0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
300 tayangan52 halaman

SPO Perinatologi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 52

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PENATALAKSAAN KASUS
PERINATAL

Disusun Oleh :
Ika Pratiwi. M.Tr.Keb

DINAS KESEHATAN
PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO
RSUD R.A.A TJOKRONEGORO PURWOREJO
2020
DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................. ii
Resusitasi Neonatus............................................................. 1
Pemasangan CPAP Pada Neonatus........................................ 9
Penggunaan Ventilator......................................................... 9
Penatalaksanaan Foto Terapi................................................ 9
Transfusi Tukar.................................................................... 10
Pemeriksaan Retinopathy of Prematurity (ROP)………………. xx
Pemeriksaan Orificium Auricula Eksterna (OAE)………......... xx
Tatalaksana Hyperglikemi pada Neonatus…......................... XX
Tatalaksana Hiporglikemi pada Neonatus............................. Xx
Penatalaksaan Hiperkalsemia pada Neonatus....................... Xx
Penatalaksanaan Hipokalsemia pada Neonatus.................... Xx
Tata Laksana Hipertermia pada Neonatus.............................. Xx
Tata Laksana Hipotermia pada Neonatus............................. Xx
Tata Laksana Polisitemia pada Neonatus.............................. Xx
Tata Laksana bayi dari Ibu Diabetes Melitus........................ Xx
Tata Laksana bayi dari Ibu Hepatitis B................................. xx
Tata Laksana bayi dari Ibn Tuberkulosis.............................. Xx
Tata Laksana bayi dari Ibu HIV (*) AIDS (BIHA).................... Xx
Tata Laksana Perdarahan pada Neonatus.......................... Xx
Manajemen Cairan.............................................................. Xx
Manajemen Pemberian minum pada bayi kecil................. Xx
Inisiasi menyusui dini pada bayi gemeli dengan persalinan sectio
caesaria................................................................................ Xx
RESUSITASI NEONATUS

NO.
Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD R.A.A.
TJOKRONEGOR
O
Tanggal Di tetapkan
Terbit Direktur Rumah Sakit

SPO
Dr. TOLKHA AMARUDDIN, M.Kes,Sp.THT,KL
NIP. 19750307 200902 1 002
1. Pengertian Usaha dalam memberikan ventilasi yang
adekuat,pemberian oksigen dan curah jantung
yang cukup untuk menyalurkan oksigen pada
otak, jantung dan alat – alat vital lainnya
2. Tujuan 1. Mencegah terjadinya asfiksia.
2. Menurunkan angka kematian bayi

3. Kebijakan Peraturan Direktur RSUD


nomor
tentang
4. Prosedur 1. Perlengkapan suction
a. Bulb Syringe atau balon pengisap.
b. Alat suction.
c. Kateter suction,ukuran 5,6,8,10,12,14 Fr.
d. Sungkup.
2. Perlengkapan ventilasi balon dan sungkup:
a. Balon resusitasi neonatus dengan katup
pelepas tekanan.
b. Reservoir oksigen untuk memberikan O2
90 – 100%.
c. Sungkup wajah dengan bantalan
pinggir,ukuran untuk neonatus cukup
bulan dan premature.
d. Oksigen dengan pengukur aliran
(flowmeter) dan pipa oksigen.
3. Peralatan intubasi:
Laringoskop dengan daun lurus,No.0
(prematur) dan No.1 (neonatus cukup bulan)
a. Lampu dan batre cadangan untuk
laringoskop.
b. Pipa ET 2,5, 3, 3,5 4,0 mm
c. Stilet.
d. Oropharyngeal airway (Guedel) untuk
neonatus.
4. Obat-obatan / Bahan
a. Epinefrin 1:10.000
Indikasi : setelah pemberian VTP selama
30 detik dan pemberian secara
terkoordinasi VTP + kompresi dada

1
selama 30 detik, frekuensi jantung tetap
< 60 kali/menit.
Cara pemberian & dosis:
1) Persiapan : 1ml cairan 1 : 10.000
2) Melalui vena umbilikalis : 0,1 - 0,3
ml/kg/BB
3) Melalui pipa endotrakea : 0,3 - 1,0
ml/kg/BB
Kecepatan pemberian : secepat mungkin
b. Natrium bikarbonat 4,2%.
c. Dekstrosa 10%
d. Nalokson
e. 6 Aqua steril.
f. Kateter umbilical / pengganti kateter
umbilical
5. Alat lain-lain
a. Sarung tangan dan pelindung lain.
b. Infant warmer/alat pemancar panas
c. Kain hangat minimal 3 buah
d. Jam detik/stopwatch.
e. Stetoskop untuk neonatus.
f. Plastik /kantung plastik.
g. Inkubator transfort.
h. Oksimeter nadi dengan probe, blender
oksigen, sumber udara tekan (kalau ada).
i. Three way stopcock.
j. Spuit 1, 3, 5, 10, 20, 50 ml dengan
jarumnya.
k. Gunting, plester, kapas alkohol.
l. Selang lambung (OGT) ukuran 5Fr, 8Fr
6. Segera setelah lahir, nilai 4 pertanyaan
a. Air ketuban jernih?
b. Cukup bulan?
c. Bernafas/menangis?
d. Tonus otot baik?
Bila jawaban semuanya “ya”→ perawatan
rutin
1) Memberi kehangatan
2) Membersihkan jalan nafas
3) Mengeringkan
4) Menilai warna kulit
Bila salah satu / lebih jawabannya
“tidak”→LANGKAH AWAL
Langkah awal : (diselesaikan dalam
waktu ≤ 30 detik)
1) Berikan kehangatan dengan cara
meletakkan bayi dibawah pemancar
panas.
2) Posisikan kepala setengah ekstensi.
3) Bersihkan jalan nafas (bila perlu)
dengan melakukan pengisapan pada
mulut hingga orofaring kemudian
hidung.
4) Keringkan, rangsang, perbaiki posisi.
5) Jika ketuban tercampur mekonium,
diperlukan tindakan tambahan dalam

2
pembersihan jalan nafas. Setelah
seluruh tubuh bayi lahir, lakukan
penilaian apakah bayi bugar atau
tidak bugar.
6) Tidak bugar ditandai dengan depresi
pernafasan dan atau tonus otot
kurang baik dan atau frekuensi
jantung < 100 kali/menit. Jika bayi
bugar, tindakan bersihkan jalan nafas
sama seperti sebelumnya, tetapi bayi
tidak bugar lakukan pengisapan dari
mulut dan trakea terlebih dahulu,
kemudian lengkapi dengan langkah
awal.
7. Tindakan Resusitasi
1. Ventilasi Tekanan Positif
a. Syarat dilakukan VTP
VTP dilakukan apabila pada
penilaian pasca langkah awal
didapatkan salah
satu keadaan berikut: Apnea,
Frekuensi jantung < 100
kali/menit, tetap sianosis sentral
walaupun telah diberikan oksigen
aliran bebas
b. Langkah-langkah untuk melakukan
VTP :
1) Sebelum VTP diberikan
pastikan posisi kepala dalam
keadaan setengah tengadah.
2) Pilihlah ukuran sungkup.
Ukuran 1 untuk bayi berat
normal, ukuran 0 untuk BBLR.
Sungkup harus menutupi
hidung dan mulut, tidak
menekan mata dan tidak
mengganggu didagu.
3) Tekan sungkup dengan jari
tangan. Jika terdengar udara
keluar dari sungkup, perbaiki
perlengkapan sungkup.
Kebocoran yang paling umum
antara hidung dan pipi.
4) VTP menggunakan balon
sungkup diberikan selama 30
detik dengan kecepatan 40-60
kali/menit ~ 20-30
kali/30detik.
5) Pastikanlah bahwa dada
bergerak naik turun tidak
terlalu tinggi secara simetris.
6) Lakukan penilaian VTP setelah
30detik.
c. VTP+Kompresi dada
Apabila setelah tindakan VTP
selama 30 detik, frekuensi jantung

