0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
110 tayangan101 halaman

Pedoman k3rs

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 101

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh
masyarakat maka tuntutan pengolaan program di rumah semakin tinggi karena
Sumber Daya Manusia (SDM) Rumah Sakit, pengunjung/pengantar pasien,
pasien dan masyarakat sekitar rumah sakit ingin mendapatkan perlindungan
dari gangguan kesehatan, keamanan dan keselamatan, baik sebagai dampak
proses kegiatan maupun karena sarana dan prasarana yang ada di rumah sakit
tidak memenuhi standar.
Sebagaimana disebutkan di dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan, khususnya pasal 23 tentang Kesehatan Kerja, dimana
upaya Kesehatan Kerja harus diselenggarakan di semua tempat kerja ,
khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan yang
mudah terjangkit. Rumah Sakit merupakan salah satu tempat yang memiliki
resiko tersebut.
Dengan majunya industrialisasi, mekanisasi, elektrifikasi dan
modernisasi berdampak pada peningkatan intensitas kerja operasional para
pekerja, yang mengakibatkan kelelahan, kurang perhatian, kehilangan
keseimbangan dan lain-lain merupakan akibat terjadinya kecelakaan. Bahan-
bahan yang mengandung racun, radioaktif, cara kerja yang buruk, kekurangan
keterampilan dan latihan kerja, tidak adanya pengetahuan tentang sumber
bahaya senantiasa merupakan sumber-sumber bahaya dan penyakit-penyakit.
Maka perlu adanya pemahaman tentang kesehatan, keselamatan kerja,
kebakaran dan kewaspadaan bencana yang terpadu.
Upaya Keselamatan dan keamanan merupakan berbagai upaya
keselamatan yang dilaksanakan secara paripurna serta memegang peranan
penting dalam mencegah terjadinya berbagai resiko kerja seperti ledakan,
kebakaran, kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja yang memiliki
tingkat pengaruh cukup besar dalam hal terjadinya inefisiensi dan
menurunnya produktifitas kerja.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka dipandang perlu untuk meyusun
Pedoman tentang Kesehatan Kerja, Keselamatan dan Keamanan, Pengelolaan
Bahan dan Barang Berbahaya, Penanggulangan Kebakaran, Kewaspadaan
Bencana dan Evakuasi serta Pengelolaan, Pemeliharaan Dan Sertifikasi
Sarana, Prasarana Dan Peralatan di Rumah Sakit Annisa Queen dalam satu

1
bentuk Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit Annisa
Queen

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Sebagai pedoman dalam melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan di
Rumah Sakit Annisa Queen, sehingga terciptanya lingkungan kerja yang
aman, sehat dan produktif untuk petugas, pasien, pengunjung/pengantar
pasien, masyarakat dan lingkungan sekitar Rumah Sakit sehingga proses
pelayanan Rumah Sakit berjalan baik dan lancar.
2. Tujuan Khusus
a. Terbentuknya dan terbinanya unit organisasi K3RS melalui kerjasama
lintas program dan lintas sektoral
b. Terpenuhinya syarat-syarat Keselamatan dan Kesehata Kerja
diberbagai jenis pekerjaan/unit kerja di Rumah Sakit
c. Meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan produktitif
d. Meningkatkan profesionalisme di Keselamatan dan Kesehatan Kerja
bagi manajemen, pelaksana pendukung program
e. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK dan KAK
f. Terselenggaranya program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
secara optimal dan menyeluruh
g. Meningkatkan mutu, citra dan produktivitas Rumah sakit

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Pedoman Keselamatan dan Kesehatan mencakup :
a. Prinsip, program dan kebijakan pelaksanaan K3RS
b. Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi K3RS, Standar pelayanan
K3RS,
c. Pengelolaan, pemeliharaan dan sertifikasi sarana, prasarana dan peralatan
d. Sistem utilitas
e. Pelayanan kesehatan kerja di rumah sakit
f. Kesehatan dan keselamatan kerja pada kontruksi bangunan standar
sarana, prasarana dan peralatan
g. Pengelolaan barang berbahaya,
h. Penanggulangan Kebakaran, Kewaspadaan Bencana dan Evakuasi
i. Manajemen Emergency
j. Pelayanan Keselamatan dan Keamanan
k. Pengelolaan Limbah B3

2
l. Pendidikan dan Pelatihan
m. pembinaan, pengawasan, pencatatan dan pelaporan

D. SASARAN
1. Karyawan/ pegawai
2. Pasien
3. Penunggu Pasien / Pengunjung

E. INDIKATOR KEBERHASILAN
1. Tersusunnya 100% Kebijakan dan Manajemen K3RS
2. Tercapainya 75% pencatatan dan pelaporan Kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja pada setiap bulan Desember
3. Terselenggaranya pelatihan K3RS setiap tahunnya
4. Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan Kerja dan Kesehatan Lingkungan
Kerja Rumah Sakit
5. Kemitraan dan Promosi K3RS
6. Peningkatan kualitas SDM K3RS
7. Menurunnya absensi karena sakit/kecelakaan kerja
8. Meningkatnya kepuasaan pasien/ menurunnya keluhan pasien

3
BAB II
PRINSIP, PROGRAM DAN KEBIJAKAN PELAKSANAAN K3RS

A. PRINSIP K3RS
Agar K3RS dapat dipahami secara utuh, perlu diketahui pengertian 3 (tiga)
komponen yang saling berinteraksi, yaitu :
1. Kapasitas kerja adalah status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta
kemampuan fisik yang prima setiap pekerja agar dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik.
2. Beban kerja adalah beban fisik dan mental yang harus ditanggung oleh
pekerja dalam melaksanakan tugasnya.
3. Lingkungan kerja adalah lingkungan terdekat dari seorang pekerja

B. PROGRAM K3RS
Program K3RS bertujuan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan serta
meningkatkan produktifitas SDM Rumah Sakit, melindungi pasien, pengunjung
/ pengantar pasien dan masyarakat serta lingkungan sekitar Rumah Sakit.
Kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari
tiga komponen yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan :
1. Pengembangan kebijakan K3RS
a. Pembentukan atau revitalisasi organisasi K3RS
b. Merencanakan ProgramK3RS selama 3 tahun kedepan (setiap 3 tahun
dapat direvisi kembali, sesuai dengan kebutuhan)
2. Pembudayaan perilaku K3RS
a. Advokasi sosialisasi K3 pada seluruh jajaranRumah sakit, baik bagi
SDM Rumah Sakit, pasien maupun pengantar pasien/pengunjung
Rumah Sakit
b. Penyebaran media komunikasi dan informasi baik melalui film,
leaflet, poster, pamflet dll
c. Promosi K3 pada setiap pekerja yang bekerja disetiap unit RS dan
pada pasien serta pengantarpasien/pengunjung Rumah Sakit.
3. Pengembangan SDM K3RS
a. Pelatihan Umum K3RS
b. Pelatihan Intern Rumah Sakit khususnya SDM Rumah Sakit per unit
kerja
c. pengiriman SDM Rumah Sakit untuk pendidikan formal pelatihan
lanjutan, seminar dan workshop yang berkaitan dengan K3

4
4. Pencehagan dan pengendalian bencana dan kebakaran, meliputi :
a. Pengembangan manajemen tanggap darurat (Manajemen Emergency)
 Menyusun rencana tanggap darurat (survey bahaya, membentuk
Tim tanggap darurat, menetapkan prosedur pengendalian, pelatihan
dll)
 Pembentukan organisasi/Tim kewaspadaan bencana
 Pelatihan dan uji coba terhadap kesiapan petugas tanggap darurat
b. Pencegahan dan pengendalian bencana
 Melakukan inventarisasi tempat-tempat yang berisiko & membuat
denahnya (Laboratorium, Radiology, Farmasi, CSSD, Kamar
Operasi, Genset, Kamar Isolasi penyakit menular)
 Membuat kebijakan & prosedur kewaspadaan, upaya pencegahan &
pengendalian bencana pada tempat-tempat yang berisiko tsb.
 Memberikan alat pelindung diri (APD) pada petugas di tempat-
tempat yang berisiko (masker, apron, kacamata, sarung tangan dsb)
 Membuat rambu-rambu/tanda khusus jalan keluar untuk evakuasi
apabila terjadi bencana
 Mempunyai sistem komunikasi internal & ekternal Rumah Sakit
c. Pencegahan dan pengendalian kebakaran
 Melakukan inventarisasi tempat-tempat yang berisiko terjadi
kebakaran (beri tanda larangan merokok)
 Menyediakan peralatan untuk memadamkan api, sistem alarm, alat
mendeteksi api/kebakaran
 Menyusun kebijakan dan prosedur/juklak tentang pencegahan &
penanggulangan kebakaran di Rumah Sakit (termasuk cara
evakuasinya)
5. Pelayanan Kesehatan Kerja, meliputi :
a. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan
kesehatan berkala, dan pemeriksaan khusus bagi SDM Rumah Sakit
b. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi SDM
Rumah Sakit yang menderita sakit
c. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan
kemampuan fisik SDM Rumah Sakit
d. Perlindungan spesifik dengan pemberianm imunisasi pada SDM Rumah
Sakit yang bekerja pada area/tempat kerja yang beresiko dan berbahaya
6. Pengelolaan jasa, bahan dan barang berbahaya

5
 Melakukan inventarisasi jasa, bahan & barang berbahaya di
Rumah Sakit (Permenkes 472/96 tentang Pengamanan Bahan
Berbahaya Bagi Kesehatan)
 Membuat kebijakan & prosedur pengadaan, penyimpanan &
penanggulangan bila terjadi kontaminasi, mengacu pada MSDS
(Material safety Data Sheet) atau LDP (Lembar Data Pengaman)
yang merupakan lembar informasi dari pabrik tentang sifat khusus
(fisik/kimiawi) dari bahan, cara penyimpanan, resiko paparan &
cara penanggulangan bila terjadi kontaminasi
7. Pengelolaan limbah padat, gas dan cair
 Tersedia fasilitas untuk penanganan dan pengelolaan limbah padat, cair
dan gas
 Ada program pemeliharaan pengelolaan limbah padat, cair & gas
8. Pelayanan keselamatan dan keamanan
a. Pengelolaan dan perijinan sarana, prasarana dan peralatan
 Sertifikasi kelaikan lift, instalasi listrik, genset, penangkal petir,
instalasi alarm kebakaran, bejana tekan, bejana uap, radiology,
laboratorium, pengolah limbah, alat lab tertentu.
 Izin meliputi : IMB, IPB, HO, Rekomendasi Dinas Kebakaran,
Deepwell, Ijin Pemakaian Lift, Ijin Instalasi listrik, Ijin pemakaian
diesel, izin instalasi petir, ijin penggunaan radiasi
 Menyususn manual penggunaan alat
 Menyusun prosedur pemeliharaan alat, termasuk
kalibrasi/sertifikasi
 Menyusun prosedur pemeliharaan alat pelindung diri
 Keselamatan dan keamanan selama masa pembangunan dan
renovasi
 Monitoring terhadap manajemen risiko fasilitas/lingkungan
 Penarikan Kembali Produk/Peralatan Rumah Sakit
2. Keamanan pasien dan pengunjung
 Ada pegangan sepanjang tangga
 Toilet dilengkapi pegangan & bel
 Pintu dapat dibuka dari luar
 Tempat tidur dilengkapi penahan pada tepinya dengan jarak terali
lebih kecil dari kepala anak
 Sumber listrik mempunyai penutup/pengaman
 Pemasokan oksigen yang cukup pada tempat penting
 Ada alat penghisap dalam keadaan gawat darurat
6
 Ada tenaga listrik pengganti bagi ruangan & peralatan medis vital
 Ada Pesawat CCTV pada ruangan tertentu untuk memantau
keamanan ruangan tersebut

C. KEBIJAKAN PELAKSANAAN K3RS


Agar penerapan K3RS dapat dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku, maka
perlu disusun hal-hal berikut ini :
a. Membentuk dan mengangkat Tim K3RS di Rumah Sakit Annisa Queen yang
merupakan organisasi non struktural
b. Menetapkan standar keselamatan kerja, kebakaran dan kewaspadaan bencana
yang mengacu kepada ketentuan perundang-undangan yang berlaku
c. Mengkaji dan mengembangkan kembali standar-standar (SPO) sesuai dengan
kemajuan teknologi, perubahan pola operasi, perubahan perundangan dan
turut aktif dalam penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan standar
tersebut. Mengadakan kerjasama dengan instansi dan lembaga penelitian yang
terkait untuk merumuskan standar-standar dan cara pelaksanaannya
d. Meningkatkan sosialisasi K3RS kepada seluruh karyawan yang partisipatif
dalam pelembagaan kerja di Rumah Sakit
e. Dalam pelaksanaan kegiatan, Tim K3RS berkoordinasi dengan unit kerja
terkait pada Rumah Sakit Annisa Queen
f. Setiap pelaksanaan kegiatan di dalam Rumah Sakit Annisa Queen yang
berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja harus melibatkan Tim
K3 RS
g. Pihak ke-3 yang menjadi rekanan kerja di Rumah Sakit harus mengikuti
aturan-aturan tentang kesehatan dan keselamatan kerja baik untuk pegawainya
ataupun dampak pekerjaannya yang memungkinkan terjadi pada fasilitas
Rumah Sakit
h. Di dalam penandatanganan kontrak/SPJ untuk pengadaan B3 harus
dicantumkan bahwa setiap pengiriman B3 harus melampirkan MSDS
i. Tim K3RS sebagai koordinator dan pelaksana kegiatan langsung adalah Tim
Pendukung pada instalasi/unit kerja terkait
j. Dalam penyelenggaraan kegiatan K3RS dianggarkan dalam pembiayaan
operasional Rumah Sakit.
k. Semua biaya pengobatan petugas yang terpapar penyakit akibat kerja dan
kecelakaan kerja yang sedang bertugas baik di dalam maupun di luar Rumah
Sakit ditanggung oleh Rumah Sakit.

7
BAB III
TUGAS POKOK, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI TIM
K3RS

A. TUGAS POKOK
Tim K3RS sebagai suatu badan pertimbangan di tempat kerja ialah memberikan
saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada Direksi/Direktur
mengenai masalah-masalah keselamatan dan kesehatan kerja Rumah Sakit

B. FUNGSI
Tim K3RS berfungsi menghimpun dan mengolah segala data dan atau
permasalahan K3RS di tempat kerja yang bersangkutan, serta mendorong
ditingkatkannya penyuluhan, pengawasan, latihan dan penelitian K3RS.

C. SUSUNAN TIM K3RS


K3RS dipimpin oleh seorang Ketua Tim yang diangkat dan diberhentikan oleh
Direktur. Ketua Tim bertanggung jawab secara teknis fungsional kepada Direktur
melalui WADIR PELAYANAN untuk memudahkan pengkoordinasian,
pembinaan, pengawasan serta evaluasi.
1. Ketua Tim K3RS
Pengertian: Seorang yang diberi wewenang dan tanggung jawab dalam
mengkoordinir pelaksanaan kegiatan K3RS, yang diangkat dan
diberhentikan oleh Direktur.
Ketua Tim K3RS bertanggung jawab secara teknis fungsional
kepada Direktur melalui WADIR PELAYANAN.
Persyaratan : - Dokter / S2 Kesehatan dengan memiliki sertifikat K3RS
Kwalifikasi : - Pengalaman mengelola K3RS minimal 3 tahun
- Memiliki kemampuan memimpin
- Berwibawa
- Sehat jasmani dan rohani
Tugas Pokok : Memimpin, mengkoordinir, mengawasi serta mengevaluasi
penyelenggaraan kegiatan K3RS sesuai dengan program
kerja Rumah Sakit

8
Uraian Tugas :
a. Menyusun program kerja K3RS agar pelaksanaan pengembangan
program dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien
b. Bertanggung jawab dalam memberikan saran kepada pimpinan mengenai
kebijakan di bidang K3RS
c. Mengawasi dan mengamati pelaksanaan kebijakan tersebut
d. Memberikan saran-saran, informasi, menggalakan dan memprakarsai
segala sesuatu yang berhubungan dengan bidang K3RS
e. Memberi petunjuk dan arahan pelaksanaan tugas kepada staf agar tugas
dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien
f. Memimpin pertemuan dengan membahas kasus-kasus yang ditemui
dalam pelaksanaan kegiatan K3RS
g. Melaksanakan hubungan kerja sama dengan semua satuan kerja di
lingkungan Rumah Sakit
h. Menghadiri rapat pimpinan dan rapat staf
i. Menyusun laporan hasil kegiatan K3RS

2. Sekretaris
Pengertian : Seseorang yang diberi wewenang dan tanggung jawab dalam
mengelola kegiatan administrasi K3RS
Persyaratan : - Sarjana/ D3 Administrasi
- Memahami bidang administrasi
- Sehat jasmani dan rohani
Tugas Pokok : Membantu Ketua Tim K3RS dalam pengadministrasian seluruh
kegiatan K3RS
Uraian Tugas :
a. Membuat undangan rapat dan notulennya
b. Mengelola administrasi surat-surat Tim K3RS
c. Mencatat data-data yang berhubungan dengan K3RS
d. Memberi bantuan/saran-saran yang diperlukan demi suksenya program
K3RS
e. Menghadiri pertemuan yang diadakan oleh Ketua Tim K3R

3. Penanggung Jawab (PJ) Pengelolaan Bahan dan Barang Berbahaya Dan


Pengelolaan Limbah Padat/Gas/Cair
Pengertian : Seorang tenaga profesional yang diberi wewenang mengkoordinir
pemantauan dan pengawasan Pengelolaan Bahan dan barang
Berbahaya dan Pengelolaan Limbah Padat/Gas/Cair

9
Persyaratan: - Sarjana muda Kesehatan Lingkungan/Sanitasi atau DIII
Kesehatan Lingkungan
- Memiliki sertifikat pelatihan K3RS
- Sehat jasmani dan rohani
Tugas Pokok : Membantu Ketua Tim K3RS dalam mengawasi dan memantau
Pengelolaan Bahan dan Barang Berbahaya dan Pengelolaan
Limbah Padat/Cair/Gas di Rumah Sakit
Uraian Tugas :
Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan Pengelolaan Bahan dan barang
Berbahaya dan Pengelolaan Limbah Padat/Gas/Cair di Rumah Sakit:
a. Membuat program dan rencana kerja
b. Mencatat, mengevaluasi dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan
Pengelolaan Bahan dan Barang Berbahaya dan Pengelolaan Limbah
Padat/Gas/Cair
c. Memelihara hubungan kerjasama yang baik dengan berbagai pihak yang
terkait
d. Mengupayakan kelengkapan peralatan Pengelolaan Bahan dan Barang
Berbahaya dan Pengelolaan Limbah Padat/Cair/Gas di Rumah Sakit
e. Menghadiri pertemuan yang diadakan oleh Ketua Tim K3RS
f. Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap pasien/keluarga dalam batas
wewenangnya

4. Penanggung Jawab (PJ) Pengelolaan Dan Perizinan Sarana, Prasarana


Dan Peralatan dan Sistem Utilitas
Pengertian : Seorang tenaga profesional yang diberi wewenang
mengkoordinir pemantauan dan pengawasan penyelenggaraan
kegiatan pengelolaan dan perijinan sarana/prasarana dan
peralatan di lingkungan Rumah Sakit untuk terpeliharanya
keamanan pasien, pengunjung dan petugas.

Persyaratan : - Sarjana muda kesehatan atau DIII dibidang kesehatan


- Memiliki sertifikat khusus pelatihan K3RS
- Sehat jasmani dan rohani
Tugas Pokok : Membantu Ketua Tim K3RS dalam mengawasi dan memantau
penyelenggaraan kegiatan pengelolaan dan perijinan
sarana/prasarana dan peralatan di lingkungan Rumah Sakit
untuk terpeliharanya keamanan pasien, pengunjung dan
petugas.

10
Uraian Tugas :
a. Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan pengelolaan dan perijinan
sarana/prasarana dan peralatan serta Sistem Utilitas di lingkungan Rumah
Sakit untuk terpeliharanya keamanan pasien, pengunjung dan petugas.
b. Membuat program dan rencana kerja
c. Mencatat, mengevaluasi dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan
pengelolaan dan perijinan sarana/prasarana dan peralatan serta Sistem
Utilitas di lingkungan Rumah Sakit untuk terpeliharanya keamanan
pasien, pengunjung dan petugas.
d. Mengupayakan kelengkapan peralatan pemantauan kegiatan pengelolaan
dan perijinan sarana/prasarana dan peralatan serta Sistem Utilitas di
lingkungan Rumah Sakit untuk terpeliharanya keamanan pasien,
pengunjung dan petugas
e. Memelihara hubungan kerjasama yang baik dengan berbagai pihak yang
terkait
f. Menghadiri pertemuan yang diadakan oleh Ketua Tim K3RS.

5. Penanggung Jawab (PJ) Pelayanan Keselamatan dan Keamanan


Pengertian : Seorang tenaga profesional yang diberi wewenang
mengkoordinir pemantauan dan pengawasan penyelenggaraan
kegiatan keselamatan dan keamanan di lingkungan Rumah Sakit
Persyaratan : - Dokter Umum / Sarjana Kesehatan
- Memiliki sertifikat Hyperkes
- Memiliki sertifikat khusus pelatihan K3RS
- Sehat Jasmani dan rohani
Tugas Pokok : Membantu Ketua Tim K3RS dalam mengawasi dan memantau
penyelenggaraan kegiatan keselamatan dan keamanan di
lingkungan Rumah Sakit.

Uraian Tugas :
a. Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan keselamatan dan keamanan
di lingkungan Rumah Sakit
b. Membuat program dan rencana kerja
c. Mencatat, mengevaluasi dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan
keselamatan dan keamanan di lingkungan Rumah Sakit

11
d. Mengupayakan kelengkapan peralatan pemantauan kegiatan keselamatan
dan keamanan di lingkungan Rumah Sakit
e. Memelihara hubungan kerjasama yang baik dengan berbagai pihak yang
terkait
f. Menghadiri pertemuan yang diadakan oleh Ketua Tim K3RS.

6. Penanggung Jawab (PJ) Pencegahan Dan Pengendalian Bencana Dan


Kebakaran
Pengertian : Seorang tenaga profesional yang diberi wewenang
mengkoordinir pemantauan dan pengawasan penyelenggaraan
kegiatan pencegahan dan pengendalian bencana dan kebakaran
di lingkungan Rumah Sakit.
Persyaratan : - Dokter Umum/ Sarjana Kesehatan
- Sarjana muda Kesehatan atau DIII dibidang kesehatan yang
berpengalaman
- Memiliki sertifikat khusus pelatihan K3RS
- Sehat jasmani dan rohani
Tugas Pokok : Membantu Ketua Tim K3RS dalam mengawasi dan memantau
penyelenggaraan kegiatan pencegahan dan pengendalian
bencana dan kebakaran di lingkungan Rumah Sakit.
Uraian Tugas :
a. Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan pencegahan dan
pengendalianbencana dan kebakaran di lingkungan Rumah Sakit.
b. Membuat program dan rencana kerja
c. Mencatat, mengevaluasi dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan
pencegahan dan pengendalian bencana dan kebakaran di lingkungan
Rumah Sakit.
d. Mengupayakan kelengkapan peralatan pemantauan kegiatan keselamatan
dan kesehatan kerja di lingkungan Rumah Sakit
e. Memelihara hubungan kerjasama yang baik dengan berbagai pihak yang
terkait
f. Menghadiri pertemuan yang diadakan oleh Ketua Tim K3RS

7. TIM PENDUKUNG
Pengertian : Tim yang membantu dalam hal pelaksanaan, pencatatan dan
pelaporan penyelenggaraan kegiatan K3RS di lingkunan Rumah
Sakit yang terdiri dari :
- 1 orang staf Instalasi Pemeliharaan Sarana

12
- 1 orang staf Instalasi Sanitasi
- 1 orang staf Instalasi Farmasi
- 1 orang staf Instalasi Radiology
- 1 orang staf Instalasi Laboratorium
- 1 orang staf Instalasi CSSD
- 1 orang staf Instalasi Laundry
- 1 orang staf Instalasi Pemulasaraam Zenazah
- Supervisor Ruangan
- Kepala Ruangan
- SATPAM
- Humas
Persyaratan : - Sarjana Muda Kesehatan atau DIII dibidang kesehatan yang
berpengalaman
- Pernah mengikuti pelatihan/simulasi K3RS baik internal
maupun external
Tugas Pokok : Membantu Tim K3RS dalam hal pelaksanaan, pencatatan dan
pelaporan penyelenggaraan kegiatan K3RS di lingkungan
Rumah Sakit.

