Sop DF
Sop DF
Sop DF
ALAT KHUSUS
I. PENDAHULUAN
A. UMUM
4. Pada tahap Penyelidikan Tindak Pidana Korupsi, Penyelidik dapat dibantu dukungan
teknisberupa :
a. Fungsi Surveillance(SV)dan peralatannya.
b. Peralatan Direction Finder (DF).
1
teknis terhadap Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana Korupsi.
2. Tujuan dari Prosedur Operasi Standar ini adalah untuk menciptakan keselarasan
pengertian, tindakan dan kegiatan Penyelidik dan PenyidikDittipidkor Bareskrim Polri
dalam melaksanakan dukungan teknis terhadap Penyelidikandan Penyidikan serta
administrasi sehingga pelaksanaan tugas dapat optimal.
C. RUANG LINGKUP
Ruang Lingkup Prosedur Operasi Standarini mengatur tentang dukungan teknis berupa
fungsi dan alat-alat khusus yang terdapat di lingkungan Dittipidkor Bareskrim Polri.
Pengaturan meliputi kegiatan operasional, penyimpanan dan pemeliharaan serta
pengawasan dan pengendalian.
D. SISTEMATIKA
1. PENDAHULUAN
a. UMUM
b. MAKSUD DAN TUJUAN
c. RUANG LINGKUP
d. SISTEMATIKA
e. PENGERTIAN
f. DASAR HUKUM
5. PENYADAPAN (INTERCEPT)
a. Tata Cara Permohonan Intercept
b. Persiapan
c. Pelaksanaan Intercept
d. Penggunaan Hasil Intercept Sebagai Alat Bukti
e. Konsolidasi
2
6. OPERASIONAL AUDIO / VIDEO MONITORING DI RUANG PEMERIKSAAN
KHUSUS
9. KETENTUAN KHUSUS
11. PENUTUP
12. LAMPIRAN
E. PENGERTIAN
4. Penyidikan adalah serangkaian tindakan Penyidik dalam hal dan menurut cara yang
diatur dalam KUHAP untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang terjadi dan
guna menemukan tersangkanya.
3
8. Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan
Penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara Tindak Pidana Korupsi
yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan atau ia alami sendiri.
12. Penyamaran (Under Cover) adalah menyusup kedalam lingkungan tertentu tanpa
diketahui indentitasnya untuk memperoleh bahan keterangan atau informasi;
berkomunikasi / menyatu dengan kelompok tertentu untuk memperoleh peran dari
kelompok tersebut, guna mengetahui aktivitas para pelaku Tindak Pidana Korupsi.
14. Running Log Surveillance adalah tabulasi informasi tentang target surveillance
yang meliputi waktu, kegiatan, lokasi, dan keterangan lainnya.
15. DIRECTION FINDER (DF) adalah seperangkat alat khusus untuk mengidentifikasi
IMSI dan IMEI yang bertindak sebagai menara telekomunikasi palsu sehingga bisa
mendeteksi posisi keberadaan IMSI dan IMEI perangkat jaringan komunikasi
tersebut.
16. Mapping adalah kegiatan pemetaan baik secara fisik maupun IT untuk
mengumpulkan informasi dan data guna menggambarkan suatu wilayah atau area.
18. Cek posisi adalah informasi keberadaan target pada saat itu yang didapatkan dari
provider telekomunikasi.
19. IMSI (International Mobile Subscriber Identity) adalah 15 digit kode unik secara
international yang digunakan untuk mengidentifikasi pengguna dalam sebuah
jaringan GSM / CDMA.
4
nomor identitas yang sama.
21. Pelacakan (Hunting / Tracking) adalah mencari dan mengikuti keberadaan pelaku
tindak pidana dengan menggunakan DF.
22. Tracing IMEI / IMSI adalah penelusuran identitas perangkat komunikasi dan
identitas pengguna jaringan GSM / CDMA.
23. Log Book Direction Finderadalah buku catatan yang melekat pada Tim DF yang
digunakan untuk mencatat segala kegiatan yang dilakukan oleh Tim tersebut
meliputi pencatatan dasar penugasan, surat permohonan penggunaan Alsus DF,
nomor target dan perubahannya dilapangan, personel yang bertugas serta hasil
pelaksanaan yang dicapai.
