

Tabel 2.1 Kategori dizziness (Lee,2012)

Kategori Karakteristik %

Vertigo Halusinasi gerakan, umumnya 45-54

berputar

Disequilbrium Gangguan keseimbangan atau Hingga 16

cara jalan (gait), sensasi tidak

stabil (unsteadiness)

Presinkop Sensasi akan pingsan atau Hingga 14

13
Poltekkes Kemenkes Palembang
kehilangan kesadaran

Lightheadedness Gejala tidak jelas,kepala terasa ~10

ringan,giddiness,sensasi terpisah

dari lingkungan sekitarnya

b. Etiologi

Ada beberapa penyebab dari Vertigo Perifer menurut

Kelompok Studi Vertigo UGM (2015) yaitu:

a. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) :

menyebabkan serangan pusing transien (berlangsung

beberapa detik) yang rekuren. Vertigo terjadi karena

perubahan posisi kepala yang menyebabkan kristal kalsium

karbonat dari otolit yang lepas ke dalam kanalis

semisirkularis akibat gerakan kepala atau perubahan posisi.

Serangan biasanya menetap selama berminggu- minggu

sebelum akhirnya sembuh sendiri.

b. Infeksi: Neuritis vestibular akut atau labirinitis.

c. Ototoksik

d. Vaskuler: oklusi dari arteri vestibular yang merupakan

cabang dari arteri auditori internal dari arteri cerebelar

inferior anterior.

e. Struktural: Fistula perilimfatik baik spontan maupun akibat

trauma.

f. Metabolik: Meniere sindrom.

14
Poltekkes Kemenkes Palembang
g. Tumor: Neuroma akustik.

c. Penyebab

Vertigo bukan terjadi karena faktor keturunan. Vertigo tidak

boleh disepelekan karena bisa menjadi pertanda penyakit yang serius,

seperti tumor otak, hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes mellitus

(kencing manis), jantung, dan ginjal. Semakin dini vertigo ditangani

akan semakin cepat dapat diatasi. Vertigo bisa terjadi karena :

a. Infeksi virus yang menyerang area labirin

b. Infeksi bakteri yang mengenai telinga tengah

c. Radang pada leher

d. Serangan migren

e. Sirkulasi darah yang berkurang yang dapat menyebabkan aliran

darah ke otak berkurang

f. Mabuk kendaraan

g. Alkohol

h. Kelainan Neurologis

i. Sklerosis multiple

j. Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin,

persarafannya atau keduanya

k. Tumor otak

l. Tumor yang menekan saraf vestibularis.

Vertigo biasanya muncul karena adanya gangguan sistem

15
Poltekkes Kemenkes Palembang
vestibular (misalnya terdapat gangguan pada struktur telinga bagian

dalam, saraf vestibular, batang otak, dan otak kecil/cerebellum).

Sistem vestibular bertanggung jawab untuk mengintegrasikan

rangsangan terhadap indera dan gerakan tubuh. Selain itu sistem

vestibular bertugas menjaga agar suatu obyek ada di fokus penglihatan

saat tubuh bergerak. Ketika kepala bergerak, sinyal ditransmisikan ke

labirin, yang terdapat di telinga bagian dalam. Labirin kemudian

me mbawa informasi ke saraf vestibular yang kemudian diteruskan ke

batang otak dan otak kecil, yang berfungsi mengontrol keseimbangan,

dan kordinasi gerak.

d. Gejala

Menurut Sutarni,(2016) bahwa Seseorang dikategorikan menderita

Vertigo bila mengalami beberapa gangguan seperti pusing, rasa terayun,

mual, keringat dingin, muntah, sempoyongan sewaktu berdiri atau

berjalan, nistagmus.

e. Patofisiologi

Pada telinga dalam terdapat 3 kanalis semisirkularis. Ketiga kanalis

semisirkularis tersebut terletak pada bidang yang saling tegak lurus satu

sama lain. Pada pangkal setiap kanalis semisirkularis terdapat bagian

yang melebar yakni ampula. Di dalam ampula terdapat kupula, yakni alat

untuk mendeteksi gerakan cairan dalam kanalis semisirkularis akibat

gerakan kepala. Sebagai contoh, bila seseorang menolehkan kepalanya ke

16
Poltekkes Kemenkes Palembang
arah kanan, maka cairan dalam kanalis semisirkularis kanan akan

tertinggal sehingga kupula akan mengalami defleksi ke arah ampula.

Defleksi ini diterjemahkan dalam sinyal yang diteruskan ke otak

sehingga timbul sensasi kepala menoleh ke kanan. Adanya partikel atau

debris dalam kanalis semisirkularis akan mengurangi atau bahkan

menimbulkan defleksi kupula ke arah sebaliknya dari arah gerakan

kepala yang sebenarnya. Hal ini menimbulkan sinyal yang tidak sesuai

dengan arah gerakan kepala, sehingga timbul sensasi berupa vertigo.

Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat

keseimbangan tubuh yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi

tubuh yang sebenarnya dengan apayang dipersepsi oleh susunan saraf

pusat.

Sutarni,2016) Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan

kejadian tersebut :

a. Teori rangsang berlebihan (overstimulation)

Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan

menyebabkan hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya

terganggu, akibatnya akan timbul vertigo, nistagmus, mual dan

muntah.

b. Teori konflik sensorik.

Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang

berasal dari berbagai reseptor sensorik perifer yaitu mata/visus,

17
Poltekkes Kemenkes Palembang
vestibulum dan proprioceptif, atau ketidakseimbangan/asimetri

masukan sensorik yang berasal dari sisi kiri dan kanan.

Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan sensorik di sentral

sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus (usaha koreksi

bola mata), ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler, serebelum)

atau rasa melayang, berputar (berasal dari sensasi kortikal). Berbeda

dengan teori rangsang berlebihan, teori ini lebih menekankan gangguan

proses pengolahan sentral sebagai penyebab.

c. Teori neural mismatch

Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik,

menurut teori ini otak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan

tertentu, sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang

aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah tersimpan, timbul

reaksi dari susunan saraf otonom. Jika pola gerakan yang baru tersebut

dilakukan berulang - ulang akan terjadi mekanisme adaptasi sehingga

berangsur-angsur tidak lagi timbulgejala.

d. Teori otonomik

Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom

sebagai usaha adaptasi gerakan/perubahan posisi, gejala klinis timbul

jika sistim simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim

parasimpatis mulai berperan.

18
Poltekkes Kemenkes Palembang
e. Teori Sinap

Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjai

peranan neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang

terjadi pada proses adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan

menimbulkan stres yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin

releasing factor), peningkatan kadar CRF selanjutnya akan

mengaktifkan susunan saraf simpatik yang selanjutnya mencetuskan

mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistim saraf

parasimpatik. Teori ini dapat meneangkan gejala penyerta yang sering

timbul berupa pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat

aktivitas simpatis, yang berkembang menjadi gejala mual, muntah dan

hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan

saraf parasimpatis.

f. Klasifikasi

Menurut Kelompok Studi Vertigo PERDOSSI,2012) vertigo dapat

dibagi menjadi :

a. Vertigo Vestibular

Timbul pada gangguan sistem vestibular, menimbulkan sensasi

berputar, timbulnya episodik oleh gerakan kepala, dan bisa disertai rasa

mual/muntah. Berdasarkan letak lesinya dikenal ada 2 jenis vertigo

vestibular.

19
Poltekkes Kemenkes Palembang
b. Vertigo Vestibular perifer

Terjadi pada lesi di labirin dan nervus vestibularis. Vertigo

vestibular perifer timbulnya lebih mendadak setelah perubahan posisi

kepala, dengan rasa berputar yang berat, disertai mual/muntah, dan

keringat dingin. Bisa disertai gangguan pendengara n berupa tinitus

atau ketulian, dan tidak disertai gejala neurologis fokal seperti

hemiiparesis, diplopia, perioral parastesia, penyakit paresisfasialis.