13
BAB IV
PELAYANAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN

I. DEFINISI
1. Keselamatan adalah suatu tingkatan keadaan tertentu dimana gedung,
halaman/ground dan peralatan Rumah Sakit tidak menimbulkan bahaya atau
resiko bagi pasien, staf dan pengunjung.
2. Keamanan adalah proteksi dari kehilangan, pengrusakan dan kerusakan, atau
akses serta penggunaan oleh mereka yang tidak berwenang.
3. Keamanan dan Keselamatan Kerja adalah keadaan aman, selamat, sehat fisik,
sehat mental, dan sehat sosial yang berhubungan dengan dunia kerja meliputi
lingkungan kerja, peralatan, manusia, maupun prosedur kerjanya.

II. RUANG LINGKUP


Pada prinsipnya pelayanan keamanan dan keselamatan kerja berkaitan erat
dengan sarana, prasarana dan peralatan kerja. Bentuk Pelayanan Keamanan dan
keselamatan kerja yang dilakukan :
1. Pembinaan dan pengawasan keselamatan dan keamanan sarana, prasarana dan
peralatan kesehatan , meliputi :
a. Lokasi Rumah sakit harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan,
keselamatan lingkungan dan tata ruang serta sesuai dengan hasil kajian
kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit.
b. Teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan
kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan
bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak dan orang usia
lanjut
 Ada pegangan sepanjang tangga
 Toilet dilengkapi pegangan & bel
 Pintu dapat dibuka dari luar
c. Prasarana harus memenuhi standar pelayanan, keamanan serta keselamatan
dan kesehatan kerja penyelenggaraan Rumah Sakit
 Tempat tidur dilengkapi penahan pada tepinya dengan jarak terali lebih
kecil dari kepala anak
 Kursi roda dan atau blankar transfer pasien di lingkungan Rumah Sakit
Annisa Queen harus memakai tiang infus.
 Sumber listrik mempunyai penutup/pengaman
 Pemasokan oksigen yang cukup pada tempat penting
 Ada alat penghisap dalam keadaan gawat darurat
14
 Ada tenaga listrik pengganti bagi ruangan & peralatan medis vital
 Ada Pesawat CCTV pada ruangan tertentu untuk memantau keamanan
ruangan tersebut
d. Pengoperasian dan pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan Rumah
Sakit harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi
dibidangnya (sertifikat personil petugas/operator sarana dan prasarana serta
peralatan Rumah Sakit)
e. Membuat program pengoperasian, perbaikan dan pemeliharaan rutin dan
berkala sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan selanjutnya
didokumentasikan dan dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan
f. Peralatan kesehatan meliputi peralatan medis dan non medis dan harus
memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan
laik pakai
 Menyusun manual penggunaan alat
 Menyusun prosedur pemeliharaan alat, termasuk kalibrasi/sertifikasi
 Menyusun prosedur pemeliharaan alat pelindung diri
 Sertifikasi kelaikan lift, instalasi listrik, genset, penangkal petir, instalasi
alarm kebakaran, bejana tekan, bejana uap, radiology, laboratorium,
pengolah limbah, alat lab tertentu.
 Izin meliputi : IMB, IPB, HO, Rekomendasi Dinas Kebakaran,
Deepwell, Ijin Pemakaian Lift, Ijin Instalasi listrik, Ijin pemakaian
diesel, izin instalasi petir, ijin penggunaan radiasi
 Keselamatan dan keamanan selama masa pembangunan dan renovasi
 Monitoring terhadap manajemen risiko fasilitas/lingkungan
 Penarikan Kembali Produk/Peralatan Rumah Sakit

2, Keamanan berarti suatu keadaan dimana Rumah Sakit terbebas dari bahaya.
Bahaya yang dimaksud adalah segala hal yang dapat mengakibatkan
kehilangan, pengrusakan atau kerusakan, atau akses serta penggunaan oleh
mereka yang tidak berwenang yang mengakibatkan kerugian asset Rumah
Sakit. Asset Rumah Sakit dikelompokkan menjadi dua kategori, fisik dan non-
fisik. Yang dikategorikan fisik dapat berupa karyawan, pasien, penunggu pasien
,tamu, gedung, kendaraan dan barang-barang lainnya yang merupakan asset
Rumah Sakit. Sementara yang dikategorikan non-fisik dapat berupa informasi
atau rahasia Rumah Sakit yang tidak boleh atau tidak perlu diketahui oleh
pihak-pihak lawan atau pihak lain yang tidak berkepentingan, karena dapat
mengakibatkan kerugian bagi Rumah Sakit bila disalah gunakan. Managerial
Rumah Sakit harus bersikap pro aktif dalam usaha pemastian keamanan. Sikap

15
pro aktif ini dapat berupa pelengkapan piranti-piranti keamanan kantor seperti
personil sekuriti, peralatan keamanan dan penetapan prosedur keamanan yang
dikomunikasikan kepada semua karyawan;

III. TATALAKSANA
1. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan kerja terhadap petugas
Rumah Sakit, meliputi :
a. Melakukan identifikasi dan penilaian resiko ergonomi terhadap peralatan
kerja dan petugas Rumah Sakit
b. Membuat program pelaksanaan kegiatan, mengevaluasi dan mengendalikan
risiko ergonomi
2. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja, meliputi :
a. Manajemen harus menyediakan dan menyiapkan lingkungan kerja yang
memenuhi syarat fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial
b. Pamantauan / pengukuran terhadap fakstor fisik, kimia, ergonomi dan
psikososial secara rutin dan berkala
c. Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan
lingkungan kerja
d. Membuat Program keselamatan dan keamanan selama masa pembangunan
dan renovasi
3. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja, meliputi :
a. Pembuatan rambu-rambu arah dan tanda-tanda keselamatan
b. Penyadiaan peralatan keselamatan kerja dan Alat Pelindung Diri (APD)
c. Membuat SPO peralatan keselamatan kerja dan APD
d. Melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap kepatuhan penggunaan
peralatan keselamatan dan APD
e. Pemberian identitas kepada karyawan, pengunjung dan vendor dan area
beresiko

4. Pelatihan dan promosi/penyuluhan keselamatan kerja untuk semua petugas


Rumah Sakit
a. Sosialisasi dan penyuluhan keselamatan kerja bagi seluruh petugas Rumah
Sakit
b. Melaksanakan pelatihan dan sertifikasi K3 Rumah Sakit kepada Tim K3RS
5. Memberi rekomendasi/masukan mengenai perencanaan, desaind / lay out
pembuatan tempat kerja dan pemilihan alat serta pengadaannya terkait
keselamatan dan keamanan :

16
a. Melibatkan petugas K3 RS di dalam perencanaan, desain/lay out pembuatan
tempat kerja dan pemilihan serta pengadaan sarana, prasarana dan peralatan
keselamatan kerja
b. Mengevaluasi dan mendokumentasikan kondisi sarana, prasarana dan
peralatan keselamatan kerja dan membuat rekomendasi sesuai dengan
persyaratan yang berlaku dan standar keamanan dan keselamatan
6. Tersedia Sistem Utiliti ( Sistem Pendukung)
a. Memiliki proses emergensi untuk melindungi penghuni rumah sakit dari
kejadian terganggunya, terkontaminasi atau kegagalan sistem pengadaan air
bersih dan listrik
o Listrik
 Pengadaan sumber listrik alternatif (Generator Set) yang otomatis
disesuaikan dengan kapasitas yang diperlukan
 Pemeliharaan / pengecekan rutin Generator set
o Air Bersih
 Permintaan dikirim/disuplay air bersih dari PDAM memakai
mobil tangki dan dimasukan ke dalam Torn Air Bersih
 Pengoptimalan pengambilan air tanah
b. Identifikasi area beresiko bila terjadi gangguan listrik atau air bersih
c. Dokumentasi hasil uji coba sistem pendukung
7. Membuat sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya.
a. Membuat alur pelaporan kejadian nyaris celaka dan celaka
b. Membuat SPO pelaporan, penanganan dan tindak lanjut kejadian nyaris
celaka (near miss) dan celaka
8. Pembinaan dan pengawasan terhadap Manajemen Sistem Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran (MSPK)
a. Manajemen menyediakan sarana dan prasarana pencegahan dan
penanggulangan kebakaran
b. Membentuk Tim Penanggulangan kebakaran
c. Membuat SPO
d. Melakukan sosialisasi dan pelatihan pencegahan dan penanggulangan
kebakaran
e. Melakukan audit intrnal terhadap sistem pencegahan dan penanggulangan
kebakaran

9. Keamanan fisik dan non-fisik suatu gedung dapat dilaksanakan dengan cara :

a. Pengadaan Personil Keamanan (SATPAM)

17
b. Pemasangan peralatan keamanan seperti penggunaan kamera pemantau di
kantor-kantor (CCTV)
c. Penggunaan teknologi kendali akses atau menggunakan kartu magnetic
gesek atau RFID untuk kendali akses.
d. Penetapan prosedur keamanan yang dikomunikasikan kepada semua
karyawan
e. Mendokumentasikan kebijakan keamanan dan mengkomunikasikannya,
sehingga setiap karyawan harus tahu misalnya akibat atau hukuman dari
pencurian, baik oleh pihak internal maupun eksternal
f. Memberikan kartu tanda pengenal bagi semua karyawan, tamu, dan
penunggu pasien, dan meminta agar kartu tanda pengenal tersebut selalu
dikenakan dalam lingkungan Rumah Sakit, dan memastikan bahwa kartu
tanda pengenal tersebut dikembalikan ke Rumah Sakit bilamana
tamu/pasaien meninggalkan kantor, atau bila karyawan telah keluar dari
perusahaan
g. Usaha-usaha penjagaan keamanan oleh semua petugas Rumah Sakit dapat
dipraktekan sehari-hari, misalnya, mencurigai pengunjung tanpa memakai
tanda pengenal, memastikan tidak ada orang yang turut masuk bila
menggunakan kartu kendali akses pribadi, menjaga barang-barang pribadi
tetap aman, bersikap kritis terhadap pengunjung atau orang asing yang
terlihat mondar mandir, mengunci ruangan bilamana perlu karena harus
pergi keluar.

18
BAB V
PENGELOLAAN BAHAN DAN BARANG BERBAHAYA

I. DEFINISI
Yang dimaksud dengan bahan berbahaya di Rumah Sakit adalah zat, bahan kimia
dan biologi baik dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat
membahayakan kesehatan lingkungan hidup secara langsung maupun tidak
langsung yang mempunyai sifat racun, karsinogenik, mutagenik dan iritasi.
Bahan berbahaya tersebut harus dikelola sesuai dengan ketentuan ”Material safety
Data Sheet” atau Lembaran Data Pengaman (LDP) yaitu yang berisi informasi
tentang sifat fisika, kimia dari bahan berbahaya tersebut, jenis bahaya yang
ditimbulkan, cara penanganan dan tindakan khusus yang berhubungan dengan
keadaan darurat di dalam penanganan bahan berbahaya.

II. RUANG LINGKUP


Katagori Bahan dan Barang Berbahaya
1. Memancarkan radiasi
Bahan yang memancarkan gelombang elektromagnetik atau partikel
radioaktif yang mampu mengionkan secara langsung atau tidak langsung
materi bahan yang dilaluinya, misalnya Sinar X, Sinar Affa, Sinar Beta,
Sinar gamma dll
2. Mudah meledak
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat tanpa disertai
pengimbangan kehilangan panas, sehingga kecepatan reaksi, peningkatan
suhu dan tekanan meningkatkan pesat dan dapatmenimbulkan peledakan.
Bahan yang mudah meledak apabila terkena panas, gesekan atau
bantingan dapat menimbulkan ledakan.
3. Mudah menyala dan terbakar
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat tanpa disertai
pengimbangan kehilangan panas, sehingga kecepatan reaksi yang
menimbulkan nyala. Bahan mudah menyala atau terbakar mempunyai
titik nyala (flash point) rendah (21oC)
4. Oksidator
Bahan yang mempunyai sifat aktif mengoksidasikan sehingga terjadi
reaksi oksidasi, mengakibatkan reaksi keluar panas (eksothermis)
5. Racun

19
Bahan yang bersifat beracun bagi manusia atau lingkungan yang dapat
menyebabkan kematian atau kesakitan yang serius apabila masuk ke
dalam tubuh melalui pernapasan kulit atau mulut
6. Korosif
Bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit, menyebabkan proses
pengkaratan pada lempeng baja
7. Karsinogenik
Sifat bahan penyebab sel kanker, yakni sel luar yang dapat merusak
jaringan tubuh
8. Iritasi
Bahan yang dapat mengakibatkan peradangan kulit pada kulit dan selaput
lendir
9. Teratogenik
Sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan
embrio
10. Mutagenik
Sifat bahan yang dapat mengakibatkan perubahan kromososm yang
berarti dapat merubah genetika
11. Infeksius
Bahan yang dapat menjadi sumber penyebaran penyakit baik kepada
petugas, pasien, pengunjung/pengantar pasien maupun masyarakat sekitar
rumah sakit

III. TATA LAKSANA


A. Pengelolaan Bahan dan barang berbahaya
1. Melakukan inventarisasi bahan & barang berbahaya di Rumah Sakit
(Permenkes 472/96 tentang Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi
Kesehatan)
2. Membuat kebijakan & prosedur pengadaan, penyimpanan, penggunanan,
pananganan dan pengendalian bahan dan barang berbahaya
3. Identifikasi semua B3 dan instalasi yang akan ditangani untuk mengenal
ciri-ciri dan karakteristiknya.
4. Evaluasi, untuk menentukan langkah-langkah atau tindakan-tindakan
yang diperlukan sesuai sifat dan karakteristiknya dari bahan atau instalasi
yang ditangani sekaligus memprediksi resiko yang mungkin terjadi
apabila kecelakaan terjadi.
5. Untuk mengurangi resiko karena penanganan bahan berbahaya antara lain
:

20
a. Upayakan subtitusi yaitu mengganti penggunaan bahan berbahaya
dengan yang kurang berbahaya.
b. Upayakan menggunakan atau menyimpan bahan berbahaya sedikit
mungkin.
c. Upayakan mendapat informasi terlebih dahulu tentang B3.
d. Upayakan proses dilakukan secara tertutup dengan sistem ventilasi dan
pantau secara berkala.
e. Upayakan agar pekerja tidak mengalami paparan yang terlalu lama.
f. Upayakan agar pekerja menggunakan APD.
g. Upayakan agar penyimpanan bahan berbahaya sesuai prosedur dan
petunjuk teknis.
h. Upayakan agar sistem izin kerja diterapkan dalam penanganan bahan
berbahaya.
i. Tempat penyimpanan bahan berbahaya harus dalam keadaan
aman,bersih,dan terpelihara dengan baik.
j. Upayakan agar limbah yang dihasilkan sekecil mungkin dengan cara
memelihara instalasi menggunakan teknologi yang tepat
6. Pengelolaan limbah bahan berbahaya sesuai dengan peraturan perunda-
undangan yang berlaku.

B. Pengadaan Bahan dan Barang Berbahaya


Rumah sakit harus melakukan seleksi rekanan berdasarkan barang yang
diperlukan. Rekanan yang akan diseleksi diminta proposal berikut profil
perusahaan (Company profile). Informasi yang diperlukan menyangkut
spesifikasi lengkap material atau produk, kapasitas rekanan, harga, pelayanan,
persyaratan K3 dan lingkungan serta informasi lain yang dibutuhkan oleh
Rumah Sakit.
Hal-hal yang menjadi kriteria penilaian :
1. Kapabilitas
Kemampuan dan kompetensi rekanan dalam memenuhi apa yang tertulis
dalam kontrak kerjasama
2. Kualitas dan garansi
Kualitas barang yang diberikan memuaskan dan sudah sesuai dengan
spesifikasi yang sudah disepakati. Jaminan garansi yang disediakan baik
waktu maupun jenis garansi yang diberikan
3. Persyaratan K3 dan lingkungan
- Menyertakan MSDS
- Melaksanakan Sistem Manajemen Lingkungan atau ISO 14001
- Kemasan produk memenuhi persyaratan K3 dan lingkungan
21
- Mengikuti ketrentuan K3yang berlaku di Rumah Sakit

C. Penyimpanan Bahan dan Barang Berbahaya


Mengelompokkan bahan kimia berbahaya di dalam penyimpanannya mutlak
diperlukan, sehingga tempat/ruangan yang ada dapat di manfaatkan sebaik-
baiknya dan aman. Mengabaikan sifat-sifat fisik dan kimia dari bahan yang
disimpan akan mengandung bahaya seperti kebakaran, peledakan,
mengeluarkan gas/uap/debu beracun, dan berbagai kombinasi dari pengaruh
tersebut.

Penyimpanan bahan kimia berbahaya sebagai berikut :

1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)


Bahan ini dalam kondisi normal atau dalam kondisi kecelakaan ataupun
dalam kondisi kedua-duanya dapat berbahaya terhadap kehidupan
sekelilingnya. Bahan beracun harus disimpan dalam ruangan yang sejuk,
tempat yang ada peredaran hawa, jauh dari bahaya kebakaran dan bahan
yang inkompatibel (tidak dapat dicampur) harus dipisahkan satu sama
lainnya.
Jika panas mengakibatkan proses penguraian pada bahan tersebut maka
tempat penyimpanan harus sejuk dengan sirkulasi yang baik, tidak terkena
sinar matahari langsung dan jauh dari sumber panas.
2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)
Beberapa jenis dari bahan ini mudah menguap sedangkan lainnya dapat
bereaksi dahsyat dengan uap air. Uap dari asam dapat
menyerang/merusak bahan struktur dan peralatan selain itu beracun untuk
tenaga manusia. Bahan ini harus disimpan dalam ruangan yang sejuk dan
ada peredaran hawa yang cukup untuk mencegah terjadinya pengumpulan
uap. Wadah/kemasan dari bahan ini harus ditangani dengan hati-hati,
dalam keadaan tertutup dan dipasang label. Semua logam disekeliling
tempat penyimpanan harus dicat dan diperiksa akan adanya kerusakan
yang disebabkan oleh korosi.
Penyimpanannya harus terpisah dari bangunan lain dengan dinding dan
lantai yang tahan terhadap bahan korosif, memiliki perlengkapan saluran
pembuangan untuk tumpahan, dan memiliki ventilasi yang baik. Pada
tempat penyimpanan harus tersedia pancaran air untuk pertolongan
pertama bagi pekerja yang terkena bahan tersebut.

22
3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)

Praktis semua pembakaran terjadi antara oksigen dan bahan bakar dalam
bentuk uapnya atau beberapa lainnya dalam keadaan bubuk halus. Api
dari bahan padat berkembang secara pelan, sedangkan api dari cairan
menyebar secara cepat dan sering terlihat seperti meledak. Dalam
penyimpanannya harus diperhatikan sebagai berikut :
a. Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk mencegah penyalaan
tidak sengaja pada waktu ada uap dari bahan bakar dan udara
b. Tempat penyimpanan mempunyai peredaran hawa yang cukup,
sehingga bocoran uap akan diencerkan konsentrasinya oleh udara
untuk mencegah percikan api
c. Lokasi penyimpanan agak dijauhkan dari daerah yang ada bahaya
kebakarannya
d. Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan
yang mudah menjadi panas dengan sendirinya atau bahan yang bereaksi
dengan udara atau uap air yang lambat laun menjadi panas
e. Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan mudah
dicapai
f. Singkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanan
g. Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokok
h. Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde serta
dilengkapi alat deteksi asap atau api otomatis dan diperiksa secara
periodik

4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)

Terhadap bahan tersebut ketentuan penyimpananya sangat ketat, letak


tempat penyimpanan harus berjarak minimum 60[meter] dari sumber
tenaga, terowongan, lubang tambang, bendungan, jalan raya dan
bangunan, agar pengaruh ledakan sekecil mungkin. Ruang penyimpanan
harus merupakan bangunan yang kokoh dan tahan api, lantainya terbuat
dari bahan yang tidak menimbulkan loncatan api, memiliki sirkulasi udara
yang baik dan bebas dari kelembaban, dan tetap terkunci sekalipun tidak
digunakan. Untuk penerangan harus dipakai penerangan alam atau lampu
listrik yang dapat dibawa atau penerangan yang bersumber dari luar
tempat penyimpanan. Penyimpanan tidak boleh dilakukan di dekat
bangunan yang didalamnya terdapat oli, gemuk, bensin, bahan sisa yang
dapat terbakar, api terbuka atau nyala api. Daerah tempat penyimpanan

23
harus bebas dari rumput kering, sampah, atau material yang mudah
terbakar, ada baiknya memanfaatkan perlindungan alam seperti bukit,
tanah cekung belukar atau hutan lebat.

5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)

Bahan ini adalah sumber oksigen dan dapat memberikan oksigen pada
suatu reaksi meskipun dalam keadaan tidak ada udara. Beberapa bahan
oksidator memerlukan panas sebelum menghasilkan oksigen, sedangkan
jenis lainnya dapat menghasilkan oksigen dalam jumlah yang banyak pada
suhu kamar. Tempat penyimpanan bahan ini harus diusahakan agar
suhunya tetap dingin, ada peredaran hawa, dan gedungnya harus tahan
api. Bahan ini harus dijauhkan dari bahan bakar, bahan yang mudah
terbakar dan bahan yang memiliki titik api rendah.
Alat-alat pemadam kebakaran biasanya kurang efektif dalam
memadamkan kebakaran pada bahan ini, baik penutupan ataupun
pengasapan, hal ini dikarenakan bahan oksidator menyediakan oksigen
sendiri.

6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)

Bahan ini bereaksi dengan air, uap panas atau larutan air yang lambat laun
mengeluarkan panas atau gas-gas yang mudah menyala. Karena banyak
dari bahan ini yang mudah terbakar maka tempat penyimpanan bahan ini
harus tahan air, berlokasi ditanah yang tinggi, terpisah dari penyimpanan
bahan lainnya, dan janganlah menggunakan sprinkler otomatis di dalam
ruang simpan.

