Dibawah Lindungan Kabah
Dibawah Lindungan Kabah
Dibawah Lindungan Kabah
Gaya cerita
Gaya cerita yang digunakan dalam novel ini adalah gaya cerita zaman dulu. Yaitu
belum berpedoman pada EYD. Banyak kata-kata kiasan atau perumpamaan yang digunakan
dan bahasanya sangat sopan.
a. Gaya bahasa asosiasi
1) ...Merapi dengan kepundannya yang laksana disepuhi emas...
2) ...setelah melayap laksana satu bayangan, ia pun hilang dan tidak akan kembali lagi...
3) Surat itu saya pandang laksana sehelai azimat untuk penawar hatiku...
4) Ia laksana setetes embun yang turun dari langit, bersih dan suci.
5) Saya hidup laksana seorang buangan yang tersisih pada suatu padang belantara yang jauh,
laksana seorang bersalah besar yang dibuang ke pulau, tiada manusia menengok, tidak ada
kawan yang melihat, ditimpa haus dan dahaga.
6) Bukit-bukit yang gundul itu tegak dengan teguhnya laksana pengawal yang menyaksikan
dan menjagai orang haji yang berangsur pulang ke kampungnya masing-masing.
b. Gaya bahasa hiperbolisme
1) ...terlompatlah air mata ibuku karena suka cita... (HAMKA, 2010:17).
2) ...dan kadang-kadang memberi melarat kepada jiwamu. (HAMKA, 2010:28).
3) ...saya karam dalam permenungan... (HAMKA, 2010:32).
4) ...air matanya kelihatan menggelenggang...(HAMKA, 2010:37).
5) ...saya patahkan hati anaknya yang hanya satu...(HAMKA, 2010:40).
6) ...saya telah karam di dalam khayal... (HAMKA, 2010:48).
7) ...dia telah meninggalkan saya dengan gelombang angan-angan... (HAMKA, 2010:50).
8) Dan kapalku memecahkan ombak dan gelombang menuju Tanah air yang tercinta.
(HAMKA, 2010:66).
c. Gaya bahasa antithese
1) ...kita akan bertemu dengan yang tinggi dan yang rendah, kita akan bertemu dengan
kekayaan dan kemiskinan, kesukaan dan kedukaan, tertawa dan ratap tangis. (HAMKA,
2010:6).
2) ...di antara kaya dan miskin, mulia dan papa... (HAMKA,2010:27).
3) ...tidak memperbeda-bedakan di antara raja-raja dengan orang minta-minta, tidak
menyisihkan orang kaya denganorang miskin, orang hina dengan orang mulia... (HAMKA,
2010:28).
d. Gaya bahasa personifikasi
1) ...tiba-tiba datang ombak yang agak besar, dihapuskannya unggunan yang kami dirikan
itu... (HAMKA, 2010:18).
2) ...dicelah-celah ombak yang memecah ke atas pasir... (HAMKA, 2010:32).
3) ...memperhatikan pergulatan ombak dan gelombang... (HAMKA, 2010:48).
e. Gaya bahasa repetisi
1) Masa itu sedang rimbun, bunga sedang kembang dan buah sedang lebat... (HAMKA,
2010:12).
2) ...Engkau tentu memikirkan juga, bahwa emas tak setara dengan loyang, sutra tak sebangsa
dengan benang. (HAMKA, 2010:27).
Amanat
Dalam ini film ingin menyampaikan bahwa segala masalah dapat diatasi dengan
berserah diri atau kembali pada-Nya. Karena di bawah lindungannya, masalah apapun dapat
diatasi dengan mudah.
Penulis juga ingin menyampaikan bahwa cinta yang tulus itu adalah sesuatu yang
abadi dan suci. Perasaan cinta adalah anugerah dari ALLAH yang sangat adil, karena tidak
membeda-bedakan keadaan manusia.
UNSUR EKSTERINSIK
A) NILAI PENDIDIKAN
“Sekolah-sekolah Agama yang di situ mudah sekali sayaMasuki, karena lebih dahulu saya
mempelajari ilmu umum, saya hanya tinggal memperdalam pengertian dalam perkara agama
saja, sehingga akhirnya salah seorang guru menyarankan saya mempelajari agama di luar
sekolah , sebab kepandaian saya dalam ilmu umum”.