Penyebabnya antara lain adalah benign paroxysmal positional vertigo

(BPPV), penyakit meniere, neuritisvestibularis, oklusi a.labirin,

labirintis, obat ototoksik, autoimun, tumor N.VIII, microvascular

compression, dan perylymph fistel.

c. Vertigo Vestibular Sentral

Timbul pada lesi di nukleus vestibularis di batanng otak, atau

talamus sampai ke korteks serebri. Vertigo vestibular sentral timbulnya

lebih lambat, tidak terpengaruh oleh gerakan kepala. Rasa berputarnya

ringan, jarang disertai gangguan pendengaran. Bisa disertai gejala

neurologis fokal seperti disebutkan di atas. Penyebabnya antara lain

migrain, CVD, tumor, epilepsi, demielinisasi, dan degenerasi.

d. Vertigo Nonvestibular

Timbul pada gangguan sistem proprioseptif atau sistem visual,

menimbulkan sensasi bukan berputar, melainkan rasa melayang,

goyang, berlangsung konstan/kontinu, tidak disertai rasa mua l/muntah,

serangan biasanya dicetuskan oleh gerakan objek sekitarnya, misalnya

20
Poltekkes Kemenkes Palembang
di tempat keramaian atau lalu lintas macet. Penyebabnya antara lain

polineuropati, mielopati, artrosis servikalis, trauma leher, presinkope,

hipotensi ortostatik, hiperventilasi, tension headache, hipoglikemia,

penyakit sistemik

g. Anamnesis

Anamnesis memegang peranan sangat penting untuk diagnosis

vertigo. Kasus vertigo perifer biasanya ber-onset akut dansering

memerlukan penanganan segera, sedangkan pada vertigo tipe sentral

perlu diketahui dan dieksplorasi faktor risikonya. Hal-hal penting yang

perlu ditanyakan dalam menentukan diagnosis sindrom vestibular yang

bermanifestasi sebgai vertigo atau dizziness adalah (Delaney,2003) :

a. Deskripsikan secara jelas keluhan pasien. Kadangka la pasien

mengeluh pusing. Pusing yang dikeluhkan ini dapat berupa sakit

kepala, rasa goyang, pusing berputar, rasa tidak stabil, atau

melayang.

b. Tipe / bentuk serangan vertigo: vertigo rotatoar seperti yang

dirasakan seperti saat menaiki komidi putar (misalnya: neuritis

vestibular) atau ketidakseimbangan postural seperti yang dirasakan

saat menaiki kapal (misalnya bilateral vestibulopati) atau dizziness /

lightheadedness (misalnya intoksikasi).

c. Durasi vertigo: serangan vertigo berlangsung selama beberapa

detik hingga menit (misalnya vestibular paroxysmia), selama

21
Poltekkes Kemenkes Palembang
beberapa jam (misalnya penyakit meniere, migrain vestibular),

vertigo yang berlangsung terus- menerus selama beberapa hari

hingga minggu (misalnya neuritis vestibular), serangan

ketidakseimbangan postural dari menit hingga jam (misalnya

serangan iskemia sepintas pada batang otak dan struktur serebelar).

d. Pencetus/eksaserbasi vertigo: tanpa pencetus (misalnya neuritis

vestibular), berjalan (bilateral vestibulopati), menolehkan kepala

(misalnya vestibular paroxysmia), posisi kepala tertentu (misalnya

BPPV), batuk, penekanan, suara bising dengan frekuensi tertentu

(fistula perilimfe atau sindrom dehisensi kanalis superior), atau

keadaan sosial tertentu (phobic postural vertigo).

e. Gejala otonom yang menyertai keluhan bertigo :

1) Mual, muntah, keringat dingin.

2) Gejala otonom berat atau ringan.

f. Ada atau tidanya gejala gangguan pendengaran seperti: tinitus atau

tuli.

g. Obat-obatan yang menimbulkan gejala vertigo seperti:

streptomisin, gentamisin, dan kemoterapi.

h. Tindakan tertentu: temporal bone surgery, trans-tympanal

treatment.

i. Penyakit yang diderita pasien: DM, hipertensi, kelainan jantung.

22
Poltekkes Kemenkes Palembang
j. Defisit neurologis: hemihipestesi, baal wajah satu sisi, perioral

numbness, disfagia, hemiparesis, penglihatan ganda, ataksi

serebelaris.

h. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Kelompok Delaney,(2003) Pemeriksaan Pada Vertigo :

a. Laboratorium pada kasus stroke, infeksi

b. EEG pada kasus vestibular epilepsi

c. EMG pada kasus neuropati

d. EKG pada kasus serebrovaskular

e. TCD pada kasus serebrovaskular

f. LP pada kasus infeksi

g. CT Scan/MRI pada kasus stroke, infeksi,dan tumor

i. Pengobatan

Vertigo dapat diatasi dengan obat untuk mengurangi atau

menghilangkan gejala vertigo. Namun obat yang di konsumsi tentu saja

memiliki efek samping. Banyak terapi-terapi selain farmakologi. Salah

satunya terapi rehabilitas vestibular yaitu manuver, semount manuver dan

brandt daroff exercis. Lain secara sudah banayak penderita yang sembuh

dengan cara ini. Terapi seperti latihan brandt daroff memiliki keuntungan

dan kelebihan dari terapi fisik lainnya atau dari terapi farmakologi yaitu

dapat mempercepat sembuhnya vertigo dan untuk mencegah terjadinya

kekambuhan atau harus mengkonsumsi obat, latihan brandt daroff dapat

meningkatkan kualitas pasien (Chusnul,2018).

23
Poltekkes Kemenkes Palembang
2. Keseimbangan

a. Definisi keseimbangan

Keseimbangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia agar

dapat hidup mandiri. Keseimbangan adalah istilah umum yang

menjelaskan kedinamisan postur tubuh untuk mencegah seseorang

terjatuh. Secara garis besar keseimbangan dapat diartikan sebagai

kemampuan untuk mengontrol pusat massa tubuh atau pusat gravitasi

terhadap titik atau bidang tumpu, maupun kemampuan untuk berdiri

tegak dengan dua kaki penting dalam diri seseorang dan sebagai

prekursor untuk inisiasi kegiatan lain hidup sehari-hari, terutama bagi

manula (Risang,2016).

Sistem pengaturan keseimbangan semakin lama semakin

memburuk seiring dengan bertambahnya usia. Penurunan dalam

pengaturan keseimbangan dan gaya berjalan yang memburuk adalah

faktor kunci dalam kejadian jatuh dan masalah motorik lainnya pada

lanjut usia. Sayangnya, cedera dan hilangnya nyawa karena jatuh pada

manula adalah faktor yang utama yang dihadapi manula. Perasaan

"takut jatuh" adalah awal penyebab umum aktivitas fisik yang menurun

disertai dengan penurunan kekuatan otot tungkai bawah, yang semakin

mengakibatkan seseorang untuk jatuh lagi.Keseimbangan diasumsikan

sebagai sekelompok refleks yang memicu pusat keseimbangan yang

terdapat pada visual, vestibuler dan sistem somatosensory. Sistem

Visual atau sistem penglihatan adalah sistem utama yang terlibat dalam

24
Poltekkes Kemenkes Palembang
perencanaan gerak dan menghindari rintangan di sepanjang jalan.

Sistem vestibuler dapat diumpamakan sebagai sebuah giroskop yang

merasakan atau berpengaruh terhadap percepatan linier dan anguler,

sedangkan sistem somatosensori adalah sistem yang terdiri dari banyak

sensor yang merasakan posisi dan kecepatan dari semua segmen tubuh,

kontak mereka (dampak) dengan objek-objek eksternal (termasuk

tanah), dan orientasi gravitasi. (Risang,2016).

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan

1. Usia

Letak titik berat tubuh berkaitan dengan pertambahan usia. Pada

anak-anak letaknya lebih tinggi karena ukuran kepala anak relatif lebih

besar dari kakinya yang lebih kecil. Keadaan ini akan berpengaruh pada

keseimbangan tubuh, dimana semakin rendah letak titik berat terhadap

bidang tumpu akan semakin mantap atau stabil posisi tubuh

(Risang,2016).

2. Jenis Kelamin

Meski banyak sumber yang menyatakan bahwa jenis kelamin tidak

berpengaruh pada keseimbangan, ada yang harus dipertimbangkan

terkait pengaruh jenis kelamin pada keseimbangan. Perbedaan

keseimbangan tubuh berdasarkan jenis kelamin antara pria dan wanita

disebabkan oleh adanya perbedaan letak titik berat. Pada pria letaknya

kira-kira 56% dari tinggi badannya sedangkan pada wanita letaknya

kira-kira 55% dari tinggi badannya. Pada wanita letak titik beratnya

25
Poltekkes Kemenkes Palembang
rendah karena panggul dan paha wanita relatif lebih berat dan

tungkainya pendek (Risang,2016).

