Accounting Theory Construction
Accounting Theory Construction
Accounting Theory Construction
Cara yang paling bermanfaat untuk mempelajari dan menilai teori-teori akuntansi
adalah dengan mengelompokkan teori-teori tersebut kedalam asumsi-asumsi apa teori
tersebut bersandar, dan pendekatan yang dipakai oleh teori tersebut. Beberapa
klasifikasi yang telah teruji paling bermanfaat adalah pendekatan pragmatik, sintaktik,
semantik, normatif, positif, dan naturalistik.
Apa yang terkandung dalam simbol bahasa, itulah yang menjadi informasi bagi
penerima (pembaca). Tanda atau simbol bahasa (gambar-gambar dan kata-kata) dan
tata bahasa membentuk ungkapan bahasa yang menjadi media komunikasi. Tataran
semiotika dalam teori komunikasi adalah sebagai berikut:
Perekayasa Akuntansi
Semantik Pragmatik
Bagaimana Bagaimana
menyimbolkan ? berpengaruh?
Reaksi terhadap
Likuiditas,
pesan informasi
solvabilitas, Laporan Keuangan sbg Media
profitabilitas Komunikasi
ASET
=
KEWAJIBAN + EKUITAS
Definisi
Tujuan
Contoh
Simbol tersebut (misal aset, kewajiban, pendapatan) harus berkaitan secara logis
sehingga informasi semantik dapat dikandung dalam statemen keuangan.
Cakupan teori akuntansi sintaktik lebih luas dari sekadar menentukan hubungan
struktural antarelemen statemen keuangan, melainkan meliputi juga hubungan
antara unsur-unsur yang membentuk struktur pelaporan keuangan atau struktur
akuntansi dalam suatu negara yaitu, manajemen, entitas pelapor (pelaporan),
pemakai informasi , sistem akuntansi, dan pedoman penyusunan.
Dengan kata lain, dari segi sintaktik, teori akuntansi berusaha untuk memberi
penjelasan dan penalaran tentang apa yang harus dilaporkan, siapa melaporkan,
kapan dilaporkan, dan bagaimana melaporkannya.
Teori pragramtik membahas berbagai hal dan masalah yang berkaitan dengan
pengujian kebermanfaatan informasi, baik dalam konteks pelaporan keuangan
eksternal maupun manajerial. Perubahan perilaku yang diharapkan terjadi akibat
informasi akuntansi tertentu merupakan bahan kajian teori ini. Teori pragmatik
akan banyak berisi pengujian-pengujian teori tentang hubungan antara variabel
akuntansi dengan variabel perubahan atau perbedaan perilaku pemakai. Subjek
atau pemakai yang diukur perilakunya dapat berupa akuntan, pelaku pasar
modal, manajer, dan auditor. Yang dapat menjadi indikator perubahan perilaku
antara lain perubahan harga saham, volume saham, kinerja manajer, kinerja
karyawan, kinerja perusahaan, dan perbedaan pemilihan metoda akuntansi.
Pengujian semacam itu melibatkan pengamatan terhadap apa yang nyatanya
terjadi (data empirirs) dan memerlukan metoda pengujian tertentu (biasanya
metoda ilmiah).
a. Pragmatis Deskriptif
B. TEORI NORMATIF
Perumusan akuntansi normatif mencapai keemasan pada tahun 1950 dan 1960an.
Pada periode tersebut teori normatif lebih berkosentrasi pada penciptaan laba
sesungguhnya dan pengambilan keputusan. Teori normatif berusaha untuk
membenarkan tentang apa saja yang harus dipraktikan, misalnya pernyataan yang
menyebutkan bahwa laporan keuangan seharusnya didasarkan pada metode
pengukuran aktiva tertentu. Menurut Nelson (1973) teori normatif hanya
menyebutkan hipotesis tentang bagaimana akuntansi seharusnya dipraktikan tanpa
menguji hasil hipotesis tersebut.
a. True Income
Berfokus pada bagaimana menghasilkan pengukuran yang tunggal dan unik atas
aset dan profit.
b. Decision Usefulness
Tujuan akuntansi ialah menghasilkan proses pengambilan keputusan dari
pengguna tertentu laporan keuangan dengan cara menyajikan data akuntansi
yang relevan dan berguna.
Teori yang berkembang mendasarkan pada konsep ekonomi klasik tentang laba dan
kemakmuran. Para pakar membuat penyesuaian pada Historical Cost dengan
mengukur tingkat inflasi atau market value suatu aset.
Tujuan yang telah disepakati ini jelas penuh dengan muatan nilai (values), karena
penentuan kesesuaian dengan tujuan merupakan proses subyektif yang melibatkan
kemampuan menimbang (art) antara manfaat dan risiko, atau keuntungan dan
kerugian. Hasil akhir dari teori akuntansi normatif adalah suatu pernyataan atau
proposal yang menganjurkan tindakan tertentu (prescriptive). Sebagai contoh, teori
akuntansi akan menghasilkan pernyataan bahwa “aktiva tetap harus dinilai dan
dicantumkan dalam neraca atas dasar biaya historis”. Jika teori akuntansi normatif
ini digunakan sebagai dasar dalam penyusunan standar akuntansi, maka standar
akuntansi tersebut juga akan bersifat normatif, penuh dengan “keharusan” atau
“kewajiban”. Standar akuntansi normatif menjadi tidak peduli tentang apa yang
senyatanya terjadi jika standar akuntansi tersebut diterapkan.
