Seminar Pio
Seminar Pio
Seminar Pio
OLEH : KELOMPOK
MENTORING
B. LANDASAN TEORI
1. Budaya Organisasi
a. Pengertian
Budaya organisasi menurut McShane dan Von Glinow (Widodo, 2011)
adalah organizational culture is the basic pattern of shared values and assumptions
governing the way employees within an organization think about and act on problems
and opportinities. McShane dan Von Glinow juga mengatakan, bahwa budaya
organisasi yang kuat memiliki potensi meningkatkan kinerja dan sebaliknya bila
budaya organisasinya lemah mengakibatkan kinerja menurun. Budaya organisasi
memiliki tiga fungsi pent ing yaitu sebagai sistem pengawasan, perekat hubungan
sosial, dan saling memahami.
Menurut Robbins P Stephen (Agustin, 2012) mendefinisikan budaya organisasi
sebagai suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang
membedakan organisasi tersebut dengan organisasi yang lain. Lebih lanjut, Robbins
menyatakan bahwa sebuah sistem pemaknaan bersama dibentuk oleh warganya yang
sekaligus menjadi pembeda dengan organisasi lain. Sistem pemaknaan bersama
merupakan seperangkat karakter kunci dari nilai-nilai organisasi.
b. Karakteristik Budaya Organisasi
Robbins P Stephen (Agustin, 2012) berusaha memberikan karakterist ik budaya
organisasi sebagai berikut :
1. Inovasi dan keberanian mengambil resiko (Inovation and Risk Taking) yaitu
sejauh mana organisasi mendorong para karyawan bersikap inovatif dan
berani mengambil resiko. Selain itu, bagaimana organisasi menghargai
tindakan pengambilan resiko oleh karyawan dan membangkitkan ide.
2. Perhatian pada hal- hal rinci atau perhatian terhadap detail (Attention to detail)
yaitu sejauh mana karyawan diharapkan menjalankan presisi, analisis, dan
perhatian pada hal-hal detail.
3. Orientasi Hasil (Outcome Orientation) yaitu sejauh mana manajemen berfokus
lebih pada hasil ketimbang pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai
hasil tersebut.
4. Orientasi Orang (People Orientation) yaitu sejauh mana keputusan- keputusan
manajemen mempertimbangkan efek dari hasil tersebut atas orang yang ada di
organisasi.
5. Orientasi Tim (Team Orientation) yaitu sejauh mana kegiatan- kegiatan kerja
diorganisasi pada tim ketimbang pada individu-individu.
6. Keagresifan (Aggressiveness) yaitu sejauh mana orang bersikap agresif dan
kompetitif ketimbang santai.
7. Stabilitas (Stability) yaitu sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasimenekankan
dipertahankannya status quo dalam perbandingannya dengan pertumbuhan.
3. Komitmen
Budaya memfasilitasi lahirnya komitmen terhadap sesuatu yang lebih besar
daripada kepentingan individu
4. Stabilitas
Budaya meningkatkan stabilitas sistem sosial karena budaya adalah perekat
sosial yang membantu menyatukan organisasi dengan cara menyediakan standar
mengenai apa yang sebaiknya dikatakan dan dilakukan karyawan.
5. Pembentuk sikap dan perilaku
Budaya bertindak sebagai mekanisme alasan yang masuk akal (sense-making)
serta kendali yang menuntun dan membentuk sikap dan perilaku karyawan. Fungsi
terakhir inilah yang paling menarik. Sebagaimana dijelaskan oleh kutipan berikut,
budaya mendefinisikan aturan main
d. Jenis-Jenis Budaya Organisasi
Para peneliti telah berusaha mengindentifikasi dan mengukur beberapa tipe
budaya organisasi dalam rangka mempelajari hubungan antara tipe efektivitas dan
organisasi. Pencarian ini didorong oleh kemungkinan bahwa budaya tertentu lebih
efektif dibandingkan dengan yang lain. Menurut Kreitner dan Kinicki (2003) bahwa
secara umum terdapat tiga (3) jenis budaya organisasi yaitu:
1. Budaya konstruktif Budaya kontruktif adalah budaya dimana para karyawan
didorong untuk berinteraksi dengan orang lain dan mengajarkan tugas dan
proyeknya dengan cara yang membantu mereka dalam memuaskan
kebutuhannya untuk tumbuh dan berkembang. Tipe budaya ini mendukung
keyakinan normatif yang berhubungan dengan pencapaian tujuan aktualisasi
diri, penghargaan yang manusiawi dan persatuan.
2. Budaya pasif - defensif bercirikan keyakinan yang memungkinkan bahwa
karyawan berinteraksi dengan karyawan lain dengan cara yang tidak
mengancam keamanan kerja sendiri. Budaya ini mendorong keyakinan normatif
yang berhubungan dengan persetujuan, konvensional, ketergantungan, dan
penghidupan.
