Coelenterata Porifera Dan Vermes
Coelenterata Porifera Dan Vermes
Coelenterata Porifera Dan Vermes
1. Pendahuluan
Animalia adalah salah satu kingdom yang mengelompokan makhluk hidup di bumi.
Makhluk hidup yang tergolong ke dalam kingdom Animalia biasa kita sebut dengan
hewan. Kingdom Animalia terdiri dari makhluk hidup yang eukariotik atau memiliki
dinding sel, multiseluler, serta heterotrof karena tidak bisa menghasilkan makanannya
sendiri. Berbeda dengan nutrisi autotrofik pada tumbuhan, hewan memasukkan bahan
organik yang sudah jadi, ke dalam tubuhnya dengan cara menelan (ingestion) atau
memakan organisme lain, atau memakan bahan organik yang terurai. Sel-sel hewan tidak
memiliki dinding sel yang menyokong tubuh dengan kuat, seperti pada tumbuhan atau
jamur. Komponen terbesar sel-sel hewan terdiri atas protein struktural kolagen. Keunikan
hewan yang lain adalah adanya dua jaringan yang bertanggung jawab atas penghantaran
impuls dan pergerakan, yaitu jaringan saraf dan jaringan otot sehingga dapat bergerak
secara aktif. Hal ini membedakan kingdom Animalia dengan kingdom lain karena hampir
semua kingdom Animalia dimungkinkan untuk melakukan perpindahan tempat. Sebagian
besar hewan bereproduksi secara seksual, dengan tahapan diploid yang mendominasi
siklus hidupnya. Alat pernapasan pada hewan bermacam-macam tergantung pada tempat
hidupnya, ada yang bernapas dengan paru-paru seperti kucing, insang seperti ikan, kulit
seperti cacing, trakea seperti serangga.
Sel hewan memiliki organel yang khas, yaitu adanya sentriol yang berguna pada saat
pembelahan sel. Adanya organel tersebut menjadi salah satu ciri yang membedakan
antara hewan dan tumbuhan. Ciri-ciri lain dari sel hewan adalah sel hewan tidak memiliki
dinding sel, memiliki vakuola berukuran kecil bahkan tidak ada, tidak memiliki plastida.
Plastida sendiri merupakan sel yang terdapat pada tumbuhan dan merupakan sel yang
memberikan warna pada tumbuhan. Pada plastida terdapat sel kloroplas yang merupakan
tempat berlangsungnya fotosintesis. Meskipun begitu, seperti pada tumbuhan, sel-sel
hewan yang memiliki struktur dan fungsi yang sama akan membentuk suatu jaringan.
Sebagian besar sel tersusun dari air dan komponen kimia utama, seperti protein,
karbohidrat, lemak, dan asam nukleat. Sel tersusun dari dua lapis membran fosfolipid
yang besifat selektif permeabel, yang berarti hanya molekul tertentu saja dapat masuk dan
keluar sel.
Jaringan adalah kumpulan sel sejenis yang memiliki struktur dan fungsi yang sama
untuk membentuk suatu organ. Jenis jaringan yang umumnya dimiliki oleh vertebrata dan
manusia ada empat macam, yaitu jaringan epitl, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan
saraf. Jaringan ikat terdiri dari matriks dan sel-sel jaringan ikat. Matriks terdiri dari serat-
serat dan bahan dasar, sedangkan serat-serat matriks sendiri terdiri dari beberapa jenis
yaitu serat kalogen, serat elastin, dan serat retikuler. Jaringan ikatnnya terdiri dari
beberapa jenis sel, misalnya adalah sel lemak.
Organ adalah gabungan dari berbagai jenis jaringan yang terorganisasi dalam fungsi
tertentu. Makin tinggi derajat suatu hewan, makin banyak organ tubuh yang dimilikinya.
Hal ini bertujuan untuk efisiensi kerja, karena dengan banyaknya organ tubuhmaka
pembagian kerja akan semakin efektif. Berdasarkan letaknya, organ dikelompokan
menjadi dua macam, yaitu organ dalam dan organ luar. Organ dalam tubuh dalam
misalnya hati dan jantung. Sedangkan organ luar tubuh misalnya kulit, mata, telinga, dan
hidung.
Selain itu menurut beberapa cirinya hewan juga dikelompokan lagi menjadi
beberapa klasifikasi. Berdasarkan ada tidaknya tulang belakang, hewan dikelompokan
menjadi vertebrata (memiliki tulang belakang) dan avertebrata. Berdasarkan simetri
tubuhnya, animalia dibagi menjadi kelompok simetri radial dan simetri biateral. Menurut
Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 2
2.1.1. Porifera
Ciri utama porifera memiliki lubang (pori) yang banyak dan
membentuk suatu sistem saluran. Jenis sistem salurannya dapat dibedakan
menjadi askonoid, sikonoid, dan leukonoid atau rhagon berdasarkan tingkat
kerumitannya. Air dan makanan yang larut didalamnya diambil oleh hewan
tersebut masuk melalui lubang ostium, kemudian masuk ke dalam rongga
tubuh. Setelah makanan diserap air yang berlebihan dikeluarkan melalui
lubang yang di sebut oskulum.
