Pemerikisaan Protein Kel 6 Print PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 25

KIMIA KLINIK

PEMERIKSAAN PROTEIN

Dosen Pengampu:

dr. Yati Damiati Sp.PK

Disusun oleh :
1. Ajeng Andriani (P27903118048)
2. Himayatun Nisa (P27903118069)
3. Mutiara Rosa Aulia (P27903118074)
4. Nabila Deswanti Fauziyah (P27903118075)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat rahmat dan ridha-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Kimia Klinik dan memberikan pengetahuan lebih mengenai
pemeriksaan protein. Pembuatan makalah ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan
dari pihak lain, oleh sebab itu kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini.

Semoga makalah yang kami buat bisa memberikan informasi lebih dan
jalan keluar dalam masalah yang sedang terjadi di sekitar kita, khususnya
mengenai masalah tentang pemeriksaan protein.

Hormat Kami

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................................3
PENDAHULUAN ............................................................................................................3
1.1 Latar Belakang .................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan ..............................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................4
BAB II ...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN ...............................................................................................................5
2.1 Definisi Protein .................................................................................................5
2.2 Pemeriksaan Protein Urin ...............................................................................5
2.3 Pemeriksaan Protein Serum .......................................................................... 12
2.4 Pemeriksaan Protein LCS ............................................................................. 18
BAB III ...........................................................................................................................22
PENUTUP ......................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 22
3.2 Saran………………………………………………………………………… 22
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Protein merupakan senyawa polimer yang terbentuk dari monomer-


monomer asam amino yang dihubungkan langsung oleh ikatan peptida
antara asam amimo satu dengan asam amino lainnya. Protein sangat
mempengaruhi proses pertumbuhan tubuh kita. Diantara manfaat protein
tersebut sebagai enzim, protein memiliki peranan yang besar untuk
mempercepat reaksi biologis. Sebagai alat pengangkut dan penyimpan.
Protein yang terkandung dalam hemoglobin dapat mengangkut oksigen
dalam eritrosit; zat pembangun yang meliputi mengadakan pertumbuhan,
pemeliharaan, dan perbaikan struktur (sel, jaringan, dan organ); menjaga
keseimbangan cairan tubuh; menyediakan sumber energi (1 gram protein
menghasilkan 4,1 kalori); dan mendetoksifikasi zat-zat asing yang masuk
ke dalam tubuh. Bila tubuh kekurangan atau kelebihan protein maka akan
mengalami gangguan kesehatan kemudian menjadi penyakit kekurangan
atau kelebihan protein. Setidaknya ada 4 faktor yang melatarbelakangi
penyakit kurang kalori protein (KKP), yaitu masalah sosial, ekonomi,
biologi, dan lingkungan. Komponen biologi yang menjadi latar belakang
KKP, antara lain, malnutrisi, penyakit infeksi, serta diet rendah energi
dan protein.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu protein dan pemeriksaan protein pada sampel urin, serum dan
LCS ?
2. Bagaimana cara kerja dari pemeriksaan protein pada sampel urin, serum
dan LCS?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu protein dan pemeriksaan protein pada sampel
urin, serum dan LCS ?
2. Untuk mengetahui bagaimana cara kerja dari pemeriksaan protein pada

3
sampel urin, serum dan LCS?

1.4 Manfaat Penulisan


Memperluas informasi pembaca mengenai pemeriksaan protein
serta membantu pembaca dalam menangani pasien yang membutuhkan
pemeriksaan protein.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Protein


Protein adalah senyawa organik yang banyak dijumpai kalam semua
makhluk hidup. Protein terdiri dari karbon, hydrogen dan nitrogen dan
umumnya juga mengandung sulfur. Molekulnya berkisar antara 6000
hingga jutaan. Satu molekul protein terdiri dari rantai panjang polipeptida.
Polipeptida ini berasal dari asam. Asam amino yang salain berikatan
dengan urutan yang khas. Ikantan teratur yang berurutan ini dinamakan
struktur primer protein. Polipeptida dapat melipat atau menggulung yang
menyebabkan timbulnya struktur sekunder. Struktur tersier asam amino
berbentuk tiga dimensi dari polipeptida yang menggulung atau melipat ini.
Struktur kuartener muncul polipeptida yang terlibat. Pemanasan dengan
suhu diatas 500C atau pemberian asam basah kuat akan membuat protein
kehilangan struktur tersiernya yang khas. Hal ini juga dapat menimbulkan
koagulat yang tak larut (misalnya patih telur). Proses ini dapat membuat
sifat hayatinya menjadi tidak aktif. (Tanti, 2009)
Setiap sel yang hidup tersusun oleh protein. Protein merupakan
bahan pembangun tubuh yang utama. Protein tersusun atas senyawa
organic yang mengandung unsur-unsur karbon, hydrogen, oksigen, dan
nitrogen. Unsur nitrogen (N) adalah ciri protein yang membedakan dari
karbohidrat dan lemak. Protein merupakan bahan baku sel dan jaringan
karena merupakan komponen penting dari otot, kulit, dan tulang.