3
< 60 detik maka lakukan kompresi
dada yang terkoordinasi dengan
ventilasi selama 30 detik dengan
kecepatan 3 kompresi : 1 ventilasi
selama 2 detik. Kompresi dilakukan
dengan 2 ibu jari atau jari
tengah_telunjuk / tengah_manis.
Lokasi kompresi ditentukan dengan
menggerakan jari sepanjang tepi
iga terbawah menyusur keatas
sampai mendapatkan sifoid,
Letakan ibu jari atau jari-jari pada
tulang dada sedikit diatas sifoid.
Berikan topangan pada bagian
belakang bayi. Tekan sedalam 1/3
diameter anteroposterior dada.
2. Intubasi
Intubasi endotrakea dilakukan pada
keadaan berikut :
1) Ketuban tercampur mekonium & bayi
tidak bugar
2) Jika VTP dengan balon & sungkup
tidak efektif
3) Membantu koordinasi VTP & kompresi
dada
4) Pemberian epinefrin untuk
menstimulasi jantung
5) Indikasi lain : sangat premature &
hernia diafragmatika
3. Gambaran tahapan resusitasi neonatus
lihat bagan terlampir.
4. Rapihkan alat.
5. Cuci tangan.
6. Dokumentasikan tindakan yang telah
dilakukan.
5. Unit terkait R. Perinatologi, R. Bersalin, OK, Bangsal Nifas

4
INFANT WARMER

NO.
Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD R.A.A.
TJOKRONEGOR
O
Tanggal Di tetapkan
Terbit Direktur Rumah Sakit

SPO
Dr. TOLKHA AMARUDDIN, M.Kes,Sp.THT,KL
NIP. 19750307 200902 1 002
1. Pengertian Infant warmer adalah alat penghangat klien
sehabis dilahirkan (klien baru lahir).
7. Tujuan 1. Untuk menghangatkan dan mempertahankan
suhu tubuh klien.
2. Mencengah hipotermi
8. Kebijakan Peraturan Direktur RSUD
nomor
tentang
9. Prosedur 1. Persiapan alat
a. Infant warmer
b. Laken klien
c. Selimut (jika diperlukan)
2. Persiapan klien
Menjelaskan pada orang tua klien tentang
tindakan yang akan dilakukan (lihat SPO
informed consent).
3. Pelaksanaan
a. Cuci tangan
b. Hangatkan ruangan(22˚C- 26˚C) dimana
infant warmer diletakan.
c. Bersihkan matras dan alas, tutup alas
dengan kain bersih sebelum klien
diletakkan dibawah infant warmer.
d. Sambungkan kabel power ke stop kontak,
nyalakan alat dengan menekan tombol
on/offdan atur suhu sesuai petunjuk
atau kebutuhan (biasanya 36˚C-37˚C),
bila alat bisa disiapkan sebelum klien
datang, nyalakan alat untuk
mengahangatkan linen dan matras
terlebih dahulu.
e. Sebelum klien lahir atau datang
sebaiknya selimut dihangatkan dibawah
pemancar panas, agar klien tidak

5
kedinginan, klien sebaiknya dibedong
atau dipakaikan pakaian kecuali bila
akan dilakukan tindakan, klien dibiarkan
telanjang atau setengah telanjang.
f. Cek tanda-tanda vital klien dan saturasi.
g. Bila klien mendapat cairan intravena,
hitung jumlah cairan yang diberikan
(misalkan beri tambahan cairan
sebanyak 10% dari sebelumnya), untuk
menggantikan cairan yang hilang.
h. Pindahkan klien ke ibunya sesegera
mungkin bila tidak ada tindakan atau
pengobatan yang diberikan, jika klien
perlu perawatan pindahkan klien ke
incubator (berat badan dibawah 2000gr),
jika lebih dari 2000 gr pindahkan ke box
klien.
i. Setelah klien ditempatkan pada
incubator atau box klien lanjutkan
tindakan pengobatan sesuai indikasi.
j. Cuci tangan.
k. Rapihkan alat.
l. Dokumentasikan tindakan yang telah
dilakukan dalam dokumen medis.

10. Unit R. Perinatologi. R. Bersalin, R. Operasi


terkait

6
INFEKSI HIV PADA BAYI

NO.
Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD R.A.A.
TJOKRONEGOR
O
Tanggal Di tetapkan
Terbit Direktur Rumah Sakit

SPO
Dr. TOLKHA AMARUDDIN, M.Kes,Sp.THT,KL
NIP. 19750307 200902 1 002
1. Pengertian Adalah semua klien bayi yang lahir dari ibu HIV
(+)/AIDS
2. Tujuan 1. Untuk mencegah penularan ke klien dan
petugas.
2. Untuk menetapkan tindakan
3. Kebijakan Peraturan Direktur RSUD
nomor
tentang
4. Prosedur 1. Persiapan alat
a. APD lengkap
b. Hasil pemeriksaan laboraturium
2. Persiapan klien
Menjelaskan pada orang tua klien tentang
tindakan yang akan dilakukan (lihat SPO
informed consent).
3. Pelaksanaan.
a. Cuci tangan
b. Persiapan alat
c. Pemeriksaan TTV
d. Hari pertama :
1) Tidak diberi ASI
2) Pengobatan profilaksis
e. Sebelum pulang :
1) Laboraturium darah tepi lengkap (HB,
leukosit, trombosit, hitung jenis),
hitung limfosit T, serologi anti HIV
DAN PRC DNA/RNA HIV pertama.
2) Imunisasi rutin, kecuali bila terdapat
tanda klinis defisiensi imun berat
tidak diberikan vaksin hidup.
3) Yang dimaksud vaksin hidup pada
program imunisasi adalah BCG, OPV,
campak dan MMR.
f. Usia 1 bulan :
1) Laboraturium darah tepi lengkap,
hitung limfosit T, PCR RNA HIV kedua.
2) Diagnosis infeksi HIV (+) pertimbangan
pengobatan ARV.

7
3) Bila salah satu PCR DNA/RNA HIV (+)
dilakukan uji PCR DNA/HIV ketiga satu
bulan kemudian untuk konfirmasi.
4) Imunisasi rutin, kecuali bila terdapat tanda
klinis defisiensi imun berat tidak diberikan
vaksin hidup.
g. Usia 2-3 bulan :
1) Pemeriksaan PCR DNA/RNA HIV ketiga.
2) Pengobatan pencegahan pneumonia
pneumocystis carinii dengan trimetropin
sulfametoksazol (TMX/SMX) mulai usia 5-6
minggu.
3) Bila pemeriksaan PCR DNA/RNA HIV dua
kali negative berarti anak tidak terinfeksi
HIV, TMX/SMX dihentikan. Lakukan
pemeriksaan serologi anti HIV usia 18 bulan
untuk konfirmasi negative
4) Bila diagnosis infeksi HIV (+)
pertimbangkan pengobatan ARV.
5) Imunisasi rutin, kecuali bila terdapat tanda
klinis defisiensi imun berat tidak diberikan
vaksin hidup
6) Yang dimaksud vaksin hidup pada program
imunisasi adalah BCG, OPV, campak dan
MMR.
h. Usia 1 bulan :
1) Laboraturium darah tepi lengkap, hitung
limfosit T, PCR RNA HIV kedua.
2) Diagnosis infeksi HIV (+) pertimbangan
pengobatan ARV.
3) Bila salah satu PCR DNA/RNA HIV (+)
dilakukan uji PCR DNA/HIV ketiga satu
bulan kemudian untuk konfirmasi.
4) Imunisasi rutin, kecuali bila terdapat tanda
klinis defisiensi imun berat tidak diberikan
vaksin hidup.
i. Usia 2-3 bulan :
1) Pemeriksaan PCR DNA/RNA HIV ketiga.
2) Pengobatan pencegahan pneumonia
pneumocystis carinii dengan trimetropin
sulfametoksazol (TMX/SMX) mulai usia 5-6
minggu.
3) Bila pemeriksaan PCR DNA/RNA HIV dua
kali negative berarti anak tidak terinfeksi
HIV, TMX/SMX dihentikan. Lakukan
pemeriksaan serologi anti HIV usia 18 bulan
untuk konfirmasi negatif.
4) Bila diagnosis infeksi HIV (+)
pertimbangkan pengobatan ARV.
5) Imunisasi rutin, kecuali bila
terdapat tanda klinis defisiensi imun
berat tidak diberikan vaksin hidup.
j. Usia 4 bulan :
1) Infeksi HIV (-), imunisasi rutin.
2) Infeksi HIV (+), pengobatan ARV,
imunisasi rutin kecuali bila terdapat