7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)

Bahan ini bereaksi dengan asam dan uap asam menghasilkan panas,
hydrogen dan gas-gas yang mudah menyala. Ruangan penyimpanan untuk
bahan ini harus diusahakan agar sejuk, berventilasi, sumber penyalaan api
harus disngkirkan dan diperiksa secara berkala. Bahan asam dan uap dapat
menyerang bahan struktur campuran dan menghasilkan hydrogen, maka
bahan asam dapat juga disimpan dalam gudang yang terbuat dari kayu yang
berventilasi. Jika konstruksi gudang trbuat dari logam maka harus di cat
atau dibuat kebal dan pasif terhadap bahan asam.

24
8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)

Silinder dengan gas-gas bertekanan harus disimpan dalam keadaan berdiri


dan diikat dengan rantai atau diikat secara kuat pada suatu penyangga
tambahan. Ruang penyimpanan harus dijaga agar sejuk , bebas dari sinar
matahari langsung, jauh dari saluran pipa panas di dalam ruangan yang ada
peredaran hawanya. Gedung penyimpanan harus tahan api dan harus ada
tindakan preventif agar silinder tetap sejuk bila terjadi kebakaran, misalnya
dengan memasang sprinkler.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1. Ruang tempat penyimpanan harus bebas dari segala sumber penyebab
terjadinya bahaya (panas, getaran, radiasi, kelembaban udara) sehingga
dapat menjamin keamanan bahan berbahaya yang disimpan
2. Sirkulasi udara cukup baik, sehingga bocoran uap cukup diencerkan
konsentrasinya dengan udara
3. Wadah dan kemasan harus dapat mencegah terjadinya kebocoran bahan
yang dikandungnya
4. Penempatan bahan berbahaya harus diatur sedemikian rupa sehingga
sistem FIFO dapat dilakukan dengan mudah
5. Setiap jenis bahan berbahaya harus diletakan pada kelompok-kelompok
sesuai jenis bahayanya
6. Tersedia pemadam api dan mudah dicapai serta dipasang tanda-tanda
dilarang merokok
7. Ditempat atau tidak jauh dari sarana penyimpanan disediakan alat
komunikasi dan alarm tanda bahaya
D. Pemberian Simbol dan Label Bahan Barang Berbahaya
Salah satu hal penting dalam pengelolaan B3 adalah pemberian simbol dan
label. Pemberian simbol dan label penting untuk mengidentifikasi sekaligus
mengklasifikasikan B3, yang nantinya akan sangat berguna sebagai informasi
penting dalam pengelolaannya. Identifikasi yang digunakan untuk penandaan
B3 terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu simbol dan label.
1. Simbol
a. Simbol berbentuk bujur sangkar diputar 45 derajat sehingga membentuk
belah ketupat berwarna dasar putih dan garis tepi belah ketupat tebal
berwarna merah.
b. Simbol dipasang pada kemasan B3 harus memenuhi ketentuan sbb:
 Simbol B3 berupa stiker atau lainnya yang dapat menempel dengan
baik pada kemasan, mudah penggunaanya, tahan lama, tahan
terhadap air dan tahan terhadap tumpahan isi kemasan B3.
25
 Jenis simbol yang dipasang, harus sesuai dengan karakteristik bahan
yang dikemasnya atau diwadahinya
 Simbol dipasang pada sisi-sisi kemasan yang tidak terhalang oleh
kemasan lain dan mudah dilihat
 Simbol tidak boleh terlepas atau dilepas dan diganti dengan simbol
lain sebelum kemasan dikosongkan dan dibersihkan dari sisa-sisa
bahan berbahaya dan beracun
 Kemasan yang telah dibersihkan dari B3 dan akan digunakan
kembali untuk mengemas B3 harus diberi label “KOSONG”
c. Simbol pada tempat penyimpanan kemasan B3, harus mengikuti
ketentuan sbb:
 Simbol B3 berupa stiker atau lainnya yang dapat menempel
dengan baik pada tempat penyimpanan kemasan B3, mudah
penggunaanya, tahan lama, tahan terhadap air, goresan dan bahan
kimia yang mungkin mengenainya.
 Simbol dipasang pada bagian luar tempat penyimpanan kemasan
B3 yang tidak terhalang
 Jenis simbol yang dipasang, harus sesuai dengan klasifikasi B3
yang disimpannya
 simbol pada tempat penyimpanan kemasan B3 minimal berukuran
25 x 25 cm, sehingga tulisan pada simbol dapat terlihat jelas dari
jarak 20 meter
2. Label
a. Label B3 merupakan uraian singkat yang menunjukan antara lain
klasifikasi dan jenis B3. Penggunaan label B3 tersebut dilakukan
dalam kegiatan pengemasan B3.
b. Label berfungsi untuk memberikan informasi tentang produsen B3,
identitas B3 serta kuantitas N3. Label harus mudah terbaca, jelas
terlihat, tidak mudah rusak dan tidak mudah terlepas dari kemasannya.
c. Label B3 berbentuk persegi panjang dengan ukuran disesuaikan
dengan kemasan yang digunakan, ukuran perbandingannya adalah
panjang : lebar = 3:1, dengan warna dasar putih dan tulisan serta garis
tepi berwarna hitam
d. Label diisi dengan huruf cetak yang jelas terbaca, tidak mudah
terhapus dan dipasang pada setiap kemasan B3. Pada label wajib
dicantumkan informasi minimal sbb:

26
No Jenis Informasi Penjelasan Pengisian
1 Nama B3; Nama dagang B3/nama bahan kimia
Komposisi, Komposisi atau formulasi bahan kimia
No.CAS/No UN; Informasi lengkap mengenai penghasil
Produsen
2 Disesuaikan dengan klasifikasi B3
sim
bol
3 Kata peringatan Pilih salah satu “bahaya” atau “awas”
sesuai dengan tingkat resiko
4 Pernyataan bahaya: Menjelaskan simbol secara lebih detil
Klasifikasi B3, fisik, sesuai dengan klasifikasi B3. Misalnya :
kesehatan, lingkungan sangat mudah menyala, sangat beracun,
karsinogenik dll
5 Informasi Penanganan Prosedur penanganan kecelakaan dan
darurat
6 Keterangan tambahan Tanggal kadaluarsa
Tujuan penggunaan
Jumlah dan isis kemasan atau kontaimer
7 Identitas pemasok Informasi lengkap mengenai pemasok

e. Label B3 dipasang pada kemasan disebelah bawah simbol dan harus


terlihat dengan jelas. Label ini juga harus dipasang pada wadah yang
akan dimasukkan ke dalam kemasan yang lebih besar.

E. Penetapan Tempat-tempat Beresiko


Agar seluruh pegawai, pasien, keluar pasien, pengunjung dapat mengetahui
tempat-tempat yang berbahaya di lingkungan Rumah Sakit Annisa Queen,
maka diberikan petunjuk-petunjuk yang ada pada tempat-tempat yang telah
ditentukan, serta dibuat dalam denah Rumah sakit dan
disebarluaskan/disosialisasikan kepada seluruh penghuni rumah sakit.
Tempat-tempat yang dianggap beresiko ditetapkan oleh Direktur RS, yaitu :
1. Instalasi Radiology
2. Instalasi Laboratorium
3. Instalasi Farmasi
4. Kamar Operasi
5. Kamar Isolasi
6. IPAL

27
7. Sentral Sterilisator (CSSD)
8. Generator Set
9. Sentral O2
10. Panel Listrik
F. Pemakaian Alat Pelindung diri (APD)
Untuk melindungi petugas yang bekerja di unit kerja yang mempunyai
sifat/daerah beresiko, dari bahaya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
wajib memakai APD.
Penyediaan APD menjadi tanggung jawab Rumah Sakit sedangkan
pemeliharaan dan penyimpanan APD menjadi tanggung jawab
petugas/pemakainya.
APD yang harus disediakan oleh Rumah Sakit, adalah sebagai berikut :
1. APD Petugas Laboratorium
a. sarung tangan
b. Masker
c. Desinfektan
d. Bulp Ripet
e. Pakaian kerja
2. APD Petugas Radiology
a. Film badge
b. Apron
c. Pakaian kerja
3. APD Petugas IPAL
a. Ear muff
b. Masker
c. Sarung tangan
d. Wear pack
e. Sepatu boot
f. Tutup kepala
4. APD Petugas Genset
a. Ear muff
b. Sarung tangan kulit tahan api
c. Wear pack
d. Sepatu boot
e. Tutup kepala
5. APD Petugas Farmasi
a. Pakaian kerja
b. Sarung tangan
c. Masker
d. Sepatu boot
28
6. APD Petugas Ruang Isolasi
a. Barak shoot
b. Sarung tangan
c. Masker

7. APD Petugas Pemeliharaan Taman


a. Pakaian kerja
b. Sarung tangan
c. Masker
d. Sepatu boot
e. Penutup kepala

8. APD Petugas Las


a. Kaca mata
b. Sarung tangan kulit tahan api
c. Wear pack
d. Sepatu boot
e. Tutup kepala
9. APD Petugas Ruang Operasi
a. Pakaian kerja
b. Sarung tangan
c. Masker
d. Alas kaki
e. Penutup kepala
10. APD Petugas Laundry
a. Pakaian kerja/barak shot plastik
b. Sarung tangan
c. Masker
d. Alas kaki
11. APD Pengolah dan Penyaji makanan
a. Pakaian kerja/celemek
b. Sarung tangan
c. Masker
d. Alas kaki / sepatu karet
e. Penutup kepala
12. APD Petugas Hemodialisa
a. Pakaian kerja
b. Sarung tangan

29
c. Masker
d. Alas kaki
13. APD Petugas IGD Umum, IGD Anak dan IGD Kandungan
a. Barak shoot
b. Sarung tangan
c. Masker
14. APD Teknisi Listrik, Air, bangunan dan Peralatan
a. Pakaian kerja
b. Sarung tangan kulit
c. Masker
d. Alas kaki / sepatu karet

30
BAB VI
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BENCANA
(MANAJEMEN EMERGENCY)

I. DEFINISI
Manajemen Emergency adalah terbentuknya suatu sistem yang siaga
terhadap ancaman bencana, mampu merespon dengan baik saat terjadinya
bencana, dapat segera memulihkan/mengembalikan situasi ke seperti keadaan
sebelum terjadinya bencana dan mampu menerapkan sktifitas pencegahan
terjadinya bencana dan mampu menerapkan aktifitas pencegahan terjadinya
bencana atau mengurangi tingkat kerusakan dari bencana yang memang tidak bisa
dihindari ( Lucus 2005).
Bencana adalah suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan
oleh alam atau manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia,
kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana
umum yang memerlukan pertolongan dan bantuan secara khusus.
Keadaan darurat adalah setiap kejadian yang dapat menimbulkan gangguan
terhadap kelancaran operasional/ kegiatan rumah sakit, yang meliputi kebakaran,
peledakan/ancaman bom, kecelakaan, gangguan keamanan, bencana alam,
keadaan darurat di ruangan, ruang bedah, ICU dll.

II. RUANG LINGKUP


Ruang lingkup dari kegiatan-kegiatan kewaspadaan bencana di Rumah Sakit
Annisa Queen, meliputi :
1. Adanya Pedoman pencegahan dan penanggulangan bencana yang dapat
digunakan bagi seluruh pegawai RS dalam mengambil langkah-langkah yang
diperlukan guna mencegah dan menanggulangi bencana di Rumah Sakit
2. Pembekalan bagi pegawai dalam menghadapi bencana
Untuk pembekalan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman pegawai
dalam penanggulangan bencana, maka diadakan pelatihan dan simulasi
penanggulangan bencana yang dilaksanakan 1 kali setiap tahunnya dan
dalam setiap pertemuan sebelum acara dimulai diadakan safety briefing.
3. Ditetapkan sistem komunikasi dalam penanggulangan bencana yaitu tatacara
penggunaan telpon, daftar nomor penting, dan kewenangan penggunaan
telepon.
Sistem komunikasi diperlukan dalam mendukung komunikasi yang
berhubungan dengan penanggulangan bencana di Rumah Rumah Sakit
Annisa Queen, dengan memakai sistem komunikasi internal dan eksternal.
31
Jaringan komunikasi internal menggunakan PABK dengan Merk
”Panasonic” dan telah terpasang diseluruh ruangan/gedung dilingkungan
Rumah Sakit
Sistem komunikasi eksternal dengan nomor telepon langsung (0261)
4892800 pejabat/ruangan yang bisa langsung berhubungan keluar adalah :
1. Direktur
2. Wakil Direktur
3. IGD
4. Ketua Tim K3RS
5. Komite Medik
6. Kepala Bidang
7. Operator
Komunikasi antar anggota K3RS melalui rapat rutin atau rapat khusus bila
dianggap perlu. Tujuannya agar komunikasi yang berhubungan dengan
K3RS di Rumah Sakit Annisa Queen dapat dilakukan secara efisien dan
bersahabat.
4. Tersedianya rambu-rambu khusus untuk jalur evakuasi pasien
5. Sarana dan prasarana mengikuti ketentuan perijinan perundang-undangan
yang berlaku.

III. TATA LAKSANA


Dalam penatalaksanaan bencana di rumah sakit perlu diketahui beberapa hal
antara lain :
1. Jenis keadaan darurat,
a. Kebakaran, yaitu suatu kejadian timbulnya asap yang tidak terkontrol/liar
yang dapat membahayakan terhadap keselamatan jiwa maupun harta
benda. Kebakaran dapat dibedakan menjadi kebakaran kecil yaitu
kebakaran yang dapat dipadamkan oleh penemu kebakaran atau bersama-
sama regu pemadam lantai/regu shift di lantai tersebut, dengan
menggunakan APAR yang tersedia di tempat tersebut.
b. Kebakaran besar yaitu kebakaran yang tidak dapat ditanggulangi oleh
karyawan dan peralatan tersebut di atas, tetapi memerlukan pengarahan
seluruh tim/karyawan yang terlibat dalam organisasi penanggulangan
keadaan darurat.
c. Kecelakaan, yaitu suatu kejadian yang tidak diinginkan yang menimpa
pasien/karyawan dan orang lain yang berada di lingkungan rumah sakit,
yang dapat menimbulkan kerugian atau cedera

32
d. Gangguan tenaga, adalah suatu gangguan teknis yang dapat menghambat/
mengakibatkan terhentinya penyaluran tenaga seperti listrik, air dan dapat
menimbulkan bahaya
e. Gangguan keamanan, adalah suatu kejadian non teknis yang mengganggu
keamanan dan menjurus kepada pengrusakan seperti huru-hara, ancaman
bom, demonstrasi liar dsb yang dapat menimbulkan bahaya.
f. Bencana alam, adalah suatu kejadian yang disebabkan oleh faktor alam,
seperti gempa bumi, angin topan, banjir dsb yang dapat menimbulkan
bahaya
g. Keadaan darurat ruangan, ruangan bedah dan ICU antara lain gagal
jantung dan gagal napas
2. Perencanaan keadaan darurat bencana
a. Tujuan :
- Melokalisir tiap keadaan darurat yang mungkin timbul dan jika
mungkin untuk meniadakannya
- Mengurangi pengaruh yang buruk dari suatu keadaan darurat terhadap
manusia, harta dan lingkungan
b. Sarana dan perencanaan keadaan darurat bencana
- Organisasi/Tim
- Sarana komunikasi : pusat komunikasi, tanda panggilan, jaringan
komunikasi, pesawat komunikasi, daftar/nomor telepon
- Peralatan : jenis, cara pemakaian, lokai penyimpanan
- Denah lokasi :
 Tempat bahan berbahaya
 Tempat peralatan keselamatan
 Sistem pemadam kebakaran dan sumber air
 Sistem pembuangan
 Pintu/jalan masuk/keluar
 Lokasi instalasi dalam hubungan dengan pemukiman sekitar
- Pengetahuan khusus tentang bahan berbahaya, resiko bahan
berbahaya, cara penanganannya/ penanggulangan
- Info meteorologis : prakiraan iklim/cuaca/arah/kecepatan angin
- Hal-hal yang berhubungan dengan kedaruratan : perawatan korban,
lokasi evakuasi

3. Penanggulangan keadaan darurat


a. Penanggulangan kebakaran
Adalah suatu upaya untuk mengatasi kejadian kebakaran yang meliputi :
33
- Melokalisisr / mencegah kemungkinan meluasnya kebakaran
- Mengevakuasi pasien/karyawan
- Penyelamatan jiwa/harta benda
b. Penanggulangan kecelakaan
- Segera menghubungi IGD
- Lakukan tindakan P3K, sementara menunggu petugas datang
- Karyawan lain yang tidak menolong korban harus tetap tenang dan
melanjutkan pekerjaan di tempat masing-masing
- Jangan menggerombol, mengerumuni korban, karena dapat
menyulitkan upaya pertolongan dab pekerjaan rutin dapat terganggu
c. Penanggulangan gangguan tenaga listrik
Segera melapor ke Instalasi Pemeliharaan Sarana. Sambil menunggu
perbaikan atau menghidupkan genset, seluruh karyawan agar ,mengikuti
petunjuk-petunjuk sebagai berikut :
- Tetap tenang dan usahakan untuk membuka gorden agar cahaya dapat
masuk
- Menunggu instruksi dari Kepala Tim
- Karyawan yang berada dalam Lift harus tetap tenang dan menunggu
bantuan dari Tim
- Tekan alrm pelapor yang terdapat di dalam Lift untuk meminta
bantuan
- Jangan berusaha untuk membuka paksa pintu Lift atau menyelamatkan
diri melalui plapon pesawat lift
d. Penanggulangan gangguan keamanan
- Ada huru-hara
 Tim keamanan memblokir/mengamankan pintu-pintu gerbang
halaman dan meningkatkan penjagaan/pengamanan halaman
 Segera hubungi/lapor kepada komandan gedung
 Karyawan lain harus tetap tenang menunggu instruksi komandan
lantai/gedung
 Lindungi pejabat-pejabat penting dari sasaran huru-hara
- Ancaman Bom
Karyawan yang mengetahui ancaman.keberadaan bom segera
melaporkamn kepada Tim keamanan dan komandan lantai. Mencatat
data-data sebagai berikut :
 Lokasi bom
 Waktu peledakan
 Jenis bom
34
 Mekanisme keberadaan bom (melalui pos atau dibawa seseorang)
- Bila terjadi kehilangan :
 Amankan tempat kejadian perkara (TKP)
 Lapor kepada SATPAM
 SATPAM mengecek ke TKP
 SATPAM mengecek barang yang hilang/kerugian
 Melapor kepada pimpinan
 Melaporkan kepada yang berwajib bila diperlukan pengusutan
lebih lanjut
- Bencana alam dan gempa bumi
 Tetap tenang dan jangan berlari-lari Padamkan pusat aliran listrik
dan gas, serta jauihi jaringan listrik
 Ketika terjadi gempa/goncangan, berlindung dibawah meja/tempat
tidur, hindari barang yang mudah jatuh
 Tunggu perintah evakuasi dari komandan, jangan segera turun saat
terjadi gempa
 Komandan gedung mengkoordinir komandan lantai dalam
melaksanakan evakuasi/komando
 Apabila sedang berada di luar/bangunan, cari tempat yang jauh
dari bangunan tinggi, dinding ataupun jaringan listrik
 Bagi yang sedang berada didalam lift segera berusaha keluar pada
lantai tingkat terdekat, dan bila mendadak berhenti antara 2 lantai
tekan tombol alarm/panggilan darurat
 Setelah kejadian gempa selesai, seluruh penghuni harus segera
berkumpul di tempat terbuka yang telah ditentukan, untuk
mendapat instruksi lebih lanjut.

IV. PENATALAKSANAAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER


PLANT)
A.DEFINISI ISTILAH DAN PEMBATASAN
1. Bencana disebut juga musibah masal adalah suatu keadaan dimana terjadi
kecelakaan atau bencana alam dan atau bencana yang dibuat oleh manusia
yang dalam waktu relative singkat terdapat korban dalam jumlah banyak,
yang tidak dapat tertanggulangi oleh hanya satu unit kerja/bagian tertentu,
sehingga harus mendapat pertolongan segera. Bencana yang dimaksud
diatas bisa berasal dari dalam/luar Rumah Sakit Annisa Queen.
2. Berbagai bencana yang menimbulkan ancaman bagi rumah sakit :
a. Bencana Internal : Kebakaran, ledakan
35
b. Bencana external minor : bencana yang melibatkan korban dalam
jumlah kecil
c. Bencana external mayor : bencana yang melibatkan korban dalam
jumlah besar
d. Bencana yang mengancam baik rumah sakit ataupun lingkungannya :
kebakaran yang besar atau dekat, banjir, ancaman bom dll
e. Bencana di lingkungan lain
3. Triase adalah tindakan pemilihan korban sesuai kondisi kesehatannya
untuk medapatkan lebel tertentu dan kemudian dikelompokan serta
mendpatka pertolongan/penanganan sesuai kebutuhan.

Korban akan terbagi dalam lima kondisi kesehatan, sebagai berikut :


a. Label Hijau
Korban yang tak memerlukan pengobatan atau pemberian pengobatan
dapat ditunda, mencakup korban dengan :
 Faktur
 Luka minor, luka bakar minor

b. Label Kuning
Korban dengan cidera yang perlu mendapatkan perawatan khusus dan
kemudian dapat dipulangkan, atau dirawat di rumah sakit atau dirujuk
ke rumah sakit lain. Yang termasuk dalam katagori ini :
 Korban dengan risiko syok ( korban dengan bangguan jantung,
trauma abdomen berat)
 Fraktur Dissable
 Fraktur femur / pelvis
 Luka bakar luas
 Gangguan kesadaran / trauma kepala
c. Label Merah
Korban dengan cidera berat yang memerlukan observasi ketat, kalau
perlu tindakan operasi. Dengan kemungkinan harapan hidup yang
masih besar dan memerlukan perawatan rumah sakit atau rujukan ke
rumah sakit lain termasuk dalam kategori ini :
 Syok oleh berbagai kausa
 Gangguan Pernapasan
 Trauma kepala dengan pupil anisokor
 Perdarahan external masal

36
d. Label Hitam
Korban yang sudah meninggal dunia. Ditempatkan terpisah dengan
diberi pembatas ruangan

4. Siaga :
Adalah suatu keadaan dimana pada waktu yang bersamaan korban di Rumah
Sakit Annisa Queen dalam jumlah besar sehingga memerlukan
penanggulangan khusus, dan dapat terjadi di dalam maupun diluar jam
kerja.
Peran siaga dari Pusat Komunikasi (dibagian Umum) harus disampaikan
langsung kepada IGD (melalui) telepon, Informasi ini harus diterima
langsung oleh perawat atau dokter jaga kemudian berkoordinasi dengan
Direktur, Wadir Pelayanan dan Ka. Bid Keperawatan keputusan
mengaktifkan rencana penanggulangan korban bencana masal di rumah
sakit akan dibuat. Setelah itu operator tlp akan memanggil/memobilisasi
tenaga penolong yang tercantum dalam daftar.
Sesuai kondisi dan kemampuan Rumah Sakit Annisa Queen, maka kondisi
SIAGA sebagai berikut :
a. Siaga I :
 Jumlah korban yang masuk sampai 5orang
 Tenaga dokter dan perawat masih dapat dipenuhi oleh tenaga yang sedang
bertugas rutin saat itu dan bila perlu bisa dibantu supervisor
b. Siaga II :
 Jumlah korban yang masuk antara 5-10 orang
 Tenaga dokter yang berdinas saat itu ditambah seorang dokter jaga yang
tidak sedang berdinas
 Tenaga perawat yang berdinas di IGD saat itu ditambah mobilisasi perawat
dari ruangan
c. Siaga III :
 Jumlah korban yang masuk antara 10-15 orang
 Tenaga dokter yang berdinas ditambah semua dokter jaga Rumah Sakit
Annisa Queen
 Tenaga perawat yang berdinas saat itu ditambah semua perawat IGD Rumah
Sakit Annisa Queen
 Ruangan masih dapat ditampung di dalam ruangan yang ada di IGD
d. Siaga IV :
 Jumlah korban yang masuk lebih dari 20 orang
 Tenaga dokter yang berdinas ditambah semua dokter umum yang ada di
Rumah Sakit Annisa Queen

37
 Tenaga Perawat semua Perawat IGD baik yang berdinas maupun yang
sedang libur kalau diperlukan ditambah perawat ruangan lain yang sedang
tidak dinas
 Ruangan perlu perluasan dengan membuat area perawatan ditempat
parkir

B. BENCANA DI LUAR RUMAH SAKIT


Adalah bencana yang terjadi di luar rumah sakit, lingkungan sekitar rumah sakit,
dimana terjadi kekurangan petugas rumah sakit dalam mengatasi korban bencana
yang dibawa ke rumah sakit.
I. METODOLOGI
Tindakan yang akan dilakukanoleh Rumah Sakit Annisa Queen bila terjadi
bencana di luar Rumah Sakit adalah bersikap Aktif dan bersikap Pasif.
1. Aktif
Yang dimaksud bersikaf aktif adalah apabila para korban bencana dibawa
ke Rumah Sakit Annisa Queen untuk mendapat pertolongan medis. Dalam
hal ini Rumah Sakit Annisa Queen akan mengaktifkan sustem siaga sesuai
dengan jumlah korban yang datang. Dan semua korban ditangani melalui
proses Triase dalam keadaan bencana. Keadaan ini akan dilakukan oleh
Tim Penanggulangan Bencana Rumah Sakit.
2. Pasif
Rumah Sakit Annisa Queen bersifat pasif atau menunggu informasi dan
instruksi dari Instansi terkait seperti Dinkes atau Kanwil Depkes dalam
menghadapi bencana yang terjadi di luar rumah sakit, dimana para korban
tidak dibawa ke Rumah Sakit Annisa Queen melainkan ke rumah sakit lain
yang telah ditentukan oleh instansi yang berwenang tersebut.

