Modul PLM Bab 3
Modul PLM Bab 3
Modul PLM Bab 3
AgNO3
Senyawa ini beracun dan korosif. Simpanlah dalam botol berwarna dan
ruang yang gelap serta jauhkan dari bahan-bahan yang mudah terbakar.
Dapat menyebabkan luka bakar dan kulit melepuh. Gas/uapnya juga
menebabkan hal yang sama.
HCl
Cairan yang tidak berwarna atau kekuningan tergantung pada
kemurniannya, bersifat korosif, mudah menguap. Mudah larut dalam
air, alkohol dan eter. Uap HCl berbahaya terhadap sistem saluran
pernapasan. HCI pekat bila mengenai kulit akan merusaknya dengan
sempurna, sedang larutannya menyebabkan gatal-gatal (iritasi kulit)
H2S
Senyawa ini mudah terbakar dan beracun. Menghirup bahan ini dapat
menyebabkan pingsan, gangguan pernafasan, bahkan
H2SO4
Berupa cairan menyerupai minyak, tidak berwarna, kadang –kadang
berwarna coklat tergantung pada tingkat kemurnianya. Senyawa ini
sangat korosif, higroskopis, bersifat membakar bahan organik dan
dapat merusak jaringan tubuhGunakan ruang asam untuk proses
pengenceran dan hidupkan kipas penghisapnya uap dan kabut asam
sulfat sangat beracun dan korosif terhadap kulit, mata dan system
saluran pernapasan (hidung tenggorokan, paru-paru) . Jika asam pekat
terkena kulit menyebabkan luka parah yang amat sakit, jika kena mata
walaupunsedikit akan merusak mata dan menyebabkan kebutaan.
HCN
Senyawa ini sangat beracun. Hindarkan kontak dengan kulit. Jangan
menghirup gas ini karena dapat menyebabkan pingsan dan kematian.
NH3
Gas ini tidak berwarna berbau tajam, sangat korosif dan berbaya
terhadap saluran pernapasan (hidung dan tenggorokan), bersifat korosif
bila bereaksi dengan bahan oksidator, halogen dan asam-asam kuat,
cairan NH3 bersifat explosif terhadap logam berat(Ag,Pb dan Zn) dan
garam garam terutama garam halide. Menghirup senyawa ini pada
konsentrasi tinggi dapat menyebabkan pembengkakan saluran
pernafasan dan sesak nafas. Terkena amonia pada konsentrasi 0.5%
(v/v) selama 30 menit dapat menyebabkan kebutaan. Keterpaan uap
dengan kadar rendah tetapi terus menerus dapat mengakibatkan iritasi
pada mata, hidung saluran pernapasan bagian atas.
HClO4
Cairan tidak berwarna, higroskopis, asam pekat murni tidak stabil,
tetapi akan stabil bila diencerkan, mudah larut dalam air dan larutannya
dengan konsentrasi 71,6% dalam keadaan stabil. Asam ini merupakan
oksidator kuat, dapat menimbulkan ledakan (exposif) dan api apablia
kontak langsung dengan bahan mudah dioksidasi atau mudah terbakar,
disamping itu asam ini beracun dan korosif.
HF
Gas/uap maupun larutannya sangat beracun. Dapat menyebabkan iritasi
kulit, mata, dan saluran pernafasan
HNO3
Cairan transparan atau kekuningan tergantung pada tingkat
kemurniannya, mudah menguap pada suhu kamar. Senyawa ini bersifat
korosif., mudah bercampur dengan air Uap nitrogen oksida dapat
menyebabkan kerusakan paru-paru, uap ini terbentuk lambat laun
apabila HNO3 diletakkan berdekatan dengan HCI.
Keracunan bahan kimia dapat terjadi melalui beberapa cara, sesuai
dengan sifatnya. Keracunan dapat terjadi akibat tertelannya bahan
kimia dalam saluran pencernaan. Untuk bahan kimia berupa gas,
saluran pernafasan merupakan jalan masuk utama ke dalam tubuh
seseorang. Bahan beracun dapat pula diserap melalui kulit atau
langsung merusak jaringan kulit apabila terjadi persinggungan
dengannya. Selaput lendir (mukosa) mata juga dapat menjadi salah satu
tempat masuknya bahan kimia yang kemudian meracuni jaringan
setempat.
B. Simbol Hazard
Ada yang bersifat mudah terbakar, beracun, berbau tajam yang berdampak pada
kesehatan, merusak benda-benda di sekitarnya bahkan dapat mematikan makhluk
hidup.
Keselamatan kerja di laboratorium sangatlah penting. Oleh karena itu, pada wadah
atau tempat bahan-bahan atau zat kimia diberi simbol-simbol yang bertujuan
untuk memberi keterangan mengenai sifat dan bahaya zat tersebut. Diharapkan
kita dapat berhati-hati dalam penggunaan bahan-bahan kimia tersebut demi
keselamatan bersama. Untuk itu, sebelum kita memasuki laboratorium, perlu kita
pahami simbol-simbol tanda bahaya tersebut untuk menghindari kesalahan-
kesalahan dan bahaya yang tidak kita inginkan. Berikut beberapa simbol-simbol
tanda bahaya yang ada beserta keterangannya.
Simbol Keterangan
Nama : Irritant
Lambang : Xi
Nama : Harmful
Lambang : Xn
Nama : Toxic
Lambang : T
Lambang : T+
Nama : Corrosive
Lambang : C
Lambang : F
Lambang : F+
Nama : Explosive
Lambang : E
Nama : Oxidizing
Lambang : O
Lambang : N
Nama :
Spontaneously
Combustible
Substances Arti :
Material yang
dapat secara
spontan mudah
terbakar.
Tindakan : Simpan di tempat yang jauh dari sumber
panas atau sumber api.
Contoh : Carbon, Charcoal-non-activated, Carbon black.
Arti : Simbol
pengaman yang
digunakan pada
transportasi dan
penyimpanan material
gas yang tidak mudah terbakar.
Contoh : Oksigen, Nitrogen, Helium.
Nama : Poison
Nama : Harmful
Nama : Radioactive
Arti : Bahan yang mengandung material atau kombinasi
dari material lain yang dapat memancarkan radiasi
secara spontan.
Contoh : Uranium, 90Co, Tritium.
Latihan
Nama : ………………………………………………
Lambang : …………………………………………
Arti :
…………………………………………………
……………………………………………………
…….
……………………………………………………
…….
Tindakan : …………………………………………
……………………………………………………
…….
Contoh : ……………………………………………
Nama :
……………………………………………………….
Lambang :
………………………………………………….
Arti :
………………………………………………………
…..
………………………………………………………
…………..