8
tanda klinis defisiensi imun berat
tidak diberikan vaksin hidup.
k. Usia 6 bulan :
1) Infeksi HIV (-), pemeriksaan fisis
umum dan tumbuh kembang anak,
imunisasi rutin.
2) Infeksi HIV (+), pemeriksaan fisis
umum dan tumbuh kembang anak,
imunisasi rutin kecuali bila terdapat
tanda klinis defisiensi imun berat
tidak diberikan vaksin hidup.
3) Pengobatan ARV
l. Usia 18 bulan :
1) Infeksi (-), pemeriksaan fisis umum
dan tumbuh kembang anak sekali
setahun, imunisasi rutin, serologi
anti HIV untuk konfirmasi negatif.
2) Infeksi HIV (+), pemeriksaan fisis
umum dan tumbuh kembang anak,
imunisasi rutin kecuali bila terdapat
tanda klinis defisiensi imun berat
tidak diberikan vaksin hidup.
m. Pengobatan :
1) Anti retrovirus : AZT, BTC,
Nelfinavir, Nevirafin.
2) Pneuminitis karini : kontrimoksazol.
n. Rapihkan alat.
o. Cuci tangan.
4. Dokumentasikan tindakan yang sudah
dilakukan dalam dokumen medis.

goritme penatalaksanaan bayi HIV (+)/AIDS


(BIHA)
(baku diagnosis dengan pemeriksaan PCR
DNA/Analisis RNA HIV)

Bayi lahir dari ibu HIV (+)/AIDS

Pemeriksaan fisis
Pemeriksaan darah tepi
Pemeriksaan antibodi anti HIV
Pemeriksaan sub populasi limfosit T (CD4)
Pemeriksaan PCR DNA HIV/RNA HIV
Pemeriksaan AZT 6 minggu

RNA HIV positif RNA HIV negatif

1.Ulang RNA HIV 1 bulan kemudian 1.Ulang RNA HIV 1 bulan kemudian
2.Pantau gejala klinis dan darah tepi
2. Pantau gejala klinis dan
darah tepi

RNA HIV (+) RNA HIV (-) RNA HIV (+) RNA HIV (-)

1.Pantau gejala klinis dan darah tepi 1.Ulang RNA HIV 1 bulan kemudian
2. Periksa antibodi antiHIV umur 92. Pantau gejala klinis dan darah
18 bulan tepi
Anti HIV (+) Anti HIV (-) Anti HIV (+) Anti HIV (-)

1. Pantau gejala klinis dan darah tepi


2. Periksa antibody anti HIV umur 18
bulan

Anti HIV (+) Anti HIV (-)

Infeksi HIV Tidak infeksi HIV


Keterangan :
Diagnosis infeksi HIV ditegakkan dengan :
1. Pemeriksaan analisis RNA HIV positif 2 kali
berturut – turut dengan selang satu bulan.
2. Serologi antiHIV positif pada usia diatas 18
bulan

5. Unit terkait R. Perinatologi, R. Bersalin, R. Nifas

10
MANEJEMEN LAKTASI

NO.
Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD R.A.A.
TJOKRONEGOR
O
Tanggal Di tetapkan
Terbit Direktur Rumah Sakit

SPO
Dr. TOLKHA AMARUDDIN, M.Kes,Sp.THT,KL
NIP. 19750307 200902 1 002
a. Pengertian Proses pemberian ASI secara efektif yang
merupakan minuman yang dipilih untuk semua
neonatus,termasuk klien kurang bulan dan
memiliki manfaat nutrisi imunologis dan
psikologis
b. Tujuan 1. Mengawali dan mempertahankan pemberian
ASI
2. Mempertahankan produksi SI yang
mencukupi
3. Memberikan zat gizi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan klien
4. Mencegah klien terhadap berbagi penyakit
5. Metode amenore laktasi
Mendekatkan hubungan ibu dan klien “bonding
attachement”
c. Kebijakan Peraturan Direktur RSUD
nomor
tentang
4. Prosedur 1. Persiapan alat.
a. Payudara ibu klien.
b. ASI.
c. Botol susu.
d. Air panas.
e. Susu formula jika tidak ada ASI dan
orang tua sudah menandatangani
persetujuan pemberian susu formula.
2. Persiapan klien.
a. Menjelaskan pada orang tua klien tentang
tindakan yang akan dilakukan (lihat SPO
informed consent).
b. Anjurkan pemberian ASI dini dan
eksklusif.
3. Pelaksanaan.
a. Cuci tangan.
b. Persiapan alat.
c. Jaga privasi.
d. Pemberian ASI oleh ibu langsung.
1) Anjurkan ibu untuk cuci tangan
terlebih dahulu dan membersihkan

11
area areola mamae dengan waslap
hangat atau dengan air bersih tanpa
menggunakan sabun.
2) Jika ibu sudah siap pindahkan klien
ke gendongan ibu, pastikan klien
digendong dalam posisi yang nyaman :
a) Kepala klien tersanggah oleh
lengan atas ibu.
b) Bendongan dibuka supaya ada
kontak antara kulit ibu dengan
kulit klien. Hadapkan muka klien ke
payudara ibu lalu sentuh pipi klien
dengan putting ibu.
3) Perhatikan bahwa telinga dan lengan klien
berada pada satu garis lurus untuk memastikan
posisi menyusui sudah benar.
a) Sanggah payudara dengan empat jari tangan
dan ibu jari pada bagian atas payudara.
b) Awasi agar payudara ibu tidak menutupi
hidung klien.
c) Susukan kedua payudara secara bergantian
selama 10-15 menit pada setiap payudara.
d) Setelah selesai tepuk punggung klien secara
perlahan sampai bersendawa.
e) Bersihkan areola dan putting susu ibu
dengan kapas basah.
f) Anjurkan ibu cuci tangan kembali.
4) Pemberian ASI atau susu formula dengan
menggunakan botol susu :
5) Persiapan ASI :
a) Ambil ASI dari lemari pendingin.
b) Masukkan ASI kedalam botol susu sesuai
dengan kebutuhan klien yang telah
Ditetapkan dokter spesialis anak.
c) Siapkan kom berisi air panas untuk
merendam botol susu yang berisi ASI.
d) Jika ASI sudah hangat, ASI siap diberikan
kepada klien.
6) Persiapan susu formula :
a) Masukkan air hangat kedalam botol susu
sesuai dengan kebutuhan klien yang
ditetapkan dokter spesialis anak.
b) Masukkan susu formula dengan
perbandingan sesuai air yang disiapkan,
satu sendok takar susu diencerkan dalam 30
cc air hangat.
c) Susu formula sudah siap diberikan kepada
klien.
7) Gendong bayi dengan posisi yang nyaman
dimana kepala bayi berada di atas lengan atas
perawat dan jari-jari perawat menahan bokong
bayi dengan kuat.
8) Cek kehangatan susu dengan cara tuangkan ke
punggung tangan.
9) Pastikan mulut bayi terbuka dan masukkan
nipple botol susu kedalam mulut bayi.

12
10) Ketuk-ketuk botol susu untuk merangsang
bayi menghisap nipple botol susu, jika sudah
menghisap hentikan ketukan dan jika berhenti
menghisap ketuk kembali.
11) Perhatikan bahwa telinga dan lengan klien
berada pada satu garis lurus untuk memastikan
posisi menyusui sudah benar.
12) Jika sudah selesai tepuk-tepuk punggung bayi
secara perlahan-lahan agar bayi sendawa.
4. Atur kembali posisi klien senyaman mungkin.
5. Cuci tangan.
Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan
5. Unit terkait R. Perinatologi dan R. Nifas

PERAWATAN TALI PUSAT

NO.
Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD R.A.A.
TJOKRONEGOR
O
Tanggal Di tetapkan
Terbit Direktur Rumah Sakit

SPO
Dr. TOLKHA AMARUDDIN, M.Kes,Sp.THT,KL
NIP. 19750307 200902 1 002
1. Pengertian Memberikan perawatan tali pusat pada bayi
dimulai hari pertama kelahiran sampai dengan
tali pusat lepas.
2. Tujuan 1. Untuk merawat tali pusat pada bayi baru
lahir agar tetap kering.
2. Mencegah terjadinya infeksi
3. Kebijakan Peraturan Direktur RSUD
nomor
tentang
4. Prosedur 1. Persiapan alat
a. Kassa steril.
b. Alkohol 70 % (jika perlu).
c. Tempat sampah medis.
d. APD sesuai kondisi klien.
e. Plester.
2. Persiapan klien
Menjelaskan pada orang tua klien tentang
tindakan yang akan dilakukan (lihat SOP
informed consent).
3. Pelaksanaan
a. Cuci tangan.
b. Persiapkan alat.
c. Pakai APD sesuai kondisi klien.