2.2 Pemeriksaan Protein Urin


Protein urin adalah terdapatnya protein dalam urin manusia yang
melebihi nilai normal yaitu lebih dari 150 mg/hari. Protein urin baru
dikatakan patologis bila kadarnya melebihi 200 mg/hari pada beberapa kali
pemeriksaan dalam waktu yang berbeda. Protein urin persisten jika protein
urin telah menetap selama 3 bulan atau lebih dan jumlahnya biasanya hanya

5
sedikit dari atas nilai normal.
Protein urin merupakan syarat untuk diagnosis preeklampsia, tetapi
protein urin pada umumnya timbul jauh pada akhir kehamilan, sehingga
sering dijumpai pre-eklampsia tanpa protein urin, karena janin sudah lahir
lebih dulu. Protein urin timbul sebelum hipertensi, umumnya merupakan
gejala penyakit ginjal, sehingga dapat dipertimbangkan sebagai penyulit
kehamilan. Tanpa kenaikan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, umumnya
ditemukan padainfeksi saluran kencing atau anemia. Jarang ditemukan
protein urin pada tekanan < 90 mmHg.
Pengukuran protein urin dapat dilakukan dengan :
Urin dipstik : 100 mg/l atau + 1, sekurang-kurannya diperiksa 2 kali urin
acak selang jam
Pengumpulan protein urin dalam 24 jam, dianggap patologis bila
besaran protein urin ≥ 300 mg/24 jam.
Pemeriksaan protein dalam urine ini bertujuan untuk mengetahui
komplikasi adanya preklampsia pada ibu hamil yang sering kali
menyebabkan masalah dalam kehamilan maupun persalinan dan terkadang
menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi bila tidak segera
diantisipasi. Pemeriksaan protein urine adalah pemeriksaan protein dengan
menggunakan asam asetat 5%, dan apabila setelah dipanaskan urine
menjadi keruh berarti ada protein dalam urine.
Standar kadar kekeruhan protein, dijelaskan pada tabel 2.1 berikut ini :
Tabel 2.1. Standar kadar kekurahan protein
N
Keterangan Kadar kekurahan protein
Negatif
1 Urine jernih

Positif
2 1 (+) Ada kekeruhan

Positif
3 2 (++) Kekeruhan mudah dilihat dan ada endapan

Positif
4 3 (+++) Urine lebih keruh dan endapan yang lebih jelas

Positif
5 4 (++++) Urine sangat keruh dan disertai endapan yang menggumpal

Sumber : Rukiah (2009) dalam Ni’mah (2017).


Mekanisme terjadinya protein urin disebabkan oleh dinding

6
pembuluh darah dan strukteur jaringan yang ada disekitarnya berperan
penting sebagai barier terhadap melintasnya mekromulekuler seperti
globuli dan albumin. Hal ini terjadi karena peran dari endotel pada kapiler,
membran basal dari glomerlus dan epitel viseral, mikroglobulin,
vasopresin, insulin dan hormon paratiroid. Secara bebas melalui filter
glomerulus dan selanjutnya diabsorbsi serta dikatabolisme pada tubulus
kontrortus proksimalis. Kerusakan pada epitel tubulus proksimalis
menyebabkan kegagalan untuk mereabsorbsi protein dengan berat
molekuk rendah yang selanjutnya keluar melali urin. Protein urin
merupakan indikasi terjadinya pre-eklampsia, sehingga ibu hamil pada
saat melakukan kunjungan antenatal care dianjurkn melakukan
pemeriksaan protein di laboratorium.

1. Metode Ewitdz

Tujuan : Untuk mengetahui protein urine secara semi kuantitatif.