………………………………………………………
…………..
………………………………………………………
…………..
Contoh :
…………………………………………………….
Tindakan:
……………………………………………………
………………………………………………………
…………..
………………………………………………………
…………..
Nama :
………………………………………………………
Lambang :
………………………………………………..
Arti :
………………………………………………………..
………………………………………………………
…………
………………………………………………………
…………
………………………………………………………
…………
Tindakan :
……………………………………………….
………………………………………………………
………..
………………………………………………………
………..
………………………………………………………
…………
Contoh :
………………………………………………….
Nama : ……………………………………………………………….
Arti :
………………………………………………………………
….
…………………………………………………………………
………..
…………………………………………………………………
………..
…………………………………………………………………
………..
Tindakan :
…………………………………………………………
…………………………………………………………………
……….
…………………………………………………………………
……….
…………………………………………………………………
………
Contoh :
…………………………………………………………
Nama : ……………………………………………………………..
Lambang :
………………………………………………………..
Arti :
………………………………………………………………….
…………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………
……….
…………………………………………………………………
………
Tindakan :
…………………………………………………………
…………………………………………………………………
……….
…………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………
………..
Contoh :
………………………………………………………………..
Nama :
……………………………………………………………………..
Lambang :
………………………………………………………………..
Arti :
…………………………………………………………………
……..
…………………………………………………………………
……………..
…………………………………………………………………
……………..
Tindakan :
………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………….
…………………………………………………………………
…………….
Contoh :
…………………………………………………………………
Nama :
…………………………………………………………………..
Lambang :
……………………………………………………………..
Arti :
…………………………………………………………………
…..
…………………………………………………………………
…………..
…………………………………………………………………
…………..
…………………………………………………………………
…………..
Tindakan :
…………………………………………………………….
…………………………………………………………………
………
Contoh :
………………………………………………………………….
Tes 1
A.
B.
C.
D.
2. Pewadahan Reagen
Sumber :ilmudan buku.wordpress.com
Pada gambar di atas, Anda dapat melihat bahwa setiap bahan kimia/
reagen ditempatkan pada wadah yang berbeda-beda. Ada yang
menggunakan botol kaca besar, botol kaca kecil, botol dengan bahan
plastik, atau botol dengan warna yang gelap dan terang. Hal ini
dilakukan atasdasar sifat-sifat dari pereaksi kimia atau reagen tersebut.
Pewadahan dilakukan untuk menjaga kualitas dari reagen. Berikut
adalah hal-hal yang harusdiperhatikan dalam pewadahan reagen.
C.Pengelolaan Spesimen
Sekarang ini, banyak penyakit yang merajalela di lingkungan kita. Dari berbagai
penyakit yang ada, penyakit infeksi menjadi penyakit yang paling sering
menyerang manusia. Penyakit infeksi yang ditimbulkan sering diakibatkan
mikroorganisme yang bersifat patogen. Dalam pemeriksaan penyakit infeksi,
biasanya dilakukan pemeriksaan fisik dan anamnesa guna menemukan etiologi
penyakit. Cara lain dalam menegakkan diagnosa guna menemukan
mikroorganisme apa yang menjadi penyebab suatu penyakit adalah dengan cara
pemeriksaan spesimen. Dalam pemeriksaan spesimen, yang harus diperhatikan
adalah bahwa spesimen merupakan bahan pemeriksaan yang berasal dari tubuh
manusia yang terindikasi memiliki penyakit. Beberapa penyakit ini bisa menular
melalui specimen, tidak terkecuali kepada petugas pemeriksanya. Oleh karena itu,
bagi orang yang berprofesi dalam bidang kesehatan, misalnya ATLM, harus
mengetahui dan memahami betul cara pengelolaan spesimen klinik agar terhindar
dari hal-hal yang tidak diinginkan khususnya yang membahayakan kesehatan.
Sumber : artikelsiana.com
a) Darah Kapiler
Pembuluh darah kapiler (dari bahasa Latin capillaris)
ialah pembuluh darah terkecil di tubuh, berdiameter 5-10
μm, yang menghubungkan arteriola dan venula, dan
memungkinkan pertukaran air, oksigen, karbon dioksida,
serta nutrien dan zat kimia sampah antara darah dan
jaringan di sekitarnya.
Silahkan Anda perhatikan gambar berikut ini untuk melihat
dan memahami tentang pembuluh darah arteri, vena dan
kapiler.
Sumber : bukusekolah.org
b) Darah Vena
Pembuluh balik atau vena adalah pembuluh yang
membawa darah menuju jantung. Dari seluruh tubuh,
pembuluh darah balik bermuara menjadi satu pembuluh
darah balik besar, yang disebut vena cava.
2) Urine
Sumber : blogs.biomecentral.com
Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang
diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari
dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang
disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.
3) Tinja (feses)
Sumber : IDNPortal.com
Tinja atau feses adalah produk buangan saluran pencernaan
hewan dan manusia yang dikeluarkan melalui anus atau kloaka.
Pada manusia, proses pembuangan kotoran dapat terjadi
(bergantung pada individu dan kondisi) antara sekali setiap satu
atau dua hari hingga beberapa kali dalam sehari.
b. Sputum
Sumber : medicalzone.net
Sputum adalah bahan yang dikeluarkan dari paru, bronchus, dan trachea
melalui mulut. Biasanya juga disebut dengan expectoratorian. Orang
dewasa normal bisa memproduksi mukus (secret kelenjar) sejumlah
100 ml dalam saluran napas setiap hari. Mukus ini digiring ke faring
denganmekanisme pembersihan silia dari epitel yang melapisi saluran
pernapasan. Keadaan abnormal produksi mukus yang berlebihan
(karena gangguan fisik, kimiawi, atau infeksi yang terjadi pada
membran mukosa), menyebabkan proses pembersihan tidak berjalan
secara adekuat normal seperti tadi, sehingga mukus ini banyak
tertimbun. Bila hal ini terjadi, membran mukosa akan terangsang, dan
mukus akan dikeluarkan dengan tekanan intra thorakal dan intraa
bdominal yang tinggi. Ketika dibatukkan, udara keluar dengan
akselerasi yg cepat beserta membawa sekret mucus yang tertimbun
tadi. Mukus tersebut akan keluar sebagai sputum.
2. Cara Pengelolaan Spesimen
Selanjutnya adalah cara pengelolaan spesimen di laboratorium. Silakan
Anda cermati materi berikut ini
a. Pengambilan Spesimen
Pengambilan spesimen merupakan salah satu dari serangkaian proses
yang dilakukan sebelum melakukan pemeriksan laboratorium. Supaya
spesimen memenuhi syarat untuk diperiksa, maka proses pengambilan
spesimen harus dilakukan dengan mengikuti kaidah yang benar.