3. Kekuatan Otot

Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau grup otot menghasilkan

tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis

maupun secara statis. Kekuatan otot dihasilkan oleh kontraksi otot yang

maksimal. Otot yang kuat merupakan otot yang dapat berkontraksi dan

relaksasi dengan baik, jika otot kuat maka keseimbangan dan aktivitas

sehari- hari dapat berjalan dengan baik seperti berjalan, lari, bekerja ke

kantor, dan lain sebagainya (Risang,2016).

4. Index Massa Tubuh (IMT)

Index massa tubuh merupakan alat atau cara yang sederhana untuk

memantau status gizi orang dewasa. IMT tidak bisa digunakan untuk

anak-anak, bayi baru lahir dan wanita hamil khususnya yang berkaitan

dengan kekurangan dan kelebihan berat badan (Risang,2016).

Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus

berikut:

Berat Badan (Kg)

IMT = -------------------------------------------------------

Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

Kriteria IMT digunakan standart dari WHO yaitu bagi orang Asia,

dengan nilai normal yaitu 18,5-22,9. Untuk kepentingan di Indonesia,

26
Poltekkes Kemenkes Palembang
maka karena wilayah indonesia termasuk dalam kategori wilayah Asia

maka digunakan kriteria untuk orang asia adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Klasifikasi IMT menurut Risang,2016.

“Asian
Sta tus Nutris i criteria”

Underwe ight <18.5

Normal 18. 5-22. 9

Overweight 23.24.9

Obes itas I 25-29.9

Obesitas II ≥30

Berdasarkan hasil penelitian ternyata IMT yang tinggi pada kriteria

overweight 23-24.9 Kg/m2 mempengaruhi tingkat keseimbanga

seseorang dan berdasarkan hasil penelitian didapatkan korelasi yang

tinggi antara IMT dengan keseimbangan pada usia 20-40 tahun.

5. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah suatu gerakan fisik yang dapat

menyebabkan terjadinya kontraksi otot. Aktivitas fisik dapat

meningkatkan kebugaran jasmani, koordinasi, kekuatan otot yang

berdampak pada perbaikan keseimbangan tubuh (Risang,2016).

27
Poltekkes Kemenkes Palembang
c. Kerangka Teori

Dampak Dari Penyebab Vertigo :


Vertigo :
1. Benign
1. Vertigo paroxysmal
Peripheral positional vertigo
2. Vertigo Vertigo ( BPPV)
Sentral 2. Labirinitis
3. Vertigo 3. Vestibular
Vestibuler neuronitis
4. Vertigo Non 4. Penyakit meniere
Vestibuler 5. Migren
6. Cedera kepala

Gangguan Keseimbangan

Yang mempengaruhi
keseimbangan :

1. Usia
2. Jenis kelamin
3. IMT
4. Aktivitas Fisik

Skema 2.1 kerangka Teori penelitian

(Sumber : Risang,2016., Kelompok Studi Vertigo PERDOSSI,2012)

28
Poltekkes Kemenkes Palembang
d. Penelitian Terkait

1. Schlick, Loidi, Wuehr (2015). Falls and fear of falling in vertigo

and balance disorders

Variabel independen : Falls and fear of falling in vertigo

Variabel dependen : balance disorders

Metode : penelitian ini menggunakan metode cross sectional

Sampel : penelitain ini menggunakan random sampling

2. Sumarliyah, (2011). Faktor-Faktor yang mempengaruhi

keseimbangan pasien vertigo di rumah sakit islam siti khajidah

palembang tahun 2019

Variabel independen : Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan

Variabel dependen : Pada pasien vertigo

Metode : Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik

dengan pendekatan cross sectional

Sampel : Sample Random Sampling

Hasil : tampak perbedaan tubuh pada pasien vertigo sebelum dan

sesudah dilakukan senam vertigo ditemukan adanya perubahan

keseimbangan tubuh sebelum dan sesudah dilakukan senam vertigo

dengan nilai p: 0,000 dengan kesimpulan ada faktor- faktor yang

mempengaruhi keseimbangan pasien vertigo.

29
Poltekkes Kemenkes Palembang
BAB III

KERANGKA KONSEP , DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah model pendahuluan dari sebuah masalah

penelitian dan merupakan refleksi dari hubungan variabel- varibel

yang diteliti (Shi, 2008 dalam Swarjana K, 2015).

Variabel Independen

Variabel Dependen
1. Usia
2. Jenis Kelamin Keseimbangan Tubuh
3. IMT
4. Aktivitas Fisik

Skema 1.Kerangka Konsep Penelitian

30
Poltekkes Kemenkes Palembang
B. Definisi ope rasional

Definisi operasional variabel penelitian ini dapat dilihat

Tabel 1.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi Operasional Dan Variabel Penelitian Faktor – Faktor Yang


Mempengaruhi Keseimbangan pada pasien vertigo Di Rumah Sakit Siti
Khadijah Palembang 2019.

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Ope rasional Ukur

Variabel Independen
Usia Lama hidup Wawancara Mengisi Usia dalam Rasio
dalam tahun kuesioner tahun
dihitung sejak pertanyaan
lahir sampai sesuai dengan
dengan usia
dilakukan responden
penelitian
Jenis Kelamin Identitas seksual Wawancara Mengisi 1. laki – laki Nominal
kuesioner 2. perempuan
pertanyaan
sesuai dengan
jenis kelamin
responden
IMT Indeks massa Pengukuran -Timbangan Dalam Kg/m2 Rasio
tubuh alat -Meteran
menggunakan
cara yang
sederhana untuk
memantau status
gizi orang
dewasa

31
Poltekkes Kemenkes Palembang
Aktivitas Fisik Kegiatan sehari- Wawancara Mengisi 1.Aktivitas Nominal
hari yang sering kuesioner Beresiko jika
dilakukan oleh pernyataan terjadi
seseorang yang sesuai dengan melompat,ber
diambil dari aktivitas fisik putar,berlari.
pernyataan- responden 2.Aktivitas
pernyatann tidak berisko
meliputi : jenis, jika tidak
frekuensi, dan terjadi
durasi aktivitas melompat,ber
fisik putar,berlari.

Variabel Dependen
Keseimbangan Keseimbangan Wawancara Observasi 1. Seimbang Ordinal
adalah dengan tes jika bisa
kemampuan Romberg memperta
untuk hankan
mempertahnkan posisi
keseimbangan 2. Tidak
tubuh ketika seimbang
ditempatkan di jika tidak
berbagai posisi. bisa
Keseimbangan memperta
juga bisa hankan
diartikan posisi
sebagai
kemampuan
relatif untuk
mengontrol
pusat massa
tubuh (center of
mass)atau pusat
grativasi (center
of gravity)
terhadap bidang
tumpu (base of
support).

32
Poltekkes Kemenkes Palembang
A. Hipotesis

Berasarkan rumusan tujuan dan pertanyaan penelitian, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian ini, sebagai berikut :

1. Ada hubungan usia dengan keseimbangan pasien vertigo di RS Islam Siti

Khadijah Palembang Tahun 2019.

2. Tidak ada hubungan jenis kelamin dengan keseimbangan pasien vertigo

di RS Islam Siti Khadijah Palembang Tahun 2019.

3. Tidak ada hubungan IMT dengan keseimbangan pasien vertigo di RS

Islam Siti Khadijah Palembang Tahun 2019.

4. Tidak ada hubungan Aktifitas Fisik dengan kesimbangan pasien vertigo

di RS Islam Siti Khadijah Palembang Tahun 2019.

33
Poltekkes Kemenkes Palembang
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik

pendekatan cross-sectional dengan cara menilai faktor- faktor

yang berhubungan dengan keseimbangan dengan media

kuesioner , dengan cara observasi atau pengumpulan data

sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap

subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran

dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat

pemeriksaan. (Nursalam, 2017).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah kumpulan dari individu atau objek atau

fenomena yang secara potensial dapat diukur sebagian bagian

dari penelitian (Mazhindu and Scott, 2005 dalam swarjana

2015). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Penderita

vertigo di RS Islam Siti Khadijah Palembang yang berjumlah 78

orang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah penderita vertigo di

Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang tahun 2019.

34
Poltekkes Kemenkes Palembang
Adapun Kriteria Inklusi sample yang akan diambil adalah

sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

Sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan kriteria inklusi

berikut ini :

1) Pasien yang mempunyai penyakit vertigo

2) Bisa berkomunikasi secara verbal dengan baik

3) Pasien yang kooperatif

4) Bersedia menjadi responden dan menandatangani informed

concent.