(Pra Analitik)

Prinsip : Protein dalam urine akan dipresipitatkan oleh asam sulfosalisil


20% tanpa pemanasan dan kekeruhan yang terjadi dinilai secara semi
kuantitatif.

Alat dan Bahan : Sampel urine, Beaker glass, Gelas ukur, Tabung reaksi,
Asam sulfosalisil 20%, Pembakar spiritus / lampu spiritus.

(Analitik)

Metode Ewitz :

Masukkan sampel urine ke dalam beaker glass.

Ukurlah dengan gelas ukur sebanyak 2 ml urine.

Masukkan ke dalam tabung reaksi 1 (tabung tes) dan tabung reaksi 2


(tabung kontrol) masing-masing 2ml.

Tambahkan 8 tetes asam sulfosalisil 20% pada tabung 1 kemudian


homogenkan.

7
Bandingkan tabung reaksi 1 dengan tabung reaksi 2.

Baca hasil pemeriksaan : jika tabung tes tetap jernih berarti protein urine
negatif jika terjadi kekeruhan pada tabung tes, maka panasi tabung tersebut
sampai mendidih selama 1 menit dan dinginkan dengan air mengalir, baca
hasilnya : jika kekeruhan tetap ada pada waktu pemanasan dan setelah
didinginkan, maka protein urine positif jika kekeruhan hilang pada waktu
pemanasan dan muncul kembali setelah didinginkan maka penyebab
kekeruhan adalah protein bance jones.

(Pasca Analitik)

Interprestasi hasil pemeriksaan protein urine secara semi kuantitatif :

(-) tidak terjadi kekeruhan

(+1) kekeruhan ringan tanpa butir-butir (kadar protein 0,01% – 0,05%)

(+2) kekeruhan berbutir-butir (kadar protein 0,05% – 0,2%)

(+3) kekeruhan berkeping-keping (kadar protein 0,2% – 0,5%)

(+4) kekeruhan berkeping besar dan bergumpal (kadar protein > 0,5%)
Nilai Normal : (-) tidak terjadi kekeruhan

2. Metode Esbach

Tujuan : mengetahui kada protein dalam urin

(Pra Analitik)

Persiapan pasien :

-pengambilan urine sewaktu

-pengambilan urin 24 jam

Persiapan sampel :

-spesimen 24 jam, botol spesimen urin disimpan dalam lemari es

-diberika toluen sebagai pengawet

Persiapan Alat dan Bahan : asam prikat, sumbat tabung, asam sitrat, urin
24 jam, aquadest, tabung reaksi

8
(Analitik)

Prinsip : Asam pikrat dapat mengandapkan protein dan endapan ini dapat
diukur secara kuantitatif.

Cara kerja :

- Dilakukan pengukuran pH urine dengan menggunakan kertas lakmus


merah pada urine

- Jika urine sudah bersifat asam (kertas lakmus merah tidak berubah) maka
tidak perlu penambahan asam asetat 6%.

- Diisi tabung Esbach dengan urine sampai tanda U dan reagen esbach
sampai tanda R

- Tutup tabung Esbach dengan gabus penutupnya, homogenkan urine dan


reagen Esbach, biarkan pada suhu kamar selama 24 jam.

- Baca tingginya endapan yang terjadi setelah 24 jam dalam

- Ditambahkan serbuk Barium Sulfat, lalu homogenkan kembali

- Ditunggu 30 menit hingga terbentuk endapan dan diukur tinggi endapan

(Pasca Analitik)

Interpretasi Hasil

(+) adanya kekeruhan dan tingkat kekeruhan sesuai dengan semi


kuantitatif

(-) tidak terjadi kekeruhan

Hal yang perlu diperhatikan dalam metode esbach:

• Penurunan kadar

Urin yang encer

Pengaruh obat asam sulfosalisilat

• Peningkatan kadar

Protenuria berat : glomerulonephritis kronis atau akut, sindrom nefrotik,

9
nefritis llupus, penyakit amyloid

Protenuria sedang : toksistas obat (aminoklikosida ), penyakit juantungk


penyakit infeksius akut, myeloma multipeol, toksisitas bahan kimia

Proteinuria rendah : pielonefritis kronis, penyakit ginjal, polikistik,


penyakit tubulus ginjal, pengaruh obat (penisilin, gentamisi, sulfonamide,
sefalosporin, media kontras, tolmutamid, asetazolamid, natrium
bikarbonat)

3. Metode Carik Celup

Tujuan : mengetahui kadar protein dalam urin

(Pra Analitik)

Persiapan pasien

-pengambilan urine sewaktu

-pengambilan urine 24 jam

Persiapan sampel

-spesimen 24 jam, botol spesimen urin disimpan dalam lemari es

-diberikan toluen sebagai pengawet

-bahan: urin, alat: strip carik celup

(Analitik)

Prinsip : pada pH tertentu protein akan merubah zat kromogen membentuk


warna

Cara kerja:

-Celupkan strip kedalam urine selama 1 detik.