II. ORGANISASI TIM PENANGGULANGAN BENCANA


Tim Penanggulangan Bencana berlaku sebagai organisasi dalam keadaan
SIAGA apabila setelah Rumah Sakit Annisa Queen dinyatakan dalam
keadaan SIAGA dengan demikian selanjutnya seluruh petugas yang telah
ditentukan langsung dan segera bertugas dilokasi tugasnya masing-masing.
Susunan Keanggotaan Tim Penanggulangan Bencana Rumah Sakit Annisa
Queen sesuai dengan fungsi dan peran masing-masing.
Dalam mengantisifasi terjadinya bencana diluar jam kerja, maka Tim
Penanggulangan Bencana Rumah Sakit Annisa Queen di luar jam kerja,
hanya bersifat sementara akan bertugas sesuai fungsinya, sampai
penanggung jawab sesungguhnya atau staf yang sebenarnya hadir/
mengambil alih tugas.
38
III. PENGERAHAN PETUGAS
Semua petugas yang ditunjuk sebagai penanggung jawan kegiatan bencana
di luar jam kerja adalah penanggung jawab sementara, sampai penanggung
jawab sesungguhnya atau staf yang ditunjuk tiba dilokasi.

Mobilisasi Internal/Petugas Rumah Sakit


Petugas IGD yang diberangkatkan ke lokasi bencana harus segera
digantikan dengan petugas dari keperawatan lain. Petugas dari bagian lain
juga harus membantu mempersiapkan ruangan yang akan dipergunakan
untuk menampung korban bencana masal tersebut.
Mobilisasi Sentripetal Petugas Rumah Sakit
Bantuan harus diberikan kepada Unit-unit dalam Penanggulangan Bencana
Rumah Sakit Annisa Queen, yaitu Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Bedah
Sentral, Instalasi Laboratorium, Radiology, Instalasi Perawatan Intensif dan
petugas-petugas lain seperti Kepala Instalasi, petugas Gizi, ruang Laundry,
petugas Cleaning Service, petugas keamanan dan operator harus pula
dimobilisasi. Untuk meningkatkan efisiensi, pemberian bantuan ini harus
direncanakan secara seksama dan dengan penekanan untuk melakukan
pergantian yang cepat petugas yang berdinas di lokasi yang paling
terekpos/sibuk. Hal ini akan mencegah tidak tergantikannya petugas pada
unit-unit tersebut selama penanganan bencana masal dan memperlancar
pengembalian petugas ke pekerjaan rutin setelah bekerja di unit penanganan
bencana masal.

a. Pos Komando di Rumah Sakit


Rumah sakit harus menyediakan satu ruangan yang akan difungsikan
sebagai Pos Komando selama bencana masal terjadi. Sebaiknya ruangan
ini sudah dilengkapi dengan radio dan telepon atau telah dipersiapkan
untuk pemasangan alat komunikasi tersebut. Ruangan ini harus mudah
ditemukan/dicapai dan cukup untuk menampung hingga 10 orang
petugas.
Tim Inti dari Pos Komando di Rumah Sakit Annisa Queen
 Direktur Rumah Sakit
 Wadir Pelayanan
 Wadir Umum dan Keuangan
 Ka. Bid Pelayanan Medis
 Ka. Bid keperawatan
39
 Ka. Bid Umum dan Kepegawaian
 Ka. Bid Penunjang Pelayanan Medis
 Ka. Bid Program
 Ka. Sub. bag Umum dan Perlengkapan
 Instalasi Humas

b. Pimpinan Siaga
Didalam jam kerja : Ka. Instalasi Gawat Darurat
Diluar jam kerja : Dokter jaga yang sedang bertugas
Keadaan siaga penanggung jawab bencana langsung dikendalikan oleh
ketua Pelaksanan Tim Penanggulangan Bencana Rumah Sakit Annisa
Queen dibantu oleh staf yang ditunjuk di luar jam kerja pimpinan
sementara dikendalikan oleh Dokter Jaga IGD sampai Ketua Pelaksana
atau staf yang ditunjuk tiba di Rumah Sakit Annisa Queen.
Tugas :
1) Menentukan tingkat bencana
2) Memimpin koordinasi segenap unsure yang dilihat
3) Memberikan informasi kepada aparat yang berwenang
Penyampaian informasi resmi yang berkaitan dengan Hospital
Disaster Plan oleh Direksi atau Ka. Bid Keperawatan.

c. Pimpinan Unsur Pelayanan Medik


Didalam jam kerja : Wadir Pelayanan
Diluar jam kerja : Dokter jaga IGD yang sedang bertugas
Tugas :
Memimpin segala urusan medis dalan pengnggulanagn korban, yang
terdiri dari para dokter dan semua petugas penunjuang medic.
1. Pj. Mobilisasi Tenaga Medis
Didalam jam kerja : Ka. Bid. Pelayanan
Diluar jam kerja : Dokter jaga IGD yang sedang bertugas
Tugas :
a. Menyediakan tenaga medis sesuai kebutuhan tingkat siaga dan
kasus, agar tercukupi dalam jumlah setiap jenis spesialisasinya
b. Mengatur penambahan/penarikan atau penempatan tenaga medis
agar dengan jumlah tenaga yang ada korban tetap dapat ditangani
c. Mengumpulkan dan mencatat rekapitulasi mengenai data yang
ditangani di Rumah Sakit Annisa Queen

40
d. Memberikan Informasi kepada korban dan atau keluarga untuk
memberikan ketenangan
e. Mempersiapkan data lengkap yang dibutuhkan Direktur Rumah
Sakit Annisa Queen untuk disampaikan kepada pihak yang
berwenang

2. Penanggung jawab Triase


Didalam jam kerja : Ka. Instalasi Gawat Darurat
Diluar jam kerja : Dokter jaga IGD yang sedang bertugas
Lokasi : RUANG TRIASE IGD
Tugas :
a. Melaksanakan Triase Korban
b. Evaluasi lengkap data/administrasi setelah selesai keadaan siaga

3. Penanggung jawab Ruang Label Hijau


Didalam jam kerja : Dokter yang biasa bertugas di Rawat Jalan
Umum
Diluar jam kerja : Pj. Shift Perawat IGD
Lokasi : Ruang Depan Rawat Jalan Umum
Tugas :
a. Pemeriksaan ulang menentuka tingkat triase korban
b. Memberikan pelayanan kesehatan yang diperlukan
c. Mencatat identitas korban
d. Evaluasi lengkap data/administrasi setelah selesai keadaan siaga

4. Penanggung jawab Ruang Label Kuning


Didalam jam kerja : Dokter yang biasa bertugas di Rawat Jalan
Umum
Diluar jam kerja : Perawat Jaga IGD
Lokasi : Ruang Poli VIP
Tugas :
a. Pemeriksaan ulang menentuka tingkat triase korban
b. Memberikan pelayanan kesehatan yang diperlukan (perawatan
luka, penjahitan luka dll)
c. Mencatat identitas korban
d. Evaluasi lengkap data/administrasi setelah selesai keadaan siaga

41
5. Penanggung jawab Ruang Label Merah
Didalam jam kerja : Dokter penanggung jawab ICU
Diluar jam kerja : Pj. Shif perawat ICU
Lokasi : Ruang IGD
Tugas :
a. Pemeriksaan ulang menentuka tingkat triase korban
b. Memberikan pelayanan kesehatan yang diperlukan (Mencatat
identitas korban
c. Menentukan korban yang memerlukan perawatan di Rumah
Sakit Annisa Queen atau transfer ke rumah sakit lain, setelah
kondisi pasien relative stabil
d. Menentukan korban yang memerlukan tingkat operasi
e. Mencatat semua identitas korban
f. Evaluasi lengkap data/administrasi setelah selesai keadaan siaga

6. Penanggung jawab Kamar Operasi


Didalam jam kerja : Kepala Instalasi Bedah Sentral
Diluar jam kerja : Pj. Shif perawat ICU
Tugas :
a. Mempersiapkan kamar operasi jika diperlukan dengan mengatur
jadwal operasi
b. Mempersiapkan tenaga perawat kamar operasi
c. Mempersiapkan alat kesehatan kamar operasi untuk siap
digunakan
d. Mencatat semua identitas korban
e. Evaluasi lengkap data/administrasi setelah selesai keadaan siaga

7. Penanggung jawab Farmasi


Didalam jam kerja : Kepala Instalasi Farmasi
Diluar jam kerja : Pj. Shif Asisten Apoteker Jaga
Tugas :
a. Melayani segala kebutuhan obat dan alat kesehatan semua unit
kerja
b. Evaluasi lengkap data/administrasi setelah selesai keadaan siaga
c. Mencatat identitas korban

8. Penanggung jawab Radiology


Didalam jam kerja : Kepala Instalasi Radiology

42
Diluar jam kerja : Pj. Shift Radiografer Jaga
Tugas :
a. Memberikan pelayanan kesehatan bagi korban yang terkait
dengan pemeriksaan radiology
b. Evaluasi lengkap data/administrasi setelah selesai keadaan siaga
c. Mencatat identitas korban

9. Penanggung jawab Laboratorium


Didalam jam kerja : Kepala Instalasi Laboratorium
Diluar jam kerja : Pj. Shift Laboratorium
Tugas :
a. Memberikan pelayanan kesehatan bagi korban yang terkait
dengan pemeriksaan Laboratorium
b. Evaluasi lengkap data/administrasi setelah selesai keadaan siaga
c. Mencatat identitas korban

d. Pimpinan Unsur Pelayanan Keperawatan


Didalam jam kerja : Kepala Bid. Keperawatan
Diluar jam kerja : Perawat Jaga (Penyelia)
Tugas :
Koordinasi semua unsure keperawatan dalam penanggulangan bencana
1. Penanggungjawab Mobilisasi Tenaga Keperawatan
Didalam jam kerja : Ka. Sie ……. Perawatan
Diluar jam kerja : Perawat Jaga (Penyelia)
Tugas :
Mobilisasi tenaga perawat dari seluruh ruangan sesuai dengan
kebutuhan dan tingkat keterampilan untuk ditempatkan sesuai
dengan ruang label

2. Penanggungjawab Ruang Perawatan


Didalam jam kerja : Ka. Instalasi Rawat inap
Diluar jam kerja : Perawat Jaga (Penyelia)

Tugas :
a. Mempersiapkan ruang perawatan bagi korban yang harus dirawat
di Rumah Sakit Annisa Queen

43
b. Berkoordinasi dengan unit kerja terkait untuk mempersiapkam
dan mendistribusikan seluruh linen dan gizi (makanan) sesuai
dengan kebutuhan tiap ruangan

e. Penanganan Unsur pelayanan Administrasi


Didalam jam kerja : Wadir Umum dan Keuangan
Diluar jam kerja : MOD

Tugas :
Koordinasi semua unsure pelayanan administrasi
1. Penanggungjawab Mobilisasi Tenaga Cadangan Non Medis
Didalam jam kerja : Ka. Bag. Umum dan Kepegawaian
Diluar jam kerja : Komandan Regu
Tugas :
Mobilisasi tenaga non medis yang berada di lingkungan Rumah
Sakit Annisa Queen untuk siap dan kemudian ditempatkan sesuai
dengan kebutuhan
2. Penanggung jawab Keamanan
Didalam jam kerja : Kepala Sub. Bag. Umum dan
Perlengkapan
Diluar jam kerja : Komandan Regu
Tugas :
a. Mengatur kelancaran kendaraan keluar masuk membawa korban
b. Mengatur area parkir sehingga tidak mengganggu arus kendaraan
yang membawa korba saat evakuasi
c. Menjaga keamanan dan ketertiban seluruh area korban
3. Penanggung jawab Pemeliharaan Sarana
Didalam jam kerja : Kepala IPSRS
Diluar jam kerja : Teknisi Jaga
Tugas :
a. Menjamin aliran listrik dan air bersih tetap tersedia selama
kondisi siaga
b. Menjaga aliran gas medis tetap tersedia dan lancer

4. Penanggung jawab Transfortasi


Didalam jam kerja : Kepala Sub. Bag. Umum dan
Perlengkapan
Diluar jam kerja : Komandan Regu

44
Tugas :
Mempersiapkan semua ambulance dan kendaraan angkutan lainnya
agar dapat dipergunakan setiap waktu untuk atar jemput korban dan
tenaga medis/perawat dan lain-lain.
5. Penanggung jawab Konsumsi
Didalam jam kerja : Kepala Instalasi Gizi
Diluar jam kerja : Komandan Regu

Tugas :
a. Berkoordinasi dengan Ruang Perawatan untuk menyiapkan
dapur dalam penyediaan makanan bagi korban di ruang
perawatan sesuai kondisi korban
b. Berkoordinasi denga semua penanggungjawab panitia bencana
untuk menyiapkan makanan bagi tenaga rumah sakit yang
bertugas selama siaga.

6. Penanggung jawab Keuangan


Didalam jam kerja : Kepala Bag. Keuangan
Diluar jam kerja : Petugas Kasir Jaga
Didalam penanggulangan bencana dibutuhkan dana, besar kecilnya
dana yang harus dikeluarkan tergantung besar kecilnya bencana dan
besar kecilnya korban yang timbul dalam bencana tersebut
Tugas :
Pendataan lengkap semua biaya yang dikeluarkan untuk
penanggulangan bencana

IV. PERENCANAAN LOGISTIK


Kebutuhan obat, alat-alat kesehatan, makanan dan lain-lain harus disiagakan
di bawah koordinasi dan pimpinan dari ketua Tim Penannggulangan
Bencana yang dalam hal ini dipimpin oleh Direktur Rumah Sakit Annisa
Queen.
Perencanaan meliputi :
1. Siap untuk mensuplai kebutuhan tiap ruangan
2. Memiliki List terbaru dari supplier yang dapat mengirim dengan cepat
kebutuhan obat dan barang-barang yang dibutuhkan
3. Peyiapan persiapan persediaan obat-obatan gawat darurat
4. Tersedianya petugas untuk mengatur obat setiap waktu obat dibutuhkan

45
5. Penyimpanan makanan pada saat bencana dan mempertahankan
persediaan makanan untuk pasien dan petugas
Semua dana yang diperlukan dalam kegiatan ini harus dibuatkan laporan
pertanggungjawabannya.

V. PERENCANAAN TRANSPORTASI
Transfortasi diperlukan untuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
pengadaan obat dan alkes, penjemputan para pejabat atau panitia
penanggulangan bencana, evakuasi korban, merujuk pasien dll yang
berhubungan dengan kegiatan penanggulangan bencana.
Seluruh unit mobil ambulans dan sepeda motor yang dimiliki Rumah Sakit
Annisa Queen harus disiagakan termasuk dibawah komando Ka. Bag
Umum dan Kepegawaian/Komandan Regu.

VI. PELAPORAN
Selama kegiatan penanggulangan bencana, setiap penanggung jawab
bencana melaporkan kegiatan yang telah dilakukan kepada ketua Tim
Penanggulangan Bencana . Adanya kejadian atau masalah yang baru dalam
bencana juga harus segera dilaporkan. Hal ini berguna untuk keperluan
informasi baik di dalam maupun ke luar rumah sakit dan juga berguna untuk
menentukan tingkat siaga selanjutnya.

C. BENCANA DI DALAM RUMAH SAKIT


I. UPAYA PREVENTIF
Agar terhindar dari bencana yang tidak diinginka, maka beberapa hal yang
harus dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Bekerja sesuai prosedur
Setiap petugas yang bekerja harus memperhatikan rambu-rambu tanda
bahaya yang ada , perlakukan barang yang menjadi objek kegiatan sesuai
prosedur yang ada, agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan dirinya
atau orang lain. Seperti terjadinya kebakaran yang berasal dari gas, bahan-
bahan kimia atau bahan yang mudah meledak atau terbakar, begitupun
penanganan makanan harus dilakukan sesuai prosedur untuk mencegah
terjadinya keracunan makanan yang berasal dari dapur Rumah Sakit
Annisa Queen.

46
2. Pelatihan
Pelatihan merupakan media yang sangat baik dalam upaya penanggulangan
bencana, kegiatan pelatihan harus selalu diadakan setahun sekali dan
meliputi seluruh karyawan yang bekerja di Rumah Sakit Annisa Queen.
Pelatihan yang harus diadakan adalah :
a. Pelatihan Kebakaran
Seluruh karyawan Rumah Sakit Annisa Queen harus bersedia dan
aktif mengikuti pelatihan kebakaran yang bekerjasama dengan Dinas
Kebakaran. Dengan adanya pelatihan ini diharapkan semua staf siap
mengantisipasi dan mencegah terjadinya kebakaran yang besar agar
tidak menimbulkan kerugian atau korban yang lebih besar.
b. Pelatihan Evakuasi
Pelatihan evakuasi juga harus dilakukan setahun sekali seperti
pelatihan kebakaran, dalam pelatihan ini para karyawan baik medis
maupun non medis akan diberikan pengetahuan dan praktek mengenai
teknik-teknik evakuasi dan prosedur evakuasi yang harus dilakukan.

D. UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA YANG SUDAH TERJADI


Bencana yang terjadi di dalam Rumah Sakit Annisa Queen dapat dibagi menjadi
2 hal yaitu :
1. Bencana yang tidak memerlukan evakuasi
Penanganan korban bencana yang terjadi di dalam Rumah Sakit Annisa
Queen tetap melalui proses triase dengan system penanganan yang sama
seperti pada penanganan korban yang datang dari luar Rumah Sakit Annisa
Queen
2. Bencana yang memerlukan evakuasi
Apabila bencana yang terjadi di dalam dapat menyebabkan kerusakan
bangunan serta mengancam keselamatan semua orang yang berada di Rumah
Sakit Annisa Queen, maka harus segera dilakukan evakuasi.

E. EVAKUASI
1. Evakuasi adalah proses pemindahan korban dari lokasi ke tempat lain yang
aman atau untuk mendapatkan pertolongan medis yang lebih baik atau lebih
lengkap.
Korban dapat merupakan pasien, karyawan maupun pengunjung Rumah Sakit
Annisa Queen ;

47
Alasan Evakuasi :
a. Untuk memindahkan pasien atau staf dari tempat dimana bahaya
mengancam
b. Untuk mempersiapkan tempat tidur bagi korban kecelakaan yang
memerlukan
Pelaksanaandari penanganan bencana internal :
a. Pasien harus segera dipindahka dari tempat yang berbahaya ke tempat
yang aman
b. Keputusan seberapa luas rencana dilakukan akan ditentukan oleh petugas
yang berwenang
c. Pendataan/pengabsenan akan dilaksanakan sebelum, selama dan sesudah
evakuasi jika memungkinkan.
2. Anggota Tim Evakuasi
a. Petugas perawat jaga di semua ruang perawatan
b. Staf SDM /kepegawaian dibantu oleh semua staf administrasi (diluar jam
kerja semua staf administrasi yang tugas jaga)
3. Prosedur Evakuasi pada penanganan bencana
a. Perawat jaga ruangan mendengarkan pemberitahuan adanya bencana dan
perintah evakuasi dari pimpinan siaga
b. Dalam kondisi kebakaran atau bencana internal lainnya, semua pasien
atau staf rumah sakit harus segera dipindahkan ketempat berkumpul
darurat atau ke tempat lain yang aman di rumah sakit atau dikeluarkan
dari rumah sakit
c. Pemindahan pertama dilakukan ketempat yang aman dalam lantai yang
sama, lalu jika area tersebut dianggap tidak aman, dilakukan pemindahan
kelantai bawahnya atau dikeluarkan dari gedung
d. Pemindahan harus secara sistematis dengan memindahkan pasien dan staf
yang lebih dekat dengan area yang berbahaya terlebih dahulu
e. Setiap bagian dalam gedung harus diberi tanda. Pastikan pintu yang
menghubugkan dengan area yang terbakar selalu tertutup rapat sewaktu
pindah dari satu bagian ke bagian lainnya
f. Jangan mencoba untuk evakuasi dari gedung “saat” terjadinya bencana
gempa

4. Tindak lanjut
Setelah semua pasien dan korban akibat bencana tersebut sudah terkumpul di
tempat berkumpul darurat yang aman, Ketua Tim Penangggulangan Bencana

48
mengatur pengiriman pasien dan korban ke rumah sakit terdekat atau ke
rumah sakit rujukan seperti RS Hasan Sadikin Bandung.

