BKO
BKO
BKO
KELOMPOK 4
1. Irma Khaerunnisa (P23139016063)
2. Ivena Dianaz (P23139016064)
3. Krismayani (P23139016065)
4. Martinus Adi (P23139016067)
5. Mohamad Faisal Fajri (P23139016068)
LOKAL 3B
JURUSAN FARMASI
2018 – 2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.2Tujuan Percobaan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kromatografi
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, kromatografi didefinisikan
sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi
differensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase atau lebih,
salah satu dantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah
tertentu dan di dalamnya zat-zat itu menunjukan perbedaan mobilitas,
disebabkan adanya perbedaan dalam adsorpsi, partisi, kelarutan, tekanan
uap, ukuran molekul atau kerapatan muatan ion.
Kromatografi adalah suatu cara pemisahan berdasarkan perbedaan
pengikatan zat-zat dalam campuran oleh suatu sistem dua fase, yaitu fase
stasioner (diam, tidak bergerak) dan fase mobil (bergerak). Pengikatan
oleh fase-fase itu bersifat reversibel.
Jenis-jenis kromatografi dapat digolongkan berdasarkan berbagai
kriteria, yaitu :
1. Berdasarkan mekanisme pengikat zat
a. Kromatografi penjerapan
Pada kromatografi ini zat teradsorpsi pada permukaan partikel fase
stasioner/padat.
b. Kromatografi partisi
Pada kromatografi partisi zat terbagi/terlarut dalam cairan fase
stasioner dan fase mobil.
c. Kromatografi pertukaran ion
Pada kromatografi ini, ion zat terikat pada fase stasioner/padat yang
bersifat penukar ion.
d. Kromatografi eksklusi
Pada kromatografi eksklusif, molekul zat terjaring/terserap di dalam
pori-pori fase stasioner.
e. Kromatografi afinitas
Pada kromatografi ini, zat terikat secara biospesifik, misalnya enzim-
substrat, antigen-antibodi, hormon-reseptor
2. Berdasarkan fasenya
a. Kromatografi cairan
Kromatografi cairan-cairan
Kromatografi cairan-padatan
b. Kromatografi gas
Kromatografi gas-cairan
Kromatografi gas-padatan
Cairan dapat berlaku sebagi fase stasioner dengan bantuan zat
padat sebagai penyangga/pendukung
Dasar teori kromatografi lapis tipis sama dengan kromatografi kertas. Pada
kromatografi lapis tipis, zat penjerap merupakan lapisan tipis serbuk halus
yang dilapiskan pada lempeng kaca, plastik atau logam secara merata,
umumnya digunakan lempeng kaca. Lempeng yang dilapisi dapat dianggap
sebagai kolom kromatografi terbuka dan pemisahan yang tercapai dapat
didasarkan pada adsorpsi, partisi atau kombinasi kedua efek, tergantung dari
jenis zat penyangga, cara pembuatan dan jenis pelarut yang digunakan.
Biasanya fase padatnya berupa adsorben yang relatif kuat sehingga
mekanisme pemisahan yang dominan berdasarkan perbedaan adsorpsi.
Letakkan tutup bejana pada tempatnya dan biarkan sistem hingga pelarut
merambat 10-15 cm di atas titik penotolan. Keluarkan lempeng dari bejana,
buat tanda batas rambat pelarut, keringkan lempeng di udara dan amati bercak.
Tentukan nilai Rf.
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Pelaksanaan
1. Bejana kromatografi
2. Lampu UV
3. Plat kromatografi
4. Waterbath
5. Cawan penguap
6. Kaca arloji
7. gelas ukur
8. beaker glass
9. ATK
10. Pipa kapiler (untuk menotol)
11. Corong pisah
12. Kertas pH universal
BAHAN
2. Penjenuhan bejana
Masukkan 50 ml fase gerak tersebut ke dalam bejana kromatografi.
Diamkan dalam keadaan tertutup selama 1 jam.
5. Penotolan (Spotting)
Totolkan larutan penotolan dengan pipa kapiler. Keringkan dengan
bantuan hair dryer agar totolan tidak melebar. Beri tanda sesuai nama
ekstrak.
6. Elusi
Masukkan plat KLT yang telah ditotolkan ke dalam bejana
kromatografi dengan bagian alumunium menempel pada dinding
bejana, dengan bagian bawah menyentuh dasar bejana. Biarkan fase
gerak naik hingga jarak elusi 8 cm. Angkat plat KLT, biarkan
mengering, amati hasil dibawah sinar UV 254 dan 366 nm. Beri tanda
pada noda dengan pensil. Hitung Rfnya.
a. Hasil Percobaan
Uji -
3.5 Pembahasan
Pada praktikum kromatografi lapis tipis ini menggunakan sampel
jamu ekstrak binahong.
Kromatografi lapis tipis salah satu metode pemisahan komponen
menggunakan fase diam berupa plat dengan lapisan adsorben inert. Alat
dan Bahan yang digunakan pada kromatografi lapis tipis antara lain
Bejana kromatografi, Lampu UV, Plat kromatografi, Waterbath, Cawan
penguap, Kaca arloji, gelas ukur, beaker glass, ATK, Pipa kapiler (untuk
menotol), Corong pisah, Kertas pH universal, 1 buah jamu (ekstrak
binahong), Paracetamol, Kloroform, Etanol, Metanol, NaOH 1 N, dan
HCL 0,1 N.
Fase gerak yang digunakan adalah kloroform : methanol . Fase gerak
dibuat sebanyak 10 ml.
Cara kerja dalam kromatografi lapis tipis :
a. Pembuatan fase gerak sebanyak 10 ml
b. Penjenuhan bejana
c. Persiapan lempeng KLT
d. Pembuatan larutan percobaan
e. Penotolan
f. Elusi
Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2 – 0,8. Jika Rf terlalu tinggi,
yang harus dilakukan adalah mengurangi kepolaran eluen. Sebaliknya
jika Rf terlalu rendah, maka kepolaran eluen harus ditambah.
Dari hasil praktikum diperoleh Rf kloroform: metanol
a. Uji :-
b. Kontrol : (1) 3,2 / 6,4 = 0,5
(2) 3,6 / 6,4 = 0,5625
c. Baku : 3,5 / 6,4 = 0,546875
Dari hasil praktikum yang dilakukan dengan menggunakan
larutan sampel jamu ekstrak binahong Rf yang diperoleh ada yang
memenuhi range Rf KLT.
b. Kesimpulan
Dari praktikum kali ini kami memahami prinsip-prinsip dasar
kromatografi lapis tipis.