Untuk mengidentifikasi penyebab infeksi, suatu laboratorium dikatakan
berhasil apabila pengambilan dan pengiriman spesimen pasien ke
laboratorium dilakukan dengan benar. Yang harus diperhatikan
pertama adalah tempat pengambilan spesimen harus dipilih secara
berhati-hati agar memberikan hasil terbaik mengenai organism
penginfeksi, toksin. Pengambilan spesimen itu sendiri dilakukan
dengan cara meminimalkan pencemaran oleh flora endogen penjamu.
Sedangkan pengiriman spesimen ke laboratorium harus dilakukan di
bawah kondisi yang mempertahankan vaibilitas agen infeksiosa. Waktu
pengiriman juga harus singkat untuk membatasi pertumbuhan flora
pencemar yang berlebihan.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada pengambilan spesimen adalah :
Teknik atau cara pengambilan. Pengambilan spesimen harus dilakukan
dengan benar sesuai dengan standard operating procedure (SOP) yang
ada. Cara menampung spesimen dalam wadah/penampung. Seluruh
sampel harus masuk ke dalam wadah (sesuai kapasitas), jangan ada
yang menempel pada bagian luar tabung untuk menghindari bahaya
infeksi. Wadah harus dapat ditutup rapat dan diletakkan dalam posisi
berdiri untuk mencegah spesimen tumpah.
Secara umum, sebelum melakukan pengambilan spesimen, hal yang
dilakukan adalah persiapan seperti berikut ini :
1)Persiapan pasien. Beritahukan kepada pasien tentang hal-hal
apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh pasien
sebelum dilakukan pengambilan spesimen.
• Persiapan secara umum, seperti : puasa selama 8-10 jam
sebelum pengambilan spesimen (untuk pemeriksaan
glukosa darah puasa, profil lipid, profil besi), tidak
melakukan aktifitas fisik yang berat, tidak merokok, tidak
minum alkohol, dsb.
• Jika pasien harus melakukan pengambilan spesimen
sendiri (urin, dahak, faeses), jelaskan tata cara
pengambilannya. Misalnya kapan harus diambil,
bagaimana menampung spesimen dalam wadah yang
disediakan, mencuci tangan sebelum dan setelah
mengambil spesimen, membersihkan daerah genital untuk
pengambilan sampel urin, dsb.
• Jika pengambilan spesimen bersifat invasif (misalnya
pengambilan sampel darah, cairan pleura, ascites, sumsum
tulang, dsb), jelaskan macam tindakan yang akan
dilakukan.
2)Peralatan sampling. Pastikan semua peralatan sampling telah
disiapkan sesaat sebelum sampling. Secara umum, peralatan yang
diperlukan untuk pengambilan specimen adalah :
• Tabung tes atau vacutainer yang sesuai warna.
• Label yang sesuai
• Botol kultur darah
3)Perlengkapan untuk fungsi vena perifer
• Sarung tangan tidak steril
• Bola kapas alcohol
• Torniket
• Bola kapas povidon iodine (jika perlu)
4)Penting untuk diperhatikan bahwa semua peralatan memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
• bersih kering
• tidak mengandung detergent atau bahan kimia
• terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam
spesimen
• steril, apalagi jika spesimen akan diperiksa biakan
(kultur) kuman
• sekali pakai buang (disposable)
• wadah spesimen tidak retak atau pecah, mudah dibuka
atau ditutup rapat, besar/ukurannya sesuai dengan volume
spesimen yang diambil. (Ronald; Richard 2004)
5)Antikoagulan
Antikoagulan adalah bahan kimia yang dipergunakan untuk
mencegah pembekuan darah. Umumnya yang digunakan adalah
EDTA (ethylendiamin tetraaceticacid), natrium citrat, heparin
dan natrium fosfat. Pemilihan antikoagulan harus sesuai dengan
jenis pemeriksaan dan takaran volumenya harus tepat. Mengenai
antikoagulan akan dibahas pada postingan yang lain.
6)Lokasi sampling. Sebelum melakukan sampling, tetapkan lokasi
pengambilan sesuai dengan jenis spesimen yang diperlukan.
Lokasi pengambilan spesimen tidak boleh terdapat luka,
hematoma, infeksi, oedema. Untuk pengambilan spesimen darah,
selain tidak dilakukan pada tempat-tempat tersebut, juga tidak
boleh dilakukan pada daerah dimana darah sedang ditransfusikan
dan intravena lines (infus).
b. Penyimpanan Spesimen
Penyimpanan spesimen dilakukan jika pemeriksaan ditunda atau
spesimen akan dikirim ke laboratorium lain. Lama penyimpanan harus
memperhatikan, jenis pemeriksaan, wadah dan stabilitasnya. Hindari
penyimpanan whole blood di refrigerator. Sampel yang dicairkan
(setelah dibekukan) harus dibolak-balik beberapa kali dan terlarut
sempurna. Hindari terjadinya busa. Simpan sampel untuk keperluan
pemeriksaan konfirmasi / pengulangan.
Menyimpan spesimen sebaiknya dalam lemari es dengan suhu 2-8ºC,
suhu kamar, suhu -20ºC, -70ºC atau -120ºC agar tidak terjadi
sampai terjadi beku ulang. Untuk jenis pemeriksaan yang
menggunakan spesimen plasma atau serum, maka plasma atau serum
dipisahkan dulu baru kemudian disimpan. Memberi bahan pengawet
pada spesimen. Menyimpan formulir permintaan lab di tempat
tersendiri.
Waktu penyimpanan spesimen dan suhu yang disarankan : Kimia
klinik : 1 minggu dalam refrigerator. Imunologi : 1 minggu dalam
refrigerator. Hematologi : 2 hari pada suhu kamar. Koagulasi : 1 hari
dalam refrigerator Toksikologi : 6 minggu dalam refrigerator Blood
grouping : 1 minggu dalam refrigerator
c. Pengiriman Spesimen
Sebelum mengirim spesimen ke laboratorium, pastikan bahwa spesimen
telah memenuhi persyaratan seperti yang tertera dalam persyaratan
masing-masing pemeriksaan. Apabila spesimen tidak memenuhi syarat,
spesimen ini perlu diambil/dikirim ulang. Pengiriman spesimen disertai
formulir permintaan yang berisi data yang lengkap. Pastikan bahwa
identitas pasien pada label dan formulir permintaan sudah sama.
