Makalah Bahasa Arab 8
Makalah Bahasa Arab 8
Makalah Bahasa Arab 8
KELOMPOK 8
TENTANG MUNAD
Disusun Oleh :
Fikri Azhari Lilwalidain ( 11901158 )
Umi Maulana ( 11901042 )
Khovivah ( 11901284 )
Rifa A’tul Mahmudah ( 11901157 )
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu nahwu adalah salah satu cabang ilmu bahasa arab yang bersumber dari Al-Quran.
Salah satu pembahasan dalam Ilmu Nahwu adalah Munada yang berfungsi untuk
menyeru/memanggil sesorang, adapun huruf-huruf yang dipakai dalam menyeru/memanggil
seseorang disebut huruf Nida’.
Di dalam Al-Quran, begitu banyak seruan/panggilan Allah kepada ummatnya untuk
selalu mengingat Allah dengan menunaikan perintah-perintah-Nya dan menjauhi seluruh
larangan-Nya. Jika diamati, seruan/panggilan yang ada dalam Al-quran adalah sumber
adanya hukum Munada dalam ilmu Nahwu.
C. Tujuan Makalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Munada
Munada adalah kata benda (isim) yang disebut sesudah huruf dari salah satu huruf-huruf nida
(seruan). Atau isim yang dipanggil atau disapa dengan mempergunakan huruf-huruf
panggilan (huruf nida) agar yang dipanggil mendatangi atau menoleh kepada orang yang
memanggil. [1]المنادى هو اسم يذكر بعد يا أو إحدى أخواتها طلبا إلقبال مدلوله
“Munada adalah isim yang disebut sesudah “ya” atau salah satu akhwatnya untuk meminta
kehadiran orang yang dimaksud.”
[2] Sedangkan dengan pengertian yang lebih singkat disebutkan
[3] اَ ْل ُمنَادَى اِ ْس ٌم يَقَ ُع بَ ْع َد أَدَا ٍة ِم ْن ت
ِ أَ َد َواAtau dengan pengertian yang sama
[4] ْل ُمنَادَىا اِ ْس ٌم يَقَ ُع بَ ْع َد ُف ِ أَحْ ر
ٍ ُحر ِم ْن ُف
“Munada adalah isim yang terletak setelah huruf dari salah satu huruf nida.”
المنادى هو المطلوب اقبله بحرف نائب مناب أدعو لفظا أو ]5[ا
Contohnya: قَا َل يَا َمرْ يَ ُم اَنَّى لك هذا
“ Zakaria berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan)ini?” (QS. Ali
Imran :37)
Dalam ayat diatas, yang menjadi munada adalah kata َمرْ يَ ُم sedangkan huruf nida-nya
(huruf seruannya adalah 6. يَا
Huruf nida terbagi menjadi tujuh, yaitu: أيَهَا/ أيَتها، ُّ أي، َوا، هَيَا، أيَّا، يَا، الهمزة. Huruf-huruf
nida ini dalam bahasa Indonesia sering diartikan dengan “hai atau wahai”. Adapun macam-
macam munada dilihat dari i’robnya terbagi menjadi lima bagian:[6]
1. Mansub apabila munada berupa mudhaf, syibhul mudhaf atau nakirah ghairu maqsudah.
Dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Munada mudhaf, yaitu kata benda yang disandarkan kepada kata lain yang berperan
sebagai munada. Dengan kata lain, munada-nya diidhafahkan. Contoh: ْال ِجنِّ قَ ِد يَا َم ْع َش َر
ِ ا ْستَ ْكثَرْ تُ ْم ِّمنَ ااْل ِ ْن.
س
b. Munada syibhul mudhaf, yaitu kata benda yang mirip mudhaf yang berperan sebagai
munada. Contoh: يَا ْاِجْ لِس قَائِ ًما
c. Munada nakirah ghairu maqshudah, yaitu kata benda (isim) nakirah yang tidak
dimaksudkan seseorang. Contoh: ًار ُجال
َ َي اِجْ تَ ِه ْد.
2. Marfu’ apabila munadanya berupa mufrad ‘alam dan nakirah maqshudah. Dengan
penjelasan sebagai berikut:
a. Munada mufrad ‘alam yaitu kata benda nama ‘alam tunggal. Contoh: اَ ْمبِ ْئهُ ْم يَا ا َد ُم ال
َ َق
بِأ َ ْس َمآئِ ِه ْم. (QS. Al-Baqarah:33)
b. Munada nakirah maqshudah, yaitu kata benda indefinitif (tak tentu) yang dimaksud.
Contoh:
َولَقَ ْد اَتَ ْينَا َوااطَّي َْر ُ َم َعه اَ ِّوبِى اجبَا ُل
ِ َ ي ًدَا ُو َد ِمنَّا فَضْ ال. (QS. Saba’:10)
ط
ُ َوقِ ْي َل يَآاَرْ ض ك َويَا َسمآ ُء اَ ْقلِ ِعى ِ ا ْبلَ ِعى َما َء. (QS. Hud:44)
Tidak boleh mengumpulkan “ya” nida dengan “al”, karena akan menyebabkan
berkumpulnya dua adat ma’rifat, kecuali pada tiga tempat, yaitu:
1. Dalam keadaan darurat nadhom, dalam َش• •˜ًًّرا تُ ْعقِبَنَ••ا أَ ْن إِيَّا ُك َم••ا # فَ•رَّا اللَّ َذا ِن ْال ُغلَم••ا ِن فَيَا Hai
kedua pembantuku yang melarikan diri, hati-hatilah kamu berdua, jangan sekali-kali
mendatangkan keburukan kepada kami.
