0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
499 tayangan20 halaman

Status Klinis Fraaktur

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 20

DEPARTEMEN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA


PROGRAM STUDI DIPLOMA IV FISIOTERAPI

LAPORAN STATUS KLINIK


NAMA MAHASISWA : ANDY SIRADA
N.I.M. : P27226006003
TEMPAT PRAKTIK : RSUI KUSTATI
PEMBIMBING : TAVIA SUNDARI, SST.FT

Tanggal Pembuatan Laporan : 3 SEPTEMBER 2009


Kondisi/kasus : FT-B

I. KETERANGAN UMUM PENDERITA


Nama : Putut Cahyono
Umur : 17 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Kuthan Tunggulrejo Jumantono
No. CM : 203133

II. DATA DATA MEDIS RUMAH SAKIT


(Diagnosis medis, catatan klinis, medika mentosa, hasil lab, foto ronsen, dll)
1. Diagnosa Medis
Mal Union fraktur femur Femur sinistra 1/3 medial dan fraktur radiur ulna sinistra
dengan pemasangan Plate and Screw + Intramodulary Nail (IMN)
2. Catatan Klinis
Pasien mondok di RSUI kustati tanggal 31 Juli 2009 dilakukan operasi tanggal 1
agustus 2009 dengan anastesi general
3. Medika Mentosa
Inj Dicynon 1 amp/6jam
Maxicef 1 gram/12 jam
Ceftriaxon 1 gram/12jam
Ciprofloxacin 500 2x2
Aref acid 500 3x1
Emiliz 3x1
CDR 2x1/2
4. Hasil Lab
Hemoglobin : 13,6 laki-laki 13,5-18 gr/dl
Leukosit : 10,9 4,5-11 10e3uL
5. Radiologi
Tampak pemasangan IMN sebanyak 1 buah dan plate and screw sebanyak 1 plate
3 screw

III. SEGI FISIOTERAPI


A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
1. KELUHAN UTAMA DAN RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
(Termasuk didalamnya lokasi keluhan, onset, penyebab, factor-2 yang memperberat
atau memperingan, irritabilitas dan derajad berat keluhan, sifat keluahan dalam 24
jam, stadium dari kondisi)

5 bulan yang lalu, pasien mengalami kecelakaan bertabrakan dengan kendaraan


bermotor mengakibatkan patah tulang dan luka – luka lalu pasien di bawa ke
sangkal putung, pasien dipijat dan dibenarkan posisinya secara non operatif,
setelah 5 bulan bentuk kaki dan tangan bekas kecelakaan menjadi bengkok dan
kurang nyaman untuk berjalan, atas usulan salah satu anggota keluarga, pasien
dibawa ke RSUI Kustati, kemudian dilakukan reduksi kembali pada tulang femur
dengan pemasangan plate and screw + IMN (Intra Modulary Nail)

Pasien mengeluh nyeri pada daerah incisi di tungkai bawah bagian lateral,
keluhan muncul setelah beberapa jam operasi “Mal Union fraktur femur sinistra
1/3 medial dan fraktur radiur ulna sinistra dengan pemasangan Plate and Screw +
Intramodulary Nail (IMN) pada tanggal 1 agustus 2009, nyeri bertambah apabila
ditekan di daerah incisi dan bergerak Hip fleksi ekstensi dan abduksi, knee fleksi
dan ektensi serta dorsi fleksi, keluhan berkurang saat diam dan sesudah minum
obat, sifaat keluhan 24 jam

2. RIWAYAT KELUARGA DAN STATUS SOSIAL

Pasien adalah seorang pelajar kelas 3 SMK. Setiap hari berangkat menggunakan
sepeda motor. Jarak ari rumah ke sekolaah sekitar 5 km, waktu luang di habiskan
untuk bermain voli dengan teman-temannya. Disekolah pasien terdapat tangga
yang harus ditempuhnya untuk dapat ke kelasnya

3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU dan PENYERTA


Ada riwayat tabrakan dengan sepeda motor dan terjadi mal union karena dibawa
ke sangkal putung akibatnya tangan dan paha kiri terlihat bengkok
B. PEMERIKSAAN OBYEKTIF

1. PEMERIKSAAN TANDA VITAL


(Tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, temperatur, tinggi badan, berat badan)
Tekanan darah : 135/80 mmHg
denyut nadi : 126 kali/menit
pernapasan : 18 kali/menit
temperatur : 37 derajat Celcius
tinggi badan : 170 cm
berat badan : 75 kg

2. INSPEKSI/OBSERVASI
Pasien masih terpasang drainase di femur sinistra
Tampak terpasang infus di tangan kanan
Tampak terpasang backslap dan elastis bandage di sepanjang tungkai atas kiri
Tungkai kiri tampak lebih besar daripada tungkai kanan

3. PALPASI
Terdapat nyeri tekan di femur sinistra sebelah lateral
Terdapat non pitting oedem pada tungkai kiri
Suhu lokal pada tungkai kiri lebih terasa panas daripada tungkai kanan
Terdapat spasme otot gastrocnemeus sinistra (teraba keras)

4. JOINT TEST

a. Pemeriksaan Gerak Dasar (Gerak aktif/pasif fisiologis)

1) Gerak Aktif
Gerak aktif dilakukan pada persendian ekstremitas bawah. Hasil yang
didapat Ekstremitas bawah kiri bisa bergeraak aktif namun masih belum
bissa full ROM karena nyeri.
2) Gerak Pasif
Gerak pasif dilakukan pada persendian ekstremitas bawah. Hasil yang
didapat adalah seluruh ekstremitas terdapat nyeri saat digerakkan, lingkup
gerak sendi terbatas karena nyeri.