Spesimen hendaknya secepatnya dikirim ke laboratorium. Penundaan
pengiriman spesimen ke laboratorium dapat dilakukan selambat-
lambatnya 2 jam setelah pengambilan spesimen. Penundaan
pengiriman specimen terlalu lama akan menyebabkan perubahan fisik
dan kimiawi yang dapat menjadi sumber kesalahan dalam pemeriksaan.
Pengiriman sampel sebaiknya menggunakan wadah khusus, misalnya
berupa kotak atau tas khusus yang tebuat dari bahan plastik, gabus
(styro-foam) yang dapat ditutup rapat dan mudah dibawa.
Latihan
Tes 2
Untuk mengetahui pemahaman Anda setelah menyelesaikan
pembelajaran pada topik 2, silakan menjawab soal-soal berikut ini
dengan memilih jawaban yang paling benar
Berikut ini adalah beberapa Alat Pelindung Diri yang biasa digunakan :
c. Safety Glasses
Safety Glasses merupakan perlindungan paling minimum untuk mata
ketika bekerja di dalam laboratorium dari benda-benda yang
beterbangan.
d. Safety Googles
Safety googles dibutuhkan ketika bekerja di dalam laboratorium yang
terdapat kemungkinan mata terkena uap, cipratan, kabut ataupun
semprotan dari zat kimia berbahaya yang mungkin bisa menyerang
mata.
4. Alat pelindung telinga
Alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi alat pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan. Jenis
alat pelindung telinga terdiri dari sumbat telinga (ear plug) dan penutup
telinga (ear muff).
APD ini disarankan untuk dipakai apabila tempat anda bekerja memiliki
tingkat kebisingan diatas normal yaitu level kebisingan yang mencapai
di atas 85 dB atau lebih. Sedangkan APD ini wajib dipakai ketika
tingkat kebisingan sudah mencapai 90 dB.
Latihan
Tes 3
Daftar Pustaka
http://damainyachemistry.blogspot.co.id/2013/09/simbol-simbol-
berbahaya-padabahan.html
http://oktriaviani.blogspot.co.id/2012/06/cara-penyimpanan-dan-
pewadahanreagen.html diunduh tanggal 16 agt 2017
http://kimia-analitik.blogspot.co.id/2016/04/alat-pelindung-diri-apd-
laboratorium.html diunduh tanggal 16 agustus 2107
Praktikum IV
PERSYARATAN KESELAMATAN KERJA DI
LABORATORIUM MEDIK
Untuk MSDS yang dibuat dari beberapa penyusun sering berbeda dalam
hal urutan penyajian, penonjolan dan prioritas materi, tidak memuat
beberapa prosedur pendukung, atau detail proses yang berlaku standar
tidak dituliskan secara lengkap. Meskipun demikian pengguna dapat
merujuk MSDS dari beberapa sumber untuk dikomparasikan sehingga
saling melengkapi.
B. Simbol MSDS
Salah satu hal penting yang harus Anda ketahui pada MSDS yakni
simbol tanda bahaya yang digunakan di MSDS. Pada MSDS tanda
bahaya dikelompokkan menjadi 4 hal yakni bahaya dari segi kesehatan,
kemudahan terbakar, reaktivitas bahan dan bahaya khusus, dan
digunakan simbol belah ketupat yang terdiri dari 4 bagian
Sumber : www.google.co.id/symbol MSDS
Untuk MSDS yang dibuat dalam file teks, maka tanda bahaya di atas
dituliskan dalam bentuk 4 atau 3 angka berturutan. Penulisan pada jenis
MSDS ini adalah sebagai berikut: [2,0,0,0] atau [2,0,0]. Kode angka
tersebut secara berturut-turut mengartikan tingkat bahaya dari segi
kesehatan, kemudahan terbakar, reaktivitas dan bahaya khusus lainnya.
Skore Arti
Bahaya terhadap kesehatan
C. Penelusuran MSDS
D. Pengelolaan MSDS
Latihan
Tes 1
1. Petugas/Tim K3 Laboratorium
Pengamanan kerja di laboratorium pada dasarnya menjadi tanggung
jawab setiap petugas terutama yang berhubungan langsung dengan
proses pengambilan spesimen, bahan, reagen pemeriksaan. Untuk
mengkoordinasikan, menginformasikan, memonitor dan mengevaluasi
pelaksanaan keamanan laboratorium, terutama untuk laboratorium yang
melakukan berbagai jenis pelayanan dan kegiatan pada satu sarana,
diperlukan suatu Tim fungsional keamanan laboratorium.
Kepala laboratorium adalah penanggung jawab tertinggi dalam
pelaksanaan K3 laboratorium. Dalam pelaksanaannya kepala
laboratorium dapat menunjuk seorang petugas atau membentuk tim K3
laboratorium.
Petugas atau tim K3 laboratorium mempunyai kewajiban
merencanakan dan memantau pelaksanaan K3 yang telah dilakukan
oleh setiap petugas laboratorium, mencakup:
a. Melakukan pemeriksaan dan pengarahan secara berkala
terhadap metode/prosedur dan pelaksanaannya, bahan habis pakai
dan peralatan kerja, termasuk untuk kegiatan penelitian.
b. Memastikan semua petugas laboratorium memahami dan dapat
menghindari bahaya infeksi.
c. Melakukan penyelidikan semua kecelakaan di dalam
laboratorium yang memungkinkan terjadinya
pelepasan/kebocoran/penyebaran bahan infektif.
d. Melakukan pengawasan dan memastikan semua tindakan
dekontaminasi yang telah dilakukan jika ada tumpahan/percikan
bahan infektif.
e. Memastikan bahwa tindakan disinfeksi telah dilakukan terhadap
peralatan laboratorium yang akan diservis atau diperbaiki.
f. Menyediakan kepustakaan/rujukan K3 yang sesuai dan
informasi untuk petugas laboratorium tentang perubahan
prosedur, metode, petunjuk teknis dan pengenalan pada alat yang
baru.
g. Menyusun jadwal kegiatan pemeliharaan kesehatan bagi
petugas laboratorium.
h. Memantau petugas laboratorium yang sakit atau absen yang
mungkin berhubungan dengan pekerjaan di laboratorium dan
melaporkannya pada pimpinan laboratorium.
i. Memastikan bahwa bahan bekas pakai dan limbah infektif
dibuang secara aman setelah melalui proses dekontaminasi
sebelumnya.
j. Mengembangkan sistem pencatatan, yaitu tanda
terima, pencatatan perjalanan dan pembuangan bahan patogenik
serta mengembangkan prosedur untuk pemberitahuan kepada
petugas laboratorium tentang adanya bahan infektif yang baru di
dalam laboratorium.
k. Memberitahu kepala laboratorium mengenai
adanya mikroorganisme yang harus dilaporkan kepada pejabat
kesehatan setempat ataupun nasional dan badan tertentu.
l. Membuat sistem panggil untuk keadaan darurat yang timbul
di luar jam kerja.
m. Membuat rencana dan melaksanakan pelatihan K3
laboratorium bagi seluruh petugas laboratorium.
n. Mencatat secara rinci setiap kecelakaan kerja yang terjadi
di laboratorium dan melaporkannya kepada kepala laboratorium.