25. CDR (Call Data Record) adalah data tentang aktivitas telekomunikasi yang
diperoleh dari provider tentang IMSI, time, incoming / outgoing call, call duration,
incoming / outgoing sms dan lac/cell id.
26. Analis Jaringan adalah perangkat lunak yang digunakan untuk melakukan analisis
terhadap nomor identitas perangkat komunikasi target yang telah didapatkan berupa
keterangan tanggal, waktu, panggilan masuk dan keluar serta posisi.
29. Pusat Pemantauan (Monitoring Center) Polri adalah fasilitas monitoring Polri yang
dijadikan tujuan transmisi/pengiriman hasil dari penyadapan terhadap
pembicaraan/telekomunikasi pihak tertentu yang menjadi subjek penyadapan.
31. Katim Alsus adalah Perwira yang ditunjuk berdasarkan Surat Perintah Direktur
Tindak Pidana Korupsi Bareskrim Polri yang bertanggung jawab untuk
menyelenggarakan kegiatan dukungan teknisPenyelidikan dan Penyidikan yang
mempergunakan alat-alat khusus.
32. Kasubtim DF adalah Perwira yang ditunjuk berdasarkan Surat Perintah Direktur
Tindak Pidana Korupsi Bareskrim Polri yang bertanggung jawab untuk
menyelenggarakan kegiatan dukungan teknisPenyelidikan dan Penyidikan yang
5
menggunakan alat khusus DF.
38. Staf Alsus adalah personel DittipidkorBareskrim Polri yang ditunjuk berdasarkan
Surat Perintah Direktur Tindak Pidana Korupsi Bareskrim Polri yang bertanggung
jawab menyelenggarakan seluruh administrasi Alsus Dittipidkor Bareskrim Polri.
39. Ruang Pemeriksaan Khusus adalah ruangan yang digunakan untuk melaksanakan
pemeriksaan saksi/tersangka dalam Penyidikan Tindak Pidana Korupsi dengan
dilengkapi video camera, digital audiodan kaca one way.
40. Audio/Video Monitoring adalah seperangkat alat khusus berupa kamera, speaker,
DVRdan LCD monitor yang berfungsi untuk memproyeksikan tampilan dalam suatu
ruangan.
F. DASAR HUKUM
6
T.L.N. No.4150).
8. Peraturan Direktur Tindak Pidana Korupsi Nomor 1 Tahun 2013 tentang Prosedur
Operasional Standar Pengaduan Masyarakat (Dumas).
9. Peraturan Direktur Tindak Pidana Korupsi Nomor 2 Tahun 2013 tentang Prosedur
Operasional StandarPenyelidikan.
10. Peraturan Direktur Tindak Pidana Korupsi Nomor 3 Tahun 2013 tentang Prosedur
Operasional StandarPenyidikan.
7
tindak pidana korupsi.
g. Daftar Pencarian Orang (DPO).
B. PERSIAPAN
1. Setelah permohonan dari Subdit Tipidkor Bareskrim Polri maupun Subdit Tipidkor
Kewilayahan (Polda) mendapatkan persetujuan dari Direktur Tindak Pidana Korupsi
Bareskrim Polri, maka Katim Alsus memerintahkan kepada Staf Alsus untuk
menerbitkan Surat Pinjam Pakai Alsus SV.
2. Dalam hal permintaan SVdari Subdit Tipidkor Bareskrim Polri maupun Subdit
Tipidkor Kewilayahan (Polda) berupa dukungan peralatan dan fungsi SV(personel),
setelah mendapatkan persetujuan dari Direktur Tindak Pidana Korupsi Bareskrim
Polri maka Katim Alsus memerintahkan Kasubtim SV untuk membuat Surat Perintah
Tugas yang ditandatangani oleh Direktur Tindak Pidana Korupsi Bareskrim Polri.
5. Staf Alsus mencatat alat khusus SV yang akan digunakan maupun dipinjamkan
dalam Buku Register Barang Alsus SV.
6. Permohonan dari Subdit Tipidkor Bareskrim Polri, maka yang digunakan adalah
anggaran Penyelidikan/Penyidikan DittipidkorBareskrim Polri.
8. Dalam hal penggunaan fungsi dan alat SV berdasarkan perintah Direktur Tindak
Pidana Korupsi Bareskrim Polri maka yang digunakan adalah anggaran Dukungan
Operasional Direktur Tindak Pidana Korupsi Bareskrim Polri.