Besar sampel minimal pada penelitian ini dihitung

berdasarkan rumus (Lameshow Stanley, dkk, 1997 dalam

Nursalam, 2016) :

Rumus :n=

Keterangan :

n = perkiraan besar sample

N = perkiraan besar populasi

z = nilai standar α = 0,05 (1,96)

p = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%

q = 1-p (100%-p)

35
Poltekkes Kemenkes Palembang
d = tingkat kesalahan yang dipilih

n=

n = 78.( 1,96)2 .0,1.0,9

(0,1)2 (77) +(1,96)2 .( 0,1).(0,9)

n = 78.( 1,96)2 .0,1.0,9

0,01 . 77 +(3,84) .( 0,1).(0,9)

n= 26, 9568

0,77+0,3456

n= 26, 9568

1,1156

n=24,16

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Islam Siti

Khadijah Palembang.

Waktu penelitian ini dilakukan pada 14-19 Juni 2019

selama 6 hari.

D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber data

a. Data Primer

36
Poltekkes Kemenkes Palembang
Data primer yaitu data yang diambil secara langsung yang

menggunakan alat bantu yaitu kuisioner keseimbang pada pasien

vertigo.

b. Data Sekunder

Data Sekunder diperoleh melalui Rekam Medik Rumah

Sakit Islam Siti Khadijah Palembang yang digunakan sebagai

bagian untuk melengkapi data dari penelitian.

2. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan peneliti adalah dengan

cara sebagai berikut :

a. Pertama peneliti menenutukan sample yang telah

sesuai dengan kriteria inklusi dalam penelitian.

b. Setelah mendapatkan responden, peneliti meminta

izin untuk ketersediaan responden dalam

berpantisipasi dalam peneliti ini. Dengan

mengenalkan diri dan maksud dan tujuan peneliti.

c. Setelah mendapatkan kesediaan dari responden,

peneliti menanyakan kepada responden berkaitan

dengan Kareteristik demografi (usia, jenis kelamin,

aktivitas fisik, index massa tubuh)

d. Selanjutnya peneliti menanyakan beberapa

pertanyaan yang berkaitan dengan keseimbangan

pada pasien vertigo.

37
Poltekkes Kemenkes Palembang
e. Peneliti melakukan tes romberg sesuai dengan

lembar SOP.

f. Terakhir peneliti melakukan pengukuran setelah

dilakukan tes romberg pada pasien vertigo.

E. Instrumen dan Bahan Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti

dalam mengumpulkan data. Alat ukur atau istrumen penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Lembar Kuisioner keseimbangan vertigo yang berisikan, nama,

usia, jenis kelamin, aktifitas fisik, index massa tubuh,

keseimbangan.

2. Melakukan tes romberg sesuai dengan lembar SOP.

F. Prosedur penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Peneliti menunjukkan surat ijin kepada institusi

Poltekkes Kemenkes Palembang Prodi D.IV

Keperawatan, peneliti mengajukan ijin penelitian kepada

Direktur RS Islam Siti Khadijah Palembang.

b. Setelah mendapatkan ijin dari Direktur RS Islam Siti

Khadijah Palembang, peneliti melakukan penelitian

dengan memilih responden sesuai dengan kriteria inklusi

38
Poltekkes Kemenkes Palembang
yang telah ditetapkan. Peneliti mendapatkan identitas

responden dari wawancara.

c. Setelah mendapatkan responden sesuai dengan kriteria

inklusi peneliti menjelaskan tentang tujuan penelitian

kepada responden.

d. Serta memberikan kertas inform consent untuk ditanda

tangani sebagai persetujuan.

2. Tahap Pelaksanaan

1. Memperkenalkan diri kepada responden

2. Menanyakan dan mencatat identitas responden pada lembar

kuisioner

3. Peneliti meminta pasien berbaring di tempat tidur.

4. Melakukan tes romberg sesuai dengan lembar SOP,

kemudian hasilnya dicatat pada lembar kuisioner.

5. Data-data yang telah diperoleh kemudian dikumpulkan

untuk dianalisis.

39
Poltekkes Kemenkes Palembang
G. Manaje men Data

Proses pengolahan data yang dilakukan berdasarkan langkah-

langkah sebagai berikut (Notoadmodjo, 2010):

1. Editing

Semua data yang telah terkumpul dari hasil pengamatan

(observasi) dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu.

Secara umum editing merupakan kegiatan perbaikan atau

pengecekan isian formulir atau data. Data yang terkumpul

terkait data demografi responden dan hasil observasi

dilakukan pengecekan kelengkapannya.

2. Koding

Setelah semua data diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan peng”kode”an atau coding yakni mengubah data

berbentuk kalimat atau huruf menjadi angka atau bilangan.

Data yang dilakukan pengkodean adalah usia, jenis kelamin,

aktifitas fisik, index massa tubuh,dan keseimbangan.

3. Entry atau Processing

Sebelum melakukan pemprosesan data, peneliti

melakukan pengecekan pada semua data, kemudian

pemrosesan data dilakukan dengan cara meng-entry data

ke software analisis data di computer.

40
Poltekkes Kemenkes Palembang
4. Cleaning

Apabila semua data dari setiap sumber data atau

responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk

melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan kode,

ketidaklengkapan, dan sebagainya lalu dilakukan

pembenaran atau koreksi. Proses ini disebut pembersih d ata

(data cleaning).

H. Analisa Data

Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan komputer meliputi ;

a. Analisa Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian, variabel

independen maupun dependen (Notoatmodjo, 2010). Analisa

univariat pada penelitian ini untuk data katagorik seperti jenis

kelamin, index masa tubuh dijelaskan dengan ukuran persentasi

atau proporsi. Sedangkan untuk data numerik seperti usia, inde x

masa tubuh, kekuatan otot dijelaskan dengan mean, median,

minum- maximum, SD, dan 95 % CI.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Hubungan

antara variabel Independen (Umur, Index Masa Tubuh, Kekuatan

41
Poltekkes Kemenkes Palembang
Otot) dilakukan Uji Independen t test Sedangkan untuk variable

dependen (jenis kelamin dan aktivitas fisik). Pada penelitian ini, uji

yang digunakan adalah Uji Chi Square.

I. Etika Peneliti

Menurut Sugiyono (2010), dalam melaksanakan sebuah

penelitian, ada beberapa prinsip etis atau etika penelitian yang harus

diperhatikan, sebagai berikut:

1. Informed Consent (lembar persetujuan)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang

sebelumnya diberi penjelasan secukupnya tentang tujuan

penelitian untuk menandatangani inform consent tersebut.

2. Anonymity (Kerahasiaan Identitas)

Kerahasiaan identitas responden dijaga oleh peneliti dan

hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Identitas

penelitian hanya diketahui oleh peneliti dan tidak

disebarluaskan.

3. Confidentiality (Kerahasiaan Informasi)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan

sebagai hasil penelitian.

42
Poltekkes Kemenkes Palembang
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

c. Profil Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah

Palembang 2019 dengan jumlah sampel sebanyak 25 orang. Penelitian ini

menggunakan metode deskriptif analitik pendekatan cross-sectional

dengan cara menilai faktor-faktor yang berhubungan dengan

keseimbangan dengan media kuesioner , dengan cara observasi atau

pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach).

Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan

pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada

saat pemeriksaan.

Rumah Sakit Islam Siti Khadijah merupakan salah satu rumah

sakit yang berada di Kota Palembang. Dengan nuansa islami, Rumah

Sakit Islam Siti Khadijah terletak di kawasan strategis yang mudah

dijangkau oleh masyarakat, tepatnya di Jl. Demang Lebar Daun - Pakjo,

Palembang. Rumah Sakit Islam Siti Khadijah merupakan sarana

pengabdian untuk melaksanakan maksud dan tujuan Yayasan Islam Siti

Khadijah Palembang, yakni membina, memelihara dan meningkatkan

kesejahteraan umat dibidang kesehatan yang merupakan perwujudan

Iman dan Amal sholeh kepada Allah SWT.

43
Poltekkes Kemenkes Palembang
Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang dibentuk dengan

SK Gubernur Sumatera Selatan, tanggal 14 Desember 1974,

No.593/KPTS/VII/1974 dan disahkan melalui Akte Notaris Aminus

Palembang, tanggal 29 Januari 1975 No.62 dan didaftarkan kepada

Pengadilan Negeri (PN) Palembang, tanggal 5 Februari 1975 No.32/1975

RS. Islam Siti Khadijah mulai beroperasional secara definitif pada

tanggal 28 Februari 1980.

d. Visi dan Misi

a. Visi

Menjadi Rumah Sakit unggulan yang islami

b. Misi

1) Memberikan pelayanan kesehatan yang bernuansa islami

menjangkau seluruh masyarakat untuk mencapai tingkat

kesehatan yang setinggi – tingginya.