13
d. Atur posisi klien.
e. Angkat pakaian bagian atas klien sampai
terlihat tali pusat klien.
f. Tali pusat dibersihkan dengan kassa
alkohol (membersihkan tali pusat
dilakukan dengan cara sirkuler).
g. Setelah bersih, tali pusat tidak perlu
dibungkus (biarkan terbuka), tempelkan
tali pusat pada abdomen bayi, jika tali
pusat berbau kompres dengan kapas
alkohol dan jika tali pusat berdarah tekan
dengan kassa alkohol lalu di plester.
h. Perawatan tali pusat dilakukan setiap
hari atau jika tali pusat basah.
i. Rapihkan alat.
j. Lepaskan APD.
k. Cuci tangan.
4. Dokumentasikan tindakan yang telah
dilakukan.
5. Unit terkait R. Perinalogi dan R.Nifas

14
ASUHAN METODE KANGGURU

NO.
Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD R.A.A.
TJOKRONEGOR
O
Tanggal Di tetapkan
Terbit Direktur Rumah Sakit

SPO
Dr. TOLKHA AMARUDDIN, M.Kes,Sp.THT,KL
NIP. 19750307 200902 1 002
1. Pengertian Merupakan bentuk interaksi orang tua dan
kliennya, dimana ibu menggendong kliennya
dengan kontak kulit dan kulit pada posisi
vertikal, kepala di atas atau diantara payudara
selama 20 menit atau lebih.
2. Tujuan 1. Memperkenalkan konsep, keuntungan,
implementasi dan tatalaksana asuhan
kontak kulit dengan kulit.
2. Memberi kehangatan kepada klien sehingga
hipotermi tidak terjadi.
3. Membantu mempercepat naiknya berat
badan klien prematur.
3. Kebijakan Peraturan Direktur RSUD
nomor
tentang
4. Prosedur 1. Persiapan alat
a. Gendongan KMC (kain panjang jika tidak
ada).
b. Topi klien.
c. APD sesuai kondisi klien.
d. Alat tulis.
2. Persiapan klien dan orang tua
a. Menjelaskan pada orang tua klien tentang
tindakan yang akan dilakukan (lihat SOP
informed consent).
b. Memberikan penyuluhan kesehatan
kepada orang tua klien melalui media
video KMP dan menjelaskan secara lisan
jika ada yang belum dimengerti oleh
orang tua.
3. Pelaksanaan
a. Cuci tangan.
b. Persiapan alat.
c. Pakai APD sesuai kondisi klien.
d. Mempersilahkan orang tua klien
mengganti pakain ibu atau ayah bagian
atas dengan pakaian yang sudah
dipersiapkan untuk memfasilitasi
terjadinya kontak kulit dengan kulit di

15
tempat yang sudah dipersiapkan.
e. Minta ibu atau ayah untuk mencuci
tangan sebelum memegang klien dan
informasikan bahwa tindakan mencuci
tangan untuk mencegah terjadinya
infeksi.
f. Setelah orang tua klien siap, gendong
klien dari inkubatordan pindahkan ke
radian warmer kemudain :
1) Cek vital sign klien, saturasi, nadi dan
suhu pastikan dalam batas normal.
2) Buka pakaian klien, cek popok jika
ada BAK atau BAB ganti terlebih
dahulu.
3) Letakkan klien diatas gendongan KMC
dengan memasukkan kedua kaki
kedalam gendongan KMC yang sudah
dipersiapkan.
4) Pakaikan topi klien.
g. Posisikan klien di dada ibu atau ayah.
1) Klien diantara payudara ibu.
2) Kepala menoleh ke salah satu sisi
3) Posisi “kaki kodok” dan buat klien
senyaman mungkin.
h. Pertahankan posisi ini dengan
menggunakan bantuan gendongan klien.
Tepi kain menggendong bagian atas
harus dibawah telinga klien.
4. Minta ibu atau ayah untuk memakai pakaian
bagian atasnya kembali
a. Memantau Neonatus :
a. Setelah klien dipindahkan dengan baik
ke orang tuanya, tanda vital dan
status oksigenasi klien harus dipantau
dan penyesuaian dibuat berdasarkan
klien.
b. Klien harus dikembalikan ke inkubator
jika terdapat tanda stress yang
menetap, termasuk takipnea,
takikardi, ketidak stabilan suhu atau
desaturasi oksigen.
c. Lama waktu memeluk klien secara
individual minimal 2 jam atau
bergantung pada keadaan neonatus
dan kenyamanan klien.
b. Cuci tangan.
5. Dokumentasikan tindakan yang telah
dilakukan.
5. Unit terkait R. Perinatologi dan R. Nifas

16
ASUHAN METODE KANGGURU

NO.
Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD R.A.A.
TJOKRONEGOR
O
Tanggal Di tetapkan
Terbit Direktur Rumah Sakit

SPO
Dr. TOLKHA AMARUDDIN, M.Kes,Sp.THT,KL
NIP. 19750307 200902 1 002
a. Pengertian Merupakan bentuk interaksi orang tua dan
kliennya, dimana ibu menggendong kliennya
dengan kontak kulit dan kulit pada posisi
vertikal, kepala di atas atau diantara payudara
selama 20 menit atau lebih.
b. Tujuan 1. Memperkenalkan konsep, keuntungan,
implementasi dan tatalaksana asuhan
kontak kulit dengan kulit.
2. Memberi kehangatan kepada klien sehingga
hipotermi tidak terjadi.
3. Membantu mempercepat naiknya berat
badan klien prematur.
c. Kebijakan Peraturan Direktur RSUD
nomor
tentang
d. Prosedur 1. Persiapan alat
a. Gendongan KMC (kain panjang jika tidak
ada).
b. Topi klien.
c. APD sesuai kondisi klien.
d. Alat tulis.
2. Persiapan klien dan orang tua
a. Menjelaskan pada orang tua klien tentang
tindakan yang akan dilakukan (lihat SOP
informed consent).
b. Memberikan penyuluhan kesehatan
kepada orang tua klien melalui media
video KMP dan menjelaskan secara lisan
jika ada yang belum dimengerti oleh
orang tua.
3. Pelaksanaan
a. Cuci tangan.
b. Persiapan alat.
c. Pakai APD sesuai kondisi klien.
d. Mempersilahkan orang tua klien
mengganti pakain ibu atau ayah bagian
atas dengan pakaian yang sudah
dipersiapkan untuk memfasilitasi
terjadinya kontak kulit dengan kulit di

17
tempat yang sudah dipersiapkan.
e. Minta ibu atau ayah untuk mencuci
tangan sebelum memegang klien dan
informasikan bahwa tindakan mencuci
tangan untuk mencegah terjadinya
infeksi.
f. Setelah orang tua klien siap, gendong
klien dari inkubatordan pindahkan ke
radian warmer kemudain :
1) Cek vital sign klien, saturasi, nadi
dan suhu pastikan dalam batas
normal.
2) Buka pakaian klien, cek popok jika
ada BAK atau BAB ganti terlebih
dahulu.
3) Letakkan klien diatas gendongan
KMC dengan memasukkan kedua
kaki kedalam gendongan KMC yang
sudah dipersiapkan.
4) Pakaikan topi klien.
g. Posisikan klien di dada ibu atau ayah.
1) Klien diantara payudara ibu.
2) Kepala menoleh ke salah satu sisi
posisi “kaki kodok” dan buat klien
senyaman mungkin.
h. Pertahankan posisi ini dengan
menggunakan bantuan gendongan klien.
Tepi kain menggendong bagian atas
harus dibawah telinga klien. Minta ibu
atau ayah untuk memakai pakaian
bagian atasnya kembali
4. Memantau Neonatus :
a. Setelah klien dipindahkan dengan baik ke
orang tuanya, tanda vital dan status
oksigenasi klien harus dipantau dan
penyesuaian dibuat berdasarkan klien.
b. Klien harus dikembalikan ke inkubator
jika terdapat tanda stress yang menetap,
termasuk takipnea, takikardi, ketidak
stabilan suhu atau desaturasi oksigen.
c. Lama waktu memeluk klien secara
individual minimal 2 jam atau bergantung
pada keadaan neonatus dan kenyamanan
klien.
5. Cuci tangan.
6. Dokumentasikan tindakan yang telah
dilakukan
5. Unit terkait R. Perinatologi dan R. Nifas