3. Budaya agresif defensif Budaya agresif – defensif mendorong karyawannya
untuk mengerjakan tugasnya dengan kerja keras untuk melindungi keamanan
kerja dan status mereka. Tipe budaya ini lebih bercirikan keyakinan normatif
yang mencerminkan oposisi, kekuasaan, kompetitif dan perfeksionis.
Meskipun sebuah organisasi dapat menampilkan satu tipe budaya organisasi
secara menonjol, ia tetap dapat menunjukkan keyakinan normatif dan karakteristik yang
lain. Riset menunjukan bahwa organisasi dapat memiliki sub budaya fungsional, sub
budaya hierarkis berdasarkan posisi seseorang dalam organisasi, sub budaya geografis,
sub budaya pekerjaan berdasarkan pada gelar atau posisi seseorang, sub budaya sosial
yang diambil dari aktivitas sosial seperti budaya liga bowling atau golf dan budaya
berlawanan (Kreitner dan Kinicki, 2003).
2. Integrasi
3. Adaptasi
f. Karakteristik Organisasi
g. Karakteristik Lingkungan
h. Karakteristik Pekerja
i. Kebijakan dan Praktik Manajemen
G. SIGNIFIKANSI KEGIATAN
Berdasarkan study kasus di balitang Departemen pertahanan RI oleh sopiah
2008 mengatakan bahwa karyawan seringkali melakukan hal yang melanggar
peraturan perusahaan seperti datang dan pulang sesuai kehendaknya sendiri serta
tidak memiliki rasa tanggung jawab terhadap sesama karyawan lainnya dan kerapkali
menyalahi system sosial diperusahaan, akibatnya banyak dari karyawan yang
mengalami ketidakpuasan kerja, tidak memiliki komitmen serta tanggung jawab pada
pekerjaanya serta mendapatkan tekanan akibat budaya yang tidak terkontrol dalam
perusahaannya. Setelah dievaluasi saat ini departemen pertahanan telah membentuk
budaya organisasi dan memastikan karyawan yang bekerja ssesuai dengan organisasi,
memberi imbalan sesuai dukungan yang diberikan. Sosialisasi yang efektif akan
menghasilkan kepuasan kerja ,komitmen organisasi, rasa percaya diri pada pekerjaan,
mengurai tekanan serta kemungkinan keluar dari pekerjaan.
Dilansir dari LSP-ESQ bahwasahnya budaya organisasi merupakan cerminan
dari perilaku penting diorganisasi tersebut. Banyak anggota dari organisasi tersebut
yang belum paham betul tentang arti budaya organisasi secara benar. Yang banyak
terlintas di pikiran para anggota organisasi, budaya organisasi adalah sebuah sikap atau
perilaku yang di tunjukan oleh para pimpinan di organisasi tersebut. Tak hanya itu
saja budaya organisasi juga merupakan identitas sebuah organisasi . Dengan
identitas organisasi yang kuat sebuat organisasi tidak akan terpengaruh budaya di
luar organisasi. Bahwa budaya organisasi saat berpengaruh terhadap kinerja anggota
organisasi bekerja secara maksismal tanpa merasa tertekan dan di paksa.
Budaya organisasi mencerminkan ciri khas dari organisasi ,akan tetapi
organisasi yang tidak memiliki budaya akan terlihat biasa saja dan budaya yang
diterapkan di organisasi memiliki pengaruh pada efektivitas kerja pada organisasi
tersebut.
H. SASARAN KEGIATAN
Sasaran seminar ini adalah mahasiswa semester 4-8 yang aktif dalam berorganisasi
seperti ketua BEM, HIMA, UKM dan seluruh jajarannya. Hal ini disebabkan karna minimnya
budaya organisasi yang diciptakan sehingga seringkali setiap organisasi tersebut mengalami
kekacauan ditengah jalan karna tidak adanya ikatan yang kuat diantara mereka.
K. PENUTUP
Demikianlah proposal kegiatan seminar “peran budaya organisasi terhadap efektifitas
organisasi” ini kmai buat agar seluruh mahasiswayang aktif dalam berorganisasi dapat
mengetahui bagaimana mereka selaku pemimpin dapat menciptakan budaya organisasi dalam
internal maupun eksternalnya.
L. LAMPIRAN
BIODATA PEMATERI
Nama : Ainun Syahadah
Nim : 17.01.061.004
Ttl : Lampung, 10 Mei 1999
Alamat : Perum Baiti Jannati Blok F2 No 05
Email : Syahadah.Ainun@Gmail.Com
Hobby : Berpetualang
Riwayat Pendidikan
SD : Sdn 1 Sindang Marga
SMP : Mts Daarul Huffazh
SMA : Ma Daarul Ulum
Perguruan Tinggi : Universitas Teknologi Sumbawa