Upload
Upload
Upload
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“IMUNOLOGI bab HCG metode latek dan galimainini serta tes WR ” ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Aprilia
Indra Kartika, S.Pd, M.Biotech selaku Dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai HCG metode latek dan galimainini serta tes WR . Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Nadea S.
Hari/ tanggal : Kamis, 6 Desember 2018
Bahan :
- Urin pagi
- Pereaksi HCG latek
- NaCl fisiologi
Alat :
- Mikropipet 10 µl 25µl 20 µl
- yellow tip
- Tusuk gigi
- Stopwatch
- Slide hitam
Dasar teori :
Cara kerja :
A. Cara kualitatif
1. Dipipet 25µl urine pagi
2. Diteteskan diatas slide hitam
3. Ditamabahkan dengan 25µl dengan reagen HCG latek
4. Dihomogenkan dengan bantuan tusuk gigi
5. Dilihat ada tidaknya aglutinasi dalam waktu <2 menit
6. Bila + aglutinasi dilanjut tes cara kuantitatif
B. Cara kuantitatif
1. Dibuat pengenceran dengan cara, dipipet 10µl sampel urin +
40µl NaCl fisiologis ( harga titer 1/5 )
2. Kemudian dipipet 25µl enceran urine titer 1/5 ditambah dengan
25µl HCG latek.
3. Homogenkan, lihat ada tidaknya aglutinasi
4. Apabila enceran urine titer 1/5 diperoleh hasil + aglutinasi, maka
5. Buatlah enceran urine titer 1/10 dengan cara 25 µl urine titer 1/5
+ 25µl NaCl fisiologis
6. Dipipet 25µl enceran urine titer 1/10 + 25 µl HCG latek
7. Homogenkan, lihat ada tidaknya aglutinasi maksimal 2 menit
8. Apabila enceran urin 1/10 + aglutimasi maka
9. Buatlah enceran urine 1/20 dengan cara 25µl urine titer 1/10 +
25µl NaCl fisiologis
10. Dipipet 25µl enceran urine 1/20 + 25µl HCG latek
11. Homogenkan dan lihat ada tidaknya aglutinasi
12. Jika masih positif/ aglutinasi maka diperoleh titer ≥ 1/20
Hasil :
Keterangan: : aglutinasi
: tidak aglutinasi
Pembahasan :
Semua urin diatas masing – masing ditetesi pada plat kaca dan
ditambahkan suspense lateks selanjutnya diaduk hingga seluruh
lingkaran penuh. Positif hCG ditunjukkan dengan terbentuknya
gumpalan bewarna putih pada urin. Pada hasil pengamatan menunjukkan
bahwa hanya pada urin uji terbentuk gumpalan bewarna putih.
Walaupun tidak terlihat jelas akan tetapi menunjukkan perbedaan warna
dan tekstur dengan urin lainnya.
Kesimpulan :
Jadi hasil menunjukan urine tersebut mengandung HCG dengan titer 1/5
Hari/ tanggal : Kamis, 13 Desember 2018
Bahan :
alat :
- spuit 1ml
- tempat katak
- mikroskop
- kaca objek
- deck glass
- pipet pasteur
dasar teori :
cara kerja :
ciri-ciri katak jantan antara lain: pada telapak kaki depan terdapat
penebalan berwarna hitam, pada kulit leher bagian ventral terdapat
bercak agak merah kekuning-kuningan, kepala meruncing, warna tubuh
biasanya lebih gelap dari betina dan ukuran tubuh juga lebih kecil dari
betina.
Pembahasan :
Dalam percobaan ini digunakan hewan kodok (Bufo sp.) sebagai media
pembuktian ada atau tidaknya hormon choriogonadotropin dalam urin
wanita hamil. Penggunaan kodok sebagai media, karena pada amfibia
pengaruh hormon ini dapat menyebabkan ovulasi/ spermatogenesis
dalam beberapa jam. Kodok yang digunakan adalah kodok jantan karena
dengan ditambahkan hormon choriogonadotropin lebih dapat
menyebabkan spermatogenesis dengan cepat sehingga dapat dengan
cepat pula diketahui adanya hormon choriogonadotropin dalam urin
wanita hamil. Ini ditandai dengan lebih banyaknya sperma kodok jantan
dan pergerakannya juga lebih aktif.