18
IKTERUS NEONATORUM

NO.
Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD R.A.A.
TJOKRONEGOR
O
Tanggal Di tetapkan
Terbit Direktur Rumah Sakit

SPO
Dr. TOLKHA AMARUDDIN, M.Kes,Sp.THT,KL
NIP. 19750307 200902 1 002
a. Pengertian Ikterus adalah warna kuning dikulit,
konjungtiva dan mukosa akibat penumpukan
bilirubin dalam serum. Sedangkan
hyperbillirubinemia adalah ikterus dengan
konsentrasi bilirubin serum yang menjurus
kearah terjadinya kernikterus atau enselopati
bilirubin bila kadar bilirubin tidak
dikendalikan.
b. Tujuan 1. Untuk mengobati hyperbilirubinemia.
2. Untuk mencegah tingginya kadar
hiperbilirubin dalam darah menjalar dan
menganggu saraf otak klien neonatus
c. Kebijakan Peraturan Direktur RSUD
nomor
tentang
d. Prosedur 1. Persiapan alat
a. Rekam medik klien.
b. Set pemeriksaan fisik.
2. Persiapan klien
Menjelaskan pada orang tua klien tentang
tindakan yang akan dilakukan (lihat SOP
informed consent).
3. Pelaksanaan
a. Cuci tangan.
b. Persiapan alat.
c. Pemeriksaan TTV.
d. Dokter spesialis anak melakukan
pemeriksaan penunjang :
1) Kadar bilirubin serum (total, direk,
indirek).
2) Darah tepi lengkap dan gambaran
apusan darah tepi.
3) Penentuan golongan darah dan faktor
Rh dari ibu dan klien.
4) Pemeriksaan kadar enzim G6PD.
5) Uji fungsi hati (USG hati), uji fungsi
tiroid, uji urine terhadap galaktosemia.
6) Pada kejadian sepsis dilakukan kultur
darah, urine, IT ratio, CRP.

19
4. Pertimbangan terapi sinar pada :
a. NCB – SMK sehat, kadar bilirubin total
lebih dari 12mg/dl
b. NKB – sehat, kadar bilirubin total lebih
dari 10mg/dl
5. Pertimbangan transfusi bila kadar bilirubin
indirek lebih dari 20mg/dl.
6. Rapihkan alat
7. Cuci tangan
8. Dokumentasikan tindakan yang sudah
dilakukan dalam dokumen medis.
e. Unit terkait Rawat Jalan, R. Perinatologi, R. Nifas, IGD

20
PENGGUNAAN PULSE OXYMETRI

NO.
Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD R.A.A.
TJOKRONEGOR
O
Tanggal Di tetapkan
Terbit Direktur Rumah Sakit

SPO
Dr. TOLKHA AMARUDDIN, M.Kes,Sp.THT,KL
NIP. 19750307 200902 1 002
1. Pengertian Alat yang digunakan untuk mengukur kadar
oksigen dalam darah (SPO2), saat ini dilengkapi
juga dengan pengukur detak jantung (Heart
rate) klien
2. Tujuan Mengetahui kadar oksigen dalam darah klien

3. Kebijakan Peraturan Direktur RSUD


nomor
tentang
4. Prosedur 1. Persiapan alat
a. Probe deteksi pulse oxymetri
b. Alat pengukur oxymetri
2. Persiapan alat
Menjelaskan pada klien tentang tindakan
yang akan dilakukan (lihat SOP informed
consent).
3. Pelaksanaan
a. Cuci tangan.
b. Persiapan alat.
c. Tekan tombol on/off.
d. Bersihkan dan keringkan lokasi tempat
penempelan sensor.
e. Tempelkan sensor (sejajar antara lampu
dan elemen).
f. Tunggu sampai lampu sensor berwarna
hijau.
g. Mengobservasi posisi probe, perfusi
jaringan, serta adanya iritasi dari kulit
tempat probe di pasang setiap tiga jam.
h. Koreksi perfusi jaringan yang buruk
(vasokontriksi, hipotermi atau
hipovolemik).
4. Jauhkan sensor oxymetri dari cahaya seperti
sinar matahari, sorotan lampu, ataupun alat-
alat yang menyebabkan panas lainnya.
5. Catat hasil observasi di lembar pencatatan.
6. Rapihkan alat.
7. Cuci tangan.

21
8. Dokumentasikan tindakan yang telah
dilakukan dan catat hasil pemeriksaan
5. Unit terkait PERINA, UGD, OK, Rawat Inap, IPSRS

PEMBERIAN INJEKSI VITAMIN K PADA BAYI


BARU LAHIR

NO.
Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD R.A.A.
TJOKRONEGOR
O
Tanggal Di tetapkan
Terbit Direktur Rumah Sakit

SPO
Dr. TOLKHA AMARUDDIN, M.Kes,Sp.THT,KL
NIP. 19750307 200902 1 002
1. Pengertian Pemberian vitamin yang larut dalam lemak
pada setiap bayi baru lahir sedini mungkin
yaitu 1-2 jam setelah lahir atau setelah bayi
stabil, merupakan naftukonion yang berperan
dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein
yang berperan dalam pembekuan darah.
2. Tujuan Menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan
kematian bayi akibat PDVK (Perdarahan Akibat
Defisiensi Vitamin K).
3. Kebijakan Peraturan Direktur RSUD
nomor
tentang
4. Prosedur 1. Persiapan alat
a. APD sesuai kebutuhan.
b. Buku catatan pemberian obat.
c. Obat vitamin K dalam ampul.
d. Spuit 1cc.
e. Bak instrument steril.
f. Neirbeken.
g. Alkohol swab.
h. Perlak dan alasnya.
2. Persiapan klien
Menjelaskan pada orang tua klien tentang
tindakan yang akan dilakukan (lihat SOP
informed consent).
3. Pelaksanaan
a. Cuci tangan.
b. Persiapan klien.
c. Pasang APD sesuai kebutuhan.
d. Masukkan vitamin K ke dalam spuit 1cc

22
sebanyak 0,1cc.
e. Lakukan penyuntikan sesuai prosedur
yang telah ditentukan (lihat SOP
pemberian obat secara intra muscular).
f. Lihat respon klien.
g. Pakaikan pakaian bayi lengkap dengan
bedongnya.
h. Rapihkan alat.
i. Lepas APD dan buang ketempat sampah
medis.
j. Cuci tangan.
4. Dokumentasikan tindakan yang telah
dilakukan dan respon klien setelah diberi
vitamin K.
5. Unit terkait PERINA, VK, OK

23
PENGGUNAAN INKUBATOR

NO.
Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD R.A.A.
TJOKRONEGOR
O
Tanggal Di tetapkan
Terbit Direktur Rumah Sakit

SPO
Dr. TOLKHA AMARUDDIN, M.Kes,Sp.THT,KL
NIP. 19750307 200902 1 002
1. Pengertian Penghangat klien yang menggunakan sumber
radiasi panas berupa elemen heater untuk
mendapatkan kelembaban udara dalam box
basinet klien sesuai yang diinginkan
2. Tujuan 1. Untuk menghangatkan dan
mempertahankan suhu normal klien (36,5 0C
– 37,50C).
2. Untuk mencegah hipotermi
3. Kebijakan Peraturan Direktur RSUD
nomor
tentang
4. Prosedur 1. Persiapan alat
a. Inkubator.
b. Aquabidest.
c. Set laken lengkap (laken dan guling klien
yang berbentuk angka 0 dan nest).
d. Kain penutup incubator.
e. Cairan desinfektan.
f. Waslap.
2. Persiapan klien
Menjelaskan pada orangtua klien tentang
tindakan yang akan dilakukan (lihat SOP
informed consent).
3. Pelaksanaan
a. Cuci tangan.
b. Persiapan alat.
c. Persiapan incubator :
1) Pastikan incubator dalam keadaan
bersih, jika belum dibersihkan dengan
menggunakan cairan desinfektan.
2) Ini chamber incubator sampai batas
maksimal yang ditentukan.
3) Pasang laken pada bed incubator.
4) Pasang nest dan guling diatasnya.
5) Tekan tombol on/off pada incubator.
6) Atur suhu sesuai umur dan berat
klien (lihat table).
7) Hangatkan incubator sebelum
digunakan minimal 15 menit.