2) Mengolah rumah sakit secara professional dan terpadu sesuai

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

mutakhir.

3) Melibatkan partipasi karyawan dalam meningkatkan mutu dan

pelayanan.

4) Meningkatkan penghasilan karyawan.

44
Poltekkes Kemenkes Palembang
B. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

Analisa Univariat ini bertujuan untuk menjelaskan atau

mendiskripsikan karekteristik masing- masing variabel yang diteliti. Data

ini merupakan data primer yang dikumpulkan melalui pengisian

kuisioner yang dilakukan pada 25 responden. Data univariat ini terdiri

atas usia, jenis kelamin, aktifitas fisik, index massa tubuh sebagai

variabel bebas dan keseimbangan sebagi variabel terikat.

a. Karakteristik Responden

1) Usia

Karesteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada

table 5.1

Tabel 5. 1

Distribusi Rata-Rata Berdasarkan Umur Responden di RS


Islam Siti Khadijah Palembang Tahun 2019

Standar 95%
Variabel Mean Median Min-max
Deviasi CI
48,80-
Umur 54,16 54,00 12,989 35-77
59,52

Hasil analisis didapatkan rata-rata usia pada responden adalah 54,16

tahun dengan nilai tengah 54,00 (12,989). Usia termuda responden

adalah 35 tahun sedangkan usia tertua adalah 77 tahun. Dari hasil

estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-

45
Poltekkes Kemenkes Palembang
rata umur responden vertigo berada pada rentang 48,80 tahun sampai

59,52 tahun.

2) Jenis Kelamin

Tabel 5. 2
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RS Islam Siti
Khadijah Pale mbang Tahun 2019

Kategori Frekuensi Persentase (%)


Perempuan 13 52
Laki-Laki 12 48
Total 25 100

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin yang terbanyak

dalam penelitian ini adalah berjenis kelamin perempuan sebanyak 13

orang ( 52%) sedangkan responden yang berjenis kelamin laki- laki

sebanyak 12 orang ( 48%).

3) Aktivitas Fisik

Tabel 5. 3
Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik di RS Islam Siti
Khadijah Pale mbang Tahun 2019

Aktivitas Fisik Frekuensi Persentase (%)


Beresiko 22 88
Tidak Beresiko 3 12
Total 25 100

Karakteristik responden berdasarkan aktivitas fisik yang terbanyak

dalam penelitian ini adalah aktivitas fisik beresiko sebanyak 22 orang

(88%) sedangkan aktivitas fisik tidak beresiko sebanyak 3 orang (

12%).

46
Poltekkes Kemenkes Palembang
d) Index Massa Tubuh

Tabel 5. 4

Distribusi Responden Berdasarkan Index MassaTubuh di RS


Islam Siti Khadijah Palembang Tahun 2019

Std. Minimal Maximal CI


Variabel Mean Median
Deviation 95%
3,358 20 38 32,31-
IMT 33,6 34,0
35,08

Hasil penelitian di dapatkan distribusi rata-rata index massa tubuh

responden adalah 33,6 dengan nilai tengah 34,0 dan standar deviaton

3,358. IMT tertinggi 38 sedangkan IMT terendah adalah 20. Dari hasil

estiminasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-

rata IMT responde vertigo berada pada rentang 32,31 tahun sampai 35,08

tahun.

e) Keseimbangan

Tabel 5. 5

Distribusi Responden Berdasarkan Keseimbangan di RS Islam


Siti Khadijah Pale mbang Tahun 2019

Keseimbangan Frekuensi Persentase (%)


Tidak Seimbang 5 20
Seimbang 20 80
Total 25 100

Karakterisitik responden berdasarkan keseimbangan yang

terbanyak dalam penelitian ini adalah keseimbangan tidak seimbang

47
Poltekkes Kemenkes Palembang
sebanyak 5 orang (20%) sedangkan keseimbangan yang seimbang

sebanyak 20 orang (80%).

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel bebas

yaitu umur, jenis kelamin, aktivitas fisik, dan index massa tubuh dengan

variabel terikat yaitu keseimbangan.

Uji stastic yang digunakan adalah Chi-Square. Derajat kepercayaan

yang dilakuakan adalah 95% (α=0,05). Jika P-value lebih kecil dari α

(p<0,05), artinya terdapat hubungan yang bermakna (signifikan) dari

kedua variable yang diteliti. Bila p-value lebih besar dari α (p>0,05),

artinya tidak dapat terdapat hubungan bermakna antara kedua variable

yang diteliti.

a. Hubungan Variable Umur dengan Keseimbangan

Tabel 5. 6

Hubungan umur dengan keseimbangan di RS Islam Siti Khadijah


Pale mbang Tahun 2019

Keseimbangan responden
Tidak Seimbang Seimbang p value
Variabel
Std. Std.
Mean Mean
Deviation Deviation
Umur 70,60 5,875 50,05 10,817 0,000

48
Poltekkes Kemenkes Palembang
Berdasarkan Tabel 5.6 diatas hasil Analisis hubungan umur dengan

keseimbangan responden vertigo menunjukkan rata-rata dan standard

deviasi keseimbangan masing- masing yaitu rata-rata umur yang tidak

seimbang adalah 70,60 tahun dengan standard deviasi 5,857 tahun,

sedangkan untuk responden rata-rata umur yang seimbang adalah

50,05 tahun dengan standard deviasi 10,817 tahun. Dilihat dari p value

0,000 menunjukkan p value <0,05 dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara umur dengan keseimbangan pasien

vertigo. Yang berarti ada hubungan umur dengan keseimbangan

responden vertigo.

b. Hubungan Variabel Jenis Kelamin dengan Keseimbangan

Tabel 5. 7

Hubungan Jenis Kelamin dengan keseimbangan di RS Islam Siti


Khadijah Pale mbang Tahun 2019

Keseimbangan responden
Jenis
Tidak Seimbang Seimbang Total p value
Kelamin
n % n % n %
Perempuan 11 84.6 2 15.4 13 100
0,840
Laki-Laki 9 75.0 3 25.0 12 100
Total 20 80.0 5 20.0 25 100

Berdasarkan Tabel 5.7 di atas hasil analisis hubungan jenis kelamin

dengan keseimbangan responden vertigo menunjukkan masing-

masing rata-rata jenis kelamin responden perempuan tidak seimbang

adalah 11 (84.6%), sedangkan untuk responden laki- laki tidak

seimbang adalah 9 (75.9%). Sedangkan rata-rata jenis kelamin

49
Poltekkes Kemenkes Palembang
respoden perempuan seimbang adalah 3 (25.0%). Dilihat dari p value

0.840 menunjukkan p value >0,05 dapat disimpulkan bahwa ada dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan keseimbangan responden vertigo

dengan jenis kelamin. Yang berarti tidak ada hubungan yang

ssignifikan antara jenis kelamin dengan keseimbangan responden

vertigo. Yang berarti tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan

keseimbangan responden vertigo.

c. Hubungan Variabel Aktivitas Fisik dengan Keseimbangan

Tabel 5. 8
Hubungan Aktivitas Fisik dengan keseimbangan di RS Islam Siti
Khadijah Pale mbang Tahun 2019

Keseimbangan responden
Tidak p value
Aktivitas Fisik Seimbang Total
Seimbang
n % n % n %
Aktivitas beresiko 4 18.2 18 81.8 22 100
0,538
Aktivitas tidak beresiko 1 33.3 2 66.7 13 100
Total 20 80.0 5 20.0 25 100

Berdasarkan Tabel 5.8 diatas hasil Analisis hubungan aktivitas fisik

dengan keseimbangan responden vertigo menunjukkan rata-rata

aktivitas fisik beresiko dengan seimbangan 18 (81.8%), sedangkan

aktivitas fisik tidak beresiko dengan tidak seimbang adalah 2 (33.3%).

Hasil didapatkan dengan nilai p value 0,504 menunjukkan p value

>0,05 dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

antara aktivitas fisik dengan keseimbangan pasien vertigo aktivitas.