B) NILAI AGAMA
“ Ibu pun menunjukkan kepadaku beberapa do’a dan bacaan, yang menjadi wirid dari
almarhum Ayah semasa mendiang hidup, mengharapkan pengharapan yang besar-besar
kepada Tuhan serwa sekalian alam memohon belas kasihannya ”.
C) NILAI MORAL
“ …maka pada dirinya saya dapati beberapa sifat yang tinggi dan terpuji, yang agaknya tidak
terdapat pada pemuda-pamuda yang lain baik dari kalangan kaya dan bangsawan sekalipun.
Sampai pada saat yang paling akhir daripada kehidupan ayahku, belum pernah ia
menunjukkan Perangai yang tercela. Wahai Ros saya tertarik benar kepadanya”
D) NILAI SOSIAL
...kemiskinan telah menjadikan ibu putus harapan memandang kehidupan dan pergaulan
dunia ini, karena tali tempat bergantung sudah putus dan tanah tempat berpijak sudah
terban...
SINOPSIS FILM
Ketika menginjakan kaki di tanah suci, aku menumpang di rumah seorang syekh yang
pekerjaan dan pencahariaannya dari memberi tumpangan bagi orang haji. Di tempat
tumpangan itu si Aku bertemu dengan seorang pemuda yang berusia kira-kira 23 tahun.
Pemuda itu menurut syekh berasal dari Sumatra. Dalam beberapa hari si Aku dapat
berkenalan dengannya.
2. KONFLIK AWAL
Baru dua bulan saja, pergaulan kami yang baik itu tiba-tiba telah terusik dengan kedatangan
seorang teman baru dari Padang, yang rupanya mereka adalah teman lama. Ia bernama Saleh,
menurut kabar ia hannya tinggal dua atau tiga hari di Mekah sebelum naik haji, ia akan pergi
ke Madinah dulu dua tiga hari pula sebelum jemaah haji ke Arafah. Setelah itu ia akan
meneruskan perjalanannya ke Mesir guna meneruskan studinya. Namun kedatangan sahabat
baru itu, mengubah keadaan dan sifat-sifat Hamid.
3. KOMPLIKASI
Setelah beberapa lama kemudian, dengan tidak disangka-sangka satu musibah besar telah
menimpa kami berturut-turut. Pertama ialah kematian yang sekonyong-konyong dari Engku
Haji Ja'far yang dermawan itu...Kematiannya membawa perubahan, yang bukan sedikit
kepada perhubungan dengan rumah tangga Zainab. Belum beberapa lama setelah budiman itu
menutup mata, datang pula musibah baru kepada diri saya. Ibu saya yang tercinta, yang telah
membawa saya menyebrangi hidup bertahun-tahun telah ditimpa sakit, sakit yang selama ini
telah melemahkan badannya, yaitu penyakit dada.
4. KLIMAKS
Setelah kejadian pada pada hari itu, Hamid memutuskan untuk meninggalkan kota Padang
tanpa sepengetahuan Zainab. Hamid menuju kota Medan, ketika di Medan Hamid
mengirimkan surat kepada Zainab, dengan meberanikan diri mencurahkan segala perasaan
yang selama ini dipendamnya. Setelah dari Medan Hamid menuju ke Singapura, selanjutnya
ke Tanah Suci Mekah.
5. PENURUNAN KLIMAKS
Kehadiran Saleh memberikan informasi kepada Hamid tentang keadan di kampungnya dan
tentang Zainab. Tentu ini semua membuat bahagia Hamid. Saleh juga memberi tahu bahwa
Zainab mencintai Hamid, Saleh tau hal tersebut dari istrinya yaitu Rosna yang kebetulan
Rosna adalah teman sepermainannya Zainab.
6. PENYELESAIAN
Begitupun dengan Zainab kini ia telah mengetahui keberadaan Hamid, seseorang yang ia
nantikan selama bertahun-tahun. Karena Saleh pula cinta keduanya jadi terbuka, Hamid dan
Zainab kini sama-sama telah mengetahui perasaan masing-masing, yang ternyata cinta
mereka tidak bertepuk sebelah tangan. Tetapi sebelum keduanya bertemu di tanah air, Tuhan
telah berkehendak lain. Zainab dipanggil-Nya, disusul pula oleh Hamid yang juga di paggil-
Nya.