24
d. Lepas semua pakaian klien terkecuali
popok (ganti popok jika kotor).
e. Cek suhu incubator dengan cara
masukkan tangan melalui jendela
incubator.
f. Letakkan klien kedalam incubator, atur
posisi klien senyaman mungkin dan
pasang tali nest dengan rapih.
g. Pasang probe suhu pada perut kiri klien.
h. Tutup inkubator secepat mungkin, jaga
pintu atau jendela incubator selalu
tertutup agar tetap hangat
i. Gunakan incubator untuk satu klien.
Observasi saturasi, nadi, dan suhu klien.
Bila klien tetap dingin walaupun suhu
incubator sudah diatur, lihat manajemen
suhu tubuh abnormal.
j. Pindahkan klien ke ibu sesegera mungkin
bila klien sudah tidak menunjukkan
tanda-tanda sakit.
k. Rapihkan Alat
l. Cuci tangan
m. Dokumentasikan tindakan yang telah di
lakukan

R. Perinatologi, IGD

25
PENYIMPANAN ASI

NO.
Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD R.A.A.
TJOKRONEGOR
O
Tanggal Di tetapkan
Terbit Direktur Rumah Sakit

SPO
Dr. TOLKHA AMARUDDIN, M.Kes,Sp.THT,KL
NIP. 19750307 200902 1 002
1. Pengertian Suatu tindakan yang dilakukan untuk
menyimpan ASI agar kandungan nutrisi ASI
tidak hilang atau rusak saat disimpan sampai
dengan ASI diberikan kepada bayi.
2. Tujuan 1. Menjaga kandungan ASI tidak rusak saat
diperlukan..
2. Memudahkan atau memperlancar pemberian
ASI eksklusif jika ibu memiliki kesibukan.
3. Kebijakan Peraturan Direktur RSUD
nomor
tentang
4. Prosedur 1. Persiapan alat
a. Kulkas
b. Plastik ASI
c. Pompa ASI
2. Persiapan klien
a. Menjelaskan pada orang tua klien tentang
tindakan yang akan dilakukan (lihat SOP
informed consent).
b. Anjurkan pemberian ASI dini dan
eksklusif.
3. Pelaksanaan
a. Cuci tangan.
b. Persiapan alat.
c. Cara mengantar ASI dari rumah klien ke
rumah sakit :
1) Siapkan termos yang sudah diberi es
batu untuk menyimpan ASI yang
sudah disimpan dalam plastic ASI.
2) Jika perjalanan jauh sebaiknya es
batu lebih banyak, termos tidak cukup
menampung es batu banyak.
3) Anjurkan keluarga klien senantiasa
menulis tanggal dan jam pemerasan
ASI pada setiap plastic ASI yang
diberikan.
4) Berikan sesegera mungkin ASI kepada
petugas rumah sakit.
d. Cara penyimpanan ASI :

26
1) Bila akan diberikan dalam waktu 6
jam, setelah pengambilan dapat
disimpan dalam suhu ruangan.
2) Jika ASI akan diberikan hingga dalam
waktu 24 jam ASI bisa dismpan dalam
termos yang berisi es batu.
3) Bila akan diberikan dalam waktu 72
jam ASI disimpan didalam pendingin
dimana suhu lemari pendingin
dibawah 50C.
4) Bila akan diberikan dalam waktu 3
bulan ASI disimpan dalam freezer dan
dibekukan pada suhu -180C, dan
sebaiknya freezer dibuka maximal dalam
24 jam sekali.
e. Rapihkan alat.
f. Cuci tangan.
4. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
5. Unit terkait R. Perinatologi, R. Bersalin, R. Nifas, IGD,
Poliklinik Kebidanan

27
PENGGUNAAN TIMBANGAN BAYI

NO.
Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD R.A.A.
TJOKRONEGOR
O
Tanggal Di tetapkan
Terbit Direktur Rumah Sakit

SPO
Dr. TOLKHA AMARUDDIN, M.Kes,Sp.THT,KL
NIP. 19750307 200902 1 002
1. Pengertian Alat yang digunakan untuk mengukur berat
badan bayi
2. Tujuan 1. Untuk mengetahui berat badan bayi.
2. Untuk menentukan criteria bayi berdasarkan
berat badan :
a. Bayi berat lahir sangat rendah (kurang
dari 1500gr).
b. Bayi berat lahir rendah (1500-2500gr).
c. Bayi berat normal (2500-4000gr).
d. Bayi obesitas (lebih dari 4000gr).
3. Kebijakan Peraturan Direktur RSUD
nomor
tentang
4. Prosedur 1. Persiapan alat
a. Timbangan bayi
b. Alat tulis
c. Underpad
2. Persiapan klien
Menjelaskan pada orang tua klien tentang
tindakan yang akan dilakukan (lihat SOP
informed consent).
3. Pelaksanaan
a. Cuci tangan.
b. Penunjukan angka dalam timbangan
harus pada posisi angka 0 (nol).
c. Siapkan bayi untuk ditimbang.
d. Lepaskan semua pakaian bayi.
e. Letakkan atau baringkan bayi diatas
timbangan.
f. Baca angka yang tertera dipenunjukan
dan dicatat.
g. Angkat bayi dari timbangan.
h. Letakkan bayi diatas infant warmer.
i. Rapihkan pakaian bayi serta bedong
dengan rapih.
j. Rapihkan alat.
k. Cuci tangan.
l. Dokumentasikan tindakan yang telah

28
dilakukan dan catat hasil pengukuran.

5. Unit terkait PERINA, VK, IPSRS

29
TETANUS NEONATOTUM

NO.
Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD R.A.A.
TJOKRONEGOR
O
Tanggal Di tetapkan
Terbit Direktur Rumah Sakit

SPO
Dr. TOLKHA AMARUDDIN, M.Kes,Sp.THT,KL
NIP. 19750307 200902 1 002
1. Pengertian Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama
kekakuan otot (spasme) tanpa disertai
gangguan kesadaran, yang disebabkan
clostidrium tetani,bakteri gram positif,anaerob
dan mampu membentuk spora.
2. Tujuan Sebagai acuan dalam penerapan langkah-
langkah

3. Kebijakan Peraturan Direktur RSUD


nomor
tentang
4. Prosedur 1. Persiapan alat
a. Rekam medik klien.
b. Set pemeriksaan fisik.
2. Persiapan klien.
Menjelaskan pada orang tua klien tentang
tindakan yang akan dilakukan (lihat SPO
informed consent).
3. Pelaksanaan
a. Cuci tangan.
b. Persiapan alat.
c. Pemerikasaan TTV.
d. Eradikasi kuman,tali pusat sebagai
tempat masuknya kuman dibersihkan
dengan alcohol 70% atau providone
iodine. Antibiotika lini pertama yang
dipakai adalah penicillin prokain dengan
dosis 50.000 – 100.000 unit/kgBB/hari
secara IM,single dose,selama 10 – 14
hari. Antibiotika lini kedua adalah
cefotaksim 50mg/lgBB/kali,2 kali sehari.
e. Menetralisasi toksin yang beredar,untuk
menetralisasi toksin bila tersedia
diberikan human tetanus immune globin
500 unit secara IM atau dengan anti
tetanus serum (ATS) 10.000 unit secara
IM selama 2 hari berturut - turut.
f. Memberikan pelemas otot untuk
mengatasi spasme,diazepam diberikan