-Keluarkan dan tiriskan kelebihan urine dengan tisu atau kertas saring.

-Baca terjadinya perubahan warna dalam 60 detik.

-Bandingkan dengan warna standar pada tabung atau baca dengan alat
khusus.

10
(Pasca Analitik)

Hal yang perlu diperhatikan dalam tes carik celup:

• Sampel urin harus dihomogenkan terlebih dahulu

• Celupkan kertas carik celup dengan segera kedalam urin dan


langsung diangikat

• Kelebihan urin dikertas carik celup ditiriskan

• Tidak boleh menyentuh bagian reagen dari carik celup

• Wadah ditutup rapat dan tidak boleh terkena sinar matahari langsung

4. Metode Bang

Tujuan : untuk mengetahui protein dalam urin secara semi kuantitatif

( Pra Analitik)

Persiapan pasien :

-pengambilan urine sewaktu

-pengambilan urin 24 jam

Persiapan sampel :

-spesimen 24 jam, botol spesimen urin disimpan dalam lemari es

-diberika toluen sebagai pengawet

11
Persiapan Alat dan Bahan : Wadah urin, Tabung reaksi, Pipet ukur, Rak
tabung reaksi, Penangas air, Bulb, Tisu, Sampel urin segar, Reagen asam
asetat 6%, Asam sulfosalisill, Urin kontrol

(Analitik)

Prinsip : protein dalam suasana asam dan dilakukan pemanasan akan


menggumpal

Cara kerja:

- 5 mL urine jernih + 0,5 mL reagen bang dipanaskan

- setelah 5 menit, baca hasilnya

(Pasca Analitik)

Intepretasi Hasil

- Tidak ada kekeruhan : negatif (-)

- Kekeruhan sedikit (tidak berbutir): + (10 -50 mg/dL)

- Kekeruhan jelas (berbutir) : ++ (50 -200 mg/dL)

- Kekeruhan hebat (berkeping-keping) : +++(200 -500mg/dL)

- Menggumpal : ++++ (>500 mg/dL)

2.3 Pemeriksaan Protein Serum


Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi tubuh
manusia karena berfungsi sebagai alat transportasi serta berguna untuk
menunjang kehidupan. Dengan tidak adanya darah yang cukup dalam tubuh
seseorang, maka dapat berakibat pada kesahatan seseorang bahkan dapat
berakibat pada kematian.
Komposisi Serum darah :
Air : 91,0 %
Protein : 8,0 % (Albumin, globulin, protrombin , dan
fibrinogen)
Mineral : 0,9 % (NaOH, Natrium bikarbonat, garam dari

12
kalsium, fosfor, magnesium dan besi)
Bahan organik : Glukosa, lemak, urea, asam urat, kreatinin,
kolestrol dan asam amino.
Penentuan konsentrasi protein serum total dan fraksi utamanya
(albumin dan globulin) dapat digunakan sebagai alat diagnostik yang
penting dalam biokimia klinis. Beberapa faktor dapat mempengaruhi
konsentrasi total protein, albumin, globulin dan rasio albumin globulin
(A/G).
Penetapan kadar protein dalam serum itu biasanya dapat mengukur
protein total, albumin atau globulin. Ada salah satu cara yang mudah untuk
menetapkan kadar protein total, yaitu dengan berdasarkan pembiasan
cahaya oleh protein yang larut dalam serum. Penetapan ini sebenarnya
mengukur nitrogen karena protein berisi asam amino serta asam amino
berisi nitrogen.
Dalam pengklasifikasian protein, albumin merupakan protein
globular. Protein ini umumnya berbentuk bulat atau elips dan terdiri atas
rantai polipeptidayang berlipat. Pada umumnya gugus R polar terletak
disebelah luar rantaipolipeptida, sedangkan gugus R yang hidrofob terletak
disebelah dalam molekulprotein. Protein globular pada umumnya
mempunyai sifat dapat larut dalam air,dalam larutan asam atau basa dan
dalam etanol.
Albumin adalah protein yang larut dalam air. Albumin disintesis di
hati dan berfungsi utama untuk mempertahankan tekanan koloid osmotik
darah. Hal ini karena albumin merupakan protein dengan berat molekul
besar yang tidak dapat melintasi dinding pembuluh atau dinding kapiler
sehingga dapat membantu mempertahankan cairan yang ada di dalam sistem
vascular.
Albumin sangat penting demi memelihara tekanan osmosis untuk
distribusi fluida tubuh antara intravascular compartment dan jaringan tubuh.
Albumin juga berfungsi sebagai pengusung plasma dengan secara tidak
langsung mengikat beberapa hormon steroid hydrophobic dan protein
pengusung bagi hemin dan asam lemak dalam sirkulasinya.