2. Bersamaan dengan lafadz ُهللا. Hal ini diperbolehkan karena banyak digunakan dan
boleh membaca qotho’ pada alif atau membuangnya (membaca washol) seperti: يَاهللا
3. Pada jumlah yang dihikayahkan, Yaitu jumlah yang ada “al”nya dan dijadikan nama
orang, seperti: ْأَ ْقبِل ,ق
ٌ ِ ُم ْنطَل يَاال َّرجُوْ ُل
Selain dari ketiga tempat di atas, boleh mengumpulkan “ya” nida dengan “al” apabila:
1. Terdapat lafadz berupa أَيُّهَا (untuk mudzakar) dan أَيَّتُهَا (untuk mu’annas) sebelum
munada. Contoh: Hai manusia, Apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat
durhaka) terhadap Tuhanmu yang Maha Pemurah.
2. Terdapat isim isyarah sebelum munada. Contoh: ال ِّر َج• ا ُل هَ • َذا يَ••ا – ُالفَتَ••اة هَ • ِذ ِه يَ••ا Kecuali
apabila munada berupa lafadz jalalah seperti kalimat يَاهللَا tanpa
menggunakan أَيُّهَا dan هَ َذا . Sehingga kebanyakan memanggil huruf nida.[7]
Hukum dari kedua tempat di atas adalah rofa’ dan juga boleh dibaca nashab.
َّ َ ٰيّبُن, huruf ya’ bersambung dengan isim mu’tal akhir dari kata asal + يَ••ا بُنَي
Pada kalimat ي
َّ َبُن sedangkan huruf nida-nya (huruf seruannya)
ي , yang menjadi munada adalah kata ي
َّ َيَا بُن
adalah يَا. Adapun huruf ya’ mutakallim tidak dihapus ي
هّٰللا
ِ َواَرْ ضُ ِ َو ؕ ٌلِلَّ ِذ ْينَ اَحْ َسنُوْ ا فِ ْي ٰه ِذ ِه ال• ُّد ْنيَا َح َس•نَة ؕ الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوا اتَّقُوْ ا َربَّ ُك ْم قُلْ ٰي ِعبَا ِد .8
اِنَّ َم••ا ؕ ٌاس• َعة
ٍ صبِرُوْ نَ اَجْ َرهُ ْم بِ َغي ِْر ِح َسا
.ب ّ ٰ يُ َوفَّى ال
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu." Orang-
orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas.
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa
batas.
)QS. Az-Zumar :10(
Pada kalimat ٰي ِعبَ••••ا ِد , huruf ya’ bersambung dengan isim shohih akhir dari kata
asal اعبَ••ا ِدي
ِ َي , yang menjadi munada adalah kata ِعبَ••ا ِدي sedangkan huruf nida-nya (huruf
seruannya) adalah يَا. Adapun huruf ya’ mutakallim dihapus menjadi يَا ِعبَا ِد •/ ٰي ِعبَا ِد.
ّ ٰ ال َهَبْ لِ ْي ِمن ِّ َرب .9
. َصلِ ِح ْين
Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang “
saleh”. (QS. As- saffat :100)
Pada kalimat ِّ َرب , asal katanya ٰيا َربِّي , huruf ya’ bersambung dengan isim shohih akhir, yang
menjadi munada adalah kata ربِّي sedangkan
َ huruf nida-nya (huruf seruannya) adalah يَا.
Adapun huruf nida’ dan huruf ya’ mutakallim dihapus menjadi َِّرب
ُ ِاَل ۤ اَ ْمل اِنِّ ْي ِّ َرب ال
َ ْال ٰف ِسقِ ْين ك اِاَّل نَ ْف ِس ْي َواَ ِخ ْي فَا ْف ُر ْق بَ ْينَـنَا َوبَ ْينَ ْالـقَوْ ِم َ َق .10
Berkata Musa: "Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan “
saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik
itu." (QS. Al-Ma’idah :25)
Pada kalimat ِّ َرب , asal katanya ٰيا َربِّي , huruf ya’ bersambung dengan isim shohih akhir, yang
menjadi munada adalah kata ربِّي sedangkan
َ huruf nida-nya (huruf seruannya) adalah يَا.
Adapun huruf nida’ dan huruf ya’ mutakallim dihapus menjadi َِّرب
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Munada adalah isim yang dipanggil atau disapa yang disebut sesudah huruf dari
salah satu huruf-huruf nida (seruan) agar yang dipanggil mendatangi atau menoleh kepada
orang yang memanggil. munada terbagi menjadi lima.
Adapun Munada yang dimudhofkan kepada “ya” mutakalim terdiri dari tiga macam, yaitu:
1. Isim shohih akhir. Seperti berubahnya lafadz أب dan أم , maka “ya”mutakalim dibuang
dan diganti dengan kasrah pada huruf sebelumnya. Contoh: اب َ َيَا أُ ِّم اِفت ِحي الب
2. Isim mu’tal akhir. Maka wajib menetapkan “ya” tidak boleh merubahnya.
Contoh: يَا َحا ِمى ,يَافَتَاى
3. Sifat shohih akhir. Maka “ya” wajib disukun atau difathah. Contoh: يَا ُم ْك َر ,يَا ُم ْك َر ِم ْى
ِم َى
B. Saran
Kami menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis
menyarankan kepada teman-teman sesama mahasiswa untuk mencari informasi lain sebagai
tambahan dari apa yang telah kami uraikan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim
[6] Chatibul Umam, Pedoman Dasar Ilmu Nahwu, (Jakarta: Daarul Ulum Press, 2000), h 256
[7] Ibid, Sahrotul Fitria http://kalidanastiti-space.blogspot.co.id/2013/11/munada.html?m=1