Sterilisasi
1. Sterilisasi Cara Fisik
a. Sterilisasi basah
1) Cara ini dipakai untuk mensterilkan bahan-
bahan yang mengandung cairan atau perbenihan-
perbenihan yang tidak tahan panas sampai 100°C;
2) Dilakukan dengan uap panas pada tekanan tertentu
3)misalnya pada otoklaf, atau dengan cara
mendidihkan. Sterilisasi dengan otoklaf paling
efesien karena suhu yang dicapai melebihi titik
didih air yaitu 121°C dan lama sterilisasi pada
umumnya 20 menit. Lama sterilisasi dihitung
mulai dari saat suhu mencapai 121°C. Untuk
bahan seperti kain kasa dan kapas, lama sterilisasi
30 menit;
4)Jika dididihkan dengan air, lama sterilisasi
adalah 15 menit (setelah air mendidih). Jika di
kukus (dengan uap air), lama sterilisasi adalah 30
menit. Kedua cara ini tidak dapat membunuh
spora;
5)Sterilisasi cairan atau setengah padat yang
mudah rusak oleh panas, dapat dilakukan dengan
cara Tyndalisasi yaitu pemanasan basah pada suhu
80°C selama 30 menit yang dilakukan semala 3
hari berturut-turut;
6)Untuk mengawasi kualitas sterilisasi basah
digunakan spora tahan panas misalnya spora
Bacillus stearothermophilus.
b. Sterilisasi kering
1)Cara ini dipakai untuk mensterilkan alat-alat
gelas seperti erlenmeyer, petridish, tabung reaksi,
labu takar, gelas takar dan lain-lain.
2)Dilakukan di dalam oven.
3)Membutuhkan suhu yang lebih tinggi yaitu
umumnya antara 150-170°C dan waktu yang lebih
lama daripada otoklaf.
4)Digunakan terbatas untuk alat gelas dan bahan
minyak, gel atau bubuk yang rusak dengan uap.
5)Untuk mematikan spora dibutuhkan waktu 2 jam
pada suhu
180°C.
Dekontaminasi
Dekontaminasi ruang laboratorium memerlukan gabungan
antara disinfeksi cair dan fumigasi. Permukaan tempat
kerja didekontaminasi dengan disinfektan cair,
sedangkan untuk ruangan dan alat di dalamnya
digunakan fumigasi. Umumnya fumigasi dilakukan dengan
memanaskan paraformaldehid (10,8 gr/m3) yang dicampur
dengan 2 bagian KMnO4, atau dengan mendidihkan
formaldehid (35 ml/m3).
Fumigasi dapat juga dilakukan dengan gas formaldehid
yang didapat dengan cara memanaskan paraformaldehid
(10,8 gr/m3) yang dicampur dengan air. Semua jendela dan
pintu harus tertutup rapat sebelum difumigasi. Lama
fumigasi minimum 8 jam pada pada suhu 21°C dan
kelembaban kurang dari 70%.
Setelah fumigasi, semua ruangan harus dibuka minimal
jam sebelum orang diperbolehkan masuk.Hindari reservoar
air karena formalin mudah larut di dalamnya. Petugas yang
melakukan fumigasi sebaiknya mengenakan masker dan
kaca mata pelindung.
8. Pengelolaan Spesimen
Penerimaan spesimen
a. Laboratorium harus mempunyai loket khusus untuk
penerimaan spesimen. Jika jumlah spesimen tidak banyak,
maka penerimaan spesimen dapat dilakukan pada meja
khusus di dalam laboratorium.
b. Spesimen harus ditempatkan dalam wadah yang
tertutup rapat untuk mencegah tumpahnya/bocornya
spesimen.
c. Wadah harus dapat didisinfeksi atau diotoklaf.
d. Wadah terbuat dari bahan tidak mudah pecah/bocor.
e. Wadah diberi label tentang identitas spesimen.
f. Wadah diletakkan pada baki khusus yang terbuat dari
logam atau plastik yang dapat didisinfeksi atau diotoklaf
ulang.
g. Baki harus didisinfeksi/diotoklaf secara teratur setiap
hari.
h. Jika mungkin, wadah terletak di atas baki dalam
posisi berdiri.
c. Pengiriman paket/kemasan
Pengiriman bahan infeksi membutuhkan koordinasi yang
baik antara si pengirim, pemberi jasa transportasi dan
laboratorium penerima untuk menjamin bahwa bahan
dikirim dengan aman dan tiba di tujuan dalam keadaan
baik.
9. Tata Ruang dan Fasilitas Laboratorium
1. Ruangan Laboratorium
a. Seluruh ruangan dalam laboratorium harus
mudah dibersihkan.
b. Pertemuan antara dua dinding dibuat
melengkung.
c. Permukaan meja kerja harus tidak tembus air.
Juga tahan asam, alkali, larutan organik dan panas
yang sedang. Tepi meja dibuat melengkung.
d. Ada jarak antara meja kerja, lemari dan alat
sehingga mudah dibersihkan.
e. Ada dinding pemisah antara ruang pasien dan
laboratorium.
f. Tersedianya wastafel dengan air mengalir dalam
setiap ruangan laboratorium dekat pintu keluar.
g. Pintu laboratorium sebaiknya dilengkapi dengan
label KELUAR, alat penutup pintu otomatis dan
diberi label BAHAYA INFEKSI (BIOHAZARD).
h. Denah ruang laboratorium yang lengkap
(termasuk letak telepon, alat pemadam
kebakaran, pintu keluar darurat) digantungkan di
beberapa tempat yang mudah terlihat.
i. Tempat sampah kertas, sarung tangan
karet/plastik, dan tabung plastik harus dipisahkan
dari tempat sampah gelas/kaca/botol.
j. Tersedia ruang ganti pakaian, ruang
makan/minum dan kamar kecil.
k. Tanaman hias dan hewan peliharaan tidak
diperbolehkan berada diruang kerja laboratorium.
2. Koridor, gang, lantai dan tangga
a. Koridor, tangga dan gang harus bebas dari
halangan.
b. Penerangan di koridor dan gang cukup.
c. Lantai laboratorium harus bersih, kering dan
tidak licin.
d. Tangga yang memiliki lebih dari 4 anak tangga
dilengkapi dengan pegangan tangan.
e. Permukaan anak tangga rata dan tidak licin.