50
Poltekkes Kemenkes Palembang
Yang berarti tidak ada hubungan aktivitas fisik dengan keseimbangan

responden vertigo.

e. Hubungan Variabel Index Massa Tubuh dengan Keseimbangan

Tabel 5. 9

Hubungan Index Massa Tubuh dengan keseimbangan di RS Islam


Siti Khadijah Pale mbang Tahun 2019

Keseimbangan responden
Tidak Seimbang Seimbang p value
Variabel
Std. Std.
Mean Mean
Deviation Deviation
Index Massa Tubuh 33.80 1.643 33.67 3.697 0,705

Berdasarkan Tabel 5.9 diatas hasil analisis hubungan index massa

tubuh dengan keseimbangan responden vertigo menunjukkan rata-rata

dan satndard deviasi keseimbangan masing- masing yaitu rata-rata

index massa tubuh tidak seimbang adalah 33.80 tahun dengan

standard deviasi 1.643 tahun, sedangkan untuk responden rata-rata

umur yang seimbang adalah 33.67 tahun dengan standard deviasi

3.697 tahun. Dilihat dari p value 0,705 menunjukkan p value >0,05

dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

index massa tubuh dengan keseimbangan responden vertigo. Yang

berarti tidak ada hubungan index massa tubuh dengan keseimbangan

responden vertigo.

51
Poltekkes Kemenkes Palembang
C. Pembahasan
1. Karekteristik Responden

a. Usia dengan keseimbangan

Hasil penelitian ini responden vertigo di RS Islam Siti Khadijah

Palembang tahun 2019 adalah rata-rata umur yang tidak seimbang

adalah 70,60 tahun, sedangkan untuk responden rata-rata umur yang

seimbang adalah 50,05 tahun. Dilihat dari p value 0,000 menunjukkan

p value <0,05 dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara umur dengan keseimbangan pada pasien vertigo. Hasil tersebut

menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara umur dengan

keseimbangan pasien vertigo di RS Islam Siti Khadijah Palembang.

Hal ini sejalan dengan penelitian Indrawati, (2018) bahwa Insiden

vertigo dan ketidakseim-bangan adalah 5-10%, dan mencapai 40%

pada pasien yang berusia lebih tua dari 40 tahun (Samy et. al., 2008).

Vertigo tipe perifer sering terjadi pada lansia yang diduga karena

adanya perubahan fungsi vestibuler akibat proses menua (Darmojo

2009).

b. Jenis kelamin dengan keseimbangan

Hasil penelitian ini responden vertigo di RS Islam Siti Khadijah

Palembang tahun 2019 adalah rata-rata jenis kelamin responden

perempuan tidak seimbang adalah 11 (84.6%), sedangkan untuk

responden laki- laki tidak seimbang adalah 9 (75.9%). Sedangkan rata-

rata jenis kelamin respoden perempuan seimbang adalah 3 (25.0%).

52
Poltekkes Kemenkes Palembang
Dilihat dari p value 0.840 menunjukkan p value >0,05 dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis

kelamin dengan keseimbangan pada pasien vertigo. Hasil tersebut

menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin

dengan keseimbangan pasien vertigo di RS Islam Siti Khadijah

Palembang.

Hal ini sejalan dengan penelitian kurniati, (2017) bahwa responden

berdasarkan jenis kelamin, prosentase jumlah wanita dalam populasi

dan dalam sampel yang diambil didominasi oleh wanita, Hal ini

menunjukkan bahwa angka kejadian vertigo lebih banyak pada

perempuan dibandingkan laki- laki dan sesuai dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Neuhauser,et al.(2008) yang menunjukkan angka

kejadian rasio vertigo dalam satu tahun didapatkan perbandingan laki-

laki dan perempuan yaitu 1:2,7.

c. Aktivitas fisik dengan keseimbangan

Hasil penelitian ini responden vertigo di RS Islam Siti Khadijah

Palembang tahun 2019 adalah rata-rata aktivitas fisik beresiko dengan

seimbangan 18 (81.8%), sedangkan aktivitas fisik tidak beresiko

dengan seimbang adalah 2 (33.3%). Hasil didapatkan dengan nilai p

value 0,504 menunjukkan p value >0,05 dapat disimpulkan bahwa

tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan

keseimbangan pasien vertigo. Hasil tersebut menunjukkan tidak ada

53
Poltekkes Kemenkes Palembang
hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan keseimbangan

pasien vertigo di RS Islam Siti Khadijah Palembang.

f. Index massa tubuh dengan keseimbangan

Hasil penelitian ini responden vertigo di RS Islam Siti Khadijah

Palembang tahun 2019 adalah rata-rata index massa tubuh tidak

seimbang adalah 33.80 tahun dengan standard deviasi 1.643 tahun,

sedangkan untuk responden rata-rata umur yang seimbang adalah

33.67 tahun dengan standard deviasi 3.697 tahun. Dilihat dari p value

0,705 menunjukkan p value >0,05 dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara index massa tubuh dengan

keseimbangan responden vertigo. Hasil tersebut menunjukkan tidak

ada hubungan yang signifikan antara index massa tubuh dengan

keseimbangan pasien vertigo di RS Islam Siti Khadijah Palembang.

Hal ini sejalan dengan penelitian Saraswati,dkk (2015) bahwa

Responden yang berada pada kategori IMT overweight sebanyak 9

orang keseluruhannya berada pada kategori keseimbangan statis di

bawah rata-rata dengan durasi waktu lama berdiri yaitu 11-25 detik.

Responden yang berkategori IMT obesitas I sebanyak 1 orang berada

pada kategori keseimbangan statis di bawah rata-rata, dan sisanya

sebanyak 7 orang berada pada kategori keseimbangan statis buruk

dengan durasi waktu kemampuan berdiri yaitu di bawah 10 detik.

54
Poltekkes Kemenkes Palembang
Responden yang berkategori IMT obesitas II sebanyak 7 orang

keseluruhannya berada pada kategori keseimbangan statis buruk

dengan durasi waktu kemampuan berdiri yaitu di bawah 10 detik.

Seseorang yang memiliki nilai IMT normal cenderung memiliki nilai

keseimbangan statis yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang

tidak memiliki IMT normal. Fungsi keseimbangan tubuh melibatkan

diantaranya, aktivitas kekuatan otot dan akumulasi jaringan adipose.

Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau group otot menghasilkan

tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis

maupun secaca statis. Kekuatan otot dihasilkan oleh kontraksi otot

yang maksimal. Otot yang kuat merupakan otot yang dapat

berkontraksi dan rileksasi dengan baik, jika otot kuat maka

keseimbangan dan aktivitas sehari- hari dapat berjalan dengan baik.

Peningkatan Indeks Massa Tubuh akan mempengaruhi kekuatan otot,

sehingga jika otot tersebut lemah dan massa tubuh bertambah maka

akan terjadi masalah keseimbangan tubuh saat berdiri maupun

berjalan. Massa otot yang rendah juga dapat menyebabkan kegagalan

biomekanik dari respon otot dan hilangnya mekanisme keseimbangan

tubuh. Seseorang dengan IMT kurang dari normal juga cenderung

mempunyai keseimbangan yang lebih rendah karena kemampuan

untuk menolak pengaruh gaya dari luar lebih rendah, sehingga lebih

sulit mempertahankan keseimbangan. Orang yang kurus biasanya

tidak mendapatkan cukup kalori untuk bahan bakar tubuh mereka.

55
Poltekkes Kemenkes Palembang
Apabila seseorang mengalami kekurangan berat badan, mereka akan

berada pada risiko untuk masalah-masalah kesehatan seperti

terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan serta tulang yang

rapuh dan ini akan mempengaruhi kemampuan mekanisme

keseimbangan tubuh.

D. Keterbatasan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian yang dilakukan RS Islam Siti

Khadijah Palembang tahun 2019 ini masih terdapat kekurangan,

walaupun peneliti sudah berusaha semaksimal mungkin. Pada saat

pelaksanaan pengumpulan data atau pengisian kuesioner, sebagian

responden kesulitan untuk memahami maksud dari pertanyaan yang

tertera pada lembar kuesioner, sehingga peneliti harus menjelaskan

berulang kali maksud dari pertanyaan yang ada pada kuesioner. Waktu

penelitian yang bersamaan dengan praktik klinik keperawatan,

sehingga peneliti harus mensikronkan waktu untuk mendapatkan

sampel secara maksimal.

56
Poltekkes Kemenkes Palembang
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbang

pada pasien vertigo di RS Islam Siti Khadijah Palembang tahun 2019

dapat di simpulkan sebagai berikut :

1. Umur responden termuda 35 tahun dan tertua adalah umur 77 tahun.

Sebagian besar responden berjenis kelamin Perempuan (52%) dan laki-

laki (48%). Aktivitas fisik sebagian besar yang beresiko (88%) dan

aktivitas fsik yang tidak beresiko (12%).index massa tubuh tertinggi 38

sedangkan IMT terendah adalah 20.Keseimbangan tertinggi (38%)

sedangkan IMT terendah adalah (20%).