G. ORGANISASI
Organisasi penanganan bencana di Rumah Sakit Annisa Queen diatur sesuai
dengan kebijakan direktur sebagai berikut :

STRUKTUR ORGANISASI PENANGGULANGAN BENCANA


(DISASTER PLAN)

No Nama Jabatan Tim Penanggung Jawab Penanggung jawab


Penanggulangan di dalam Jam kerja sementara dim luar jam
Bencana kerja
1 Ketua Umum Direktur MOD
2 Wakil Ketua Umum Wadir Pelayanan MOD
3 Keta Pelaksana Ka. Instalasi Gawat Dokter Jaga IGD
Darurat
4 Pimpinan Pelayanan
Medik : Wadir Pelayanan Dokter jaga IGD
a. Pj. Mobilisasi Ka. Bid Yan Med Dokter Jaga IGD
Tenaga Medik
b. Pj . Ruang Triase Ka. IGD Dokter Jaga IGD
c. Pj. Ruang Label Dokter Rawat Jalan Pj. Shif IGD
Hijau Dokter Rawat Jalan Pj. Sfif IGD
d. Pj Ruang Label Ka. Inst. ICU Pj. Shif ICU
Kuning Ka. IBS Pj. Shif IBS
e. Pj. Ruang Label Ka. Instl. Pj. Shif Asisten
Merah FarmasiKa. Inst. Apoteker
f. Pj. Kamar Operasi Radiology Pj. Shif Radiology
g. Pj. Farmasi Ka. Inst Pj. Shif Laboratorium
h. Pj. Radiology Laboratorium
i. Pj. Laboratorium
5 Pimpinan Pelayanan Ka. Bid MOD
Keperawatan Keperawatan
a. Pj. Mobilisasi tenaga MOD
perawat Ka. Sie Mutu
b. Pj. Persiapan ruang Keperawatan MOD

49
rawat Ka. IRNA
6 Pimpinan Pelayanan Wadir Umum dan MOD
Administrasi Keuangan
a. Pj. Tenaga Cadangan Ka. Bag Umum dan Komandan Regu
Non Medis Kepegawaian
b. Pj. Keamanan Ka.Sub. Bag Umum Komandan Regu
c. Pj. Pemeliharaan Ka. IPSRS Teknisi Jaga
sarana Pj. Kendaraan Komandan Regu
d. Pj. Transfortasi Ka. Instl Gizi Pj. Shif Gizi
e. Pj. Konsumsi Ka. Bid keuangan Kasir
f. Pj. Keuangan

H. DOKUMENTASI
Pencatatan & Pelaporan
Ketua Tim penanggulangan/penyelamatan bencana segera melaporkan seluruh
kejadian bencana kepada Direktur Rumah Sakit Annisa Queen
Ketua Tim Penanggulangan/penyelamatan bencana mengidentifikasi penyebab
bencana, kerusakan ruangan/bangunan serta dampak terjadinya bencana, sampai
situasi aman dan terkendali.

50
BAB VII
PENANGANAN KEBAKARAN DAN EVAKUASI

I. DEFINISI

1. Kebakaran
Adalah suatu bencana yang diakibatkan oleh api kecil atau besar yang
tidak dikehandaki dan tidak dapat dikendalikan.
2. Evakuasi
Adalah upaya penyelamatan pada pasien di Rumah Sakit Annisa Queen
dari ancaman bahaya kebakaran.
3. Penyebab
Penyebab kebakaran adalah api yang terjadi melalui proses Oksidasi yang
timbul oleh
 Manusia
o Tidak sengaja
 Kelalaian
 Kecerobohan
 Ketidakmengertian
o Disengaja
 Peperangan
 Balas dendam
 Alam
o Petir
o Gunung meletus
o Gempa bumi
 Penjalaran sendiri
4. Akibat
Munculnya kerugian :
1. Meteril : harta benda
2. Immateril : jiwa, keresahan, produksi, lingkungan & keamanan

II. RUANG LINGKUP


1. PETUNJUK UMUM
Syarat keselamatan kerja yang berhubungan dengan Penanggulangan
Kebakaran secara jelas telah digariskan dalam UU No. 1 tahun 1970 antara
lain :
a. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
51
b. Penyediaan sarana, jalan untuk menyelamatkan diri
c. Pengendalian asap, panas dan gas
d. Melakukan latihan bagi semua karyawan
Rumusan tersebut di atas dengan pendekatan teknis dapat dijabarkan sebagai
berikut :
a. Tindakan pencegahan agar tidak terjadi kebakaran dengan cara
mengeliminir atau mengendalikan berbagai bentuk perwujudan energi
yang digunakan, hendaknya diprioritaskan pada masalah-masalah yang
paling menonjol dalam statistik penyebab kebakaran
b. Tindakan dalam rangka upaya mengurangi tingkat keparahan, resiko
kerugian yang terjadi maupun jatuh korban jiwa dengan cara melokalisasi
atau kompartemenisasi agar api, asap dan gas tidak mudah meluas ke
bagian yang lain
c. Penyediaan alat atau Instalasi proteksi kebakaran seperti sistem
deteksi/alarm kebakaran dan Alat Pemadam Api Ringan, Hydran,
Springkler atau Instalasi khusus yang handal dan mandiri melalui
perencanaan dan pemeliharaan sesuai ketentuan standar.
d. Tersedianya sarana jalan untuk penyelamatan diri yang aman, lancar dan
memadai sesuai jumlah orang dan bentuk konstruksi bangunan.
e. Terbentuknya organisasi Tanggap Darurat untuk menanggulangi bila
terjadi bahaya kebakaran.
Tugas-tugas pembinaan dan pengawasan keselamatan kerja di bidang
penanggulangan kebakaran seperti uraian tersebut di atas harus dilakukan
secara profesional oleh pegawai dan dengan menjalin kerjasama yang
harmonis dengan Instansi/Dinas terkait.

2. ORGANISASI
Mengingat bahwa Rumah Sakit Annisa Queen memiliki sejumlah
kemungkinan untuk terjadi bencana dan kebakaran. Maka Direktur
membentuk suatu tim penanggulangan / penyelamatan bencana dan kebakaran
yang terdiri dari :

Penanggungjawab : Direktur Rumah Sakit Annisa


Queen
Ketua Tim Penanggulangan/
Penyelamatan Kebakaran : Wadir Pelayanan

A. Koordinator Umum : Ketua Tim K3RS

52
Supervisor Evakuasi Ruangan : Wk. Ketua Tim K3RS
SupervisorPemadaman Kebakaran : Koordinator SATPAM
Supervisor PPPK/Pos Pertolongan : IGD
Supervisor POSKO : Ka. Bag Umum dan Kepegawaian
Supervisor Generator/Control Room : IPSRS

B. Koordinator Khusus (Pemadaman Kebakaran Langsung)


1. Gedung Perawatan Pasien
 Ketua tim : Ka. Ruangan / Pj Perawat jaga
 Pj. Pemadaman
Kebakaran/bencana : SATPAM dan Perawat yang berdinas
 Pj. Evakuasi : Perawat yang berdinas

2. Gedung Administrasi
 Ketua tim : Ka. Bag Umum dan Perlengkapan
 Pj. PemadamanKebakaran/bencana : SATPAM
 Pj. Evakuasi : Humas

3. Gedung IGD
 Ketua tim : Ka. IGD/ Pj Dokter Jaga
 Pj. Pemadaman Kebakaran/bencana: SATPAM dan Perawat jaga
 Pj. Evakuasi : Perawat yang berdinas

4. Gedung Pelayanan Penunjuang (Laboratorium, radiology, Farmasi,


Logistik, Sanitasi, IPSRS, Giz, CSSDi)
 Ketua tim : Ka. Instalasi masing-masing
 Pj. Pemadaman
Kebakaran/bencana : SATPAM dan Petugas yangberdinas
 Pj. Evakuasi : Petugas yang berdinas

5. Gedung (IBS, Ponek)


 Ketua tim : Ka. Instalasi masing-masing
 Pj. Pemadaman Kebakaran/bencana : SATPAM dan petugas yang
berdinas
 Pj. Evakuasi : Petugas yang berdinas

53
III. TATA LAKSANA
A. Saat Tidak Ada Bencana
Pada saat tidak ada bencana, Penanggung Jawab Penanggulangan
Kebakaran Rumah Sakit Annisa Queen bertanggung jawab untuk
mengkoordinasikan tugas-tugas sebagai berikut:
1. Menyusun rencana strategi pengamanan kebakaran dan bencana
2. Mengusulkan dan mempersiapkan fasilitas dan peralatan yang
diperlukan yang terdiri dari :
a) Kelengkapan Penolong (Rescuer) :
b) Kelengkapan bangunan :
 Pintu ruangan
 Pintu dan tangga Darurat
 Koridor/ jalan landai
 Penerangan arah jalan keluar & petunjuk jalan
 Telephone Darurat
 Generator Darurat (Genset)
 Fire alarm system
 Tempat panampungan
c) Kelengkapan peralatan diluar bangunan
Tambang-tambang untuk :
 Terpal peluncur (sliding roll)
 Tangga gantung
 Jumping sheet
3. Mengadakan pelatihan – pelatihan pemadaman / penyelamatan kebakaran
secara periodik, minimal 1 tahun sekali untuk menyiapkan SDM yang
trampil, mempunyai pengetahuan tentang kebakaran serta sikap yang
siap melaksanakan tugasnya dengan baik.
4. Mengadakan pemeriksaan secara berkala ruang-ruang yang menyimpan
bahan-bahan atau peralatan yang mudah terbakar/meledak. Minimal 1
tahun sekali
5. Melakukan pemeriksaan dan pemeliharaan sarana pengamanan,
pencegahan kebakaran.

B.Pada saat terjadi bencana dan kebakaran


Apabila terjadi bencana dan kebakaran koordinasi penanggulangan
kebakaran/ bencana ruangan/ gedung melaksanakan tugasnya masing-
masing dengan mengikuti prosedur sebagai berikut :

54
1. Bunyikan Tanda Peringatan
a) Jangan panik, usuhakan tenang
b) Bunyikan alarm tanda kebakaran /tanda-tanda lain melaui telephone
darurat atau alat komunikasi lainnya.
c) Matikan aliran listrik, gas dan aliran bahan bakar lainnya.
d) Pergunakan alat Pemadam Kebakaran Api Ringan (APAR) dengan
cepat, aman dan tepat.
e) Hubungi pimpinan Tim Penanggulangan Kebakaran Rumah Sakit
Annisa Queen
f) Umumkan peristiwa kebakaran kepada penghuni bengunan melalui
sound system dengan nada yang tidak membuat orang panik,
misalnya : “ Pengumuman ................... pengumuman, dineritahukan
bahwa telah terjadi kebakaran di Ruangan X, dimohon kepada para
penghuni & karyawan agar waspada & tidak meninggalkan tempat,
serta selalu mengikuti petunjuk – petunjuk dari petugas/perawat “
(diumumkan berulang – ulang)
g) Hubungi Petugas Dinas Kebakaran melalui No. ........ atau melalui
kurir
Sebut :
 Nama Penelepon
 Alamat
 Nomor telephone yang dipakai
 Apa yang terbakar
 Lokasi/dimana
2. Pemadaman Kebakaran
Pgj. Pemadam kebakaran ruangan/gedung segera memadamkan
kebakaran melalui beberapa tahap, yaitu :
a) Api Kecil
Pada tahap kebakaran masih kecil, tindakan pemadaman kebakaran
cukup menggunakan peralatan yang sederhana seperti kain, karung
basah atau cukup dengan disiram air.
b) Api sedang
Ketika kebakaran agak membesar, petugas, perawat dapat
menggunakan alat pemadaman api ringan (APAR) yang sesuai
dengan jenis kebakaran.
c) Api besar
Sewaktu api besar dan tidak bisa dikuasai dengan APAR segera
gunakan hose reel dari box hydrant.
55
3. Pengawasan
Pgj.evakuasi ruangan bersama dengan katua tim penanggulanagn
kebakaran ruangan/gedung mengawasi pasien/penghuni ruangan di
ruangannya masing-masing dan menjaga agar tidak timbul kepanikan
4. Kegiatan Tim
Semenatara tindakan pemadaman mulai menggunakan APAR dan hose
reel. Ketua tim penanggulangan/penyelamatan kebakaran mengkoordinir
tugas-tugas lain yang bersifat umum :
a) Menyiapkan Pos Komando (POSKO)
b) Menyiapkan tempat penampungan dan pos pertolongan darurat.
c) Mengadakan koordinasi dengan petugas dinas pemadamn kebakaran
yang datang dan bagian lainnya yang terkait.
d) Memberikan informasi kepada unit /bagian terkait.
5. Melaksanakan Evakuasi
Evakuasi adalah upaya penyelamatan pada pasien di Rumah Sakit Annisa
Queen dari ancaman bahaya kebakaran.
a) Persiapan
 Pada saat api membesar, dibawah pengawasan ketua tim
pemadaman kebakaran ruangan, para penghuni ruangan
(pasien/karyawan) mengadakan persiapan untuk
mengadakan evakuasi.
 Para penghuni (pasien/karwayan) menunggu petunjuk –
petunjuk dan perintah dari Pgj. Evakuasi
 Ketua tim pemadaman kebakaran ruangan selalu
memonitor situasi kebakaran & selalu berhubungan dengan
POSKO.
 Ketua tim & Pgj evakuasi peran kebakaran ruangan harus
mengetahui jumlah keadaan penghuni (pasien/keryawan)
yang ada diruangannya.
b) Pelaksanaan
 Perintah evakuasi dikeluarkan oleh ketua Tim
penanggulangan / penyelamatan kebakaran Rumah Sakit
Annisa Queen melalui sound System atau peralatan
komunikasi lainnya kepada para pimpinan kebakaran
ruangan.

56
 Pelaksanaan perintah evakuasi dilaksanakan sewaktu api
semakin membesar dan sulit diatasi, bahkan diduga akan
menjalar ke ruangan-ruangan lainnya.
 Setelah mendapat perintah, langkah yang harus diambil
oleh ketua tim pemadaman kebakaran membagi tugas
dengan Pgj.evakuasi & Staf yang ada antara lain :
o Membimbing para pasien yang bisa berjalan
menuju daerah yang aman melalui tangga/pintu
darurat menuju tempat penampungan.
o Membawa pasien yang gawat dengan menggunakan
fasilitas yang ada (balankard/rosstole)/dengan TT
mobilenya menuju tempat penampungan.
o Tetap menjaga pasien agar tidak panik
o Ketua peran kebakaran ruangan memeriksa seluruh
ruangan untuk menyakinkan bahwa pasien benar-
benar telah meninggalkan & mengosongkan
ruangannya. Kirimkan berita ke POSKO tentang
situasi ruangan dan para pasiennya.
o Sebelum meninggalkan ruangan, ketua peran
kebakaran baru menuju tangga/pintu darurat
sebagai peserta evakuasi terakhir.
o Pengawas evakuasi mengendalikan pelaksanaan
evakuasi serta tahapan-tahapan pelaksanaan
evakuasi
6. Kegiatan di tempat penampungan
a) Ditempat penampungan pasien berkumpul seluruhnya sesuai
dengan kelompok ruangannya.
b) Ketua peran kebakaran ruangan menghitung dan mengecek
kelengkapan para pasien serta mengiventarisasi perlengkapan
yang dibawa, selain melaporkan ke pengawas evakuasi.
c) Para petugas PPPK mengiventarisasi pasien yang luka, cidera,
gawat dan lain – lain yang memerlukan pertolongan.

IV. PETUNJUK BAGI PENGHUNI RUANGAN (PASIEN / KARYAWAN)


Perlu diketahui orang yang meninggal di tempat kebakaran, bukanlah
langsung dijilat api, tetapi pada umumnya kerana asap, Gas beracun dan
utamanya panik. Panik timbul kerana tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Apabila sudah banyak tahu, maka pada saat emergency seseorang lebih

57
banyak mempunyai kesempatan untuk bertahap hidup. Oleh karena itu
biasakanlah melakukan hal – hal sebagai berikut :

1. Pengamatan lingkungan :
a) Mencari dan memperhatikan jalan keluar disekeliling anda.
b) Cari dan kenalilah APAR dan Fire Hydrant serta pahami cara
penggunaannya.
c) Cek tangga/pintu darurat, dan pastikan bisa dipakai, tidak ada
rintangan dan yakinkan cara membuka pintunya.
d) Hitunglah pintu-pintunya dan bagian-bagian lainnya antara ruang
tempat tinggal dengan pintu /tangga darurat, sehingga bilamana
koridor dalam keadaan gelap atau penuh asap. Anda telah hapal
menemukan pintu ke tangga/pintu darurat.
e) Temukan alarm call terdekat, pastikan bahwa anda tahu
mengaktifkannya sekalipun dalam keadaan gelap.
f) Bila ruangan perlu dikunci, simpanlah anak kunci di tempat yang
mudah diingat.
g) Pelajari bagaimana cara membuka daun jendela dan amatilah
situasi di luar jendela.
2. Tindakan pada saat terjadi kebakaran :
a) Bila melihat kebakaran
 Bunyikan alarm call atau berteriak untuk memperingatkan
penghuninya.
 Hubungi operator melalui telephone.
 Jika mungkin pedamkan api dengan APAR/ fire hydrant
 Bila ragu – ragu, segera keluar dan tutup pintu ruangan untuk
menahan asap api masuk kedalam ruangan.
 Langsung menuju tangga/pintu darurat.
b) Jika terkurung dalam Ruangan /terperangkap asap :
 Hubingi operator lewat telephone
 Berikan tanda untuk menarik perhatian, misalnya berteriak
sambil memukul – mukul daun pintu atau melambaikan kain
dari jendela.
 Letakan kain – kain atau handuk yang telah dibasahi terlebih
dahulu pada celah – celah daun pintu untuk menghambat
masuknya asap.
 Bernapaslah pendek – pendek sambil merapt diatas lantai.

58
 Usahakan bertahan terus hingga regu penyelamat datang.
c) Hal yang harus diperhatikan
 Kendalikan diri jangan sampai panik
 Jangan mengemasi barang-barang mengingat waktu yang
singkat.
 Jangan menggunakan lift
 Bagi wanita jangan menggunakan sepatu berhak tinggi.
 Jangan sekali-kali kembali ke dalam ruangan karena teringat
ada sesuatu yang tertinggal didalam ruangan
 Jangan melompat keluar jendela
 Melaksanakan evakuasi menurut petunjuk para petugas,
menuruni tangga/pintu darurat jangan terburu – buru.
 Jangan berlari-lari
Membawa Pasien
Bilamana petugas menemukan pasien yang terjebak dalam ruangan yang
terkabar dan penuh asap maka langkah yang perlu diambil untuk
membawa penghuni tersebut ke tempat yang aman antara lain :
1. Bila pasien masih bisa bergerak
a) Perintahkan pasien untuk merapat kelantai
b) Bimbing keluar dengan cara merangkak, posisi petugas berada
didepan.
c) Bila tersedia parat masker pakailah kepada pasien.
d) Bilamana menemui pintu yang tertutup, rabalah pintu dengan
telapak tangan, kalau teraba panas jangan dibuka. Apabila tidak
teraba panas buka perlahan – lahan dan selanjutnya siap
menyelematkan diri. (Terlampir gambar)
2. Bila menemukan pasien yang tidak sadar
a) Bawa pasien dengan cara kedua pergelangan pasien diikat,
kemudian dengan posisi merangkak masukkan kepala petugas
penolong diantara kedua belah tangan pasien. Posisi pasien
tergantung dibawah petugas penolong.
b) Bawalah pasien ketempat yang aman dengan merangkak.
c) Demikian pula caranya bilamana melewati lorong yang sempit.
3. Penggunaan fire Blanket
a) Bila akan membawa pasien melalui api (disamping si penolong
telah memakai baju tahan api, bungkus tubuh si pasien dengan fire
blanket kemudian didukung dan secara berlari melawati api.

59
b) Bilamana si petugas penolong tidak mampu menggendong pasien,
bisa dengan cara ditarik/digusur, dengan cara memegang sisi
pembungkus (fire blanket) dekat kepala kemudian ditarik/digusur
menuju tempat yang aman.
4. Membawa pasien menuruni tangga
a) Tangga kayu/bambu/besi : pasien berada diantara tubuh petugas
penolong dengan tangga, kedua tangan sipenolong memegang
anak tangga melalui kedua ketiak pasien. Berat badan pasien pada
saat dibawa turun melawati tangga bertumpu pada selengkangan di
lutut – lutut si petugas penolong dan turun setahap semi setahap
hingga dibawah
b) Tangga bata dalam gedung : pasien dibungkus dengan blanket,
kedua tangan si penolong memegang kedua ketiak pasien, lalu
pasien digusur menuruni tangga dengan tubuh sipetugas penolong
terlebih dahulu menuruni tangga dengan cara mundur setahap demi
setahap.
c) Menggunakan tandu : pasien diletakan diatas tandu, lalu dikat,
kemudian tandu dibawa/digusur menuruni tangga dengan tubuh
sipetugas penolong terlebih dahulu menuruni tangga dengan cara
mundur setahap demi setahap (oleh 1-2 orang).
5. Perlu diperhatikan
Para anggota tim penanggulangan & penyelamatan kebaikan harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a) Yakinkan bahwa anda dapat menolong sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki.
b) Membawa penderita dalam ruangan yang penuh asap, sedapat
mungkin merapat dengan lantai mengingat asap akan lebih tipis
dipermukaan lantai dibandingkan diatas lantai.
c) Dalam usaha pencarian, sedapat mungkin di petugas penolong
menggunakan alat bantu, diantaranya yang terpenting adalah alat
bantu pernapasan (SCBA = Self Contained Breathing appratus).
d) Utamakan keselamatan sendiri sebelum menyelamatkan orang lain.

V. DOKUMENTASI
Pencatatan & Pelaporan
1. Ketua Tim penanggulangan/penyelamatan kebakaran dan bencana
segera melaporkan seluruh kejadian kebakaran dan bencana kepada
Direktur Rumah Sakit Annisa Queen Ketua Tim

60
Penanggulangan/penyelamatan kebakaran dan bencana
mengidentifikasi penyebab kebakaran, ruangan/bangunan pemadaman
kebakaran serta dampak terjadinya kebakaran, sampai situasi aman
dan terkendali.

61
BAB V
PENGELOLAAN, PEMELIHARAAN DAN SERTIFIKASI
PERALATAN

I. Peralatan dan Program Pemeliharaan


Peralatan medis adalah instrumen, aparatus, mesin implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta
memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
Berdasarkan fungsinya peralatan medis dibagi dalam beberapa kelompok, seperti
dibawah ini :
1. Peralatan Diagnostic
a. Spygmomanometer (tensi meter)
b. ECG Recorder
c. Doppler
d. BED Patent Electric
e. Cardiotocograph
f. Audiometri
g. EEG
h. EMG
i. Dental Unit
j. Slit Lamp
k. Fundus Camera
2. Peralatan Therapy
a. Lampu Infra Red
b. Ultrasound Terapy
c. Hemodialisa
d. Nebulizer
3. Peralatan Life Support & Life Saving
a. Patient Monitor
b. Infusion Pump
c. Syringe Pump
d. Ventilator
e. Bubble C Dap
f. Devibrilator
g. Baby Incubator
h. Instalasi Medik
62
4. Peralatan Bedah & Anaestesi
a. ESU
b. Endoscopy
c. Laparascopy
d. Anaestesi
e. Vaporizer
f. Lampu Operasi
g. Meja Operasi
h. Operating Microscope
i. Sterilisator
j. Autoclave
k. UV Sterilisasi
5. Peralatan Radiology
a. General X – Ray
b. Pesawat Rontgen frekwensi tinggi
c. Pesawat Rontgen Convensator Discharge
d. Dental X – Ray
e. Panoramic
6. Peralatan Laboratorium Klinik
a. Centrifuge
b. Stirrer
c. Incubator Laboratorium
d. Microscope
e. Spektrophotometer
f. Hematology
g. Blood Bank
h. Urine Analyser
i. Chemistry Analizer
j. Water Bath
Peralatan non medis adalah peralatan yang digunakan untuk menunjang
pelayanan medis, antara lain :
a. Genset
b. Lift
c. Kompresor udara
d. AC
e. Instalasi Air
f. Instalasi Listrik
g. Kulkas

63
2. Pola Pemeliharaan
a. Pemeliharaan pencegahan (preventif), yaitu pemeliharaan yang dilakukan
pada selang waktu tertentu, dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan
kerusakan bagian-bagian. Contohnya : Pemeliharaan rutin, mingguan,
bulanan atau tahunan
b. Pemeliharaan kolektif, yaitu pemeliharaan yang dilakukan untuk
memperbaiki suatu bagian atau seluruhnya, termasuk penyetelan,
penggantian bagian yang telah rusak untuk memenuhi kondisi yang dapat
diterima. Contoh : perbaikan ringan dan perbaikan besar (overhault)
3. Pelaksanaan Pemeliharaan
a. Pemeliharaan pendahuluan
- Pada tahap perencanaan dengan mengikutsertakan unsur pemakai,
unsur teknis dan unsur administrasi
- Pada tahap pengadaan, yaitu pemasangan, uji fungsi, uji coba dan
training dengan mengikut sertakan unsur pemakai, unsur teknis dan
unsur administrasi
b. Pemeliharaan lanjutan
Pemeliharaan sedapat mungkin dilaksanakan oleh IPSRS sepanjang
memiliki fasilitas kerja, tenaga yang mampu dan peralatan kerja tersedia
dengan cukup serta sesuai dengan norma pekerjaan
c. Pemeliharaan yang dilakukan oleh pihak lain (pihak ke-3), dengan cara :
- Perbaikan insidentil terhadap peralatan tanpa terikat waktu
- Kontrak service, yaitu peralatan dipelihara atau diperbaiki dalam
jangka waktu yang ditentukan misalnya 3 bulan, 6 bulan atau 1 tahun.

