LP Klimakterium
LP Klimakterium
LP Klimakterium
KLIMAKTERIUM
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas
Program Profesi Ners XXXIX
C. ETIOLOGI
Sebelum haid berhenti, sebenarnya pada seorang wanita terjadi berbagai
perubahan dan penurunan fungsi pada ovarium seperti, berkurangnya jumlah
folikel dan menurunnya sintesis steroid seks, penurunan sekresi estrogen.
Perkembangan dan fungsi seksual wanita secara normal dipengaruhi oleh
sistem poros hipotalamus-hipofisis-gonad yang merangsang dan mengatur
produksi hormon-hormon seks yang dibutuhkan. Hipotalamus menghasilkan
hormon gonadotropin releasing hormone (GnRH) yang akan merangsang
kelenjar hipofisis untuk menghasilkan follicle stimulating hormone (FSH) dan
luteinizing hormone (LH). Kedua hormon FSH dan LH ini yang akan
mempersiapkan sel telur pada wanita. FSH dan LH akan meningkat secara
bertahap setelah masa haid dan merangsang ovarium untuk menghasilkan
beberapa follicle (kantong telur). Dari beberapa kantong telur tersebut hanya
satu yang matang dan menghasilkan sel telur yang siap dibuahi. Sel telur
dikeluarkan dari ovarium (disebut ovulasi) dan ditangkap oleh fimbria (organ
berbentuk seperti jari-jari tangan di ujung saluran telur) yang memasukkan sel
telur ke tuba fallopii (saluran telur). Apabila sel telur dibuahi oleh spermatozoa
maka akan terjadi kehamilan tetapi bila tidak, akan terjadi haid lagi. Begitu
seterusnya sampai mendekati masa klimakterium, dimana fungsi ovarium
semakin menurun.
Masa pramenopause atau sebelum haid berhenti, biasanya ditandai dengan
siklus haid yang tidak teratur. Pramenopause bisa terjadi selama beberapa bulan
sampai beberapa tahun sebelum menopause. Pada masa ini sebenarnya telah
terjadi aneka perubahan pada ovarium seperti sklerosis pembuluh darah,
berkurangnya jumlah sel telur dan menurunnya pengeluaran hormon seks.
Menurunnya fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium
untuk menjawab rangsangan gonadotropin. Hal ini akan mengakibatkan interaksi
antara hipotalamus-hipofisis terganggu. Pertama-pertama yang mengalami
kegagalan adalah fungsi korpus luteum. Turunnya produksi steroid ovarium
menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negatif terhadap hipotalamus.
Keadaan ini akan mengakibatkan peningkatan produksi dan sekresi FSH dan
LH. Peningkatan kadar FSH merupakan petunjuk hormonal yang paling baik
untuk mendiagnosis sindrom klimakterik.
Secara endokrinologis, klimakterik ditandai oleh turunnya kadar estrogen
dan meningkatnya pengeluaran gonadotropin. Pada wanita masa reproduksi,
estrogen yang dihasilkan 300-800 ng, pada masa pramenopause menurun
menjadi 150-200 ng, dan pada pascamenopause menjadi 20-150 ng.
Menurunnya kadar estrogen mengakibatkan gangguan keseimbangan hormonal
yang dapat berupa gangguan neurovegetatif, gangguan psikis, gangguan
somatik, metabolik dan gangguan siklus haid. Beratnya gangguan tersebut pada
setiap wanita berbeda-beda bergantung pada:
1. Penurunan aktivitas ovarium yang mengurangi jumlah hormon steroid seks
ovarium. Keadaan ini menimbulkan gejala-gejala klimakterik dini (gejolak
panas, keringat banyak, dan vaginitis atrofikans) dan gejala-gejala lanjut
akibat perubahan metabolik yang berpengaruh pada organ sasaran
(osteoporosis).
2. Sosio-budaya menentukan dan memberikan penampilan yang berbeda dari
keluhan klimakterik.
3. Psikologik yang mendasari kepribadian wanita klimakterik itu, juga akan
membe-rikan penampilan yang berbeda dalam keluhan klimakterik.
D. PATOFISIOLOGI
Seiring dengan pertambahan usia, sistem neurohormonal tidak mampu
untuk berstimulasi periodik pada sistem endokrin yang menyebabkan ovarium
tidak memproduksi progesterone dalam jumlah yang bermakna. Estrogen hanya
dibentuk dalam jumlah kecil melalui aromatisasi androsteredion dalam sirkulasi.
penurunan fungsi ovarium menyebabkan ovarium mengecil dan akhirnya folikel
juga menghilang.