3. Sistem Ventilasi
a. Ventilasi laboratorium harus cukup.
b. Jendela laboratorium dapat dibuka dan
dilengkapi kawat anti nyamuk/lalat.
c. Udara dalam ruangan laboratorium dibuat
mengalir searah.
2) Oksidasi-reduksi.
Terhadap zat organik toksik dalam limbah
dapat dilakukan reaksi oksidasi-reduksi
sehingga terbentuk zat yang kurang/tidak
toksik.
3) Penukaran ion
Ion logam berat nikel dapat diserap oleh
kation, sedangkan anion beracun dapat
diserap oleh resin anion.
b. Limbah Infeksi
Semua limbah infeksi harus diolah dengan
cara disinfeksi, dekontaminasi, sterilisasi dan
insinerasi.
Insinerasi adalah metode yang berguna untuk
membuang limbah laboratorium (cair/padat),
sebelum atau sesudah diotoklaf dengan membakar
limbah tersebut dalam alat insinerasi (insinerator).
Insinerasi bahan infeksi dapat digunakan sebagai
pengganti otoklaf hanya jika alat insinerasi berada di
bawah pengawasan laboratorium dan dilengkapi
dengan alat pengontrol suhu dan ruangan bakar
sekunder.
Alat insinerasi dengan ruang bakar tunggal tidak
memuaskan untuk menangani bahan infeksi, mayat
hewan percobaan dan plastik. Bahan tersebut tidak
dirusak dengan sempurna, sehingga asap yang keluar
dari cerobongnya mencemari atmosfer dengan
mikroorganisme dan zat kimia toksik. Ada beberapa
model ruang bakar yang baik, tetapi yang ideal ialah
yang memungkinkan suhu pada ruang bakar pertama
paling sedikit 800°C dan pada ruang bakar kedua
1000°C. Waktu retensi gas pada ruang bakar kedua
sebaiknya paling sedikit 0,5 detik.
Bahan untuk insinerasi, bahkan bila harus di otoklaf
lebih dahulu, harus dikemas dalam kantong plastik.
Petugas pelaksana insinerasi harus menerima
instruksi yang benartentang jenis bahan dan
pengendalian suhu.
Limbah padat harus dikumpulkan dalam kotak
limbah yang tutupnya dapat dibuka dengan kaki dan
sebelah dalamnya dilapisi kantong kertas atau
plastik. Kantong harus diikat dengan selotip sebelum
diangkat dari dalam kotak.
Pengolahan limbah padat selanjutnya mengikuti hal
berikut:
c. Limbah Radioaktif
Masalah pengelolaan limbah radioaktif dapat
diperkecil dengan memakai radioaktif sekecil
mungkin, menciptakan disipiin kerja yang ketat dan
menggunakan alat yang mudah didekontaminasi.
Ada 2 sistem pengelolaan limbah radioaktif:
1) Dilaksanakan seluruhnya oleh pemakai
secara perorangan dengan memakai proses
peluruhan, penguburan atau pembuangan.
2) Dilaksanakan secara kolektif oleh
instansi pengolahan limbah radioaktif
seperti Badan Tenaga Atom Nasional
(BATAN).
Latihan
Daftar Pustaka
A. Bahaya Fisik
1. Cahaya
Penerangan yang kurang baik di ruang kerja mengakibatkan
keluhan kelelahan mata. Keluhan lainnya adalah iritasi,
penglihatan rangkap, sakit kepala, ketajaman penglihatan
terganggu, akomodasi dan konvergensi menurun. Ruangan
laboratorium kesehatan memerlukan penerangan 1000 lux
2. Panas
Secara umum panas dirasakan bila suhu udara diatas suhu nyaman, suhu
nyaman di Indonesia berkisar antara 26oC - 28oC, dengan relatif
kelembaban antara 60% - 70%. Lingkungan suhu nyaman adalah kombinasi
dari suhu udara kelernbaban, kecepatan aliran udara dan suhu radiasi.
Bekerja ditempat yang panas akan menyebabkan ketidak nyamanan, rasa
tidak enak, serba salah, mudah marah, suhu kulit panas/basah karena
berkeringat atau kering karena keringat terus menguap, lelah, mual, sakit
kepala, dan urine berkurang.
3. Getaran
Getaran/vibrasi adalah faktor fisik yang ditimbulkan oleh
transmisi / penjalaran, baik getaran yang mengenai seluruh tubuh
maupun getaran setempat yang merambat melalui tangan atau
lengan petugas laboratorium, alat bergetar subyek dengan
qerakan osilasi. Penyakit akibat getaran, dari ringan sampai berat,
gejala yang ditimbulkan secara keseluruhan disebut sebagai
sindroma vibrasi antara lain penyakit " Raynaud atau White
Finger ", terutama terjadi pada ruangan yang dingin. Gejala dini
berupa rasa kesemutan jari tangan waktu bekerja atau sesaat
setelah berhenti bekerja.
4. Radiasi
Ada 2 jenis radiasi yaitu radiasi pengion dan non pengion.
Peralatan laboratorium kesehatan yang menggunakan radiasi
adalah radiasi non pengion. Radiasi non pengion adalah radiasi
yang tanpa ada pelepasan elektron, tergantung panjang
gelombang antara lain adalah: - sinar ultraviolet ( A, B dan C )
- sinar yang bisa dilihat (sinar biru yang berbahaya, sinar
laser)
- sinar dengan gelombang (microwave)
B. Bahaya Kimiawi
1. Penggolongan
Penggolongan bahan kimia menurut tingkat bahaya terdiri
dari 4 kategori yaitu:
• bahan kimia yang mengakibatkan gangguan kesehatan
(health hazard - H)
• bahan kimia yang mengakibatkan kebakaran
(flammability hazard -F)
• bahan kimia yang mengakibatkan ledakan
(reactivity/stability hazard -R) bahan kimia
dengan sifat khususnya (special notice key -S/N) a. Bahan
kimia yang mengakibatkan gangguan kesehatan Bahan
kimia ini dapat bersifat:
1) Karsinogen
Bahan kimia yang karsinogen adalah bahan kimia yang
sudah dievaluasi oleh NTP (National Toxicology
Program), IARC (lnternational Agency for Research
on Cancer) dan ditetapkan oleh OSHA (Occupational
Safety and Health Administration)
2) Korosif
Bahan kimia yang mengakibatkan kerusakan ireversibel
pada jaringan karena reaksi kimiawi yang terjadi pada
daerah yang terpapar. Contohnya asam dan basa
3) Toksik
Bahan toksik jika tertelan, terhirup atau terserap melalui
kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik,
bahkan kematian pada manusia, tanaman atau binatang.