Terdapat sel dengan bentuk khusus yang disebut koanosit atau sel leher
yang berfungsi untuk pencemaan makanan. Sel koanosit memiliki nukleus,
vakuola dan flagel. Karena pencernaan berlangsung di dalam sel maka disebut
juga dengan pencernaan Intraseluler. Selain melalui sel koanosit, pencernaan
Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 3
2.1.2. Coelenterata
Tubuhnya seperti kantong berongga dengan sebuah lubang sebagai
mulutnya. Mulut ini dikelilingi oleh beberapa alat peraba yang disebut
tentakel. Pada tubuh dan tentakelnya terdapat sel-sel penggatal atau sel
penyengat yang berbentuk seperti panah. Sel penggatal digunakan untuk
melindungi diri. Kalau ada sesuatu yang menyentuh hewan ini, panah-panah
beracun itu dilepaskan. Karena itu, orang yang berenang di laut merasa gatal-
gatal jika bersentuhan dengan hewan berongga, misalnya ubur-ubur. Sel ini
juga disebut sebagai knidosit. Oleh karena itu Coelenterata kadang disebut
juga dengan Cnidaria. Setiap knidosit memiliki kapsul penyengat (nematokis).
Sel penyengat juga dipergunakan oleh hewan berongga untuk
melemaskan mangsanya. Mangsa yang sudah dilemaskan didorong oleh
tentakel ke dalam mulutnya. Makanan dicernakan di dalam rongga tubuh yang
berfungsi sebagai perut, sedangkan yang tidak tercerna dikeluarkan lagi juga
melalui mulut.
Tubuh mereka terdiri atas mesoglea, suatu bahan tak hidup yang mirip
jeli, terletak di antara dua lapisan epitelium yang biasanya setebal satu sel.
Mereka memiliki dua bentuk tubuh dasar: medusa yang berenang dan polip
yang sesil, keduanya simetris radial dengan mulut dikelilingi oleh tentakel
berknidosit. Kedua bentuk tersebut mempunyai satu lubang jalan masuk yang
berfungsi sebagai mulut maupun anus yang disebut manus serta rongga tubuh
yang digunakan untuk mencerna makanan dan bernapas.
2.2.1. Porifera
Porifera hidup secara heterotof. Makananya adalah bakteri dan
plankton. Makanan yang masuk kedalam tubuhnya berbentuk cairan. Cara
makan porifera disebut juga dengan filter feeder karena porifera menyaring
materi makanan dalam air yang mengalir tersebut. Oleh karena itu, filum
Porifera juga disebut sebagai pemakan cairan. Pencernaan dilakukan secara
intraseluler di dalam koanosit dan amoebosit. Habitat porifera umumnya di
laut, mulai dari tepi pantai hingga laut dengan kedalaman 5 km. Sekitar 150
jenis porifera hidup di ait tawar, misalnya Haliciona dari kelas Demospongia.
Porifera yang telah dewasa tidak dapat berpindah tempat (sesil), hidupnya
menempel pada batu atau benda lainya di dasar laut. Karena porifera yang
bercirikan tidak dapat berpindah tempat, kadang porifera dianggap sebagai
tumbuhan.
2.2.2. Coelenterata
Coelentera hidup secara heterotrof dengan memangsa plankton dan
hewan kecil lainnya yang berada di air. Coelenterata melumpuhkan
mangsanya dengan menggunakan tentakelnya yang memiliki sel knidosit.
Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 4
2.3.1. Porifera
Porifera melakukan reproduksi secara aseksual maupun seksual.
Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan tunas dan gemmule.
Gemmule disebut juga tunas internal. Gemmule dihasilkan hanya menjelang
musim dingin di dalam tubuh porifera yang hidup di air tawar. Porifera dapat
membentuk individu baru dengan regenerasi. Reproduksi seksual dilakukan
dengan pembentukan gamet (antara sperma dan ovum). Ovum dan sperma
dihasilkan oleh koanosit. Sebagian besar Porifera menghasilkan ovum dan
juga sperma pada individu yang sama sehingga Porifera bersifat hemafrodit.
2.3.2. Coelenterata
Reproduksi pada Coelenterata terjadi secara aseksual dan seksual.
Reproduksi secara aseksual dilakukan dengan membentuk tunas berupa polip
yang hidup berkoloni di dasar air. Sedangkan reproduksi seksual pada
Coelenterata dilakukan dengan pembentukan gamet. Gamet dihasilkan oleh
seluruh Coelenterata berbentuk medusa dan beberapa berbentuk polip. Pada
Odelia, dalam satu koloni polip terdapat beberapa macam bentuk polip dengan
fungsi yang berbeda, misalnya polip untuk makan (gastrozooid), polip untuk
pembiakan dengan menghasilkan medusa (gonozooid) dan polip untuk
pertahanan. Koloni dengan beberapa macam bentuk polip disebut
polimorfisme.
Medusa atau ubur-ubur, bentuknya seperti sebuah payung atau
lonceng. Fungsi medusa adalah untuk berkembang biak secara seksual. Jadi,
dalam medusa dihasilkan testis dan ovarium yang menghasilkan sperma dan
ovum. Tidak semua Coelenterata mempunyai bentuk polip dan medusa.
Banyak jenis yang hanya mempunyai bentuk polip.