Kodok akan disuntik dengan urin wanita hamil tanpa pengenceran dan
yang satunya dengan pengenceran. Penyuntikan dilakukan pada bagian
bawah kulit perut kodok. Ini dilakukan karena pada bagian tersebut
cairan urin yang disuntikkan dapat langsung menuju testis kodok
sehingga lebih cepat terjadi spermatogenesis.
Pada metode galli manini ini tidak didapatkan sperma pada katak, hal
ini terjadi dikarenakan :
• Tidak didapatkan urin (katak tidak pipis)
Kesimpulan :
Metode : wesserma
Alat :
- NaCl Fisiologis
- Serum inaktif
- Hemolisin 1/100
- Komplemen 1/20
- DMD 2%
Bahan :
- Tabung reaksi
- Rak tabung
- Wather bath
- Centrifuge
- Mikropipet
- Tip
Dasar teori : Sifilis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Treponema
pallidum yang bersifat kronis dan sistemik ditandai dengan lesi primer
diikuti dengan erupsi sekunder pada kulit dan selaput lendir kemudian
masuk kedalam periode laten tanpa menifestasi lesi di tubuh diikuti
dengan lesi pada kulit, lesipada tulang, saluran pencernaan, sistem syaraf
pusat dan sistem kardiovaskuler. Infeksi ini dapat ditularkan kepada bayi
saat masih berada dalam kandungan (sifilis kongenital).
Cara kerja :
Antigen
1. Jantung sapi dibersihkan yang keras (otot, urat) serta lemak
2. Dicuci sampai bersih
3. Dipotong kecil-kecil lalu digiling
4. Air daging dibuang
5. Sebanyak 100 gram jantung giling ditambah 500ml alkohol absolute,
dimasukkan dalam botol coklat
6. Botol disimpan pada suhu ruang dengan kasa, kemudian dengan kertas
saring
7. Filtrat bewarna kuning muda disimpan dalam botol coklat sebagai
ekstrak induk
8. Dilakukan titrasi untuk mengetahui dosisnya
- R/ Hemolisin : Glyserin 50% 2 cc
NaCl Fisiologis 98 cc
V1 : 16/100
V1 : 0,16 ml 160 µl
V1 : 10/20
V1 : 0,5 ml 500 µl
V1 : 2/2
V1 : 1 ml 1000 µl
V1 : 3/100
V1 : 0,03 ml 30 µl
V1 : 400/1000
V1 : 0,4 ml 400 µl
1. Titrasi Hemolisin
Untuk menentukan dosis hemolisin yang tepat untuk reaksi atau tes wasserman.
Nomor Tabung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
NaCl Fisiologis - 0,5 1,0 1,5 2,0 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Hemolisin 1/1000 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
0,5 0,5 1,0 1,5 0,5 0,5 0,5
Enceran 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Hemolisin
Komplemen 1/20 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
NaCl Fisiologis 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7
DMD 2% 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Kocok homogen, masukan dalam wather bath 37°C selama 30 m3nit lihat terjadinya
hemolisin. Pengenceran tinggi yang masih menunjukkan hemolisa dengan nyata merupakan
titer hemolisin = 1 unit hemolisin.
Untuk titrasi komplemen dan tes WR digunakan = Hemolisin 2 unit. Dengan cara
sebagai berikut : Misal di ketahui Hemolisin lisi terakhir pada pengenceran 1/10.000
R/ Hemolisin 1/100 1 cc
NaCl Fisiologis 49 cc
1. Titrasi Hemolisin
Hemolisin 1 unit = 1/2000
2. Komplement
No tabung 1 2 3 4 5 6 7 8
Komplemen 1/20 0,20 0,25 0,30 0,35 O,40 0,45 0,50 0,55
NaCl fisiologi 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Dikocok dan homogenkan, masukan ke WB pada suhu 37 °C salama 60
Hemolisin 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
DMD 2 % 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Dikocok dan homogenkan, masukan ke WB pada suhu 37 °C salama 30 menit, lihat
terjadinya hemolisis.