II. Perizinan Peralatan


1. Sertifikasi merupakan pemberian sertifikat kelaikan peralatan yang ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan.
Jenis peralatan yang perlu disertifikasi adalah :
a. Lift
b. Instalasi listrik
c. Genset
d. Penangkal petir
e. Instalasi Radiology
f. Peralatan Laboratorium
g. IPAL dan TPS B3

64
2. Kalibrasi adalah suatu upaya untuk mengetahui karakteristik dari suatu
peralatan dibandingkan dengan kondisi yang seharusnya. Apabila terjadi
penyimpangan harus dilakukan perbaikan untuk mendapatkan kondisi yang
seharusnya.
Kalibrasi dilakukan pada peralatan 1 kali setahun atau sesudah perbaikan
Jenis peralatan yang perlu dikalibrasi :
a. Tensi meter
b. Alat Anestesi
c. Alat Laboratorium
d. Autoclave
e. Alat Radiology
Kegiatan kalibrasi dapat dilakukan oleh Balai pengamanan Fasilitas
Kesehatan (BPFK) untuk alat medik dan Badan Atom Nasional (BATAN)
untuk alat-alat radiasi.
3. Perizinan adalah suatu pemberian izin untuk melaksanakan suatu kegiatan.
Perizinan yang sesuai dengan peraturan yang berlaku meliputi :
a. Izin Mendirikan bangunan
b. Izin berdasarkan Undang-Undang Gangguan
c. Rekomendasi Dinas Pemadam Kebakaran
d. Izin Operasional Rumah Sakit

III. Penarikan Kembali Produk/Peralatan Rumah Sakit


Penarikan kembali produk/peralatan Rumah Sakit yaitu pengembalian
produk/peralatan Rumah Sakit kepada pengirim dikeranakan produk/peralatan
tersebut tidak sesuai dengan:
1. Surat Pesanan
2. Rusak
3. Spesifikasi produk/peralatan yang dipesan
4. Tidak lolos uji kalibrasi
Tata laksana Penarikan Produk/Peralatan Rumah Sakit adalah sebagai berikut :
1. Barang yang dipesan/telah diperbaiki diterima oleh Tim Pemeriksa Barang
Rumah Sakit
2. Tim Pemeriksa Barang memeriksa spesifikasi produk/peralatan sesuai dengan
Surat Pesanan
3. Tim Pemeriksa Barang membuat Berita Acara Pemeriksaan dan Penerimaan
Produk/peralatan

65
4. Panitia Pengadaan Barang mengembalikan kembali kepada pengirim apabila
dalam BA Pemeriksaan menyatakan Barang/peralatan yang tidak sesuai
dengan Surat Pesanan

IV. Penanganan Kegawat daruratan Peralatan Medis


Penanganan kegawat daruratan Peralatan Medis adalah tatacara penanganan
apabila ada suatu peralatan medis yang rusak/sedang diperbaiki dan peralatan
tersebut sangat diperlukan di Rumah Sakit, yang apabila tidak ada penggantinya
dapat menyebabkan terganggunya pelayanan terhadap pasien atau bahkan bisa
menimbulkan kematian.
Peralatan yang harus ada penggantinya dan teknik penggantiannya adalah
sebagai berikut :

NO NAMA PERALATAN TEKNIK KETERANGAN


PENGGATIAN
PERALATAN LIFESUPPORT
1 Pasen Monitor/Bed side Monitor Pihak 3 Pihak ke 3
2 Infuse Pump Logistik adalah Rekanan
3 Syringe Pump Logistik yg
4 Ventilator Pihak 3 melaksanakan
5 Buble C PAP Pihak 3 perbaikan
6 Defibrilator Pihak 3
7 Baby Incubator/Infant Incubator Pihak 3 Logistik :
8 Flow Meter Regulator ,Flow logistik Persediaan ada
Meter Humudifier (logistic) di logistic

66
PERALATAN DIAGNOSTIK
1 Spygmomanometer Logistik
2 Pulse Oxymeter Logistik
3 USG Pihak 3
4 EEG Pihak 3
PERALATAN RADIOLOGI Rumah Sakit lain
CT SCAN (MOU )

PERALATAN
LABOLATORIUM
Urine Analyser Pihak 3
Ekg recording PINJAM ANTAR
RUANGAN
PASEN MONITOR PINJAM ANTAR
RUANGAN
NEBULIZER PINJAM ANTAR
RUANGAN
Suction pump PINJAM ANTAR
RUANGAN

67
BAB IX
SISTEM UTILITAS

I. DEFINISI
Sistem Utilitas adalah sarana penunjang untuk membantu semua kegiatan dalam
suatu bangunan atau gedung.
Jenis dan Fungsi Sistem Utilitas :
1. Keselamatan
a. Sistem Kelistrikan dan Air
b. Sistem Proteksi Kebakaran
c. Sistem gas medis
2. Kesehatan dan Kenyamanan
a. Sistem Ventilasi dan pengkondisian udara

II. TATALAKSANA
1. Sistem Utilitas Kelistrikan dan Air
Sistem kelistrikan pada utilitas Rumah Sakit meliputi :
a. Sumber daya listrik dan jaringan/instalasinya
b. Kebutuhan esensial listrik di rumah sakit
c. Jumlah Stop Kontak untuk layanan pasien
 Setiap lokasi TT pasien rawat inap harus disediakan minimal 4
(empat) stop kontak
 Setiap lokasi TT pasien R. ICU harus disediakan minimal 6 (enam)
stop kontak
 Pemasangan stop kontak tidak wajib di kamar mandi/toilet
 Pemasangan stop kontak tidak disyaratkan di daerah-daerah secara
medic tidak diperbolehkan seperti Psychiatry, pediatry, atau daerah
hydrotherapi.
d. Sistem proteksi pembumian peralatan.

2.Sistem Kedaruratan Kelistrikan dan Air Bersih


Rumah Sakit memiliki proses emergensi untuk melindungi penghuni Rumah
Sakit dari kejadian terganggunya sistem pengadaan air minum dan listrik,
kontaminasi atau kegagalan. Untuk menghadapi keadaan emergensi tersebut
Rumah Sakit :
a. Mengidentifikasi peralatan, sistem dan tempat yang potensial
menimbulkan risiko tinggi terhadap pasien dan staf. Sebagai contoh

68
mengidentifikasi area yang memerlukan pencahayaan, pendinginan, alat
pendukung hidup, air bersih untuk membersihakan peralatan/perbekalan
b. Menilai dan mengurangi resiko dari kegagalan sistem pendukung
diberbagai tempat
c. Merencanakan listrik dan sumber air dalam keadaan emergensi untuk
beberapa tempat dan kebutuhan sehingga Air Minum dan listrik tersedia
24 jam sehari, 7 hari seminggu melalui sumber regular atau alternative
untuk memenuhi kebutuhan utama asuhan pasien.
d. Rumah Sakit melakukan uji coba sumber air minum dan listrik alternative
sekurangnya setahun sekali atau lebih sering bila diharuskan oleh
peraturan perundangan yang berlaku atau oleh kondisi sumber air
e. Rumah Sakit mendokumentasikan hasil uji coba tersebut
f. Memastikan bahwa pengujian alternatif sumber air dan listrik dilakukan
minimal setiap tahun atau lebih sering jika diharuskan oleh peraturan
perundangan yang berlaku atau oleh kondisi sumber listrik dan air
3. Sistem Proteksi Kebakaran
Sistem proteksi kebakaran di Rumah Sakit meliputi :
a. Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran
b. Sistem Pipa tegak dan slang kebakaran
c. Sistem springkler kebakaran otomatis
d. Alat Pemadaman Api Ringan (APAR)
4. Sistem Gas Medis
a. Gas Medis adalah gas dengan spesifikasi khusus yang dipergunakan
untuk pelayanan medis pada sarana kesehatan;
b. Instalasi Pipa Gas Medis adalah seperangkat prasarana perpipaan beserta
peralatan yang menyediakan gas medis tertentu yang dibutuhkan untuk
menyalurkan gas medis ke titik outlet diruang tindakan dan perawatan
c. Sentral gas medis adalah seperangkat prasarana beserta peralatan dan atau
tabung gas/liquid yang menyimpan beberapa gas medis tertentu yang
dapat disalurkan melalui pipa instalasi gas medis
d. Instalasi Gas Medis selanjutnya disingkat (IGM) adalah seperangkat
sentral gas medis, instalasi pipa gas medis sampai outlet

Berdasarkan definisi istilah di atas maka dapat disimpulkan bahwa gas medis
maupun instalasinya harus memiliki spesifikasi yang khusus atau memiliki
standar-standar keamanan yang lebih tinggi dari gas maupun instalasi gas
lainnya. Hal ini disebabkan karena penggunaan dan penyaluran gas medis di
sarana pelayanan kesehatan digunakan untuk tujuan pelayanan kesehatan.

69
Jenis Gas Medis yang digunakan di lingkungan Rumah Sakit Annisa Queen adalah
:

a. Oxygen (O2)
b. Nitrous Oksida (N2O)
Gas medis yang digunakan melalui Instalasi Gas Medis yaitu Oxygen (O2)
Penyediaan Gas Medis di lingkungan rumah sakit dengan cara :
a. Tabung Gas Medis
 Setiap tabung gas medik harus diuji secara periodik selama dalam
periode masa berlaku oleh Institusi penguji yang berwenang
 Semua gas medis harus dilengkapi sertifikat analisa kualitas yang
dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.
 Pimpinan sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab terhadap
penggunaan dan pemeliharaan IGM.
 Syarat dan kelengkapan tabung gas medis
 Tabung gas memiliki sertifikat test yang masih berlaku.
 Kepala tabung memiliki tutup dan segel
 Kran / valve tabung mempunyai ulir yang baik dan jenis ulir yang
berbeda sesuai dengan jenis gas yaitu : - Oksigen ulir dalam dan -
Nitrogen oksida, ulir luar
 Tabung di cat dengan warna yang berbeda sesuai dengan jenis gas,
yaitu : - Oksigen, berwarna putih Nitrogen oksida berwarna biru;
Karbon dioksida, berwarna hitam; - Nitrogen, berwarna abu – abu;
Udara tekan, berwarna hijau; - Vacum (udara hisap), berwarna
kuning.
 Tabung gas medis harus dilengkapi dengan :
 Tulisan nama jenis gas medis dari bawah keatas dengan warna
yang jelas.
 Diberikan label yang jelas meliputi :
- Nama Perusahaan;
- Nama Gas;
- Kandungan purity;
- Volume (isi tabung);
- Tekanan gas;
- Tanggal pengisian;
- Nomor Tabung;
- Masa uji tabung;
 Diberikan stiker tanda “ Hazard “ yang menyebutkan :

70
- Sifat gas;
- Peringatan – peringatan;
- Pertolongan pertama;
- Nama Produsen.
- Tanda kepemilikan tabung gas medis.
 Alat penunjang untuk pengoperasian yaitu :
 1 ( satu ) buah slang ( tubing );
 1 ( satu ) buah masker ( nasal );
 1 ( satu ) buah kunci regulator dan kunci tabung;
 1 ( satu ) buah dorongan ( trolley ).
 Penyimpanan
 Tabung-tabung gas medis harus disimpan berdiri, dipasang
penutup
 Kran dan dilengkapi tali pengaman untuk menghindari jatuh
pada saat terjadi goncangan .
 Lokasi penyimpanan harus khusus dan masing – masing gas
medis dibedakan tempatnya .
 Penyimpanan tabung gas medis isi dan tabung gas medis
kosong dipisahkan, untuk memudahkan pemeriksaan dan
penggantian.
 Lokasi penyimpanan diusahakan jauh dari sumber panas, listrik
dan oli atau sejenisnya .
 Gas medis yang sudah cukup lama disimpan agar dilakukan uji
/ test kepada produsen, untuk mengetahui kondisi gas medis
tersebut.

 Pendistribusian .
 Distribusi gas medis dilayani dengan menggunakan Trolly yang
biasa ditempatkan berdekatan dengan pasien.
 Pemakaian gas diatur melalui flow meter pada regulator.
 Regulator harus ditest dan kalibrasi.
 Penggunaan gas medis sistem tabung hanya bisa dilakukan satu
tabung untuk satu orang.
 Tabung gas beserta trolly harus bersih dan memenuhi syarat
sanitasi / Hygiene.

71
Instalasi pipa Gas Medis
 Instalasi gas medis di sarana pelayanan kesehatan harus memenuhi
persyaratan keamanan, desain, lokasi, penyimpanan dan alat penunjang
lainnya.
 Instalasi pipa Gas Medik dan jumlah outlet Gas Medis, dipasang sesuai
kebutuhan pelayanan yang diberikan oleh sarana pelayanan kesehatan.
 Desain instalasi pipa Gas Medik harus dilengkapi kran-kran, pressure,
gauge, alarm, dan tanda peringatan
 Lokasi sentral gas medis harus jauh dari sumber panas dan oli serta
mudah dijangkau sarana transportasi, aman dan harus terletak di lantai
dasar.
 Ruang sentral gas medis harus memiliki luas yang cukup, mudah
dilakukan pemeliharaan, dilengkapi ventilasi, pencahayaan yang
memadai, memenuhi persyaratan spesifikasi.
 Gas medis sebelum dialirkan melalui pipa distribusi harus dilengkapi
penyaring (filter).
 Desain perpipaan harus memperhitungkan kapasitas gas yang
diperlukan.
 IGM harus diuji dan diperiksa secara berkala minimal 1 (satu) kali
dalam 3 (tiga) tahun.
 Dalam Sentral Gas Medis di lengkapi :
 2 ( dua) unit kompressor udara medis
 2 ( dua) unit pendingin udara
 1 ( satu ) unit tangki udara
 2 ( dua ) unit pengering udara
 2 ( dua ) unit filter udara
 2 ( dua) unit filter bakteri
 1 ( satu ) unit Regulator
 1 ( satu ) unit valve, drain valve dan valve lainnya .
 Setiap jaringan saluran gas medis di lengkapi dengan:
 1 (satu) unit kran induk (main valve) dipasang pada sentral gas
medis.
 1 (satu) unit kran distribusi (distribution valve) dipasang pada tiap
bagian pemakaian.
 Sekurangnya 1 (satu) unit kran pembagi (zone valve) dipasang
sesuai dengan pembagian instalasi.
 Sekurangnya 1 (satu) unit kran darurat (emergency valve)
dipasang pada ruang bedah.
72
 1 (satu) unit pressure gauge induk dipasang pada sentral.
 1 (satu) unit pressure gauge ditiap jalur distribusi utama.
 IGM dilengkapi dengan alarm.
 IGM dilengkapi dengan grounding.
 Pada ruang sentral gas medis di pasang lampu peringatan yang dapat
dibaca dengan jelas yaitu :
 Sentral Gas Medis;
 Yang tidak berkepentingan dilarang masuk;
 Dilarang merokok;
 Jauhkan dari panas dan oli.
 Seluruh IGM harus dilakukan test kebocoran.
 Setiap tabung perpipaan dan out let diberi warna sesuai dengan
ketentuan.
 Instalasi / perpipaan di dalam tembok harus dilapisi pipa PVC.
 Ruang Gas Medis :
 Lokasi ruang gas medis mudah dijangkau transportasi untuk
pengiriman dan pengambilan tabung;.
 Harus aman / jauh dari kegiatan yang memungkinkan terjadinya
ledakan / kebakaran;
 Jauh dari sumber panas oli dan sejenisnya;
 Disediakan ruang operator/ petugas dan dilengkapi fasilitas kamar
mandi / WC;

 Ukuran Ruangan gas medis;


 Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah dan jenis gas medis yang
 dipergunakan dan memperhatikan kelonggaran bergerak bagi
operator
 / petugas pada saat penggantian / pemindahan tabung dan kegiatan
 pemeliharaan;
 Bangunan Ruangan gas medis harus memenuhi persyaratan :
 Konstruksi beton permanen;
 Penerangan yang memadai;
 Sirkulasi udara yang cukup.
 Kelengkapan Sentral Gas Medis
 Dipasang alat pemadam kebakaran;
 Dipasang sekat / pemisah antara jenis-jenis gas yang ada dan
dilengkapi dengan pintu;
 Dipasang rambu bahaya dan alarm;
73
 Disediakan tool kit khusus dan tidak dicampur dengan peralatan
lain;
 Dipasang alat komunikasi.
 Penataan Ruang Sentral Gas Medis
 Harus diatur penempatan tabung – tabung kosong dan tabung
berisi;
 Dilarang menyimpan barang – barang selain untuk keperluan
penanganan gas pada ruangan penyimpanan gas dan sentral gas;
 Apabila tabung tidak dipergunakan atau tidak disambungkan ke
instalasi perpipaan gas medis, kran induk harus selalu tertutup,
walaupun tabung dalam keadaan kosong;
 Diupayakan jangan sampai ada tabung yang jatuh / roboh.
 Syarat pipa gas medis
 Pipa yang dipergunakan harus terbuat dari tembaga dengan kadar
± 99 % ( sembilan puluh sembilan persen ) atau stainless steel ,
yang dinyatakan dengan sertifikat bahan.
 Pipa yang akan dipasang harus bersih.
 Pipa gas medis harus diberi warna sesuai dengan gas medis yang
dialirkan.
 Pipa gas medis harus memenuhi keamanan terhadap struktur dan
utilitas dari bangunan unit sarana pelayanan kesehatan.
 Ukuran pipa disesuaikan dengan kebutuhan / desain yang benar.
 Penyambungan pipa harus dilas dengan menggunakan kawat las
perak , agar sambungan pipa rapat sempurna dan tahan lama, Gas
yang dipergunakan adalah campuran oksigen, Acetyline dan
padaproses pengelasan harus dialiri gas Nitrogen.
 Pemasangan instalasi pipa diatas plafon harus dilengkapi dudukan
dan gantungan yang diikat kuat pada dak beton.
 Pemotongan pipa harus menggunakan cutter pipa.
 Jarak dudukan / penempatan satu dengan lainnya rata – rata 1
(satu ) meter, baik vertikal maupun horizontal.
 Pemasangan instalasi pipa gas medis harus dalam dinding dan
dilindungi pipa PVC.
 Diberikan tanda / stiker jenis gas dan arah aliran gas dalam pipa.
 Seluruh jaringan instalasi pipa gas medis dilengkapi :
- 1 (satu) unit kran induk dipasang di ruang sentral;
- 1 (satu) unit kran distribusi dipasang di tiap lantai;
- Kran pembagi (Zone Valve) sesuai kebutuhan;
74
- Kran darurat sesuai kebutuhan, dipasang diruang bedah.
 Pemasangan Out let Gas Medis Wall Outlet.
 Outlet gas medis jenis wall outlet dipasang / ditanam pada dinding
dengan ketinggian antara 140 s/d 150 Cm diatas lantai.
 Bila digunakan untuk melayani 1 (satu) Bed, maka diletakkan di
sebelah kanan Bed dan bila digunakan untuk melayani 2 (dua) Bed
maka Wall Outlet diletakkan ditengah – tengah 2 (dua) Bed tersebut.
 Untuk pemakaian di kamar Operasi, Wall Outlet dipasang di dinding
dekat dengan bagian kepala pasien pada meja operasi.
 Untuk pemakaian di bagian lain Wall Outlet dipasang pada dinding
yang berdekatan dengan peralatan kedokteran yang digunakan.
 Pipa yang akan dipasang harus bersih.
 Dipasang pada plafon dan dekat dengan titik pemakaian, biasanya
dekat dengan bagian kepala dari tempat tidur pasien pada Ruangan
New Born Room dan Premature Room, Overhead Outlet dipasang
diatas tempat tidur bayi.