Beberapa Coelenterata mengalami pergiliran keturunan. Sebagai
contoh, pada kelas Hydrozoa mengalami metagenesis, yaitu
perkembangbiakan seksual yang diikuti oleh perkembangbiakan aseksual
dalam satu generasi. Pada peristiwa ini, mula-mula spermatozoid keluar dari
lubang mulut medusa jantan dan masuk dalam usus medusa betina untuk
Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 5
2.4.1. Porifera
a. Hexactinellida (Hyalospongiae)
Hexactinellida (dalam bahasa yunani, hexa = enam) atau
Hyalospongiae (dalam bahasa yunani, hyalo = kaca/transparan, spongia =
spons) memiliki spikula yang tersusun dari silika. Ujung spikula berjumlah
enam seperti bintang. Tubuhnya kebanyakan berwarna pucat dengan
bentuk vas bunga atau mangkuk. Tinggi tubuhnya rata-rata 10-30 cm
dengan saluran tipe sikonoid. Hewan ini hidup soliter di laut pada
kedalaman 200 – 1.000 m. Contoh Hexactinellida adalah Euplectella.
b. Demospongia
Demospongiae (dalam bahasa yunani, demo = tebal, spongia = spons)
memiliki rangka yang tersusun dari serabut spongin. Tubuhnya berwarna
cerah karena mengandung pigmen yang terdapat pada amoebosit. Fungsi
warna diduga untuk melindungi tubuhnya dari sinar matahari. Bentuk
tubuhnya tidak beraturan dan bercabang. Tinggi dan diameternya ada yang
mencapai lebih dari 1 meter. Seluruh Demospongiae memiliki saluran air
tipe leukonoid. Habitat Demospongiae umumnya di laut dalam maupun
dangkal, meskipun ada yang di air tawar. Demospongiae adalah satu-
satunya kelompok porifera yang anggotanya ada yang hidup di air tawar.
Demospongiae merupakan kelas terbesar yang mencakup 90% dari seluruh
jenis Porifera. Contoh Demospongiae adalah spongia, hippospongia dan
Niphates digitalis.
c. Calcarea (Calcisspongiae)
Calcarea (dalam latin, calcare = kapur) atau Calcispongiae (dalam
latin, calci = kapur, spongia = spons) memiliki rangka yang tersusun dari
kalsium karbonat. Tubuhnya kebanyakan berwarna pucat dengan bentuk
seperti vas bunga, dompet, kendi, atau silinder. Tinggi tubuh kurang dari
10 cm. Struktur tubuh ada yang memiliki saluran air askonoid, sikonoid,
atau leukonoid. Calcarea hidup di laut dangkal, contohnya sycon,
Clathrina, dan Leucettusa lancifer. Bentuk tipe saluran air dari Calcarea
adalah askonoid, sikonoid, dan leukonoid.
2.4.2. Coelenterata
a. Hydrozoa
Hydrozoa (dalam bahasa yunani, hydro = air, zoa = hewan) sebagian
besar memiliki pergiliran bentuk polip dan medusa dalam siklus hidupnya.
Hydrozoa dapat hidup soliter. Contoh Hydrozoa adalah Hydra, Obelia, dan
Physalia. Obelia merupakan Hydrozoa yang hidupnya berkoloni di laut.
Obelia memiliki bentuk polip dan medusa dalam siklus hidupnya.
Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 6
2.5.1. Porifera
Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 8
2.5.2. Coelenterata
Coelenterata terutama kelas Anthozoa yaitu koral atau karang
merupakan komponen utama pembentuk ekosistem terumbu karang.
Ekosistem terumbu karang merupakan tempat hidup beragam jenis hewan dan
ganggang. Keanekaragaman organisme terumbu karang yang paling tinggi
terdapat di Asia Tenggara, dari Filipina dan Indonesia hingga The Great Barier
Reef di Australia. The Great Barrier Reef di Australia besarnya sedemikian
rupa sehingga dapat terlihat melalui penginderaan jarak jauh dari luar angkasa.
Dua puluh lima persen ikan yang dikonsumsi manusia juga hidup pada
ekosistem ini. Selain itu, terumbu karang sangat indah sehingga dapat di
jadikan objek wisata. Karang di pantai sangat bermanfaat sebagai penahan
ombak untuk mencengah pengikisan pantai.
2.6.1. Porifera
Siklus Porifera:
2.6.2. Coelenterata
3. Cacing Vermes
Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 13
3.1.1. Platyhelminthes
Platyhelminthes berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata platy yang
berarti pipih dan helminthes yang berarti cacing. Jadi, Platyhelminthes berarti
cacing pipih. Cacing Platyhelminthes ada yang hidup bebas dan ada yang
hidup sebagai parasit. Platyhelminthes yang hidup bebas banyak ditemukan di
laut, beberapa hidup di air tawar, dan di tempat-tempat yang lembap. Tubuh
cacing platyhelminthes lunak dan epidermisnya mempunyai silia.
Platyhelminthes yang hidup sebagai parasit mempunyai lapisan kutikula, silia
yang hilang jika sudah dewasa, mempunyai alat pengisap, dan mungkin
memiliki kait untuk menempel.