Exact unit = EU
Full unit = FU
Jadi EU = 0,30 ml
3. Tes WR
No tabung 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nacl 0,2 0,1 0,1 0,1 0,4 0,1 0,1 0,1 0,1
Fisioloogis
Serum 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
inaktif
1. Hemolisin
Hemolisin adalah lipid dan protein yang menyebabkan lisis sel darah
merah dengan menghancurkan selaput sel, meskipun aktivitas litik
dari beberapa hemolisin yang diturunkan mikroba pada sel darah
merah sangat penting untuk memperoleh nutrisi,banyak hemolisin
yang diproduksi oleh patogen tidak menyebabkan kerusakan
signifikan sel darah merah selama infeksi, namun hemolisin mampu
melisiskan secara invitro, hemolisin berfungsi sebagai antibodi
2. Komplement
Telah diketahui bahwa pada suatu interaksi antigen-antibodi,
komplemen yang ada dalam serum dapat diikat atau dikonsumsi oleh
kompleks antigen-antibodi tersebut, dan bahwa komplemen dapat
diaktivasi oleh kompleks erithrosit-hemolisin, sehingga
mengakibatkan eritrosit tersebut melisis. Kenyataan ini dipakai
untuk menggunakan komplemen sebagai salah satu bahan untuk
penetapan antigen maupun antibodi. Untuk mendapatkan hasil yang
bisa dipercaya, semua reaktan yang diperlukan untuk uji ini harus
disesuaikan satu dengan yang lain dan berada dalam jumlah atau titer
yang optimal.
Oleh karena itu sebelum melaksanakan pemeriksaan pada sampel
penderita, terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan untuk
menstandarisasi titer hemolisin dan titer komplemen yang
dipakai pada sistem uji ini. Titer hemolisin ditentukan oleh
pengenceran tertinggi hemolisin yang masih dapat melisiskan
eritrosit berkonsentrasi 2% secara lengkap, bila ada komplemen.
Titer hemolisin ini disebut 1 unit dan untuk pemeriksaan sampel
penderita dipakai 2 unit. Oleh karena uji fiksasi komplemen
melibatkan suatu sistem yang terdiri atas berbagai reaktan,
disamping titrasi hemolisin dan komplemen diatas, setiap reaktan
harus diuji terhadap ada tidaknya faktor penghambat atau faktor yang
meningkatkan aktivasi komplemen.
3. Tes WR
Penyakkit Sifilis merupakan salah satu penyakit menular seksual
(PMS). Lesi Sifilis biasa terlihat jelas ataupun tidak terlihat jelas,
Penampakan lesi bisa dipastikan hampir selurunya terjadi karena
hubbungan seksual. Penyakit ini
biasanya menular jika seseorang melakukan hubungan
seksualdengan wanita yang berbeda.
Sifilis juga dapat diartikan sebagai penyakit infeksi yang disebabkan
oleh Treponema pallidum, merupakan penyakit kronis dan dapat
menyerang seluruh organ tubuh dan dapat ditularkan pada bayi di
dalam kandungan melalui plasenta,Efek Sifilis pada kehamilan dan
janin tergantung pada lamanya infeksi tersebut terjadi, Treponema
Pallidum merupakan salah satu bakteri spirochaeta. Bakteri ini
berbentuk spiral.
Perjalanan penyakit ini cenderuung Kronis dan bersifat sistemik.
Hampir semua alat tubuh dapat diserang, termasuk sistem
kardiovaskuler dan syaraf, dan gejalanya biasanya mulai timbul
dalam waktu 1-13 ninggu setelah infeksi, rata-rata 3-4 minggu.
Infeksi bisa menetap selama bertahun-tahun.
Kesimpulan :
1. Hemolisin
Jadi titer hemolisin yang digunakan adalah 1/1000
2. Komplement
Serum inaktif + antibody terhadap treponema pallidum dengan titer
1/24
3. Tes WR
Dari hasil praktikum di atas didapatkan hasil tabung ke 4 mengalami
lysis ( keruh) jadi, sampel tersebut mengandung Antigen Treponema
Pallidum dengan titer positif = 1/3.
Daftar pustaka imunologi
http://zieczhuo.blogspot.com/2010/12/uji-kehamilan-direct-latex.html
http://www.academia.edu/11500041/Makalah_HCG
http://epzna.blogspot.com/2011/03/laporan-praktikum-galli-manini.html
http://veronica-nina-miyora-situmorang.blogspot.com/2013/04/laporan-praktikum-imunologi-
tes.html