2. Dari hasil disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

antara jenis kelamin, aktivitas fisik, dan index massa tubuh dengan

keseimbangan pasien vertigo di RS Islam Siti Khadijah Palembang

2019.

3. Sebaliknya terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan

keseimbangan pasien vertigo di RS Islam Siti Khadijah Palembang

2019.

57
Poltekkes Kemenkes Palembang
B. Saran

1. Bagi Perkembangan Institusi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat d ijadikan bahan masukkan

untuk menggembangkan ilmu pengetahuan khusunya pada keseimbangan

pasien vertigo sehingga dapat dijadikannya sebagai salah satu bagian dari

pendidikan keperawatan.

2. Bagi Institusi Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang

Hasil ini diharapkan kepada Institusi Rumah Sakit Islam Siti

Khadijah Palembang untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan yang

baik dengan memberikan pengetahuan keseimbangan pada pasien

vertigo.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat memberikan pengetahuan

keseimbangan pada pasien vertigo. Sehingga memberikan edukasi dan

informasi yang adekuat bagi Pasien Vertigo dan keluarganya.

58
Poltekkes Kemenkes Palembang
DAFTAR PUSTAKA

Brandt T., Dictrich M. 2005. Vertigo And Dizziness Common Complaints.


London:Springer Verlag.
Brandt, T. & Bronstein A.M. 2001 Jul 1. Cervical Vertigo. J Neurol Neurosurg
Psychiatry. 71(1):8-12
Dalaney, K.A. 2003 Dec. “Bedsite diagnosis of vertigo: velue of the history and
neurological examination”. Acad emerg med off j soc acod emerg med.
10(12):1388-95
Fauziah, enny. 2015. Hubungan antara vertigo dengan riwayat jatuh pada lanjut
usia. Universitas muhammadiyah. Surakarta.
Fujino A, Tokumasu K, Yosio S, Et Al. 1994. Vestibular Training For Benign
Paroxymal Positional Vertigo. Arch Otolaryngol Head Neek Surg. 120: 497-
504.
Grill E, Muller M, Brantdt M. 2003. Vertigo And Dizziness: Challenges For
Epidemiological Research. OA Efidemiology. 1(2):12
Hain, T.C & Uddin M. 2003. Pharmacological Treatment of Vertigo. CNS Drugs.
17(2):85-100
Harsono. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hastuti, 2017. Pengaruh latihan brandt daroff terhadap keseimbangan dan resiko
jatuh pada pasien benign paroxismal position vertigo. Universitas
muhammadiyah. Yogyakarta.
Indarwati, 2018. Perbedaan pengaruh Latihan brandt daroff dan canalit resposition
treatment (CRT) pada beningn paroxysmal position vertigo (BPPV).
Sekolah tinggi ilmu kesehatan kusuma husada. Surakarta.
Joesoef, A.A. & Kusumastuti K. 2002 Neuro-otologi Klinis: Vertigo. Surabaya:
Airlangga University Press.
Kelompok studi vertigo PERDOSSSI. 2012. Pedoman tata laksanaan
vertigo.jakarta. PERDOSSI.
Koelliker, P., Summers R.L., Hawkins B. 2001, Apr. Benign Paroxysmal
Positional Vertigo: Diagnosis And Treatment In The Emergency
Department-A Review Of The Literature And Discussion Of Canalith-
Repositioning Maneuvers. Ann Emerg Med. 37(4):392-8
Kurniati. 2017. Perbedaan pengaruh brandt daroff dan manuver epley terhadap
peningkatan fungsional pada vertigo. Universitas asisyiyah. Jogyakarta.
Membranous Labirinth. Wikipedia, the free encyclopedia. 2014. Available
from:http://en.wikipedia.org/w/index.php?title=membranous_labirinth&oldi
d=585437300.
Mudzakir, N. 2009. Pendekatan Statistika Modern Untuk Ilmu Sosial. Jakarta:
Salemba Humanika

Poltekkes Kemenkes Palembang


PERDOSSI. 2000. Vertigo Potofisiologi, Diagnosis Dan Terapi. Jakarta: Jansen
Pharmaceuticals.
Rustina, F., Brastho, B., Widayat, A., & Jenny, B. 2008. Evaluasi Pasien Vertigo
Posisi Paroksimal Jinak Dengan Terapi Reposisi Kanalit Dan Latihan
Brandt Daroff. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sumarilyah, E. 2010. Jurnal Peneltian Pengaruh Senam Vertigo Terhadap
Keseimbangan Tubuh Pada Pasien Vertigo Di RS Siti Khadijah Sepanjang:
Jawa Timur.
Sutarni, Sri., rusdy ghazali malueka, abdul ghofir. 2016. Bunga rampai vertigo.
Yogyakarta. Gadjah mada university press.
Tanimoto H, Ifediba M.A., Doi K., Katata K., Nibu Ki. 2005. Self- Treatment For
Benign Paroxymal Positional Vertigo Of The Posterior Semicircular Canal.
Neurology. 65:1299-300
Waxman, S.G. 2010. Clinical Neuroanatomy. 26th edition. New York: LANGE-
The-McGraw-Hill Companies.
Widjajalaksmi, K. 2015. Pengaruh Latihan Brandt Daroff Dan Modifikasi
Manuver Epley Pada Vertigo Posisi Paroksimal Jinak. Jakarta.
Wreksoatmodjo, B, R. 2004. Vertigo: Aspek Neurologi. Bogor: Cermin Dunia
Kedokteran.

Poltekkes Kemenkes Palembang


LAMPIRAN 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Usia :

No. Telp :

Alamat :

Setelah mendengar penjelasan dari peneliti menyatakan:

BERSEDIA/ TIDAK BERSEDIA

Menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh Mega Surya

selaku mahasiswa Program Studi Diploma IV Keperawatan Poltekkes Kemenkes

Palembang, dengan judul “faktor- faktor yang mempengaruhi keseimbangan

pasien vertigo di rumah sakit islam siti khadijah palembang tahub 2019”.

Demikianlah surat persetujuan ini saya buat dengan sejujur-jujurnya dan

tanpa paksaan atau tekanan dari pihak manapun.

Palembang, Juni 2019

Responden

( )
LAMPIRAN 2

Kuesioner

Keseimbangan Pasien Ve rtigo

Nomor responden

1. Inisial responden :

2. Jenis kelamin : laki- laki perempuan

3. Usia : Tahun

4. Berat badan : Kg

5. Tinggi badan : Cm

6. Kekuatan otot :

7. Aktifitas fisik : Apakah bapak/ibu sering melakukan aktivitas fisik

beresiko terjadi gangguan keseimbangan :

a. Beresiko, Jika terjadi :

1.Melompat

2. Berputar

3. Berlari

b. Tidak (Tidak Beresiko)

8. Apakah bapak/ibu masih merasakan sekeliling berputar

Ya Tidak , jika tidak lanjutkan tes Rombeg

9. keseimbangan :

Tes Romberg : + / -
LAMPIRAN 3

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)