Platyhelminthes adalah hewan triploblastik, artinya, sudah mempunyai
tiga lapisan tubuh, yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Namun,
Platyhelminthes belum mempunyai rongga tubuh (selom). Dengan demikian,
cacing pipih termasuk hewan triploblastik aselomata. Sesuai dengan namanya,
bentuk cacing ini pipih seperti daun atau seperti pita. Struktur tubuh Cacing
pipih memanjang pipih dorsoventral. Bagian tubuh Platyhelminthes dapat
dibagi menjadi bagian anterior (depan/kepala), posterior (belakang/ekor),
dorsal (punggung), ventral (perut), dan lateral (samping).
Bentuk kepalanya segitiga dan terdapat dua bintik mata yang peka
terhadap cahaya yang sering disebut oseli, panjangnya sekitar 2-3 cm. Bagian
tubuhnya dibagi menjadi bagian kepala (anterior), ekor (posterior), bagian
punggung (dorsal), bagian perut (ventral), dan bagian samping (lateral).
Sama seperti Coelenterata, masuknya oksigen dan keluarnya karbon
dioksida pada Plathyhelminthes melalui permukaan tubuhnya. Adapun sistem
sarafnya karena sudah mempunyai kepala sehingga mempunyai sistem saraf
pusat, yaitu mempunyai ganglion otak berjumlah sepasang yang dihubungkan
dengan serabut saraf menyerupai tangga yang terbuat dari tali dan dikenal
dengan sistem saraf tangga tali.
Cacing platyhelminthes tidak memiliki sistem peredaran darah. Cacing
pipih pernapasannya dilakukan dengan seluruh permukaan tubuh, dan melalui
rongga gastrovaskuler. Tubuhnya simetri bilateral.
3.1.2. Nemathelminthes
Nama Nemathelminthes berasal dari bahasa Latin nematos yang berarti
benang dan nelminthes yang berarti cacing, Nemathelminthes berarti cacing
benang. Cacing Nemathelminthes sering disebut juga cacing gilig karena
cacing ini tidak terbagi menjadi segmen-segmen dan dengan bentuk tubuh
yang silindris. Nama lain Nemathelminthes adalah Nematoda.
Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 14
Cacing Nematoda disebut juga cacing gilig. Tubuh dari cacing ini
gilig, tidak bersegmen, kulitnya halus, licin, dan dilapisi oleh kutikula.
Apabila dipotong tubuhnya, akan terlihat tubuhnya bersifat bilateral simetris
dan termasuk golongan hewan yang triplobastik pseudoselomata. Memiliki
sistem pencernaan sempurna dan cairan tubuh pada coelom yang berfungsi
sebagai sistem peredaran darah. Phylum Nematoda ini ditemukan di habitat
air, tanah lembap, jaringan tumbuhan serta pada cairan dan jaringan hewan
lainnya. Menurut Campbell (1998: 602), sekitar 80.000 spesies Nematoda
telah diketahui. Nematoda yang ada, jumlahnya 10 kali lipat dari nematoda
yang telah diketahui. Ukuran nematoda berkisar dari yang berukuran kurang
dari 1 mm hingga lebih dari 1 m. Nematoda ada yang hidup bebas dan juga
parasit pada hewan lainnya. Terlihat juga mulut dan anus di dalamnya juga
terdapat usus, jadi sistem pencernaannya sudah lengkap. Cacing ini bernapas
secara difusi melalui seluruh permukaan tubuh dan memiliki cairan mirip
darah sebagai alat transportasi.
3.1.3. Annelida
Annelida berasal dari kata annulus yang berarti cincin dan oidos yang
berarti bentuk. Dari namanya, Annelida dapat disebut sebagai cacing yang
bentuk tubuhnya bergelang-gelang atau disebut juga cacing gelang. Jumlah
Annelida yang telah dikenal sekitar 15.000 spesies dengan ukuran yang
bervariasi, dari yang panjangnya 1 mm hingga 3 m. Umumnya hidup bebas,
meskipun ada juga yang bersifat parasit. Cacing ini mempunyai tingkatan
lebih tinggi dibanding dengan kedua kelompok cacing yang telah dibahas
sebelumnya. Annelida adalah hewan triploblastik yang sudah mempunyai
rongga sejati sehingga disebut triploblastik selomata. Annelida mempunyai
bentuk tubuh simetri bilateral, dengan tubuh beruas-ruas dan dilapisi lapisan
kutikula nonchitinous serta dilengkapi pula oleh sejumlah bristle chitin yang
disebut setae. Cacing ini terbagi sesuai dengan ruas-ruas tubuhnya dan satu
sama lain dibatasi dengan sekat (septum). Pembuluh darah, sistem saraf, dan
sistem ekskresi di setiap segmen saling berhubungan melewati septa.
Meskipun demikian, antara ruas satu dan lainnya tetap berhubungan sehingga
terlihat bentuk seperti cincin yang terkoordinasi.
