Petunjuk Praktikum Virologi
Petunjuk Praktikum Virologi
Petunjuk Praktikum Virologi
VIROLOGI
Disusun oleh:
TIM PRAKTIKUM VIROLOGI
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis.
Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan
memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk
bereproduksi sendiri. Dalam sel inang, virus merupakan parasit obligat dan di luar inangnya
menjadi tak berdaya. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat yang
diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau
kombinasi ketiganya. Genom virus tersusun dari protein yang digunakan untuk memuat
bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya. Istilah virus biasanya
merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota (organisme multisel dan
banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofag atau fag digunakan untuk
jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti
sel). Virus memiliki ukuran yang bervariasi dengan diameter berkisar antara 20-300 nm dan
banyak virus memiliki bentuk yang unik sehingga hal ini dapat mempermudah diagnosis.
PEMBIAKAN VIRUS
Banyak virus yang telah dapat dibiakkan dalam biakan jaringan atau dalam telur
berembrio dengan keadaan lingkungan yang dapat dikendalikan secara ketat walaupun
demikian pertumbuhan virus pada hewan percobaan masih tetap digunakan untuk isolasi
primer virus tertentu dan untuk penelitian patogenitas virus dan onkogenesis virus.
Jadi ada tiga jenis biakan untuk virus yaitu :
1. Hewan Percobaan
Jenis hewan percobaan,umur,jenis kelamin serta cara penyuntikannya berbeda-
beda tergantung dari jenis virus. Contohnya : Untuk virus polio maka hewan
percobaan yang digunakan adalah kera.
Cara penyuntikan adalah sbb :
a. secara intra cerebral (ke dalam otak)
b. secara intra spinal (ke dalam sus-sum tulang belakang)
c. secara intra nasal (diteteskan ke dalam hidung)
d. secara intra musculair (disuntikan ke dalam otat paha). Dalam waktu 2
minggu setelah penyuntikan, maka kera akan lumpuh. Ini dibuktikan
bahwa tinja penderita mengandung virus polio.
2. Telur Berembrio
Telur berembrio yang biasanya digunakan adalah telur ayam negeri, telur
ayam kampung, atau telur bebek. Umur dari telur, cara penyuntikan, suhu
pengaraman dan lamanya pengeraman tergantung dari jenis virus yang akan
disuntikkan.
Penyuntikan pada telur berembrio dapat dilakukan melalui 6 cara :
a. intra alantois
b. selaput korio alantois (CAM)
c. intra kuning telur (yolk sac)
d. intra amnionik
e. intra venous
Virus yang tumbuh pada telur berembrio biasanya ditandai dengan kematian
embrio, embrio menjadi kerdil, perdarahan di bawah kulit, pertumbuhan
abnormal otot dan bulu serta organ visceral seperti hati dan limfanya
membengkak, warnanya pucat dan kehijaun, ada nekrotik, fokal di hati dan
jantung dan endapan asam urat di ginjal, selaput corio alantois (CAM) menebal
karena edemaa dan terdapat bintik putih (pock) atau plak.
Berbagai metode dapat dipakai untuk identifikasi dan klasifikasi virus yaitu berdasarkan :
a) tipe asam inti (DNA atau RNA)
b) diameter virion
c) bentuk nukleokapsid (kubus atau helical)
d) sifat kimiawi virus,kepekaan terhadap pelarut lemak yaitu lipoprotein
e) sifat fisika (thermo stabilitas) yaitu kepekaan virus terhadap pemanasan
pada suhu 56oC, proses cair beku, ultra sonikasi
f) sifat biologis yaitu kemampuan mengaglutinasi darah merah unggas dan
mamalia, elusi dan patogenitas
Prosedur kerja
Penyuntikan telur berembrio
A. Metode Penyuntikan Intra alantois/ intra Selaput alantois
Digunakan embrio umur 8-11 hari.
Dekat dengan rongga udara di desinfektan dan dilubangi dengan
bor telur.
Menggunakan tuberculin syring dengan jarum berukuran 25
gauge (16 mm), inokulum sebanyak 0,1 – 0,2 ml pertelur.
Disuntik dengan hati-hati langsung ke dalam selaput alantois.
Jarum tidak boleh digerak-gerakkan ke samping untuk
menghindari sobeknya selaput korio alantois dan matinya
alantois.