Kasubtim SV mengajukan anggaran sesuai RAB norma indeks dan pada saat
pelaksanaan dana tersebut bersifat tunai (cash on hand) yang dikelola oleh
Kasubtim SV sesuai kebutuhan surveillance yang dapat dipertanggungjawabkan.
C. PELAKSANAAN
8
2. KasubtimSV/Perwira yang ditunjuk memimpin Tim SV di lapangan, memiliki
kewenangan penuh (power on hand) dalam menentukan cara bertindak, taktik dan
teknik kegiatan SV.
4. Kegiatan SV bersifat rahasia dan tertutup dengan akses informasi terbatas serta
pelaporan dapat langsung kepada Direktur Tindak Pidana Korupsi Bareskrim Polri.
5. Tim SV membuat running log SV untuk dikoordinasikan kepada Tim Analis IT.
D. KONSOLIDASI
9
i. Tembusan kepada Wadir Tipidkor dan Kasubagops Dittipidkor.
B. PERSIAPAN
7. Staf Alsus mencatat alat DF yang akandigunakan dalam Log Book Direction Finder.
10
Polda.
10. Dalam hal penggunaan alat khusus DF berdasarkan perintah Direktur Tindak Pidana
Korupsi maka yang digunakan adalah anggaran Dukungan Operasional Pimpinan.
Kasubtim DF mengajukan anggaran sesuai RAB norma indeks melalui Katim Alsus
dan diteruskan kepada Direktur Tipidkor Bareskrim Polri.
C. PELAKSANAAN
3. Penggunaan alsus DF untuk satu kasus tertentu diberikan selama maksimal 1 (satu)
minggu, apabila masih diperlukan dapat diperpanjang lagi setelah melaporkan
perkembangannya kepada Katim Alsus.
D. KONSOLIDASI
2. Apabila dipandang perlu Katim Alsus dapat melakukan analisis dan evaluasi
kegiatan penggunaan alsus DF, serta membuat Nota Dinas kepada Direktur Tindak
Pidana Korupsi Bareskrim Polri.
11
IV ANALISIS IT
V PENYADAPAN (INTERCEPT)
12
Pengadilan Negeri setempat yang ditandatangani Direktur Tindak Pidana Korupsi
atas nama Kabareskrim Polri.
4. Setelah ijin penetapan penyadapan dari Pengadilan Negeri setempat terbit, maka
Penyidikmengajukan surat permohonan kepada Bagian Monitoring CenterBareskrim
Polri untuk dapat dilakukan penyadapan/ intercept, yang ditandatangani Direktur
Tindak Pidana Korupsi Bareskrim Polri atas nama Kabareskrim Polri.Surat
permohonan mencantumkan nama Penyidikyang akan melaksanakan penyadapan
dan melampirkan Surat Pernyataan yang ditandatangani oleh atasan Penyidik.
(sesuaiPasal 9 ayat (2) Perkap Nomor 5 Tahun 2010).
B. PERSIAPAN
1. Staf Alsus membuat Nota Dinas kepada Karo Binops Bareskrim Polri perihal
permohonan Provisioning yang ditandatangani Direktur Tindak Pidana Korupsi
Bareskrim Polri.
13
6. Permohonan dari Subdit Tipidkor Kewilayahan (Polda), maka yang
digunakan adalah anggaran Penyelidikan/Penyidikan Subdit Tipidkor Polda.
C. PELAKSANAAN INTERCEPT
E. KONSOLIDASI
14
2. Setelah Subdit Tipidkor Bareskrim Polri maupun dari Subdit Tipidkor Kewilayahan
(Polda) selesai melaksanakan penyadapan selanjutnya Penyidikmembuat Laporan
Hasil Tugas pelaksanaan kegiatan penyadapankepada atasan Penyidik (Kasubdit)
yang diteruskan kepada Direktur Tindak Pidana Korupsi Bareskrim Polri.
3. Penyidik Subdit Tipidkor Bareskrim Polri maupun dari Subdit Tipidkor Kewilayahan
(Polda) membuat pertanggungjawaban keuangan.
A. PENYIMPANAN
1. Staf Alsus menerima, mencatat dan menyimpan barang alsus DF dan SV Dittipidkor
Bareskrim Polri yang dituangkan dalam Buku Register Alsus DF dan SV.