3.2.1. Platyhelminthes
Cacing ini hidup di laut, air tawar, dan tanah yang lembab. Cacing
tersebut akan bergerak dengan cepat ke depan di atas lendir dengan cara
menggerak-gerakkan sejumlah besar silia yang ada di permukaan ventral. Silia
ini akan hilang pada waktu dewasa dan mempunyai alat kait untuk menempel
dan alat pengisap. Apabila terapung di air, maka akan berenang dengan
gerakan tubuh yang mengombak, yang sangat memungkinkan untuk mencari
makan secara aktif. Karena mempunyai mulut, maka makanan masuk dalam
mulut di permukaan ventral menuju ke rongga gastrovaskular yang terletak di
tengah tubuhnya yang terdapat usus-usus bercabang-cabang membentuk
saluran-saluran ke seluruh tubuhnya, sehingga usus tersebut dapat berfungsi
untuk mencerna makanan sekaligus untuk mengedarkannya. Karena cacing ini
Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 15
tidak mempunyai lubang anus, maka sisa makanannya keluar melalui lubang
yang menjadi jalan masuknya makanan.
3.2.2. Nemathelminthes
Di antara hewan multiseluler, mungkin hewan ini mempunyai jenis dan
individu terbanyak setelah insekta. Cacing Nemathelminthes dapat ditemukan
di mana saja. Mungkin, tidak ada kelompok lain yang dapat ditemukan pada
semua habitat, seperti halnya cacing ini. Kebanyakan dari cacing
Nemathelminthes hidup bebas di air dan di tanah. Cacing yang hidup di tanah
kadang-kadang dapat merusak akar tumbuhan. Sebagian jenis lainnya hidup
sebagai parasit, baik pada jaringan atau cairan tubuh manusia, hewan, dan
tumbuhan. Pada tumbuhan, cacing Nemathelminthes dapat hidup pada akar,
biji gandum, getah pohon yang luka. Pada hewan atau manusia, cacing ini
dapat hidup di usus, darah, dan organ-organ lain. Telur cacing ini berukuran
mikroskopik dan tahan terhadap lingkungan yang kurang baik.
3.2.3. Annelida
Habitat annelida umumnya berada di dasar laut dan perairan tawar, dan
juga ada yang segaian hidup di tanah atau tempat-tempat lembap. Annelida
telah memiliki sistem pencernaan yang terdiri atas mulut, faring,
kerongkongan (esofagus), usus, dan anus. Sistem peredaran darahnya tertutup
karena telah memiliki pembuluh darah. Darah Annelida juga telah
mengandung hemoglobin sehingga berwarna merah. Untuk sistem saraf,
Annelida memiliki sistem saraf tangga tali.
3.3.1. Platyhelminthes
Reproduksi Platyhelminthes dapat terjadi secara aseksual maupun
seksual. Secara aseksual atau vegetatif, yaitu dengan cara pembentukan
individu anak dari bagian tubuh individu induknya.
Reproduksi platyhelminthes secara seksual terjadi dengan peleburan
sel sperma dan ovum yang menghasilkan zigot. Proses ini terjadi dengan
perkawinan silang. Pada umumnya, cacing ini bersifat hermafrodit, yang
berarti dalam satu individu terdapat alat kelamin jantan dan betina. Akan
tetapi, seperti telah disebutkan, perkawinan hanya terjadi antara dua individu
yang berlainan.
Daur hidup salah satu cacing Platyhelminthes yaitu Taenia solium
terjadi sebagai berikut. Reproduksi dan daur hidup Taenia solium dimulai dari
lepasnya proglotid tua bersama feses dari tubuh manusia. Tiap ruas berisi
ribuan telur yang telah dibuahi. Kemudian, ruas-ruas tersebut hancur dan telur
yang telah dibuahi bisa tersebar ke mana-mana. Zigot terus berkembang
membentuk larva onkosfer di dalam kulit telur. Jika telur termakan babi, kulit
telur dicerna dalam usus, dan larva onkosfer menembus usus masuk ke
pembuluh darah atau pembuluh limfe dan akhirnya masuk ke otot lurik. Di
otot, larva onkosfer berubah menjadi kista yang terus membesar membentuk
cacing gelembung (sistiserkus). Pada dinding sistiserkus berkembang skoleks.
Jika seseorang memakan daging tersebut yang belum matang, kemungkinan
sistiserkus masih hidup. Di dalam usus manusia yang memakannya, skoleks
Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 16
akan keluar dan akan menempel pada dinding usus, sedangkan bagian
gelembungnya akan dicerna. Dari “leher”, kemudian akan tumbuh proglotid-
proglotid. Selanjutnya, proglotid tua akan menghasilkan telur yang telah
dibuahi.
3.3.2. Nemathelminthes
Semua Nemathelminthes tidak melakukan perkembangbiakan
aseksual. Jadi, perkembangbiakannya dilakukan secara seksual. Alat kelamin
jantan dan betina terpisah (dioesus, berumah dua). Cacing betina umumnya
berukuran lebih besar daripada cacing jantan. Betina dan jantan juga dapat
dibedakan dari ekornya. Pada cacing jantan, bagian ekornya (posterior), di
dekat lubang anus, terdapat tonjolan yang disebut penial setae yang digunakan
untuk kopulasi, sedangkan pada betina tidak ada. Fertilisasi terjadi secara
internal dan betina mampu menghasilkan telur sebanyak 100.000 butir atau
lebih setiap harinya.