13
1. Protein total
Nama Lain : TP, Protein Total
pemeriksaan untuk mengukur semua protein yang terdiri dari
Definisi :
Albumin dan Globulin
Sampel : Serum
Pemeriksaan : Setiap Hari
Nilai Rujukan : Bervariasi tiap laboratorium.
Konvensional : 6,6 – 8,7 g/dL
SI Unit : 66 – 87 g/L
Menurun: penyakit hati, ginjal, sindroma nefrositik, pendarahan,
Hasil luka bakar, malnutrisi, malabsorpsi, dll
:
Abnormal Meningkat: Multiple myeloma, inflamasi atau infeksi kronis
penyakit HIV, Hepatitis B dan C, dll
2. Albumin
Nama Lain : ALB
bagian dari protein plasma dalam tubuh yang diproduksi di
Definisi :
dalam hati.
Sampel : Serum, Plasma EDTA
Pemeriksaan : Setiap Hari
Nilai Rujukan : Bervariasi tiap laboratorium.
Konvensional : 3,5 – 5,2 g/dL
SI Unit : 35 – 52 g/L
Menurun: Penyakit hati, ginjal, sindroma nefrotik, malnutrisi/
Hasil
: kekurangan gizi, peradangan/ inflamasi, dll
Abnormal
Meningkat: Dehidrasi
(Pra Analitik)
1. Alat praktikum
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikropipet, rak
tabung, spektrofotometer, Sentrifuge, tabung reaksi, tabung sentrifuge.
2. Bahan praktikum
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu aquadest, darah,

14
mata mikropipet, reagen albumin dan reagen TPR.
(Analitik)
3. Cara kerja
a. Protein Total
I. Penyiapan serum
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Dimasukkan darah ke dalam tabung sentrifuge
3) Disentrifuge ± 15 menit, dengan kecepatan 5000 rpm.
4) Diambil serum darah
5) Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
II. Pengukuran absorban blanko
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Dipipet 20µL aquadest ke dalam kuvet
3) Ditambahkan 2000 µL reagen TPR
4) Diinkubasi pada suhu 250C selama 20 menit
5) Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang
546 nm.
III. Pengukuran absorban standar
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Dipipet 10µL larutan standar ke dalam kuvet
3) Ditambahkan 2000 µL reagen TPR
4) Diinkubasi pada suhu 250C selama 20 menit
5) Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang
546 nm.
IV. Pengukuran absorban sampel
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Dipipet 10µL serum dalam kuvet
3) Ditambahkan 2000 µL reagen TPR
4) Diinkubasi pada suhu 250C selama 20 menit
5) Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang
546 nm.

15
b. Albumin
I. Penyiapan serum
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Dimasukkan darah ke dalam tabung sentrifuge
3) Disentrifuge ± 15 menit, dengan kecepatan 5000 rpm.
4) Diambil serum darah
5) Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
II. Pengukuran absorban blanko
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Dipipet 20µL aquadest ke dalam kuvet
3) Ditambahkan 2000 µL reagen albumin
4) Diinkubasi pada suhu 250C selama 10 menit
5) Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang
546 nm
III. Pengukuran absorban standar
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Dipipet 20µL larutan standar ke dalam kuvet
3) Ditambahkan 22000 µL reagen albumin
4) Diinkubasi pada suhu 250C selama 10 menit
5) Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang
546 nm.
IV. Pengukuran absorban sampel
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Dipipet 20µL serum dalam kuvet
3) Ditambahkan 2000 µL reagen albumin
4) Diinkubasi pada suhu 250C selama 10 menit
5) Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang
546 nm.
c. Globulin
Analitik
Prinsip : Kadar globulin didapat dari selisih antara kadar protein total serum
dengan kadar albumin serum tersebut, sedangkan nilai ratio albumin dengan