 Pemasangan Out let Gas Medis Ceiling Column


 Penempatan / pemasangan Ceiling Column sama dengan Overhead
Outlet, berhubung alat ini memiliki beban yang cukup berat ± 100 Kg,
maka harus digantung pada konstruksi plafon yang kuat menahan
beban tersebut.
 Pemasangan Out let pada ruang operasi / bedah maupun peralatan
harus berfungsi secara otomatis, Out let akan tertutup rapat pada saat
tidak terpakai dan terbuka apabila telah disambungkan dengan alat
penyalur gas medis.
 Urutan pemasangan Out let gas medis harus tetap
- Oksigen;
- Nitrous oxside;
- Udara tekan;
- Udara hisap.
 Pemasangan setiap out let gas medis diberi nama gas, warna yang
berbeda, ukuran drat/sekrup yang berbeda pula.
Syarat Kualitas dan Spesifikasi Gas Medis
1. Oksigen / Oxygen ( O2 )
a. Standar keluaran = 4 – 5 kg / cm 2
b. Komposisi Unsur
 Oksigen ( O2 ) = > 99,5 %

75
 Karbon Dioksida (CO2 ) = < 5,0 Vpm
 Karbon Monoksida ( CO ) = < 5,0 Vpm
 Nitrogen ( N2 ) = <100,0 Vpm
 Argon ( Ar ) = < 0,5 Vpm
 Methane ( CH4 ) = < 50,0 Vpm
 Hidrogen ( H2 ) = < 5,0 Vpm
 Nitrogen Oksida ( N2O ) = < 5,0 Vpm
 Moisture ( H2O ) = < 25,0 Vpm
2. Nitro Oksida / Nitrous Oxide ( N20)
a. Standar Keluaran = 4 – 5 kg / cm 2
b. Komposisi Unsur
 Nitrous Oksida ( N2O ) = > 99,0 %
 Oksigen (O2 ) = < 0,1 %
 Nitrogen ( N2 ) = < 0,9 %
 Karbon Monoksida ( CO ) = < 10 Vpm
 Nitric Oxsida/Nitrogen Oksida = < 1 Vpm
 Moisture = < 65 Vpm
 Methane = niil
5. Sistem Ventilasi
Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar ke dalam dan pengeluaran
udara kotor dari suatu ruangan tertutup secara alamiah atau mekanis.
Tersedianya udara segar dalam suatu ruangan sangat dibutuhkan manusia,
sehingga apabila suatu ruangan tidak mempunyai sistem ventilasi yang baik
dan over crowded maka akan menimbulkan keadaan yang dapat
mengakibatkan sakit, gangguan kesehatan, ketidaknyamanan bekerja dan
mengurangi aktivitas kerja.
Jenis-jenis Ventilasi

a. Ventilasi alamiah : Ventilasi dengan cara alami terjadi karena perbedaan


tekanan dari luar suatu bangunan/gedung/tempat kerja yang disebabkan
oleh angin dan karena ada perbedaan temperatur, sehingga terdapat gas-
gas panas yang naik di dalam saluran ventilasi tanpa menggunakan alat
bantu. Seperti : jendela, pintu atau lobang angin.
b. Ventilasi Mekanik : dimana udara masuk ke dalam ruangan melalui
Ventilasi Mekanik ( ventilasi buatan), seperti :

1. AC : Menyedot udara dalam ruangan kemudian disaring


dan dialirkan kembali dalam ruangan

76
2. Fan : Menghasilkan udara yang dialirkan ke depan
3. Exhauster : Proses pengisapan dan pengeluaran udara
terkontaminasi secara serentak dari sumber pencemaran sebelum udara
berkontaminasi berada pada ketinggian zona pernafasan dan menyebar
keseluruh ruang kerja. Umumnya venrilasi jenis ini di tempatkan sangat
dekat degan sumber emisi
Fungsi ventilasi :

a. Mensuplai udara bersih yaitu udara yang mengandung kadar oksigen


yang optimum untuk pernafasan
b. Membebaskan udara ruangan dari bau2an, asap , debu dan zat2 pencemar
lain dagan cara pengenceran udara
c. Mensuplai panas agar panas badan seimbang
d. Mensuplai panas akibat hilangnya panas ruangan atau bangunan
e. Mengeluarkan kelebihan udara panas yang disebabkan radiasi tubuh,
kondisi, evaporasi ataupun keadaan eksternal

77
BAB X
PELAYANAN KESEHATAN KERJA DI RUMAH SAKIT

I. DEFINISI
1. Upaya Kesehatan Kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja,
beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekarja secara
sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat
disekelilingnya, agar diperoleh produktifitas kerja yang optimal
2. Upaya Kesehatan Kerja di Rumah Sakit menyangkut tenaga kerja,
cara/metode kerja, alat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Upaya ini
meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan.
3. Tenaga kerja RS adalah pekerja di lingkungan rumah sakit, terdiri dari :
a. Tenaga medis (Dokter)
b. Paramedis : Perawat, Bidan
c. Non Medis : Teknisi, Apoteker, Ahli Gizi, Fisiotherapi, Analis
Kesehatan, Sanitarian.

II. RUANG LINGKUP


Kesehatan Kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan
pekerjaan dan lingkungan kerjanya, baik fisik maupun psikis dalam hal
cara/metode kerja, proses kerja dan kondisi yang bertujuan untuk :
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di
semua lapangan kerja ke tingkat setinggi-tingginya baik fisik, mental
maupun kesejahteraan sosialnya
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya
3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam
pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor
yang membahayakan kesehatan
4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya

III. TATA LAKSANA


Kesehatan kerja di lingkungan rumah sakit merupakan hal yang makin penting
ditinjau dari aspek pengelolaan rumah sakit, karena dalam menjalankan
pelayanannya tidak mungkin lepas dari penggunaan berbagai produk teknologi

78
canggih kedokteran baik yang paling sederhana maupun yang sangat modern dan
canggih.
A. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan ancaman bahaya
1. Faktor Biologi : bakteri, jamur, protozoa,
kuman patogen, virus
Penyakit akibat kerja yang sering terjadi antara lain : infeksi nosokomial,
tuberkolosis, paru, hepatitis b, dermatitis
2. Faktor Kimia : bahan kimia dapat mengakibatkan kecelakaan kerja karena
kurang hati-hati dalam pemakaian atau kecerobohan dan penyimpanan.
Bahan tersebut antara lain : obat antiseptik, foprmaldehide, etilen oksida,
mercuri, pembuangan sisa gas anasthesi
3. Faktor Fisika : kebisingan dan getaran di ruang generator, pencahayaan
ruangan perawatan dan ruang kerja, suhu/kelembaban udara dan radiasi
4. Faktor ergonomi : merupakan keserasian antara beban kerja, cara kerja
dan anatomi atau postur tenaga kerja. Gangguan yang terjadi antara lain :
keluhan muskulo skeletal, kesulitan dan beban kerja meningkat, kesalahan
dan kecelakaan kerja.
Bahan potensial faktor ergonomi di rumah sakit :
a. Mengangkat/menggotong pasien
Bahaya potensial : Akut : cedera punggung, pinggang dan leher
Kronis : peradangan, pengapuran
Penanggulangan : - beban kerja terlalu berat (jangan
dipaksakan)
- waktu mengangkat jarak ke
pasien jangan terlalu jauh
- jangan mengangkat dengan
membungkuk
- pakaian jangan terlalu ketat
b. Mengangkat barang
Bahaya potensial : cedera punggung, back pain
Penanggulangan : jangan membungkuk, lebih baik dengan jongkok

c. Pekerjaan yang duduk (Lab, komputer, adm)


Bahaya potensial : kelelahan mata, punggung (bongkok), gangguan otot
tangan
Penanggulangan : persyaratan kursi dan pencahayaan yang cukup
d. Faktor psikologis ( ketegangan di kamar bedah, IGD, kerja shif)
 Stress akibat kerja

79
Stressor yang berhubungan dengan pekerjaan :
- tuntutan pekerjaan : beban kerja, tekanan waktu, tanggung jawab
- Struktur organisasi : konplik peran (pada wanita), persaingan antar
teman, restrukturisasi jabatan, kurangnya pemanfaatan kemampuan
seseorang
- Dukungan/kendala : hubungan dengan atasan, teman sekerja
maupun bawahan
- Lain-lain : kondisi masyarakat, kesempatan mengembangkan
karier
Manifestasi klinik stress :
Depresi, kecemasan/ansietas, sakit kepala, jenuh/cepat capai, sulit
dalam mengambil keputusan, tak ada kepuasan dalam bekerja,
gangguan pencernaan.
Perubahan perilaku akibat stress ; absen dari pekerjaan, merokok,
minuman keras
Cara mengurangi stress di tempat kerja
- Meningkatkan kemampuan untuk mengatasi stress (konseling,
agama)
- Meningkatkan dukungan sosial di tempat kerja
- Perubahan kondisi kerja secara objektif
 Kerja bergilir (Shif)
Kerja bergilir adalah : pekerjaan yang pada dasarnya dilakukan diluar
jam kerja. Mekanisme terjadinya penyakit pada kerja shif :
- Terganggunya ritme circadian → gangguan tidur, peningkatan
kepekaan
- Perubahan kebiasaan → diet, merokok
- Perubahan kehidupan sosial → kurang bergaul dengan tetangga
Gangguan kesehatan akibat kerja bergilir :
- Reaksi fisiologis :
 Reaksi tingkah laku : kesalahan/kecelakaan kerja, absentisme
 Reaksi psikologis : gangguan tidur, emosi
 Reaksi sosial : masalah keluarga, PHK

Penanggulangan :
 Memperpendek jam kerja bergilir dengan menambah regu
 Mengurangi jam kerja bergilir (malam)
 Memindahkan pekerja yang kurang beradaptasi pada shif
malam kepada shif siang/sore

80
 Menyediakan snack/makan pada shif malam
 Tempat istirahat khusus dan disediakan waktu berkumpul
khusus dengan keluarga.
B. Kecelakaan kerja, bahaya kecelakaan yang mungkin terjadi, antara lain
:
- Di ruang terbuka : terpeleset atau tersengat listrik
- Di ruang bedah : tertusuk jarum/pisau bedah, gas anasthesi
bocor/meledak
- Di Laboratorium/farmasi : alergi, keracunan, luka bakar atau ledakan
(autoclave)
- Di dapur : luka bakar atau kena pisau
- Di ruang cuci dan binatu : tertusuk jarum, luka bakar, terkena air
panas.

C. Pemeriksaan kesehatan dalam penyelenggaraan keselamatan kerja


Jenis pemeriksaan kesehatan :
1. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja ( Pra pekerjaan )
Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter sebelum
seorang karyawan diterima untuk melakukan pekerjaan. Pemeriksaan ini
ditujukan agar pegawai yang diterima berada dalam kondisi kesehatan yang
optimal dan tidak mempunyai penyakit menular yang akan mengenai
pegawai lainnya, dan cocok untuk pekerjaan yang akan dilakukan sehingga
kondisi kesehatan yang bersangkutan dapat dijamin.
Tujuan khusus agar calon pegawai benar-benar sehat untuk menjalankan
jenis pekerjaannya tanpa menimbulkan resiko bagi dirinya, rekan sekerja
dan masyarakat. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja meliputi
pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru dan
laboratorium rutin serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu. Untuk
pekerjaan-pekerjaan tertentu perlu dilakukan pemeriksaan yang sesuai
dengan kebutuhan guna mencegah bahaya yang diperkirakan timbul.
Setelah dilakukan pengujian kesehatan sebelum bekerja, dokter pemeriksa
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Memenuhi syarat untuk jenis pekerjaan ringan atau sedang
b. Memenuhi syarat untuk jenis pekerjaan berat
c. Memenuhi syarat untuk jenis pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam
angka 1 dan 2 dengan persyaratan tertentu
d. Ditolak sementara oleh dokter karena belum memenuhi syarat kesehatan
dan memerlukan pengobatan dan perawatan

81
e. Hasil dari dokter penguji kesehatan secara rinci dikirim ke Direktur RS.

2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala


Adalah pemeriksaan kesehatan pada waktu-waktu tertentu terhadap tenaga
kerja yang dilakukan oleh dokter.
Pemeriksaan ini dimaksud untuk mempertahankan derajat kesehatan tenaga
kerja sesudah berada dalam pekerjaannya, serta menilai kemungkinan
adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan seawal mungkin yang perlu
dikendalikan dengan usaha-usaha pencegahan.
Pemeriksaan berkala meliputi pemeriksaan fisik lengkap , kesegaran
jasmani, rontgen paru-paru dan laboratorium rutin serta pemeriksaan lain
yang dianggap perlu. Dalam hal ditemukan kelainan atau gangguan-
gangguan kesehatan pada tenaga kerja waktu pemeriksaan berkala, wajib
diadakan tindak lanjut untuk memperbaiki kelainan-kelainan tersebut.
3. Pemeriksaan kesehatan khusus
Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter secara khusus
terhadap tenaga kerja tertentu yang sudah terken penyakit akibat kerja dan
kecelakaan kerja
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menilai adanya pengaruh dari
pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan-golongan tenaga
kerja tertentu.
Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan pula terhadap :
a. Karyawan yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang
memerlukan perawatan yang lebih dari 2 (dua) minggu
b. Karyawan yang berusia di atas 50 th atau tenaga kerja wanita dan
tenaga kerja cacat, serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan
tertentu
c. Karyawan yang terdapat dugaan tertentu mengalami gangguan
kesehatannya.
d. Rumah Sakit bertanggungjawab atas biaya yang diperlukan terhadap
pemeriksaan kesehatan berkala atau pemeriksaan khusus.
e. Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan/pelatihan tentang
kesehatan kerja dan memberikan bantuan kepada SDM Rumah Sakit
dalam penyesuaian diri baik fisik maupun mental.
f. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan
kemampuan fisik SDM Rumah sakit :

82
 Pemberian makanan tambahan dengan gizi yang mencukupi untuk
SDM Rumah sakit yang dinas malam, petugasradiologi, petugas
Laboratorium, Petugas Kesling dll
 Pemberian imunisasi bagi petugas Rumah sakit
 Olah raga, senam kesehatan dan rekreasi
 Pembinaan mental/rohani
3. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi petugas yang
menderita sakit :
a. Memberikan pengobatan dasar secara gratis kepada seluruh petugas
Rumah Sakit
b. Memberikan pengobatan dan menanggung biaya pengobatan untuk
petugas yang terkena Penyakit Akibat Kerja (PAK)
c. Menindaklanjuti hasil pemeriksaan kesehatan secara berkala dan
pemeriksaan kesehatan khusus
d. Melakukan upaya rehabilitasi sesuai penyakit terkait
4. Melakukan koordinasi dengan Tim Panitia Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi mengenai penularan infeksi terhadap petugas Rumah Sakit

IV. Upaya pencegahan penyakit akibat kerja di rumah sakit


1. Tersedia prosedur kerja khusus untuk tempat infeksius ( ruang isolasi )
2. Pemantauan lingkungan kerja ( 2 kali setahun )
3. Penggunaan alat pelindung diri
4. Usaha pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja melalui :
a. Kesehatan preventif ( vitamin, gizi kerja, olah raga, konseling )
b. Kesehatan kuratif ( pengobatan, perawatan, rehabilitasi)
5. Penyuluhan / pelatihan kepada karyawan
a. Ergonomi, infeksi nosokomial
b. Penyakit akibat kerja
c. Pencegahan dan penanggulangan Bahan berbahaya (B3)
6. Perlindungan karyawan (Staff Protection)
V. Upaya pencegahan kecelakaan kerja
1. Mesin / Peralatan
a. Ada sertifikat laik pakai
b. Ada alat pengaman pada mesin dan Instalasi listrik
c. Tersedia petunjuk pemakaian alat
d. Perawatan peralatan secara rutin
2. Bahan kimia / bahan berbahaya
83
a. Adanya Material Safety Data Sheet (MSDS)
b. Cara penyimpanan yang benar (Gudang B3)
c. Ada pelabelan yang benar pada bahan berbahaya
3. Tempat-tempat Berbahaya
a. Tersedia Rambu-rambu dan tanda bahaya yang sesuai
b. Penempatan rambu cukup jelas terlihat dan terbaca

VI. Pencatatan Dan Pelaporan Kecelakaan Kerja Dan Penyakit Akibat Kerja
Pegawai Rumah Sakit
1. Petugas yang mengalami kecelakaan/penyakit akibat kerja lapor kepada
Kepala Unit Kerjanya (Tim Pendukung)
2. Unit Kerja (Tim Pendukung) mencatat dan melaporkan terjadinya
kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja kepada Tim K3RS
3. Tim K3 RS menerima dan mengumpukan data dari laporan pelaksanaan
kegiatan dari unsur-unsur K3RS
4. Tim K3RS mengadakan pertemuan 6 bulanan guna membahas hasil
pelaksanaan kegiatan K3RS
5. Tim K3RS melakukan evaluasi/ analisis dan membuat rekomendasi
6. Tim K3RS membuat laporan hasil evaluasi untuk selanjutnya disampaikan
kepada Direktur Rumah Sakit untuk ditindak lanjuti

84
BAB XI
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA
KONTRUKSI BANGUNAN

I.DEFINISI
1. Kontruksi Bangunan ialah kegiatan yang berhubungan dengan seluruh tahap
pekerjaan yang dilakukan di tempat kerja
2. Tempat Kerja adalah tempat tempat tiap ruangan atau lapangan tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber
bahaya

II.RUANG LINGKUP
1. Setiap pekerjaan kontruksi bangunan yang akan dilakukan wajib dilaporkan
kepada direktur atau pejabat yang ditunjuknya
2. Pada setiap pekerjaan kontruksi bangunan harus diusahakan pencegahan atau
dikurangi terjadinya kecelakaan atau sakit akibat kerja terhadap tenaga kerjanya
3. Sewaktu pekerjaan dimulai harus segera disusun suatu unit keselamatan dan
kesehatan kerja dan hal tersebut harus diberitahukan kepada setiap tenaga kerja.
Meliputi usaha-usaha pencegahan terhadap : kecelakaan, kebakaran, peledakan,
penyakit akibat kerja, pertolongan pertama pada kecelakaan dan usaha-usaha
penyelamatan
4. Setiap terjadi kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus dilaporkan
kepada Direktur atau pejabat yang ditunjuknya;

III.TATA LAKSANA
A. STANDAR TEKNIS SARANA
1. Lantai
a. Lantai ruangan dari bahan yang kuat, kedap air, rata, tidak licin dan
mudah dibersihkan dan berwarna terang
b. Lantai KM/WC dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, mudah
dibesihkan, mempunyai kemiringan yang cukup dan tidak ada
genangan air
c. Khusus ruang operasi lantai rata, tidak mempunyai pori atau lubang
untuk berkembang biaknya bakteri, menggunakan bahan vynil anti
elektrostatik dan tidak mudah terbakar

85
2. Dinding
a. Dinding berwarna terang, rata, cat tidak luntur dan tidak mengandung
logam berat
b. Sudut dinding dengan dinding, dinding dengan lantai, dinding dengan
langit-langit, membentuk konus (tidak membuat sudut)
c. Dinding KM/WC dari bahan kuat dan kedap air
d. Permukaan dinding keramik rata, rapih, sisa permukaan keramik dibagi
sama ke kanan dan ke kiri
e. Khusus ruang radiologi Dinding dilapisi Pb minimal 2 mm atau setara
dinding bata setebal 30 cm serta dilengkapi jendela kaca anti radiasi
f. Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik setinggi
1.5 m dari lantai
3. Pintu dan Jendela
a. Pintu harus cukup tinggi minimal 270 cm dan lebat minimal 120 cm
b. Pintu dapat dibuka dari luar
c. Khusus pintu darurat menggunakan panic handle automatic door closer
dan membuka ke arah tangga darurat/arah evakuasi dengan bahan tahan
api minimal 2 jam
d. Ambang bawah jendela minimal 1 m dari lantai
e. Khusus jendela yang berhubungan langsung keluar memakai jeruji
f. Khusus ruang operasi, pintu terdiri dari dua daun pintu, mudah dibuka
tetapi harus dapat menutup sendiri (dipasang door close)
g. Khusus ruang radiologi, pintu terdiri dari dua daun pintu dan dilapisi Pb
minimal 2 mm atau setara dinding bata ketebalan 30 cm dilengkapi
dengan lampu merah tanda bahaya radiasi serta dilengkapi jendela kaca
anti radiasi
4. Plafond
a. Rangka plapond kuat dan anti rayap
b. Permukaan plafond berwarna terang, mudah dibersihkan, tidak
menggunakan berbahan asbes
c. Langit-langit dengan ketinggian minimal 2,8 m dari lantai
d. Langit-langit menggunakan cat anti jamur
e. Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan) lampu
bedah dengan profil baja double INP 20 yang dipasang sebelum
pemasangan langit-langit
5. Ventilasi
a. Pemasangan ventilasi alamiah dapat memberikan sirkulasi udara yang
cukup, luas mnimun 15% dari luas lantai

86
b. Ventilasi mekanik disesuaikan dengan peruntukan ruangan, untuk ruang
operasi kombinasi antara fan, exhauster dan Ac harus dapat memberikan
sirkulasi udara dengan tekanan positif
c. Ventilasi AC dilengkapi dengan filter bakteri
6. Atap
a. Atap kuat, tidak bocor, tidak menjadi perindukan serangga, tikus dan
binatang pengganggu lainnya
b. Atap dengan ketinggian lebih dari 10 meter harus menggunakan
penangkal petir
7. Sanitair
a. loset, urinoir, wastafel dan bak mandi dari bahan kualitas baik, utuh dan
tidak cacat, serta mudah dibersihkan
b. Urinoir dipasang/ditempel pada dinding, kuat, berfungsi dengan baik
c. Wastafel dipasang rata, tegak lurus dinding, kuat, tidak menimbulkan
bau, dilegkapi desinfektan dan dilengkapi disposable tissue
d. Bak mandi tidak berujung lancip, tidak menjadi sarang nyamuk dan
mudah dibersihkan
e. Index perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan
kamar mandi 10 : 1
f. Index perbandingan jumlah pekerja dengan jumlah toietnya dan kamar
mandi 20 : 1
g. Air untuk keperluan sanitair seperti mandi, cuci, urinoir, wastafel, closet,
keluar dengan lancar dan jumlahnya cukup
8. Air Bersih
a. Kapasitas reservoir sesuai dengan kebutuhan Rumah Sakit (25o-500
liter/tempat tidur)
b. Sistem penyediaan air bersih menggunakan jaringan PAM atau sumur
dalam (artesis)
c. Air bersih dilakukan pemeriksaan fisik, kimia dan biologi
d. Sumber air bersih dimungkinkan dapat digunakan sebagai sumber air
dalam penanngulangan kebakaran

9. Plumbing
a. Sistem perpipaan menggunakan kode warna : biru untuk perpipaan air
bersih dan merah untuk perpipaan kebakaran
b. Pipa air tidak boleh bersilangan dengan pipa air kotor
c. Instalasi perpipaan tidak boleh berdekatan atau berdampingan dengan
instalasi listrik

87
10. Drainage
a. Saluran kesling bangunan drainage dari bahan yang kuat, kedap air dan
berkualitas baik dengan dasar mempunyai kemiringan yang cukup ke
arah aliran pembuangan
b. Saluran air hujan tertutup telah dilengkapi bak kontrol dalam jarak
tertentu, dan ditiap sudut pertemuan, bak kontrol dilengkapi penutup
yang mudah di buka/ditutup memnuhi syarat teknis, serta berfungsi
dengan baik.
11. Ramp
a. Kemiringan rata-rata 10 – 15 derajat
b. Ramp untuk evakuasi harus satu arah dengan lebar minimum 140 cm,
khusus ramp koridor dapat dibuat dua arah dengan lebar minimal 240
cm, kedua ramp tersebut dilengkapi pegangan rambatan, kuat,
ketinggian 80 cm
c. Area awal dan akhir ramp harus bebas dari datar, mudah untuk berputar,
tidak licin
d. Setiap ramp dilengkapi lampu penerangan darurat, khusus ramp evakuasi
dilengkapi dengan prsessure fan untuk membuat tekanan udara positif
12. Tangga
a. Lebar tangga minumum 120 cm jalan searah dan 160 cm jalan dua arah
b. Lebar injakan minimum 28 cm
c. Tinggi injakan maksimum 21 cm
d. Tidak berbentuk bulat/spiral
e. Memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang seragam
f. Memiliki kemiringan injakan < 90 derajat
g. Dilengkapi pegangan, minimum pada salah satu sisinya. Pegangan
rambat mudah dipegang, ketinggian 60-80 cm dari lantai, bebas dari
segala instalasi
h. Tangga diluar bangunan dirancang ada penutup tidak kena air hujan

13.Pendestrial
a. Tersedia jalur kursi roda dengan permukaan keras/stabil, kuat dan tidak
licin
b. Hindari sambungan atau gundukan permukaan
c. Kemiringan 7 derajat setiap jarak 9 meter ada border
d. Drainase searah jalur