Contohnya adalah chlorride pentachloroethane,
perchloroethylene, tetrachloromethane, trichloroethane,
trichloroethylene
4) lritan
Bahan kimia ini tidak korosif tetapi dapat
mengakibatkan pembengkakan jaringan karena reaksi
kimia yang terjadi di daerah yang terpapar.
Contoh: akrolin, amoniak, dioksan.
5) Sensitizer
Bahan kimia ini mengakibatkan reaksi alergi pada
jaringan yang sering terpapar, antara lain keton
6) Merusak organ tubuh tertentu
Bahan kimia yang rnerusak atau mengganggu organ tubuh
tertentu Contoh:
Air raksa (Hg) : mengakibatkan kerusakan saraf
Timah hitam (Pb) : merusak system reproduksi
C. Bahaya Biologi
D. Bahaya Psikososial
Gejala klinik dari stres dapat berupa depresi, anxietas, sakit kepala,
kelelahan dan kejenuhan, sulit dalam mengambil keputusan, tidak
pernah puas dalam bekerja, gangguan pencernaan, hilangnya nafsu
makan, buang air besar tak teratur, perubahan perilaku, merokok
(biasanya tidak sampai habis sudah dimatikan), minum minuman keras
dan sering absen dari pekerjaannya.
F. Pencegahan Kecelakaan
Kerja Secara Umum
1. Ruangan
Kebersihan ruang laboratorium harus selalu terjaga
Permukaan meja kerja harus selalu dibersihkan setelah
selesai bekerja dan jika terjadi tumpahan bahan yang
potensial berbahaya
Lantai harus bersih, kering, tidak licin dan ada saluran
pembuangan Suhu ruangan antara 22 – 27oC dengan
kelembaban nisbi 50 – 70 %
Udara dalam ruang harus dibuat mengalir searah
Dinding hendaknya dicat dengan bahan epoksi,
permukaannya harus rata, mudah dibersihkan, tidak tembus
cairan dan tahan terhadap desinfektan
Gambar 5.3. Ruang laboratorium yang bersih
Sumber https://www.google.co.id
Sumber https://www.google.co.id
2. Peralatan
Diwajibkan memakai sarung tangan plastik karet
tipis selama bekerja
Sarung tangan harus dilepas bila menerima
telepon
Penggunaan pipet dengan mulut tidak
diperkenankan
Penyimpanan jas laboratorium tidak boleh dalam
satu lemari dengan pakaian lain yang dipakai di luar
laboratorium
Setelah dipakai, sarung tangan harus dilepas
secara aseptic dan dimasukkan ke dalam autoklaf
sebelum dibuang bersama limbah laboratorium
lainnya, kemudian petugas mencuci tangan sampai
bersih
3. Petugas Laboratorium
Tidak diperkenankan makan, minum, merokok
dan menyimpan makanan di ruang laboratorium
Menggunakan jas laboratorium dan alat
pelindung diri lainya
Rambut panjang harus diikat selama bekerja
Gunakan kacamata pelindung jika menangani
objek yang mudah menyemprot atau memantul ke
tubuh
Tidak diperkenankan memakai sepatu terbuka di
ruang laboratorium
Petugas harus melapor semua kejadian baik
berupa tumpahan, kecelakaan kerja atau terpapar
dengan bahan potensial berbahaya atau infeksius
lainnya kepada penanggung jawab K3 secara tertulis
Latihan
Tes 1
2. Kebakaran
Kebakaran dapat bersumber dari reaksi kimia, alat
pemanas listrik, rusaknya kontrol suhu pada salah satu alat
laboratorium atau beban listrik yang terlalu berat.
Tindakan yang dilakukan:
Tutuplah katup aliran gas ke luar ruangan jika terjadi
pada cerobong asam
Semprotkan air atau bahan lainnya ke lokasi kebakaran
dengan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Bungkuslah tubuh petugas dengan selimut bila pakaian
terbakar dan petugas tarsebut berguling guling di lantai
Matikan aliran listrik
Semua petugas segera meninggalkan ruangan
Segera hubungi petugas pemadam kebakaran
sumber :www.google.co.id/alat+pemadan+kebakaran
Tabel 5.1
Jenis Bahan dan Pemakaian Pemadam Kebakaran
2. Derajat kedua
Sirarnlah daerah luka bakar dengan air dingin dengan
hati-hati, untuk menghilangkan rasa nyeri
Letakkan kain yang dingin dan bersih di atas luka bakar
Jangan memecah gelembubung yang terjadi
Angkatlah ke atas jika yang terkena bagian kaki atau
lengan
3. Derajat ketiga
Jangan melepaskan pakaian yang melekat pada luka
bakar
Tes 2
Daftar Pustaka
Undang-undang Kesehatan no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
www.google.co.id/search?
biw=1366&bih=662&tbm=isch&sa=1&q=alat+pemadan+kebak
aran
Praktikum VI
Larutan
Mardiana, ST, M.Biomed.
Sumber https://www.google.co.id
Gambar 6.2. Pelarut dan Larutan
Sumber https://www.google.co.id
Sumber https://www.google.co.id
Sumber https://www.google.co.id
1. Larutan pekat
Larutan pekat relatif mempunyai lebih banyak solute daripada solven.
Dalam laboratorium medik larutan pekat umumnya berupa asam atau
basa. Dalam penggunaannya larutan pekat ini akan diencerkan terlebih
dahulu sebelum digunakan. Contohnya : HCl 36 %.
Gambar 6.8. Pengenceran asam dengan air
Sumber https://www.google.co.id
2. Larutan encer
Larutan encer relatif lebih sedikit solute daripada solvennya. Larutan
encer merupakan larutan yang siap digunakan. Contohnya : larutan
NaCl 0,85 %.
Sumber https://www.google.co.id
1. Larutan jenuh
Larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan melakukan
kesetimbangan dengan solute padatnya. Atau dengan kata lain, larutan
yang partikelpartikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat
dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila hasil
konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.
Latihan
1. Persen (%)
Menyatakan banyaknya jumlah gram atau mL zat terlarut dalam
100 bagian larutan. Persen massa dan volum adalah cara paling
sederhana untuk menyatakan konsentrasi suatu larutan dengan
membandingkan massa atau volume masingmasing bagian.
Satuan % yang umum digunakan adalah % berat, % volume dan
% berat/volume.
a. % massa
Konsentrasi persen berat larutan adalah jumlah bagian berat
zat terlarut yang terdapat dalam 100 bagian berat larutan.