2. Setiap pemakaian atau pinjam pakai Alsus SV yang akan digunakan oleh Subdit
Tipidkor Bareskrim Polri berdasarkan Nota Dinas kepada Katim Alsus dicatat di
dalam Buku Register Alsus SV Dittipidkor Bareskrim Polri.
3. Operator DF dan Staf Alsus meneliti kuantitas dan kualitas setiap barang setelah
digunakan untuk operasional DF dan SV.
4. Barang-barang yang menjadi inventaris alsus disimpan diruang Alsus, kecuali yang
dipinjampakaikan kepada personel Dittipidkor Bareskrim Polri.
6. Ruang Alsus hanya dapat diakses oleh Direktur, Wakil Direktur, Kasubag Ops, Katim
Alsus dan personel Alsus Dittipidkor Bareskrim Polri.
15
B. PEMELIHARAAN
3. Untuk kendaraan dan kelengkapan Alsus DF dan SV yang masih bergaransi sesuai
kontrak, maka staf alsus dan Operator DF dapat melakukan perbaikan, up grade
maupun service kepada pihak penyedia barang atau dealer yang telah ditunjuk.
A. PELATIHAN
2. Pelatihan dilakukan secara mandiri yang dipimpin oleh Kasubtim DF, Kasubtim SV
dan Kasubtim Analis IT setiap sebulan sekali.
3. Hasil pelatihan alsus DF, SV dan Analisis IT dituangkan dalam Laporan oleh Tim
Alsus dan dilaporkan kepada Direktur Tindak Pidana Korupsi Bareskrim Polri.
B. PENINGKATAN KEMAMPUAN
1. Secara rutin Katim Alsus dapat memberikan arahan teknis (Teknologi Informasi
terkini/up date) kepada anggota Tim DF, Tim SV dan Tim Analis IT.
2. Katim Alsus melaksanakan analisis dan evaluasi kegiatan yang dilaksanakan oleh
Tim DF, Tim SVdan Tim Analis IT serta kemampuan masing-masing personel.
16
OperatorSV dan Operator Analis IT Dittipidkor Bareskrim Polri.
1. Setiap pelaksanaan kegiatan dilengkapi dengan Surat Perintah Tugas yang selalu
tercatat dalam buku Register yang dilaporkan setiap bulan kepada Katim Alsus.
3. Pemeriksaan alat khusus dapat dilakukan secara rutin maupun insidentil baik
kuantitas dan kualitas dengan dilengkapi dengan Berita Acara Pemeriksaan.
X. KETENTUAN KHUSUS
A. PENGGUNAAN ALSUS DF
2. Operasi Gabungan
a. Apabila Dittipidkor Bareskrim Polri dilibatkan dalam Operasi Khusus yang
dilaksanakan oleh Bareskrim Polri maka DF dapat dipergunakan atas
seijinKabareskrim Polri atau Direktur Tindak Pidana Korupsi Bareskrim Polri.
17
b. Apabila Dittipidkor Bareskrim Polri melaksanakan Operasi Gabungan (joint
operation) dengan Satker Kepolisian lainnya ataupun dengan instansi lainnya
seperti KPK dan Kejaksaan Agung maka DF dapat dipergunakan atas
seijinKabareskrim Polri atau Direktur Tindak Pidana Korupsi Bareskrim Polri.
2. Operasi Gabungan
a. Apabila Dittipidkor Bareskrim Polri dilibatkan dalam
Operasi Khusus yang dilaksanakan oleh Bareskrim Polri maka peralatan SV
dapat dipergunakan atas seijin Kabareskrim Polri atau Direktur Tindak Pidana
Korupsi Bareskrim Polri.