88
e. Ukuran minimum 120 cm (jaraksearah), 160 (jalur 2 arah)
f. Tepi jalur pasang pengaman
14.Area Parkir
a. Area parkir harus tertata dengan baik
b. Mempunyai ruang brbas disekitarnya
c. Untuk penyandang cacat disediakan ramp trotoar
d. Diberi rambu penyandang cacat yang bisa membedakan untuk
mempermudah dan membedakan dengan fasilitas parkir bagi umum
e. Parkir Basement dilengkapi dengan exhauster yang memadai untuk
menghilangkan udara tercemar di dalam ruang Masement, dilengkapi
petunjuk arah dan disediakan tempat sampah yang memadai serta
pemadam kebakaran
15. Landscape : Jalan, Taman
a. Askes jalan harus lancar dengan rambu-rambu yang jelas
b. Saluran pembuangan yang melewati jalan harus tertutup degan baik dan
tidak menimbulkan bau
c. Tanam-tanaman tertata dengan baik dan tidak menutup rambu-rambu
yang ada
d. Jalan dalam area Rumah Sakit pada kedua belah tepinya dilengkapi
dengan konsten dan dirawat
e. Harus tersedia area untuk tempat berkumpul (public corner)
f. Pintu gerbang untuk masuk dan keluar berbeda dan dilengkapi dengan
gardu jaga
g. papan nama Rumah Sakit dibuat rapi, kuat, jelas atau mudah dibaca
untuk umum, terpampang dibagian depan rumah sakit
h. Taman tertata rapi, terpelihara dan berfungsi memberikan keindahan,
kesejukan, kenyamanan bagi pengunjung maupun pekerja dan pasien
Rumah Sakit

B. STANDAR TEKNIS PRASARANA


1. Penyediaan Listrik
a. Kapasitas dan instalasi listrik terpasang memenuhi standar PUIL
b. Untuk kamar bedah dan ICU menggunakan catu daya khusus dengan
sistem catu daya cadangan otomatis dua lapis (generator dan UPS)
2. Penangkal Petir
Panangkal petir sesuai dengan ketentuan Permenaker No. 2 tahun 1989
3. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran

89
a. Tersedia APAR sesuai dengan Norma Standar Pedoman dan Manual
(NSPM) kebakara seperti yang diatur oleh Permenaker No. 4 tahun
1980
b. HIDRAN terpasang dan berfungsi dengan baik dan tersedia air yang
cukup, sesuai dengan aturan yang ditetapkan
c. Tersedia sprinkler dengan jumlah yang memenuhi kebutuhan luas area
d. Tersedia siamese connection
e. Tersedia pompa HIDRAN dengan generator cadangan
f. Tersedia dan tercukupi air untuk pemadaman kebakaran
g. Tersedia sistem alarm kebakaran otomatis sesuai dengan Permenkes
No. 2 tahun 1983
4. Sistem Komunikasi
a. Tersedia saluran telepon internal dan eksternal dan berfungsi dengan
baik
b. Tersedia saluran telepon khusus untuk keadaan darurat (IGD, sentral
telepon dan posko tanggap darurat)
c. Instalasi kabel telah terpasang rapi, aman dan berfungsi dengan baik
d. Tersedia komunikasi lain (HT, paging sistem dan alarm) untuk
mendukung komunikasi tanggap darurat
e. Tersedia sistem nurse call yang terpasang dan berfungsi dengan baik
f. Tersedia sistem tata suara (central sound system)
g. Tersedia peralatan pemantau keamanan/CCTV (Close circuit
television)
5. Gas Medis
a. Tersedianya gas medis dengan sistem sentral atau tabung
b. Sentral gas medis dengan sistem jaringan dan outlet terpasang,
berfungsi dengan baik dilengkapi dengan ALARM untuk menun jukan
kondisi sentral das medis dalam keadaan rusak/ketersediaan gas tidak
cukup
c. Tersedia suction pump pada jaringan sentral gas medik
d. Kapasitas sentral gas medik telah sesuai degan kebutuhan
e. Kelengkapan sentral gas berupa gas oksigen (O2), gasn Nitrous oksida
(NO2), gas tekan dan vacum
6. Limbah Cair
Tersedianya Instalasi Pengolahan air limbah (IPAL) dengan perizinannya
7. Pengolahan Limbah Padat
a. Tersedianya tempat/kontainer penampungan limbah sesuai dengan
kriteria limbah

90
b. Tersedia Incinerator atau yang sejenisnya, terpelihara dan berfungsi
dengan baik
c. Tersedia Tempat pembuangan Sampah padat sementara, tertutup dan
berfungsi dengan baik

IV. KESELAMATAN DAN KEAMANAN SELAMA PEMBANGUNAN DAN


RENOVASI
1. Kontrol Housekeeping sepenuhnya menjadi tanggungjawab kontraktor
dilevel manajemen yang biasanya diwakili oleh satu manajer K3/SHE
a. Area Kerja,
b. Adanya akses yang aman untuk semua pekerja dan orang-orang
disekitar proyek
c. Lantai kerja yang aman dari cairan yang membuat lantai licin dan
apabila lokasi merupakan lokasi basah harus sering dibersihkan
d. Jalan akses harus bersih dari sisa-sisa material yang mengganggu
e. Semua sisa bongkaran dibersihkan dari lokasi proyek dan sekitarnya
serta ditempatkan pada tempat yang disediakan
f. Untuk mengurangi debu dan kebisingan, area proyek harus tertutup
2. Material dan Penyimpanan
a. Barang yang tidak digunakan harus selalu disimpan pada tempatnya
b. Gudang material harus selalu bersih dari material sisa
c. Material ringan yang mungkin bisa tertiup angin disimpan pada
tempat tertutup/aman
d. Sisa-sisa yang bisa menghasilkan debu harus disingkirkan dari lokasi
3. Sampah
a. Tempat sampah harus ada diseluruh lokasi proyek dan dibersihkan
secara berkala
b. Ada sarana untuk membuang sampah dari lantai atas ke bawah
c. Ada tempat untuk menampung sisa-sisa material cair
d. Semua sampah yang dihasilkan proyek harus diproses sesuai dengan
peraturan yang berlaku
e. Ada tempat khusus untuk sampah yang mudah terbakar dan
ditempatkan tersendiri di lokasi yang aman
f. Ada jadwal rutin untuk pembersihan sampah
g. Dilakukan Pemeriksaan kualitas udara (ambien udara dan kebisingan)
disekitar bongkaran gedung, biaya menjadi tanggung jawab kontraktor

91
BAB XII
PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERACUN DAN
BERBAHAYA (B3)

I.DEFINISI
1. Limbah B3 adalah sisa suatu kegiatan di rumah sakit yang mempunyai sifat
mudah meledak, mudah terbakar, bersifat racun, reaktif, korosif, radioaktif ,
infeksius yang dapat merusak fungsi kelestarian alam dan mengganggu
kesehatan manusia.
2. Pengelolaan Limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan limbah
B3
3. Pengumpulan Limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan Limbah B3
dengan maksud menyimpan sementara sebelum diserahkan kepada pemanfaat
dan atau pengolah Limbah B3
4. Penyimpanan Limbah B3 adalah kegiatan menyimpan Limbah B3 yang
dilakukan oleh penghasil dan atau penimbun limbah B3 dengan maksud
menyimpan sementara

II.TUJUAN
Pengelolaan Limbah B3 bertujuan untuk mencegah agar limbah yng berasal dari
proses kegiatan rumah sakit tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi pasien,
petugas, pengunjung serta masyarakat yang berada di dalam dan diluar
lingkungan rumah sakit serta mencegah kerusakan fungsi kelestarian lingkungan

III.KEBIJAKAN

1. Limbah B3 Harus diidentikasi disetiap unit kerja baik jenis maupun


karakteristiknya
2. Limbah B3 harus disimpan di TPS limbah B3 sebelum dilakukan pengelolaan
selanjutnya
3. Petugas Pengelola Limbah B3 harus menggunakan APD sesuai dengan
ketentuan
4. TPS Limbah B3 harus dilengkapi peralatan system tanggap darurat berupa
Kotak P3K dan APAR serta Prosedur Tetap Penanganan Sistem Tanggap
Darurat

92
5. TPS Limbah B3 harus dilengkapi dengan pencegahan pencemaran limbah cair
dan emisi
6. Limbah B3 Rumah Sakit Annisa Queen dikelola oleh pihak III disertai dengan
manifest yang ditandatangani oleh petugas IPL dan Petugas pihak III

IV.JENIS ,SUMBER , KARAKTERISTIK, PENGEMASAN LIMBAH B3

N JENIS SUMBER KARAKT TPS PENGEMA PENGOL


O LIMBAH ERISTIK SAN AHAN
1 Sampah Pelayanan Infeksius R. Limbah Bin Sampah Pihak III
Medis Medis Infeksius Infeksius
2 Sampah Pelayanan Infeksius R. Limbah Sharp Pihak III
MedisTajam Medis Infeksius Bin/Safety
Box
3 Botol Infus Pelayanan Infeksius R. Limbah Bin Pihak III
Medis Infeksius
4 Oli Bekas Maintenanc Mudah Blok Oli Drum Pihak III
e Terbakar Bekas
5 Baterey Seluruh unit Beracun Blok Accu Box Kardus Pihak III
Bekas kerja & Filter
Bekas
6 Accu Bekas Maintenanc Beracun Blok Accu Box Kardus Pihak III
e & Filter
Bekas
7 Filter Bekas Maintenanc Beracun Blok Accu Box Kardus Pihak III
e & Filter
Bekas
8 Lampu TL Maintenanc Beracun Blok Box Kardus Pihak III
e Lampu TL
9 Obat Inst. Beracun Blok Obat Box Kardus Pihak III
Kadaluwarsa Farmasi & Reagen
10 Sludge IPAL IPAL Beracun Blok Bak Kantong Pihak III
Sludge Plastik Hitam

93
V.PROSES PENGELOLAAN

1. ALUR PENGELOLAAN LIMBAH B3

PEMILAHAN & PENGEMASAN

PENGAWASAN
PENGUMPULAN & PENGANGKUTAN

PENAMPUNGAN & PENYIMPANAN

PENGOLAHAN PENCATATAN &


PELAPORAN
PEMBUANGAN AKHIR

2. PROSES PEMILAHAN LIMBAH B3

a. Masing-masing penghasil limbah B3 dibawah pengawasan Instalasi


Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit melakukan pemilahan, pengemasan
dan penandaan pada limbah B3 di setiap kemasan luar/pembungkus
bahan, dengan tulisan dan symbol yang jelas, mudah terbaca, tidak
mudah terlepas dan bertahan lama.
b. Pemilahan kriteria masing-masing Limbah B3 berdasarkan karakterik
yang dimiliki adalah sebagai berikut :
a) Limbah Infeksius : Limbah hasil pelayanan medis dan
limbah jarum suntik
b) Limbah Mudah Terbakar : Oli bekas
c) Limbah Beracun : Accu bekas, lampu TL Bekas,
Bateray bekas, filter bekas, sludge
IPAL, Obat Kadaluwarsa, Abu
Residu
c. Pengemasan untuk masing-masing Limbah B3 adalah sebagai berikut :
a) Limbah infeksius : Kantong Plastik Warna Kuning
dimasukkan dalam Tempat Sampah
Vol 100 liter berwarna Kuning

94
b) Plastik/Botol Infus : Kantong Plastik Warna Kuning
c) Limbah Benda Tajam : Safety Box/Sharp Bin
d) Oli Bekas : Drum dan jirigen
e) Bateray Bekas/Accu : Box Kardus
Bekas
f) Sludge IPAL : Plastik warna Hitam
g) Lampu TL Bekas : Box Kardus
h) Filter Bekas : Box Kardus
i) Obat Kadaluwarsa : Box Kardus
j) Abu Residu : Kantong Plastik Warna Kuning
d. Simbol yang digunakan untuk penandaan Limbah B3 berdasarkan
masing-masing karakter yang dimiliki adalah :
Ukuran Simbol yang dipasang pada :
 Kemasan minimal 10 x 10 cm
 Tempat Penyimpanan 25 x 25 cm
1) Limbah Infeksius
Bahan Dasar putih dengan garis
pembentuk belah ketupat bagian dalam
berwarna hitam. Simbol infeksi berwarna
hitam terletak disebelah bawah sudut atas
garis belah ketupat bagian dalam. Pada
bagian tengah terdapat tulisan “INFEKSI”
berwarna hitam dan dibawahnya terdapat
blok segilima berwarna Merah

2) Limbah Mudah Terbakar


Bahan dasar berwarna merah . Gambar
symbol berupa lidah api berwarna putih
menyala pada suatu permukaan berwarna
putih. Gambar terletak dibawah sudut atas
garis ketupat bagian dalam. Pada bagian
tengah terdapat tulisan “CAIRAN” dan
dibawahnya terdapat tulisan “MUDAH
TERBAKAR” berwarna putih. Blok segilima
berwarna putih.
3) Limbah Beracun

Bahan dasar berwarna putih dengan blok


segilima berwarna merah. Simbol
tengkorak manusia dengan tulang
bersilang berwarna hitam. Garis tepi
symbol berwarna hitam. Pada sebelah
95
bawah gambar symbol terdapat tulisan
“BERACUN” berwarna hitam.
3. PROSES PENYIMPANAN LIMBAH B3
a. Untuk limbah infeksius diletakkan TPS Limbah B3 Ruang Limbah
Infeksius, sedangkan limbah tajam dimasukkan kedalam safety box atau
sharp bin dan dimasukkan ke dalam TPS ruang Limbah Infekius
b. Limbah yang berasal dari kegiatan maintenance, dengan rincian
penyimpanan adalah sebagai berikut :
1) Lampu TL bekas, R. Limbah Beracun blok Limbah Lampu TL
2) Accu Bekas , Bateray Bekas, Filter Bekas, dimasukkan ke dalam TPS
Limbah B3 Ruang Limbah Beracun blok Filter dan Accu Bekas
3) Oli Bekas dimasukkan ke dalam TPS Limbah B3 ruang Limbah Cair
Mudah Terbakar blok Limbah Oli Bekas
c. Untuk Limbah Sludge yang berasal dari kegiatan IPAL, dimasukkan ke
dalam TPS Limbah B3 Blok Sludge Limbah
d. Untuk Limbah Obat Kadaluwarsa dimasukkan ke dalam TPS Limbah B3
Blok Limbah Obat Kadaluwarsa dan reagen

4. PROSES PENATAAN
a. Limbah Infeksius : Limbah infeksius dimasukkan dalam plastik
berwarna kuning dan dimasukkan kedalam tempat sampah berwarna
kuning ditutup rapat dan dijajar rapi
b. Limbah Jarum Bekas : Safety box ditata berjejer rapi dengan label
kemasan berada dibagian depan.
c. Limbah Oli Bekas : drum dialasi dengan pallet dengan label kemasan
berada di bagian depan sehingga mudah diidentifikasi
d. Sludge IPAL : Dimasukkan dalam bak penyimpanan Sludge IPAL
e. Lampu TL, Lampu Pijar : Box Kardus dalam blok Penyimpanan Lampu
TL dijejer rapi
f. Filter Bekas, Accu Bekas dan Baterey bekas : Box Kardus dijejer
menjadi 2 jalur sesuai dengan jenis limbah (Jalur 1 Filter Bekas, Jalur 2
Accu Bekas dan Bateray Bekas ) dengan sisi yang terdapat label
kemasan menghadap kedepan sehingga limbah mudah diidentifikasi
g. Obat Kadaluwarsa : Box Kardus dijejer dengan sisi yang terdapat label
kemasan menghadap kedepan sehingga limbah mudah diidentifikasi

96
5. PROSES PENGELOLAAN SELANJUTNYA

No Jenis Limbah Pengelolaan Selanjutnya Frekuenai


Pengambilan
1 Limbah infeksius MOU dengan PT Jalan Hijau 2 hari sekali
2 Plastik Infeksius ( MOU dengan PT Jalan Hijau 2 hari sekali
Botol Infus )
3 Limbah Benda MOU dengan PT Jalan Hijau 2 hari sekali
Tajam
4 Sludge IPAL MOU dengan PT Jalan Hijau 90 hari
5 Obat Kadaluwarsa 90 hari

V.KETENTUAN ALAT PELINDUNG DIRI


Setiap petugas yang menangani Limbah B3 wajib menggunakan pelindung diri
berupa :
Sarung Tangan Karet/sarung tangan kulit, baju pelindung, Kacamata pelindung,
dan sepatu boot

VI.PENGAWASAN PENGELOLAAN LIMBAH B3


Pengawasan dilakukan oleh Penanggung Jawab Pengelolaan Limbah Padat dan
Cair yang meliputi :
a. Kesesuaian Penempatan limbah dengan ruang penyimpananannya
b. Ketersediaan dan kesiapan Alat Tanggap Darurat

VII.PELAPORAN DAN EVALUASI


Pelaporan Pengelolaan Limbah B3 berupa :
1. Pelaporan hasil kegiatan pengelolaan limbah B3 berupa Neraca Limbah
B3 yang dilaporkan 3 bulan sekali kepada :
a. BPLH Kabupaten Garut.
b. BLH Provinsi Jawa Barat
c. Kementrian Lingkungan Hidup cq Asdep 3/IV Gd. C Lt 2 Jl.
Panjaitan Kav. 24 Kebon Nanas Jakarta Timur
2. Evaluasi Pengelolaan Limbah B3 setiap bulan.

97
BAB XIII
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Petugas Rumah Sakit adalah sumber utama yang kontak dengan pasien,
keluarga dan pengunjung. Oleh karena itu mereka butuh pendidikan dan pelatihan
agar dapat melakukan identifikasi dan mengurangi resiko, melindungi orang lain dan
dirinya sendiri dan menciptakan fasilitas yang aman
Tujuan diselenggarakan pendidikan dan latihan adalah untuk membentuk
karyawan yang peka, tanggap dan waspada terhadap keselamatan dan keamanan
sehingga mempunyai kesadaran dan kemauan untuk melakukan kegiatan-kegiatan
K3RS.
Jenis-jenis pendidikan dan latihan adalah sebagai berikut :
1. Pendidikan Formal K3RS, meliputi :
a. S2 & S1 K3RS
2. Pendidikan Informal/Pelatihan-pelatihan, meliputi :
a. Pelatihan Ahli Sistem Manajemen K3 Rumah Sakit
b. Pelatihan Disaster program penanggulangan bencana
c. Pelatihan pencegahan dan penanggulangan kebakaran
d. Pelatihan penanganan bahan berbahaya dan bahan lainnya yang
mungkin menimbulkan resiko bagi dirinya atau bagi orang lain.
e. Pelatihan penanganan limbah
f. Pelatihan penanganan kecelakaan kerja di RS
g. Pelatihan penanganan berbagai peralatan medis dan non medis, gas
medis dan bahan berbahaya
h. Pelatihan proses pelaporan resiko potensial, pelaporan insiden dan
cidera
i. Penyehatan lingkungan kerja
Pembinaan dan indikator keberhasilan K3RS :
1. Pembinaan diarahkan agar rumah sakit melakukan upaya-upaya sehingga
kewaspadaan nihil kecelakaan dan penyakit akibat kerja
2. Indikator keberhasilan K3RS :
a. Nihil kecelakaan dan penyakit akibat kerja
b. Terlaksananya program K3RS
c. Tersedianya masukan sumber daya yang memadai
Pelatihan ditujukan dengan skala prioritas sebagai berikut :
1. Tim K3RS dan Tim Pendukung
2. Pejabat struktural dan fungsional
3. Tenaga medis dan paramedis
4. Staf Administrasi
98
BAB XIV
PEMBINAAN, PENGAWASAN, PENCATATAN DAN
PELAPORAN

A. Pembinaan dan Pengawasan


Pembinaan dan pengawasan dilakukan melaui sistem berjenjang. Pembinaan
dan pengawasan tertinggi dilakukan oleh Departemen Kesehatan. Pembinaan
dapat dilaksanakan antara lain melalui pelatihan, penyuluhan, bimbingan teknis
dan temu konsultasi dan lain-lain.
Pengawasan pelaksanaan K3RS dibedakan dalam dua macam, yakni
pengawasan internal yang dilakukan oleh Direktur Rumah Sakit, dan
pengawasan eksternal yang dilakukan oleh Menteri Kesehatan cq Dinas
Kesehatan Profinsi Jawa Barat dan Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, sesuai
dengan fungsi dan tugasnya.

B. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan adalah pendokumentasian kegiatan K3RS secara
tertulis dari masing-masing unit kerja dan kegiatan K3RS secara keseluruhan
yang dilakukan Tim K3RS, yang dikumpulkan dan dilaporkan/diinformasikan
oleh Tim K3RS ke Direktur atau unit kerja terkait.
Tujuan kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan K3RS adalah menghimpun
dan menyediakan data dan informasi kegiatan K3RS, mendokumentasikan
hasil-hasil pelaksanaan kegiatan K3RS, mencatat dan melaporkan setiap
kejadian/kasus K3RS dan menyusun dan melaksanakan pelaporan kegiatan
K3RS.
Sasaran kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan K3RS adalah mencatat dan
melaporkan kegiatan K3RS adalah mencatat dan melaporkan pelaksanaan
seluruh kegiatan K3RS, yang tercakup di dalam :
1. Program K3RS, termasuk penanggulangan kebakaran dan kesehatan
lingkungan Rumah Sakit
2. Kejadian/kasus yang berkaitan dengan K3RS serta upaya penanggulangan
dan tindak lanjutnya.
Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan untuk masing-masing aspek K3RS,
dilaksanakan dengan membuat atau menggunakan formulir-formulir seperti
terlampir dalam Pedoman K3RS ini.
Pencatatan dan pendokumentasian pelaksanaan kegiatan K3RS dilakukan setiap
waktu, sesuai dengan jadwal pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan dan
atau pada saat terjadi kejadian/kasus (tidak terjadwal)
99
Pelaporan terdiri dari :
1. Pelaporan berkala ( bulanan, semesteran dan tahunan )
2. Pelaporan sesaat/insidentil, yaitu pelaporan yang dilakukan sewaktu-waktu
pada saat kejadian atau terjadi kasus yang berkaitan dengan K3RS
Setiap kegiatan dan atau kejadian/kasus sekecil apapun yang berkaitan dengan
K3RS, wajib dicatat dan dilaporkan secara tepat waktu kepada Tim K3RS
Rumah Sakit perlu menetapkan dengan jelas alur pelaporan baik untuk laporan
rutin/berkala, laporan kasus/kejadian tidak terduga.

100
BAB XV
PENUTUP

Dengan adanya Pedoman ini, kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di


lingkungan Rumah Sakit Annisa Queen dapat ditingkatkan hasilnya. Untuk petugas
Rumah Sakit diharapkan Pedoman ini dapat membantu dalam memahami masalah-
masalah Keselamatan Dan Kesehatan Kerja serta dapat melakukan upaya-upaya
antisipasi terhadap akibat-akibat yang ditimbulkan sehingga tercapai budaya “ sehat
dan aman dalam bekerja”
Dalam pembuatan Pedoman ini disadari banyak kekurangan-kekurangan, oleh
karena itu masukan dan saran untuk perbaikan peningkatan pedoman ini merupakan
sesuatu yang sangat berharga.
Keberhasilan penerapan program Keselamatan Kerja, Kebakaran dan
Kewaspadaan Bencana memerlukan dukungan berbagai pihak terkait, sehingga
upaya-upaya yang dilakukan melalui penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja
dan lingkungan kerja. Diharapkan nantinya tercipta lingkungan kerja yang aman,
efisien, dan produktif untuk menjamin keamanan bagi karyawan, pasien dan
pengunjung Rumah Sakit serta meningkatkan daya saing Rumah Sakit.
Semoga Pedoman ini dapat menjadi pegangan bagi setiap orang yang
melibatkan dirinya untuk berkecimpung di bidang Kesehatan Kerja, Kebakaran dan
Kewaspadaan Bencana di lingkungan Rumah Sakit Annisa Queen

101

Anda mungkin juga menyukai