16
globulin didapat dari perbandingan kadar albumin terhadap globulin serum
tersebut.
Cara Kerja :
Menghitung selisih antara kadar protein total dengan kadar albumin

(Pasca Analitik)
Total Protein Albumin
Prematur 4,2 – 7,6 g/dL -
Bayi baru lahir 4,6 – 7,4 g/dL 2,9 – 5,4 g/dL
Bayi 6,0 – 6,7 g/dL 4,4 – 5,4 g/dL
Anak 6,2 – 8,0 g/dL 4,0 – 5,8 g/dL
Dewasa 6,0 – 8,0 g/dL 3,5 – 5,0 g/dL
Globulin :
Nilai normal : 1.5 ml – 2ml
Rumus Kadar globulin = Kadar protein – kadar albumin
Ratio = Albumin
Protein total
Hal yang diperhatikan dalam dalam tes protein total :
• Penurunan kadar : malnutrisi berkepanjangan, kelaparan, diet rendah
protein, sindron malabsorpsi, kanker saluran gastrointestinal, colitis
ulseratif, penyakit Hodgkin, penyakit hati yang berat, GGK, luka bakar
yang parah
• Peningkatan kadar : dehidrase, muntah, diare, myeloma multiple, sindrom
gawat pernapasan
Hal yang diperhatikan dalam tes albumin :
• Sampel darah yang hemolysis, lipemik, dan literik
• Pemipetan yang tidak tepat
Hal yang diperhatikan dalam tes albumin :

• Diet tinggi lemak sebelum dilakukan pemeriksaan

• Sampel darah hemolysis

• Pemipetan yang tidak tepat

17
2.4 Pemeriksaan Protein LCS
Liquour Cerebrospinalis adalah cairan otak yang diambil melalui
lumbal punksi Cairan otak tidak boleh dipandang sama dengan cairan yang
terjadi oleh proses ultrafiltrasi saja dari plasma darah. Di samping filtrasi,
faktor sekresi dari plexus choriodeus turut berpengaruh. Karena itu cairan
otak bukanlah transudat belaka. Akan tetapi seperti transudat, susunan
cairan otak juga selalu dipengaruhi oleh konsentrasi beberapa macam zat
dalam plasma darah.
Pengambilan cairan otak itu dilakukan dengan maksud diagnostik atau
untuk melakukan tindakan terapi. Kelainan dalam hasil pemeriksaan dapat
memberi petunjuk kearah suatu penyakit susunan saraf pusat, baik yang
mendadak maupun yang menahun dan berguna pula setelah terjadi trauma.
Secara makroskopi, mikroskopi, kimia, bakteriologi, dan serologi.
1. Protein Kualitatif
▪ Keadaan normal→ cairan otak mengandung sedikit sekali protein
▪ Perbandingan antara albumin dan globulin LCS leih kecil daripada
dalam plasma
▪ Konsentrasi protein ↑ :
- Permeabilitas sawar darah-otak ↑ oleh radang
- Meningitis yang berat
A. Pandy Test
(Pra Analitik)
❖ Prinsip : reagen pandy memberikan reaksi terhadap protein (albumin
dan globulin) dalam bentuk kekeruhan. Pada keadaan normal tidak
terjadi kekeruhan atau kekeruhan yang ringan seperti kabut.
❖ Alat dan reagensia :
- Tabung serologi (garis tengah 7 mm)
- Kertas putih
- Reagen Pandy (larutan phenol jenuh dalam air)
(Analitik)
❖ Cara Pmeriksaan :
- Ke dalam tabung serologi dimasukkan 1 ml reagen Pandy
- Tambahkan 1 tetes LCS