C. TEORI POSITIF
Perkembangan teori positif tidak dapat dilepaskan dari ketidakpuasan terhadap teori
normatif (Watt & Zimmerman,1986). Selanjutnya dinyatakan bahwa dasar
pemikiran untuk menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan normative terlalu
sederhana dan tidak memberikan dasar teoritis yang kuat. Terdapat tiga alasan
mendasar terjadinya pergeseran pendekatan normatif ke positif yaitu (Watt &
Zimmerman,1986 ):
Prediksi yang dibuat oleh PAT diorganisasikan secara luas pada tiga hipotesis yang
diformulasikan oleh Watts dan Zimmerman (1986). Kita akan memberi ketiga
hipotesis ini bentuk oportunistik mereka, karena menurut Watts dan Zimmerman
(1990), ini adalah cara yang paling sering digunakan ketika mereka
diinterpretasikan:
1. Hipotesis Rencana Bonus
Dalam hipotesis ini, semua hal lain dalam keadaan tetap, para manajer
perusahaan dengan rencana bonus cenderung untuk memilih prosedur akuntansi
dengan perubahan laba yang dilaporkan dari periode masa depan ke periode
masa kini.
Dalam hipotesis ini semua hal lain dalam keadaan tetap, makin dekat suatu
perusahaan terhadap pelanggaran pada akuntansi yang didasarkan pada
kesepakatan utang, maka kecenderungannya adalah semakin besar kemungkinan
manajer perusahaan memilih prosedur akuntansi dengan perubahan laba yang
dilaporkan dari periode masa depan ke periode masa kini.
Dalam hipotesis ini semua hal lain dalam keadaan tetap, makin besar biaya
politik yang mesti ditanggung oleh perusahaan, manajer cenderung lebih
memilih prosedur akuntansi yang menyerah pada laba yang dilaporkan dari
masa sekarang menuju masa depan
Pendekatan ilmiah memiliki asumsi bahwa dunia yang diteliti merupakan suatu
realitas yang objektif. Sehingga suatu praktik yang tidak sesuai dengan teori
merupakan anomali, dan merupakan masalah penelitian yang harus ditindaklanjuti.
Suatu penelitian dibangun dari teori yang didasarkan pengetahuan sebelumnya atau
diterima secara ‘ilmiah’ konstruksi teorinya.
Kemudian, praktik-praktik anomali yang tidak sesuai dengan teori yang telah ada
diperlakukan sebagai masalah penelitian. Pada tahap ini, teori dikembangkan untuk
menjelaskan perilaku yang diamati dan menghasilkan suatu hipotesis yang perlu
diuji. Prosedur pengujian hipotesis dilakukan secara terstruktur dengan
mengumpulkan data lalu menerjemahkannya melalui teknik matematis atau statistic
untuk menentukan apakah hipotesi dapat diterima atau ditolak. Asumsi yang tersirat
dari sini, teori yang baik adalah teori yang dapat diberlakukan dalam lintas
perusahaan, industri, dan waktu.
Kritik terhadap penelitian ilmiah yaitu penelitian skala besar statistik cenderung
menyatukan segala hal bersama-sama. Selain itu, hipotesis yang seringkali
menggunakan survey harga pasar saham menyebabkan penelitian akuntansi jauh
dari dunia praktisi, sehingga banyak pihak menganjurkan pendekatan naturalistik
digunakan Perlu bagi peneliti akuntansi untuk menentukan asumsi apa yang
digunakan dalam penelitian serta alternatif pendekatan apa yang lebih sesuai,
pendekatan ilmiah atau pendekatan naturalistik.
Keenam kategori di atas merupakan berbagai alternatif untuk melihat realitas dunia.
Kategori 1 merupakan sudut pandang objektif yang baku, di mana praktik akan
selalu sesuai dengan pakemnya, sehingga keputusan dan tindakan yang diambil
dapat dengan mudah diprediksi. Semakin ke bawah, unsur konkret dari objek
penelitian semakin hilang. Jika kategori 1 berasumsi bahwa dunia ini konkret dan
stabil, maka pada kategori 6 berasumsi bahwa dunia tidak stabil, tergantung pada
asumsi masing-masing manusia (individualis). Sehingga, untuk memahami sebuah
proses pengambilan keputusan dari asumsi yang begitu individualis ini, peneliti
perlu untuk memahami persepsi dan kecenderungan dari setiap individu.
Kesalahpahaman lain yang umum terjadi tentang penerapan sudut pandang ilmiah
dalam akuntansi adalah keinginan untuk mengetahui kebenaran mutlak (desire of
absolute truth), yang tidak bisa tercapai, karena Argumen tersebut didasarkan
kepada kesalahan konsep bahwa ilmu pengetahuan dapat menggali dan menemukan
kebenaran mutlak.
Metode ilmiah pada dasarnya tidaklah sempurna, mengingat Metode ini bersumber
dari penemuan manusia untuk membantu kita dalam memastikan apakah sebuah
pernyataan (statement) dapat dianggap realistis atau tidak. Kebenaran ilmiah
bersifah sementara. Sebuah pernyataan atau teori akan diterima hanya jika peneliti-
peneliti di bidang yang sama memutuskan bahwa bukti-bukti yang disertakan cukup
meyakinkan.