3.3.3. Annelida
Reproduksi Annelida dilakukan secara seksual. Annelida jantan
memiliki organ testis dan Annelida betina memiliki ovarium. Kedua organ
bisa terdapat pada satu hewan yang hermafrodit atau terdapat pada individu
yang berbeda. Sebagian cacing ini mempunyai jenis kelamin terpisah (diesis,
gonokoris), dan sebagian hermaprodit. Umumnya cacing ini menghasilkan
larva bersilia yang disebut trokofor.
Pada cacing yang sudah dewasa akan terjadi penebalan epidermis yang
disebut klitelum. Alat ini dapat digunakan untuk kopulasi dan akan
menghasilkan kelenjar-kelenjar yang membentuk lapisan lendir sangat kuat
untuk membentuk kokon, yaitu tempat/wadah telur yang telah dibuahi.
Meskipun Annelida ini bersifat hemaprodit, tetapi pada saat terjadinya
pembuahan harus dilakukan pada dua individu dengan saling memberikan
sperma yang disimpan dalam reseptakulum seminis. Setelah selesai terjadinya
perkawinan, maka kokon akan lepas dan berisi butir-butir telur yang telah
dibuahi.
3.4.1. Platyhelminthes
Platyhelminthes dibedakan menjadi 3 kelas yaitu Turbellaria (cacing
bersilia), Trematoda (cacing pipih), dan Cestroda (cacing isap).
a. Turbellaria
Hewan dari kelas Turbellaria memiliki bentuk tubuh pipih dan
memiliki silia (bulu getar). Biasanya hidup di air tawar yang jernih, air
laut, atau tempat lembab dan jarang yang bersifat parasit. Beberapa jenis
memiliki dua mata dan tanpa alat hisap. Hewan ini mempunyai
kemampuan regenerasi yang besar, yaitu dari setiap potongan tubuhnya
dapat tumbuh menjadi individu baru. Contoh Turbellaria antara lain
Planaria yang berukuran 0,5 – 1,0 cm dan Bipalium yang mempunyai
panjang tubuh sampai 60 cm dan hanya keluar di malam hari. Planaria
mempunyai kepala berbentuk segitiga. Pada kepala terdapat dua bintik
Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 17
b. Trematoda
Semua anggota Trematoda hidup sebagai parasit pada Vertebrata baik
berupa ektoparasit (pada ikan) maupun sebagai endoparasit. Hewan
Trematoda memiliki tubuh yang diliputi kutikula dan tak bersilia. Pada
ujung anterior terdapat mulut dengan alat pengisap (sucker) yang
dilengkapi kait sehingga disebut cacing isap. Trematoda bersifat
hemafrodit. Contoh hewan Trematoda adalah Fasciola hepatica (cacing
hati, parasit pada hati domba), Fasciola gigantica (parasit pada hati sapi),
Chlonorchis sinensis (cacing hati, parasit pada manusia), Schistosoma
mansoni (cacing darah), dan Paragonimus westermani (parasit pada paru-
paru manusia, kucing, anjing, dan babi). Daur hidup cacing hati (Fasciola
hepatica) adalah sebagai berikut. Cacing dewasa bertelur di dalam saluran
atau kantong empedu sapi atau domba. Telur masuk ke saluran pencernaan
dan keluar dari tubuh bersama feses. Bila mencapai tempat basah, telur
kemudian menetas menjadi larva bersilia yang disebut mirasidium.
Mirasidium kemudian masuk ke dalam tubuh siput air tawar (Lymnea
auricularisrubigranosa).
1. Di dalam tubuh siput ini, mirasidium tumbuh menjadi sporokis dan
berada di dalam tubuh siput selama lebih kurang 2 minggu.
2. Sporokis berkembang menjadi larva yang disebut redia.
3. Redia akan menuju jaringan tubuh siput dan berkembang menjadi
larva berekor yang disebut serkaria. Serkaria dapat menembus
jaringan tubuh siput dan keluar berenang dalam air.
4. Larva kemudian menempel pada rumput dan melepaskan ekornya
dan menjadi metaserkaria. Metaserkaria membungkus diri
membentuk kista yang dapat bertahan dalam waktu yang lama
dengan tetap menempel pada rumput atau tumbuhan air.
5. Apabila rumput tersebut termakan oleh sapi atau domba, kista pecah
dan metaserkaria dapat menembus dinding usus menuju ke dalam
hati, saluran empedu, dan menjadi setelah beberapa bulan. Cacing
dewasa bertelur kembali dan siklus ini terulang lagi.
c. Cestoda
Cacing pita memiliki tubuh yang pipih dan dilindungi lapisan kutikula,
panjangnya mencapai 2 – 3 m yang terdiri dari bagian kepala (skoleks) dan
tubuh (strobila). Kepala dilengkapi alat pengisap berjumlah dua atau lebih.
Setiap segmen yang menyusun strobila mengandung alat
perkembangbiakan. Makin ke posterior segmen makin melebar. Setiap
segmen (proglotid) merupakan satu individu dan bersifat hermafrodit.
Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 18
Cacing ini biasanya hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata, oleh
karena itu tidak mempunyai alat pencernaan. Sistem eksresi terdiri dari
saluran pengeluaran yang berakhir dengan sel api. Sistem saraf sama
seperti Planaria dan cacing hati, tetapi kurang berkembang. Contoh
Cestoda yaitu Taenia saginata (parasit dalam usus manusia), Taenia
solium (parasit dalam usus manusia), Choanotaenia infudibulum (parasit
dalam usus ayam), Echinococcus granulosus (parasit dalam usus anjing),
dan Diphyllobothrium latum (menyerang manusia melalui inang protozoa).