XI. PENUTUP
A. Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan ini, sepanjang mengenai kegiatan
Penyelidikandan Penyidikan akan tetap berpedoman kepada ketentuan UU No. 8 Tahun
1981 tentang KUHAP, UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
B. Hal-hal lainnya yang bersifat khusus dan belum diatur di dalam peraturan ini yang
berdasarkan pertimbangan kebutuhan yang mendesak maupun perkembangan situasi
18
dan kondisi, akan diatur dalam ketentuan sendiri berdasarkan kebijaksanaan dan
Keputusan Direktur Tindak Pidana Korupsi Bareskrim Polri.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : Maret 2014
di
Jakarta
1. Rujukan :
a. LI / LP Nomor : …………………………………………………………………………………………;
b. Surat Perintah Lidik / Sidik Nomor : …………………………………………………………………;
c. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia;
d. Pasal 26 Undang-UndangNomor 20 tahun 2001;
e. Daftar Pencarian Orang (DPO) Nomor : ……………….……………………………………………;
2. Bersama ini dilaporkan kepada Jenderal bahwa Penyidik Dit Reskrimsus Polda .............. sedang
menangani perkara dugaan tindak pidana korupsi ............................................... atas nama
tersangka ............... dengan kronologis perkara sebagai berikut :
a. ........................;
b. ........................;
c. dst
19
3. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, guna kepentingan dukungan teknis penyelidikan /
penyidikan tersebut dimohon kepada Jenderal untuk dapat mengijinkan dilakukan a / b / c
terhadap identitas perangkat komunikasi …………………
Tembusan :
DIREKTORAT
1. KabareskrimTINDAK
Polri. PIDANA KORUPSI LAMPIRAN II
SUBDIT ......
2. Kapolda ............
NOTA DINAS
Nomor : B / ND - / III / 2014 / Subdit...
1. Dasar :
a. LI / LP Nomor : ………………………………………………..………………………………………;
b. Surat Perintah Lidik / Sidik Nomor : …………………………………………………………………;
c. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia;
d. SPDP Nomor : ………………..………………………………..………………………………………;
e. Pasal 26 Undang-UndangNomor 20 tahun 2001;
f. Daftar Pencarian Orang (DPO) Nomor : ……………….……………………………………………
2. Bersama ini dilaporkan kepada Jenderal bahwa Penyidik Dittipidkor Bareskrim Polri sedang
menangani perkara dugaan tindak pidana korupsi .............………… atas nama tersangka …………
3. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, guna kepentingan penyelidikan / penyidikan terkait
kasus dimaksud, dimohon kepada Jenderal untuk dapatnya memberikan bantuan berupa a / b / c
terhadap identitas perangkat komunikasi ...........................................................................................
1. Wadir Tipidkor.
2. Kasubagops.
LAMPIRAN III
MARKAS BESAR
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BADAN RESERSE KRIMINAL
Jalan Trunojoyo 3 Kebayoran Baru Jakarta 12110 Jakarta, Maret 2014
Nomor : R/ / Tipidkor / III / 2014 / Bareskrim
Klasifikasi : RAHASIA
Lampiran : -
Perihal : permintaan persetujuan penyadapan Kepada
di
Jakarta
1. Rujukan :
a. Pasal 15 ayat (2) huruf k dan Pasal 16 ayat (1) huruf l dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI;
b. Pasal 26 dan Penjelasan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi dan Pasal 26 A Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi;
c. Pasal 20 dan Pasal 42 (2) UU No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi;
d. Laporan Polisi No Pol : LP / …… / III / 2014 / Bareskrim, tanggal ….. Maret 2014 tentang …..;
e. Surat Perintah Penyidikan Nomor : Sprint. Sidik / …. / III / 2014 / Tipidkor, tanggal ….. Maret
2014;
f. Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan Nomor : SPDP / ….. / III / 2014 / Tipidkor, tanggal
….. Maret 2014;
2. Sehubungan dengan rujukan tersebut diatas, bersama ini diberitahukan bahwa Dittipidkor
Bareskrim Polri sedang melakukan Penyidikan kasus dugaan Tindak Pidana Korupsi yang
dilakukan oleh Tersangka :
Nama : ....................
21
Tempat / Tgl Lahir : ....................
Pekerjaan : ....................
Alamat : ....................
3. Guna keperluan tersebut diharapkan Ketua dapat menerbitkan surat penetapan persetujuan
penyadapan, tracing IMEI, membuka SMS Content dan membuka CDR (Call Data
Record) terhadap Nomor Sim Card milik yang bersangkutan yaitu :
- 081xxxxxxxxx;
dan nomor-nomor yang berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
Tindak Pidana Korupsi sebagaimana dimaksud di atas selama 120 (seratus dua puluh) hari.
4. Demikian untuk menjadi maklum dan terima kasih atas kerja samanya.
22