18
- Kemudian dilihat segera ada tidaknya kekeruhan.
(Pasca Analitik)
❖ Interpretasi hasil :
- Negatif : tidak ada kekeruhan
- Positif : terlihat kekeruhan yang jelas
• +1 : opalescent (kekeruhan ringan seperti kabut)
• +2 : keruh
• +3 : sangat keruh
• +4 : Kekeruhan seperti susu
❖ Nilai normal : (-) / (+1)
B. Test None Apelt
(Pra Analitik)
❖ Prinsip : reagen Nonne memberikan reaksi terhadap protein globulin
dalam bentuk kekeruhan yang berupa cincin. Ketebalan cincin
berhubungan dengan kadar globulin, makin tinggi kadarnya maka
cincin yang terbentuk makin tebal.
❖ Alat dan Reagensia :
- Tabung serologi (garis tengah 7 mm)
- Reagen Nonne (larutan ammonium sulfat jenuh dalam air)
(Analitik)
❖ Cara Pemeriksaan :
- Ke dalam tabung serologi dimasukkan 1 ml reagen Nonne
- Tambahkan 1 ml LCS dengan cara pelan-pelan sehingga terbentuk
2 lapisan,
- di mana lapisan atas adalah LCS. Diamkan selama 3 menit.
- Kemudian dilihat pada perbatasan kedua lapisan dengan latar
belakang gelap.
(Pasca Analitik)
❖ Interpretasi hasil :
- Negatif : tidak terbentuk cincin antara kedua lapisan
- +1 : cincin yang terbentuk menghilang setelah dikocok (tidak ada
bekasnya).

19
- +2 : setelah dikocok terjadi opalesensi
- +3 : mengawan setelah dikocok
❖ Normal : (-)
2. Protein Kuantitatif
A. Biuret
(Pra Analitik)
❖ Prinsip : Protein dalam sampel bereaksi dengan ion cupri (II) dalam
medium alkali membentuk komplek warna yang dapat diukur dengan
spektrofotometer.
❖ Alat :
- Tabung reaksi
- Mikropipet 20 µLdan 1000 µL.
- Tip kuning dan biru.
- Fotometer
❖ Reagensia :
- Reagen Kerja: Cupri (II) asetat 6 mmol/L, Kalium Iodida 12
mmol/L, NaOH 1,15 mol/L, deterjen.
- Reagen standard : 8,0 g/dL
- Stabilitas : Reagensia stabil setelah dibuka sampai kadaluarsa bila
disimpan pada suhu ruang.
❖ Spesimen : LCS
(Analitik)
❖ Cara Kerja :
- Masukkan ke dalam tabung berlabel :
- Campur dan inkubasi selama 10 menit pada suhu ruang.
- Diukur absorben standar dan sampel pada Photometer dengan
panjang gelombang 578 nm terhadap blanko reagent.
(Pasca Analitik)
❖ Perhitungan :
Total Protein = Absorben sampel x konsentrasi standar (8,0 g/dL)
Absorben standard
= ..............g/dL x 1000 = ......mg/dL

20
❖ Nilai Normal : 15 – 45 mg/dl
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan LCS :
• Pendinginan dapat mengetahui temuan kultur

• Kesalahan dalam pemipetan reagen ataupun sampel

• Pembacaan hasil yang kurang akurat akibat kesalahan dalam prosedur


kerja

• Pungsi spinal yang menimbulkan cedera dapat menyebabkan darah


berada di dalam specimen cairan, hal ini dapat menimbulkan perkiraahn
yang keliru saat menghubungkannya dengan masalah klinis

• Obat tertentu dapat menyebabkan peningkatan kadar protein LCS keliru

• Konsentrasi protein : permeabilitas sawar darah otak tinggi oleh radang


dan meningitis yang berat

21
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Protein adalah senyawa organik yang banyak dijumpai kalam semua
makhluk hidup. Protein terdiri dari karbon, hydrogen dan nitrogen dan umumnya
juga mengandung sulfur. Molekulnya berkisar antara 6000 hingga jutaan. Satu
molekul protein terdiri dari rantai panjang polipeptida.

URIN :
4. Metode Carik Celup
5. Metode Bang
6. Metode Ewitz
7. Metode Esbach

LCS :
1. Metode None Apelt
2. Metode Pandy
3. Metode Biuret

SERUM :
1. Pemeriksaan Albumin
2. Pemeriksaan Protein Total
3. Pemeriksaan Globulin

3.2 Saran
Diharapkan kepada para pembaca dapat mengetahui, memahami dan
menambah wawasan tentang pemeriksaan protein. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis
mengharapkan masukan atau saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

22
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/11501281/Makalah_LCS
https://www.academia.edu/34900874/Laporan_Praktikum_Kimia_Klinik_Dasar_
Protein_Total_dan_Albumin
https://medlab.id/pemeriksaan-protein-urine/
http://www.atlm.web.id/2016/11/makalah-protein.html?m=1

23

Anda mungkin juga menyukai