30
dengan dosis 20 – 40 mg/kgBB/hari drip,
dilarutkan dalam larutan dekstrose 5%
menggunakan sringe pump. Larutan
harus dibuat kembali tiap 4 jam untuk
mencegah terjadinya endapan. Efek
samping diazepam berupa depresi sistem
pernafasan perlu diantisipasidengan
ventilator. Bila diazepam telah mencapai
dosis maksimal tetapi spasme tetap tidak
teratasi,dianjurkan pemberian pelumpuh
otot pankuranium dosis 0,005 – 0,1
mg/kgBB/kali dan menggunakan
ventilasi mekanik.
g. Terapi suportif berupa pemberian
oksigen,pembersihan jalan
nafas,keseimbangan cairan,elektrolit dan
kalori.
h. Imunisasi tetanus toksoid sesuai dengan
jadwalimunisasi diberikan pada saat
penderita pulang.
i. Rapihkan alat.
j. Cuci tangan.
4. Dokumentasikan tindakan yang sudah
dilakukan dalam dokumen medis.
5. Unit terkait Rawat jalan,rawat inap, UGD

31
HIPOGLIKEMIA PADA NEONATUS

NO.
Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD R.A.A.
TJOKRONEGOR
O
Tanggal Di tetapkan
Terbit Direktur Rumah Sakit

SPO
Dr. TOLKHA AMARUDDIN, M.Kes,Sp.THT,KL
NIP. 19750307 200902 1 002
1. Pengertian Adalah kadar glukosa plasma < 2,6 mmol/ atau < 47 mg/dl
untuk neonatus cukup bulan maupun neonatus kurang
bulan
2. Tujuan 1. Untuk mencegah hipoglikemia pada neonatus.
2. Untuk menentukan total parenteral nutrition yang
diperlukan pada neonatus.
Untuk menentukan tindakan keperawatan selanjutnya
3. Kebijakan Peraturan Direktur RSUD
nomor
tentang
4. Prosedur Diagram penatalaksanaan hipoglikemia pada
klien Neonatus

32
5. Unit terkait Rawat Jalan, Rawat Inap, IGD, R. Perinatologi.

33
PIJAT BAYI

NO.
Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD R.A.A.
TJOKRONEGOR
O
Tanggal Di tetapkan
Terbit Direktur Rumah Sakit

SPO
Dr. TOLKHA AMARUDDIN, M.Kes,Sp.THT,KL
NIP. 19750307 200902 1 002
1. Pengertian Satu bentuk dari terapi sentuh pada kulit yang
dilakukan pada bayi usia 0-12 bulan dengan
menggunakan tangan yang berfungsi sebagai
salah satu tehnik promotif
2. Tujuan 1. Meningkatkan daya tahan tubuh.
2. Memperbaiki peredaran darah dan
pernafasan.
3. Merangsang fungsi pencernaan dan
pembuangan.
4. Meningkatkan kenaikan berat badan.
5. Mengurangi stress dan ketegangan.
6. Meningkatkan kesiagaan.
7. Membuat tidur lelap.
8. Mengurangi rasa sakit kembung dan sakit
perut.
9. Meningkatkan hubungan batin antara orang
tua dan bayi.
3. Kebijakan Peraturan Direktur RSUD
nomor
tentang
4. Prosedur 1. Persiapan alat
a. Baby oil.
b. Jam.
c. Termometer.
2. Persiapan ibu
Menjelaskan pada orang tua klien tentang
tindakan yang akan dilakukan (lihat SOP
informed consent).
3. Pelaksanaan
a. Cuci tangan.
b. Persiapan alat.
c. Atur suhu ruangan antara 22-260C.
d. Ukur suhu tubuh klien, pastikan suhu
pada batas normal.
e. Buka pakaian klien.
f. Letakkan klien diatas bed infant warmer.
g. Rangsang raba :
1) Kepala : dengan menggunakan
telapak tangan usap kepala bayi dari

34
puncak sampai kepala bagian leher
kemudian kembali lagi ke puncak
kepala sebanyak 6 kali (satu kali
gerakan 2x5 detik).
2) Bahu : dengan jari tangan kanan dan
kiri usap kedua belah bahu dari
pertengahan punggung ke pangkal
lengan kemudian kembali ke
pertengahan sebanyak 6 kali.
3) Punggung : dengan jari-jari kedua
tangan usaplah dari leher ke pantat
lalu kembali ke leher sebanyak 6 kali.
4) Kaki : dengan dua jari tangan usaplah
kedua kaki secara bersamaan dari
pangkal paha ke pergelangan kaki
kemudian kembali lagi ke pangkal
paha
sebanyak 6 kali.
5) Lengan : dengan jari tangan
usapkan kedua lengan secara
bersamaan dari pangkal bahu ke
pergelangan tangan kemudian
kembali ke pangkal bahu sebanyak 6
kali. Paha ke pergelangan kaki
kemudian kembali lagi ke pangkal
paha sebanyak 6 kali.
h. Rangsangan Kinestatik (bayi
ditertelantangkan)
1) Lengan : kerjakan satu persatu,
pegang lengan pada pergelangan
tangan kemudian tekuklah pada siku
dikerjakan 6 kali (satu kali gerakan
2x5 detik).
2) Kaki : kerjakan satu persatu, pegang
daerah pergelangan kaki kemudian
tekuk di daerah lutut, kerjakan 6 kali
(satu kali gerakan 2x5 detik).
i. Pakaikan kembali pakaian klien.
j. Rapihkan alat.
k. Cuci tangan.
4. Dokumentasikan tindakan yang telah
dilakukan
5. Unit terkait R. Perinatologi, R. Nifas

35
MEMASANG OGT ( ORAL GASTRIC TUBE )

NO.
Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD R.A.A.
TJOKRONEGOR
O
Tanggal Di tetapkan
Terbit Direktur Rumah Sakit

SPO
Dr. TOLKHA AMARUDDIN, M.Kes,Sp.THT,KL
NIP. 19750307 200902 1 002
1. Pengertian Melakukan pemasangan selang dari rongga
mulut sampai kelambung pada bayi atau anak
2. Tujuan 1. Memasukan makanan cair atau obat obatan
cair atau padat yang dicairkan
2. Mengeluarkan cairan atau isi lambung dan
gas yang ada dalam lambung
3. Mengirigasi lambung karena perdarahan
atau keracunan dalam lambung
4. Mencegah atau mengurangi mual dan
muntah setelah pembedahan atau trauma
5. Mengambil spesemen dalam lambung untuk
pemeriksaan laboratorium
3. Kebijakan Peraturan Direktur RSUD
nomor
tentang
4. Prosedur 1. Persiapan alat
a. Bak troli yang berisi :
1) OGT no.5 atau 8 ( untuk anak )
2) Sudip lidah ( tong spatel )
3) Sepasang sarung tangan
4) Senter
5) Spuit ukuran 20-50 cc
6) Plester stetoskop
7) Handuk
8) Tissue
9) Bengkok
b. Alat alat yang dimasukan kedalam bak
instrument steril
1) Selang NGT
2) Sarung tangan steril
3) Spuit
2. Persiapan perawat
a. Mencuci tangan ( merujuk pada mencuci tangan
yang baik dan benar )
b. Mempersiapkan alat

36
c. Membaca status klien untuk memastikan instruksi
d. Alat alat yang dimasukan kedalam bak instrument
1) Selang OGT
2) Sarung tangan
3) Spuit OGT
e. Persiapan klien
1) Memberikan mengenai tindakan prosedur
serta tujuan dari tindakan yang akan
dilakukan
2) Mengatur posisi klien supkinasi
f. Prosedur pelaksanaan
1) Mencuci tangan dengan cara yang baik dan
benar
2) Berikan salam teraupetik kepada klien
3) Jelaskan tindakan yang akan dilakukan
beserta tujuannya ( termasuk rasa tidak
nyaman yang kemungkinan yang akan dialami
klien ketika tindakan berlangsung )
4) Atur klien dengan posisi supkinasi
5) Pasang handuk pada dada klien letakan tissue
wajah pada jangkaun klien
6) Pasang perlak pengawas dan bengkok
disamping telinga klien
7) Untuk menetukan insersi OGT minta klien
rileks dan bernafas normal
8) Bersihkan area sekitar mulut menggunakan
tissue
9) Pasang stetoskop pada telinga
10) Ginakan sarung tangan steril
11) Ukur panjang selang yang akan dimasukan
dengan menggunakan :
a) Metode tradisional
b) Ukur jarak dari tepi mulut kedaun
telinga bawah dan proksesus xiphoideus
pada sternum
c) Metode hanson
d) Mula mula tandai %)cm pada selang
kemudian lakukan pengukuran dengan
metode trandisional. Selang yang akan
dimasukan adalah pada pertengahan
antara 50 cm dan tandan tradisional.
e) Beri tanda pada panjang selang yang
sudah diukur.
12) Masukan selang dimulut yang sudah
ditentukan
13) Lanjutkan memasang selang sepanjang mulut.
Jika terasa agak tertahan putarlah selang dan
jangan dipaksakan untuk masuk.
14) Lanjutkan memasang selang sampai
memasukan nasofaring. Sertelah melewati