Lubang bekas suntikan ditutup dengan kutek atau lilin dan telur
diinkubasi di dalam inkubator suhu 37C selama 3 – 7 hari
Telur diperiksa setiap hari untuk melihat apakah ada embrio yang
mati. Jika ada embrio yang mati atau embrio yang masih hidup
setelah periode inkubasi dikeluarkan dari inkubator dan
didinginkan dalam kulkas selama 1 jam
Telur didesinfeksi, kulit telur dipotong di atas batas rongga udara
kemudian cairan alantois amnionik dipanen menggunakan pipet
pasteur dan ditampung dalam botol atau beaker steril
Embrio dikeluarkan dan diletakkan di dalam petri disk
Perubahan diamati seperti perdarahan di bawah kulit, udema ,dan
kerdil
B. intra Korio-alantois
Digunakan embrio umur 10 - 11 hari.
Kulit telur dekat rongga udara dan sebelah samping didesinfeksi
Kulit telur dibor, pengeboran harus hati-hati jangan sampai
menembus selaput korio alantois atau mengenai pembuluh darah
Telur ditempatkan dengan poisisi horisontal, kemudian dibuat
rongga udara tiruan disamping dengan cara menyedot udara
melaui lubang rongga udara
Setelah lubang udara berpindah ke samping, lubang udara semula
pada rongga udara ditutup dengan kutek atau lilin
Inokulum sebanyak 0,1-0,2 ml, dimasukkan vertikal masuk di
atas selaput korio alantois. lubang ditutup dengan kutek atau lilin
Telur diinkubasi 37oC selama 5 - 7 hari dan diperiksa setiap hari
untuk melihat apakah ada embrio yang mati.jika ada embrio yang
mati atau embrio yang masih hidup setelah periode inkubasi
dikeluarkan dari inkubator dan didinginkan dalam kulkas selama
1 jam
Telur didesinfeksi, kulit telur dipotong dekat rongga udara
kemudian cairan alanto amnionik dipanen menggunakan pipet
pasteur dan ditampung dalam botol atau beaker steril.
Embrio dikeluarkan dan diletakkan di dalam petri disk
Selaput korio alantois diambil dan diperiksa perubahan seperti
udema, penebalan dan bintik atau bercak putih (pock atau plak)
Selaput korio alantois ini ditampung dengan cairan alanto
amnionik tadi
D.intra amnionik
Digunakan embrio telur umur 10-11 hari
Posisi telut ditentukan dan diberi tanda dengan pencil
Kulit telur di atas rongga udara didesinfeksi kemudian kulit telur
dibor
Menggunakan spuit 1 ml dengan jarum 22 gauge sebanyak 0,1-
0,2 ml inokulum disuntikan langsung menembus selaput
amnionik. Jika jarum tepat masuk selaput tersebut maka akan ada
gerakan embrio menyentuh ujung jarum
Lubang telur ditutup dengan kutek atau lilin dan diinkubasi 37C
selama 2-4 hari
Telur diperiksa setiap hari.jika ada embrio yang mati atau masih
hidup selama periode inkubasi maka segera dikeluarkan dan
dimasukkan ke dalam kulkas 1 jam
E. intra venous
Digunakan telur berembrio umur 10-12 hari
Tentukan posisi pembuluh darah di bawah batas rongga udara
Kulit telur didesinfektan kemudian kulit telur dibor bentuk
segitiga tepatdi lokasi pembuluh darah. Hati-hati jangan sampai
menembus selaput korio alantois, supaya pembuluh darah jelas
terlihat,kulit telur diusap dengan aseton sedikit.
Menggunakan spuit 1 ml dan jarum 16 mm (25 gauge) inokulum
dimasukkan melalui pembuluh darah dengan arah ke rongga
udara
Kulit telur ditutup kembali dengan potongan kulit telur semula
kemudian ditutup dengan selotip dan diinkubasi 37C selama 7
hari
Telur diperiksa setiap hari. Jika ada embrio yang mati atau masih
hidup selama periode inkubasi maka segera dikeluarkan dan
dimasukkan ke dalam kulkas
B. Tujuan
Tujuan praktikum inokulasi virus pada telur berembrio adalah untuk memberikan
pemahaman tentang macam-macam inokulasi virus, mengetahui bagaimana cara
menginokulasikan virus pada telur ayam berembrio, serta dapat mengetahui ciri-ciri embrio
yang terinfeksi virus.
C. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cawan petri, spuit injeksi 1 cc, jarum
pentul, senter, pensil, alat peneropong, baki. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum
ini yaitu telur ayam berembrio umur 9-12 hari, alkohol 70 %, suspensi serum virus yang
digunakan sebagai sampel 0,1 cc dan 0,3 cc.
D. Metode
Tabel 1. Hasil Pengamatan Inokulasi Virus Pada Telur Ayam Berembrio (Kelompok )
No Kelompok Titer virus Perubahan warna pada Lesi pada embrio Lesi pada
0,1/0,3 (cc) kaki otot dan
buku
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
Keterangan :
(++) : sedang
(+++) : banyak