Daur hidup Taenia saginata dimulai dari dalam usus manusia yang terdapat
proglotid masak yaitu segmen cacing yang mengandung sel telur yang
telah dibuahi (embrio). Telur ini kemudian keluar bersama feses. Bila telur
termakan sapi dan sampai pada usus akan tumbuh dan berkembang
menjadi larva onkoster. Larva kemudian menembus usus dan masuk ke
dalam pembuluh darah atau pembuluh limpa, menuju ke otot lurik dan
membentuk kista yang disebut sistiserkus bovis (larva cacing). Kista akan
membesar dan membentuk gelembung yang disebut sistiserkus. Manusia
akan tertular cacing ini apabila memakan daging sapi mentah atau setengah
matang. Dinding sistiserkus akan dicerna di lambung sehingga larva
dibebaskan. Larva menempel pada usus manusia dengan menggunakan
skoleks. Larva kemudian tumbuh membentuk proglotid yang dapat
menghasilkan telur. Taenia solium mirip dengan Taenia saginata, bedanya
adalah skoleks pada Taenia saginata mempunyai alat pengisap tanpa kait
dan inang perantaranya adalah sapi, sedangkan Taenia solium memiliki
skoleks dilengkapi dengan kait dan inang perantaranya adalah babi.
3.4.2. Nemathelminthes
Kelompok Nemathelminthes dibagi atas dua kelas yaitu Nematoda dan
Nematophora, kelompok yang merugikan manusia adalah Nematoda oleh
karena itu berikut dibahas beberapa contoh Nematoda.
3.4.3. Annelida
a. Polygochaeta
Polychaeta berasal dari bahasa Yunani poly (banyak) dan chaeta (seta
atau rambut) yang berarti cacing berambut banyak. Kelompok cacing ini
berukuran antara 5 – 10 cm dengan warna yang beraneka ragam, umumnya
hidup di laut yaitu dalam pasir atau di antara batu-batuan di daerah pasang
surut. Tubuh bersegmen-segmen, setiap segmen mempunyai parapodia
(kaki bedaging), pada setiap parapodia terdapat seta untuk bergerak kecuali
pada segmen terakhir, serta mempunyai alat sensoris yaitu sensor palpus
pada ujung depan (kepala). Daerah kepala disebut juga prostomium dan
terdiri atas mata, antena, dan sensor palpus tersebut. Reproduksi terjadi
melalui perkawinan cacing jantan dan betina yang menghasilkan larva
trakofor. Contoh cacing ini adalah Eunice viridis (cacing wawo, hidup di
laut Maluku), Lysidice oele (cacing palolo, hidup di Kepulauan Fiji),
keduanya dapat dimakan dan mengandung protein yang tinggi. Contoh lain
adalah Nereis virens (kelabang laut) dan Arenicola sp.
b. Oligochatea
Olygochaeta berasal dari bahasa Yunani oligo (sedikit) dan chaeta
(seta atau rambut) yang berarti cacing berambut sedikit. Tubuhnya
bersegmen, tidak mempunyai parapodia, dan mempunyai beberapa seta
pada setiap ruas. Sebagian besar hidup di air tawar atau di darat dan
bersifat hermafrodit. Contoh yang mudah kamu temukan adalah Lumbricus
terrestris (cacing tanah). Tubuh cacing tanah memiliki segmen berjumlah
15 – 200 buah. Pada setiap segmen terdapat seta kecuali pada segmen
pertama dan terakhir. Pada segmen ke-32 sampai segmen ke-37 terdapat
klitelum atau sadel yang mengandung kelenjar sebagai alat kopulasi.
Cacing tanah bersifat hermafrodit tetapi tidak dapat melakukan pembuahan
sendiri. Dua cacing tanah melakukan perkawinan silang dengan
menempelkan tubuh secara berlawanan. Alat kelamin jantan mengeluarkan
sperma dan diterima klitelum pasangannya untuk membuahi sel telur. Sel
telur yang telah dibuahi ditampung di dalam kokon dan dilepaskan dari
tubuh cacing.
Cacing tanah bergerak dengan otot longitudinal dan otot sirkuler. Alat
eksresinya berupa sepasang nefridia yang terdapat pada setiap segmen dan
disebut metanefridia. Pernapasan dilakukan secara difusi menggunakan
seluruh permukaan tubuh yang lembab. Sistem peredaran darahnya
tertutup dengan plasma darah yang mengandung hemoglobin sehingga
berwarna merah. Sistem saraf berupa saraf tangga tali. Makanannya berupa
zat-zat organik, dicerna dengan sistem pencernaan makanan yang lengkap
yaitu mempunyai mulut, esofagus, tembolok, lambung, usus, dan anus.