Rumus yang digunakan adalah :
berat zat terlarut
% berat larutan =
X 100 %
berat larutan
Contoh :
20
% NaCl =
X 100 % = 26,67 %
20 + 55
b. % volume
Konsentrasi persen volume larutan adalah jumlah bagian
volume zat terlarut yang terdapat dalam 100
bagian volume larutan. Rumus
yang digunakan adalah :
volume zat terlarut
% volume larutan =
X 100 %
volume larutan
Contoh :
50 mL alkohol dicampur dengan 100 mL air
menghasilkan 150 mL larutan. Hitung % volume
alkohol.
Jawab
50
% volume =
X 100 % = 33,33 %
150
c. % berat/volume
Menyatakan banyaknya gram zat terlarut dalam 100 mL
larutan. Rumus yang digunakan adalah :
berat zat terlarut
% berat/volume =
X 100 %
volume pelarut
Contoh :
0,9 gram NaCl dilarutkan dalam 100 mL air. Hitung
% NaCl. Jawab
0,9
%= X 100 % = 0,9 %
100
2. Molaritas (M)
Molaritas larutan didefinisikan sebagai jumlah mol suatu solut
(terlarut) dalam larutan dibagi dengan volume larutan yang
ditentukan dalam liter atau dengan kata lain jumlah mol zat
terlarut dalam satu liter larutan. Rumus yang digunakan adalah:
mol zat terlarut gram zat
terlarut
Molaritas = M = =
liter larutan BM zat
terlarut x liter larutan Rumus lain yang dapat digunakan adalah :
Contoh :
40
M = = 1
40 x 1
3. Normalitas (N)
Normalitas larutan didefinisikan sebagai jumlah grek suatu solut
(terlarut) dalam larutan dibagi dengan volume larutan yang
ditentukan dalam liter atau dengan kata lain jumlah grek zat
terlarut dalam satu liter larutan. Rumus yang digunakan adalah:
grek zat terlarut
gram zat terlarut
Normalitas = N = =
Contoh :
Jawab :
40
N = = 1
40 x 1
Contoh :
Latihan
Tes 2
Sumber https://www.google.co.id
Gambar (a) menunjukkan proses menuangkan padatan yang
telah ditimbang melalui corong dan menambahkan pelarut ke
dalam labu ukur melalui corong sekaligus untuk membilas sisa
padatan yang terdapat di corong. Gambar (b) menambahkan
pelarut sedikit demi sedikit sampai setengah volume dari labu
ukur dan dilakukan homogenisasi dengan cara melingkar
sampai padatan larut sempurna. Gambar (c) menambahkan
pelarut dengan bantuan pipet tetes sampai tanda tera.
5. Penyimpanan larutan
Setelah larutan selesai dibuat, maka tahap berikutnya adalah
menyimpan larutan tersebut dalam wadah yang sesuai. Pada
umumnya wadah yang digunakan untuk menyimpan larutan
adalah botol berwarna coklat agar larutan tidak mudah
terdegradasi oleh cahaya. Dalam botol simpan harus diberi label
yang berisi informasi, antara lain :
• Nama larutan
• Konsentrasi larutan
• Tanggal pembuatan larutan
• Tanggal kadaluarsa larutan
• Nama pembuatan larutan
M1 x V1 = M2 x V2
Dimana :
N1 x V1 = N2 x V2
Dimana :
Sumber https://www.google.co.id
Gambar (a) menunjukkan jumlah mol zat yang terdapat dalam larutan
pekat dan gambar (b) menunjukkan jumlah mol zat dalam larutan
encer. Dari gambar di atas terlihat tidak ada perubahan jumlah mo zat
baik pada larutan pekat dan encer, namun volume larutan bertambah
pada larutan yang encer (b), sehingga konsentrasi larutan (b) menjadi
lebih kecil dibandingkan dengan larutan (a).
Contoh :
Berapa mL H2SO4 pekat (18,0 M) yang dibutuhkan untuk
membuat 750 mL larutan H2SO4 3,00 M?
Jawab :
Proses pengenceran ini juga dilakukan pada suatu sampel (urine, darah
atau serum) yang mempunyai konsentrasi terlalu tinggi. Misalnya
serum dengan kadar trigliserida sampai 1000 mg/dL tidak mampu
dibaca oleh alat pengukur (fotometer) karena alat hanya mampu
membaca konsentrasi sampai 750 mg/dL, sehingga serum tersebut
harus diencerkan. Pengenceran sampel umumnya menggunakan larutan
NaCl fisiologis. Pengenceran dihitung dengan rumus berikut ini :
Volume total
Pengenceran =
Volume larutan yang diencerkan
Contoh 1 :
Sebanyak 100 µL serum ditambahkan dengan 400 µL larutan
NaCl fisiologis. Total volume menjadi 500 µL. Hitung
pengenceran serum tersebut ?
Jawab :
Volume total
500
Pengenceran = =
= 5 kali
Volume sampel yang diencerkan
100
Contoh 2 :
Sebanyak 0,5 mL urine diencerkan dengan 8,5 mL larutan NaCl
fisiologis. Total volume menjadi 9,0 mL. Hitung pengenceran
serum tersebut ?
Jawab :
Volume total
9,0
Pengenceran = =
= 18 kali
Volume sampel yang diencerkan
0,5
Latihan
Tes 3
Daftar Pustaka
Seyoum, B., (2006)Introduction to Medical Laboratory
Technology, Haramaya University, Ethiopia Public Health
Training Initiative (EPHTI)
www.google.co.id/kimiadasar
DAFTAR PUSTAKA
Seyoum, B., (2006)Introduction to Medical Laboratory Technology, Haramaya
University, Ethiopia Public Health Training Initiative (EPHTI)
http://analist-kesehatan.blogspot.co.id/2012/12/istilah-yang-sering-di-
gunakandalam.html, diunduh pada tanggal 22 Juli 2017
https://medium.com/@dennywildan16/mengenal-alat-alat-yang-
digunakan-padalaboratorium-medis-9b277303caf1, diunduh pada
tanggal 4 Agustus 2017
Amstrong, Michael, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia
Strategik : Mengelola Karyawan, Buku Wajib Bagi Manajer Lini,
PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.
http://labkesehatan.blogspot.co.id/2010/02/perencanaan -sdm-
laboratoriumkesehatan.html diunduh tgl 16 agt 2017
http://www.pengertianku.net/2015/06/pengertian -struktur-organisasi-
danfungsinya.html diunduh tgl 16 agt 2017
http://hdsngrafica.blogspot.co.id/2010/09/sentralisasi -dan-
desentralisasi-dalam.html diunduh tgl 16 agt 2017