(Prosedur Operasional Tetap)
Tes Romberg

Dilakukan
No K e g i a t a n/ T in d ak a n Ket
Ya Tdk
1 Standar Alat dan Bahan
a. Alat dan bahan medis
1) Bak instrumen/kom sedang 1 buah
2) Sarung tangan bersih 1 pasang dalam bak instrumen/kom sedang
b. Alat dan bahan non-medis
1) Troli/baki dengan alas 1 buah
2) Tempat tidur dengan standart minimal (tinggi 80 cm, lebar 90 cm,
panjang 2 m) atau kursi
3) Bantal, seprei, perlak, stik laken, selimut, masing-masing 1 buah.
4) Alat tulis: buku 1 buah, pulpen 1 buah.
2 Prosedur Tetap
a. Menyapa pasien dan keluarga
b. Menjelaskan prosedur pada pasien dan keluarga
c. Meminta persetujuan kepada pasien
d. Mencuci tangan
e. Memeriksa kelengkapan alat yang akan digunakan
f. Menyiapkan pasien
g. Memasang sarung tangan
 Tes romberg
h. Menginformasikan kepada pasien
i. Merapikan pasien
j. Merapikan alat
k. Melepas sarung tangan
l. Mencuci tangan
m. Mendokumentasikan dalam catatan perawatan
3 Menyapa pasien dan keluarga
Menyapa bapak dengan suara lembut, sopan dan ramah sambil menatap mata
bapak/ibu, dan mengucapkan:
Selamat pagi / siang / sore / malam bapak/ibu/ ass)
Nama saya ......., saya bersedia membantu bapak/ibu ....... (dengan suara
lembut dan sopan).
Bapak bagaimana keadaannya saat ini..........
4 Menjelaskan prosedur pada pasien dan keluarga
 Memberitahuakan tujuan kepada pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan Bapak/ibu sayaakan melakukan ........ dengan tujuan ........
 Tahapan yang nanti akan dilakukan adalah .........
5 Meminta persetujuan kepada pasien
Apakah bapak/ibu bersedia saya melakukan tindakannya sesuai yang saya
jelaskan tadi ?
6 Mencuci tangan (lihat SOP Mencuci Tangan)
7 Memeriksa kelengkapan alat yang akan digunakan
8 Menyiapkan pasien
Mengatur posisi pasien serileks mungkin dengan posisi terlentang sehingga
mempermudah perawat melakukan latihan.
9 Memulai kegiatan mengkaji tes koordinasi
Bapak/ibu kita mulai kegiatannya ya ........
10 a. Tes romberg
Minta klien untuk berdiri tegak dengan kedua tangan di sisi tubuh, tumit
bersentuhan, anjurkan klien membuka dan kemudian menutup mata.
Secara normal klien dapat mempertahankan cara berdiri tanpa membuat
jarak pada kaki.
11 Menginformasikan kepada pasien dan keluarga
Bapak/ibu...tidankan telah selesai, gimana perasaanya setelah kita lakukan
.......?
12 Merapikan pasien
a. Merapikan tempat tidur pasien
b. Membantu pasien mengambil posisi
Bapak...sudah enak dengan posisi sekarang ? Saya bantu ya untuk
memberi posisi yang nyaman.Pak...ini saya pakaikan kembali selimutnya.
13 Melepas sarung tangan
a. Dengan tangan yang masih terpasang sarung tangan, menggunakan tangan
dominan menarik sarung tangan pada ujung-ujung jari pada tangan non
dominan terlebih dahulu kemudian menariknya pada bagian telapak
tangan sampai terlepas. Sarung tangan yang sudah terlepas digenggam
pada tangan non dominan.
b. Memasukan empat jari yang non dominan ke dalam lipatan sarung tangan
yang dominan yang terlipat pada bagian pergelangan. Kemudian
mendorong sarung tangan sampai terlepas dan menggulungnya menjadi
satu gumpalan dengan sarung tangan yang sudah terlepas.
c. Sarung tangan yang sudah terlepas diletakkan didalam bengkok atau
langsung dibuang ke tempat sampah medis.
14 Mencuci tangan (lihat SOP Mencuci Tangan)
15 Mendokumentasikan dalam catatan perawatan
Mencatat semua hasil pemeriksaan dan tindakan pada pasien yaitu hari/
tanggal pemeriksaan, nama pasien, umur pasien, alamat pasien,hasil tindakan,
dan nama petugas.
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5
LAMPIRAN 6
LAMPIRAN 7
LAMPIRAN 8

DOKUMENTASI PENELITIAN
LAMPIRAN 9

LEMBAR OBSERVASI KESEIMBANGAN HASIL PENGUMPULAN


DATA RESPONDEN

NO NAMA USIA JK IMT AKTIFITAS FISIK KESIMBA NGA N

1 Ny.Y 55 1 20.00 1 2
2 Ny.M 35 1 35.40 1 2
3 Tn.M 42 2 35.00 1 2
4 Ny.N 48 1 33.00 1 2
5 Ny.A 50 1 33.00 1 2
6 Tn.H 62 2 36.00 1 2
7 Ny.L 65 1 35.00 1 1
8 Tn.A 62 2 34.00 1 2
9 Tn.R 61 2 32.00 1 2
10 Ny.R 36 1 34.00 2 2
11 Tn.S 77 2 32.00 1 1
12 Tn.S 72 2 33.00 1 1
13 Ny.D 54 1 37.00 1 2
14 Ny.H 35 1 35.00 1 2
15 Tn.S 48 2 34.00 1 2
16 Nn.W 36 2 38.00 2 2
17 Tn.H 64 1 36.00 2 1
18 Tn.H 62 2 36.00 1 2
19 Tn.M 75 2 33.00 1 1
20 Tn.M 73 2 32.00 1 2
21 Tn.A 56 2 33.00 1 2
22 Tn.D 39 1 37.00 1 2
23 Ny.T 50 1 32.00 1 2
24 Ny.S 45 1 32.00 1 2
25 Ny.Y 52 1 35.00 1 2
LAMPIRAN 10
LAMPIRAN 11

Statistics

Jenis Kelamin Akti vitas Fisik Keseimbangan


Responden Responden Responden

N Valid 25 25 25

Missing 0 0 0

Jenis Kelamin Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Perempuan 11 44,0 44,0 44,0

laki-laki 14 56,0 56,0 100,0

Total 25 100,0 100,0

Aktivitas Fisik Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid aktivitas beresiko 22 88,0 88,0 88,0

aktivitas tidak beresiko 3 12,0 12,0 100,0

Total 25 100,0 100,0

Keseimbangan Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak seimbang 5 20,0 20,0 20,0

Seimbang 20 80,0 80,0 100,0

Total 25 100,0 100,0


Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Usia Responden 25 100,0% 0 0,0% 25 100,0%


Indeks Massa Tubuh 25 100,0% 0 0,0% 25 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Usia Responden Mean 54,16 2,598

95% Confidence Interval for Lower Bound 48,80


Mean Upper Bound 59,52

5% Trimmed Mean 53,98

Median 54,00

Variance 168,723

Std. Deviation 12,989

Minimum 35

Ma ximum 77

Range 42

Interquartile Range 20

Skewness ,095 ,464

Kurtosis -,976 ,902


Indeks Massa Tubuh Mean 33,6960 ,67163

95% Confidence Interval for Lower Bound 32,3098


Mean Upper Bound 35,0822

5% Trimmed Mean 34,0956

Median 34,0000

Variance 11,277

Std. Deviation 3,35813

Minimum 20,00

Ma ximum 38,00

Range 18,00

Interquartile Range 3,20

Skewness -2,862 ,464

Kurtosis 11,701 ,902


Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.


*
Usia Responden ,101 25 ,200 ,951 25 ,269
Indeks Massa Tubuh ,267 25 ,000 ,711 25 ,000

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

Group Statistics

Keseimbangan Responden N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Usia Tidak seimbang 5 70,60 5,857 2,619


Responden Seimbang 20 50,05 10,817 2,419

Group Statistics

Std. Error
Keseimbangan Responden N Mean Std. Deviation Mean

Indeks Massa Tubuh Tidak seimbang 5 33,8000 1,64317 ,73485

Seimbang 20 33,6700 3,69767 ,82682


Ranks

Keseimbangan Responden N Mean Rank Sum of Ranks

Indeks Massa Tubuh Tidak seimbang 5 11,90 59,50

Seimbang 20 13,28 265,50

Total 25

Test Statistics a

Indeks Massa
Tubuh

Mann-Whitney U 44,500
Wilcoxon W 59,500
Z -,378
Asymp. Sig. (2-tailed) ,705
b
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,717

a. Grouping Variable: Keseimbangan


Responden
b. Not corrected for ties.
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square ,041 a 1 ,840


b
Continuity Correction ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,041 1 ,840
Fisher's Exact Test 1,000 ,622
Linear-by-Linear Association ,039 1 ,844
N of Valid Cases 25

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,20.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Jenis


Kelamin Responden ,815 ,111 5,987
(Perempuan / laki-laki)
For cohort Keseimbangan
Responden = Tidak ,848 ,170 4,226
seimbang
For cohort Keseimbangan
1,041 ,705 1,539
Responden = Seimbang
N of Valid Cases 25
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Akti vitas Fisik Responden *


25 100,0% 0 0,0% 25 100,0%
Keseimbangan Responden

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square ,379 a 1 ,538


b
Continuity Correction ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,339 1 ,560
Fisher's Exact Test ,504 ,504
Linear-by-Linear Association ,364 1 ,546
N of Valid Cases 25

a. 3 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,60.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Akti vitas Fisik


Responden (aktivitas
,444 ,032 6,188
beresiko / aktivitas tidak
beresiko)
For cohort Keseimbangan
Responden = Tidak ,545 ,088 3,398
seimbang
For cohort Keseimbangan
1,227 ,538 2,798
Responden = Seimbang
N of Valid Cases 25

Anda mungkin juga menyukai