Cacing ini mempunyai daya regenerasi yang tinggi dan membantu
menghancurkan zat organik. Cacing tanah juga makan dengan cara
menelan tanah selama menggali. Makanan yang tidak dicerna dibuang
Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 21
c. Hirudinea
Hirudinea meliputi berbagai jenis lintah (hirudo = lintah) yang banyak
terdapat di air tawar, air laut, dan di darat. Tubuh pipih dorsoventral
dengan permukaan yang ditutupi kutikula dan tidak memiliki parapodia
atau seta. Hewan ini memiliki alat pengisap pada bagian ujung anterior
dan posterior, pengisap di ujung posterior ukurannya lebih besar. Lintah
merupakan hewan hermafrodit, lubang kelamin jantan terletak di depan
lubang kelamin betina. Sistem pencernaan terdiri dari mulut, faring,
tembolok, lambung, rektum, dan anus. Peredaran darahnya tertutup dan
bernapas melalui seluruh permukaan kulit. Alat eksresi berupa nefridium
yang terdapat pada setiap segmen. Hewan ini mempunyai kelenjar ludah
yang menghasilkan zat hirudin, mengandung bahan anti koagulasi yang
dapat mencegah penggumpalan darah. Tak hanya itu, saat mengisap darah
Hirudinea juga mengeluarkan zat anestetik yang mengurangi rasa sakit
dari penderitanya, sehingga terkadang inangnya tidak sadar darahnya
dihisap oleh kelas Hirudinea. Contoh Hirudo medicinalis (lintah) dan
Haemadipsa javanica (pacet).
3.5.1. Platyhelminthes
Secara umum, peranan anggota platyhelminthes kurang
menguntungkan manusia karena sebagian besar merupakan parasit pada
manusia dan hewan, terutama anggota kelas Trematoda dan Cestoda. Namun
dalam ekosistem Platyhelminthes berperan sebagai panyusun rantai dan
jarring-jaring makanan, yaitu sebagai konsumen.cacing pita merupakan parasit
yang hidup di dalam usus inang, cacing pita tidak memiliki mulut ataupun
saluran pencernaan.
Cacing pita merupakan hewan hermafrodit karena dalam setiap
praglotidnya terdapat ovary dan testis. Proglotid-proglotid yang telah masak,
yaitu yang sudah mengandung telur-telur berisi embrio, akan melepaskan diri
dari tubuh induknya dan keluar dari tubuh inang bersama feses. Beberapa
spesies Platyhelminthes dapat menimbulkan penyakit pada manusia dan
hewan. Salah satu diantaranya adalah genus Schistosoma yang dapat
menyebabkan skistosomiasis, penyakit parasit yang ditularkan melalui siput
air tawar pada manusia. Apabila cacing tersebut berkembang di tubuh
manusia, dapat terjadi kerusakan jaringan dan organ seperti kandung kemih,
ureter, hati, limpa, dan ginjal manusia. Kerusakan tersebut disebabkan
perkembanganbiakan cacing Schistosoma di dalam tubuh hingga
menyebabkan reaksi imunitas. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit
endemik di Indonesia. Contoh lainnya adalah Clonorchis sinensis yang
menyebabkan infeksi cacing hati pada manusia dan hewan mamalia lainnya.
Spesies ini dapat menghisap darah manusia. Pada hewan, infeksi cacing pipih
Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 22
3.5.2. Nemathelminthes
Karena cacing ini hidup sebagai parasit pada makhluk hidup, maka
bersifat merugikan kehidupan manusia.
3.5.3. Annelida
Filum Annelida banyak manfaatnya bagi kehidupan manusia. Beberapa
jenis cacing tanah, membantu menyuburkan tanah karena dapat emnguraikan
Zat sampah dan membantu aerasi di dalam tanah. Beberapa jenis polychaeta,
seperti cacing wawo dan cacing palolo, merupakan sumber protein di daerah
Maluku. Sedangkan, golongan hirudenia yang mampu menghasilkan zat anti
pembekuan darah, banyak digunakan untuk pengobatan.
3.6.1. Platyhelminthes
Macam-macam Platyhelminthes:
3.6.2. Nemathelminthes
3.6.3. Annelida
Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 25
Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 26
4. Sumber
Aryulina, Diah, Choirul Muslim, Syalfinaf Manaf, dan Endang Widi Winarni. Biologi 1:
SMA dan MA untuk Kelas X. 2007. Penerbit ESIS: Jakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Animalia
http://ilhamishak.wordpress.com/2011/04/21/porifera-dan-coelenterata/
http://budisma.web.id/materi/sma/kelas-x-biologi/struktur-jaringantubuh-coelenterata/
http://ilhamishak.wordpress.com/category/contoh-makalah-lainyya/makalah-vermes/
http://budisma.web.id/materi/sma/biologi-kelas-x/plathyhelminthes-cacing-pipih-dan-ciri-cirinya/
http://budisma.web.id/materi/sma/kelas-x-biologi/struktur-jaringan-tubuh-cacing-pipih-
platyhelminthes/
http://budisma.web.id/materi/sma/kelas-x-biologi/struktur-jaringan-tubuh-cacing-gilig-
nemathelminthes/
http://budisma.web.id/materi/sma/biologi-kelas-x/nemathelminthes-cacing-benang-dan-ciri-
cirinya/
http://budisma.web.id/materi/sma/kelas-x-biologi/struktur-jaringan-tubuh-cacing-gelang-annelida/
http://budisma.web.id/materi/sma/biologi-kelas-x/filum-annelida/