37
nasofaring ( 3-4) kalau perlu anjurkan klien
untuk menekuk dan menelan jikan perlu
sedikit diberi air minum.
15) Jangan memaksa selang untuk masuk. Jika ada
hambatan atau klien tersedak sianosis hentikan
mendorong selang. Periksa posisi selang
dibelakng tenggorokan dengan menggunakan
tonge spatel dan senter
16) Jika telah selesai memasang OGT, sampai
ujung yang telah ditentukan, anjurkan untuk
pasien bernafas normal dan rileks.
17) Periksa letak selang dengan :
a) Memasang spuit pada ujung OGT,
memasang bagian difragma.stetokop
padaperut dikuadran kiri atas klien
(lambung) kemudian suntikan 5-10 udara
bersama dengan auskultasi abdomen.
b) Aspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan
isi lambung
c) Viksasi selang OGT dengan plester dan
hindari penekanan pada hidung dengan
cara : potong 5 cm plester jadi 2 sepanjang
2,5 cm pada salah satu ujungnya,
memasang ujung yang tidak dibelah pada
batang hidung klien dan silangkan plester
pada selang yang kelluar dari hidung
d) Tempelkan ujung selang OGT pada baju
klien dengan memasang plester pada
ujung dan penitikan pada baju klien.
18) Evaluasi setelah terpasang OGT
19) Rapikan alay-alat
20) Cuci Tangan
21) Dokumentasikan hasil tindakan pada
catatan perawat

5. Unit terkait NICU PICU,PERINA,IGD,UNIT RAWAT INAP,ICU

38
NO.
Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD R.A.A.
TJOKRONEGOR
O
Tanggal Di tetapkan
Terbit Direktur Rumah Sakit

SPO
Dr. TOLKHA AMARUDDIN, M.Kes,Sp.THT,KL
NIP. 19750307 200902 1 002
1. Pengertian

3. Tujuan Sebagai acuan dalam penerapan langkah-


langkah

4. Kebijakan Peraturan Direktur RSUD


nomor
tentang
5. Prosedur

5. Unit terkait

39
NO.
Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD R.A.A.
TJOKRONEGOR
O
Tanggal Di tetapkan
Terbit Direktur Rumah Sakit

SPO
Dr. TOLKHA AMARUDDIN, M.Kes,Sp.THT,KL
NIP. 19750307 200902 1 002
1. Pengertian

6. Tujuan Sebagai acuan dalam penerapan langkah-


langkah

7. Kebijakan Peraturan Direktur RSUD


nomor
tentang
8. Prosedur

5. Unit terkait

40
NO.
Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD R.A.A.
TJOKRONEGOR
O
Tanggal Di tetapkan
Terbit Direktur Rumah Sakit

SPO
Dr. TOLKHA AMARUDDIN, M.Kes,Sp.THT,KL
NIP. 19750307 200902 1 002
1. Pengertian

9. Tujuan Sebagai acuan dalam penerapan langkah-


langkah

10. Kebijakan Peraturan Direktur RSUD


nomor
tentang
11. Prosedur

5. Unit terkait

41
NO.
Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD R.A.A.
TJOKRONEGOR
O
Tanggal Di tetapkan
Terbit Direktur Rumah Sakit

SPO
Dr. TOLKHA AMARUDDIN, M.Kes,Sp.THT,KL
NIP. 19750307 200902 1 002
1. Pengertian

12. Tujuan Sebagai acuan dalam penerapan langkah-


langkah

13. Kebijakan Peraturan Direktur RSUD


nomor
tentang
14. Prosedur

5. Unit terkait

42
NO.
Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD R.A.A.
TJOKRONEGOR
O
Tanggal Di tetapkan
Terbit Direktur Rumah Sakit

SPO
Dr. TOLKHA AMARUDDIN, M.Kes,Sp.THT,KL
NIP. 19750307 200902 1 002
1. Pengertian

15. Tujuan Sebagai acuan dalam penerapan langkah-


langkah

16. Kebijakan Peraturan Direktur RSUD


nomor
tentang
17. Prosedur

5. Unit terkait

43
NO.
Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD R.A.A.
TJOKRONEGOR
O
Tanggal Di tetapkan
Terbit Direktur Rumah Sakit

SPO
Dr. TOLKHA AMARUDDIN, M.Kes,Sp.THT,KL
NIP. 19750307 200902 1 002
1. Pengertian

18. Tujuan Sebagai acuan dalam penerapan langkah-


langkah

19. Kebijakan Peraturan Direktur RSUD


nomor
tentang
20. Prosedur

5. Unit terkait

44
NO.
Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD R.A.A.
TJOKRONEGOR
O
Tanggal Di tetapkan
Terbit Direktur Rumah Sakit

SPO
Dr. TOLKHA AMARUDDIN, M.Kes,Sp.THT,KL
NIP. 19750307 200902 1 002
1. Pengertian

21. Tujuan Sebagai acuan dalam penerapan langkah-


langkah

22. Kebijakan Peraturan Direktur RSUD


nomor
tentang
23. Prosedur

5. Unit terkait

45
NO.
Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD R.A.A.
TJOKRONEGOR
O
Tanggal Di tetapkan
Terbit Direktur Rumah Sakit

SPO
Dr. TOLKHA AMARUDDIN, M.Kes,Sp.THT,KL
NIP. 19750307 200902 1 002
1. Pengertian

24. Tujuan Sebagai acuan dalam penerapan langkah-


langkah

25. Kebijakan Peraturan Direktur RSUD


nomor
tentang
26. Prosedur

5. Unit terkait

46
NO.
Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD R.A.A.
TJOKRONEGOR
O
Tanggal Di tetapkan
Terbit Direktur Rumah Sakit

SPO
Dr. TOLKHA AMARUDDIN, M.Kes,Sp.THT,KL
NIP. 19750307 200902 1 002
1. Pengertian

27. Tujuan Sebagai acuan dalam penerapan langkah-


langkah

28. Kebijakan Peraturan Direktur RSUD


nomor
tentang
29. Prosedur

5. Unit terkait

47
NO.
Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD R.A.A.
TJOKRONEGOR
O
Tanggal Di tetapkan
Terbit Direktur Rumah Sakit

SPO
Dr. TOLKHA AMARUDDIN, M.Kes,Sp.THT,KL
NIP. 19750307 200902 1 002
1. Pengertian

30. Tujuan Sebagai acuan dalam penerapan langkah-


langkah

31. Kebijakan Peraturan Direktur RSUD


nomor
tentang
32. Prosedur

5. Unit terkait

48
NO.
Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD R.A.A.
TJOKRONEGOR
O
Tanggal Di tetapkan
Terbit Direktur Rumah Sakit

SPO
Dr. TOLKHA AMARUDDIN, M.Kes,Sp.THT,KL
NIP. 19750307 200902 1 002
1. Pengertian

33. Tujuan Sebagai acuan dalam penerapan langkah-


langkah

34. Kebijakan Peraturan Direktur RSUD


nomor
tentang
35. Prosedur

5. Unit terkait

49
NO.
Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD R.A.A.
TJOKRONEGOR
O
Tanggal Di tetapkan
Terbit Direktur Rumah Sakit

SPO
Dr. TOLKHA AMARUDDIN, M.Kes,Sp.THT,KL
NIP. 19750307 200902 1 002
1. Pengertian

36. Tujuan Sebagai acuan dalam penerapan langkah-


langkah

37. Kebijakan Peraturan Direktur RSUD


nomor
tentang
38. Prosedur

5. Unit terkait

50

Anda mungkin juga menyukai