Tidak adanya estrogen ovarium merupakan penyebab timbulnya perubahan-
perubahan pasca menopause, misalnya: kekeringan vagina, yang dapat
menimbulkan rasa tidak nyaman sewaktu berhubungan seks, dan atrofi gradual
organ-organ genetalia, serta perubahan fisik lainnya. Namun wanita pasca
menopause tetap memiliki dorongan seks karena androgen adrenal mereka.
Masih tidak jelas apakah gejala-gejala emosional yang berkaitan dengan fungsi
ovarium, misalnya depresi dan iritabilitas, disebabkan oleh penurunan estrogen
akan merupakan reaksi psikologis terhadap dampak menopause.
Pathways
Vaskularisasi kulit
Instabilitas vasomotor berkurang Aktivitas osteoblast
berkurang
Sekret vagina
Tulang melemah
Gangguan rasa berkurang
nyaman
F. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan umum
Merupakan pendapat umum yang salah bahwa semua masalah klimakterik
dan menopause dapat dihilangkan dengan hanya pemberian estrogen saja.
Tujuan pengobatan dengan estrogen bukanlah memperlambat terjadinya
menopause, melainkan memudahkan wanita-wanita tersebut memasuki
masa klimakterium. Hubungan pribadi yang baik, saling percaya antara
suami-istri, maupun antara dokter-penderita akan memberikan harapan yang
besar akan kesembuhan. Pemberian obat-obat penenang bukanlah cara
pengobatan yang terbaik. Psikoterapi superfisial oleh dokter keluarga sering
sekali menolong.
2. Pengobatan hormonal
Menopause merupakan suatu peristiwa fisiologis dari keadaan defisiensi
estrogen. Sindrom klimakterik pada umumnya terjadi akibat kekurangan
estrogen, sehingga dengan sendirinya pengobatan yang tepat adalah
pemberian estrogen, meski bukan tanpa risiko. Pada masa lalu, estrogen
diberikan untuk selang waktu yang singkat dan kemudian berangsur-angsur
dikurangi sehingga gejolak panas sirna. Konsep ini tidak berlaku lagi.
Seorang wanita yang mengalami gejala-gejala menopause telah mengidap
defisiensi estrogen dan akan tetap begitu sepanjang hayatnya. Defisiensi
estrogen jangka panjang dapat menyebabkan berkembangnya osteoporosis,
penyakit jantung aterosklerotik, dan mungkin perwujudan psikogenik.
Program yang seimbang dari pengobatan estrogen-pengganti yang
dikombinasikan dengan progestogen siklik merupakan pengobatan terbaik,
karena tujuan nyata dari estrogen-pengganti adalah tidak hanya untuk
meredakan gejala-gejala vasomotor melainkan juga untuk mencegah akibat
metabolik seperti osteoporosis dan ateroskletosis.
G. PENCEGAHAN
1. Mengonsumsi makanan-makanan bergizi yang secara alami bersifat anti-
inflamasi, seperti whole grain, buah-buahan, ikan, sayuran berdaun hijau
tua, kacang-kacangan, dan memasak dengan minyak zaitun. Hindari
konsumsi makanan yang mengandung trans fat, seperti margarin.
2. Berolahraga yang teratur, sebab olahraga teratur akan mengurangi jumlah
deposit lemak.
3. Merokok, minum alkohol, dan obat-obatnan harus dihindari karena bersifat
pro-inflamasi dan merusak jaringan yang sehat.
4. Hindari stres, karena stres dapat merusak sistem pertahanan tubuh.
5. Tidur yang cukup akan sangat bermanfaat untuk mencegah proses inflamasi
kronik
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian yang dilaksanakan pada klien dengan gangguan klimakterium
selain pengkajian secara umum juga dilakukan pengkajian khusus yang ada
hubungannya dengan gangguan masa klimakterium yang meliputi:
1. Haid : menarche, lamanya, banyaknya haid, siklus, dismenorhea
2. Riwayat penyakit keluarga
3. Riwayat obstetric; kehamilan, abortus, alat kontrasepsi
4. Riwayat perkawinan
5. ADL; istirahat, pola kegiatan, diet
6. Penyakit yang pernah diderita
7. Pengetahuan klien dan keluarga terkait masalah yang sedang dialami
8. Keluhan yang dialami
9. Gangguan ; pola tidur, stress psikologi
Baziad, A. (2003). Menopause dan Andropause. 1st edisi. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka.
Cunningham, F. G. (2014). Obstetri Williams edisi 23 vol 1. Jakarta: EGC.
North American Nursing Diagnosing Association. (2020). Diagnosis
Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2018 - 2020. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, S. (1999). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Vera, M. (2019, April 12). 6 Menopause Nursing Care Plans. Retrieved from
Nurseslabs: https://nurseslabs.com/menopause-nursing-care-plans/
Walyani, S. E. & Purwoastuti, E. (2015). Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi
Baru Lahir. Makassar: Pustaka Baru.