3) Gerak Isometrik Melawan Tahanan


Ekstremitas bawah sebelah kiri mampu melawan tahanan, namun belum
maksimal karena nyeri yang timbul pada awal penahanan.

b. Pemeriksaan Gerak Pasif accessory

Tidak dilakukan

5. MUSCLE TEST
(kekuatan otot, kontrol otot, panjang otot, isometric melawan tahanan/provokasi
nyeri, lingkar otot)

Manual Muscle Testing (MMT)


Dari hasil pemeriksaan MMT diperoleh hasil :
Grup Otot Anggota gerak kanan Anggota gerak kiri
Fleksor shoulder 5 5
Ekstensor shoulder 5 5
Abduktor shoulder 5 5
Adduktor shoulder 5 5
Eksternal rotator
5 5
shoulder
Internal rotator
5 5
shoulder
Pronator 5 5
Supinator 5 5
Fleksor elbow 5 5
Ekstensor elbow 5 5
Fleksor wrist 5 5
Ekstensor wrist 5 5
Ulnar deviasi 5 5
Radial deviasi 5 5
Fleksor jari-jari 5 5
Ekstensor jari-jari 5 5
Abduktor jari-jari 5 5
Adduktor jari-jari 5 5
Fleksor hip 5 3-
Ekstensor hip 5 3-
Abduktor hip 5 2
Adduktor hip 5 2
Eksternal rotator hip 5 5
Internal rotator hip 5 5
Fleksor knee 5 3-
Ekstensor knee 5 3
Dorso fleksor ankle 5 5
Plantar fleksor ankle 5 5
Inversi 5 5
Eversi 5 5
Fleksor jari-jari 5 5
Ekstensor jari-jari 5 5

6. NEUROLOGICAL TEST
(Pemeriksaan reflek, myotom tes, dermatom tes, Straight Leg Raising, dll)

Pemeriksaan Reflek
1) Refleks Fisiologi
Hasil
Refleks Fisiologis
Kiri Kanan
Biceps Normal Normal
Triceps Normal Normal
Patella Normal Normal
Achiles Normal Normal

2) Refleks Patologis
Refleks Hasil
Patologi Kanan Kiri
Ankle
Tidak ada Tidak ada
Clonus
Knee
Tidak ada Tidak ada
Clonus
Babinski
Tidak ada Tidak ada
Sign

Myotom dan Dermatom test dalam hasil normal


7. KEMAMPUAN FUNGSIONAL Dan LINGKUNGAN AKTIFITAS

a) Kemampuan Fungsional Dasar


Pasien belum sepenuhnya mandiri, aktivitas duduk dan berdiri masih harus
dibantu, pasien belum bias berjalan karena kondisi yang belum
memungkinkan.
Transfer dan ambulasi masih dibantu

b) Aktivitas Fungsional
Makan, minum, kebersihan diri, berpakaian termasuk menggunakan celana,
dapat dilakukan secara mandiri.

c) Lingkungan Aktivitas
Lingkungan tempat tinggal cukup mendukung untuk melakukan latihan,

8. PEMERIKSAAN SPESIFIK
a. Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS)
Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS) dilakkukan dengan goneometer
pada hip joint dan knee joint kedua tungkai. Hasil pemeriksaan Lingkup Gerak
Sendi (LGS).

Pemeriksaan Kanan Kiri

Aktif Aktif
Hip joint S 15º-0º-120º S 5º-0º-60º

F 45º -0º-10º F 10º -0º-10º

R 45°-0°-45° R 45°-0°-45°
Knee joint S 0º-0º-140º S 0º-0º-45º

b. Pemeriksaan Nyeri dengan VDS (Verbal Descriptive Scale)


Dilakukan pada tungkai atas dan sendi lutut .
Skala VDS :

1 2 3 4 5 6 7
. . . . . . .
Tidak nyeri Nyeri tak tertahankan

Keterangan :
1 = Tidak nyeri 5 = Nyeri cukup berat
2 = Nyeri sangat ringan 6 = Nyeri berat
3 = Nyeri ringan 7 = Nyeri tak tertahankan
4 = Nyeri tidak begitu berat

Hasil Pemeriksaan VDS adalah :

Pemeriksaan Skala ditunjuk Skala ditunjuk

pada tungkai kanan pada tungkai kiri


Nyeri diam 1 1
Nyeri tekan 1 5
Nyeri gerak 1 1

c. Pemeriksaan Kekuatan Otot


Dilakukan dengan Manual Muscle Testing (MMT), pada extremitas inferior per
group otot.

Hasil pemeriksaan MMT adalah sebagai berikut :

Grup Otot Anggota gerak kanan Anggota gerak kiri


Fleksor shoulder 5 5
Ekstensor shoulder 5 5
Abduktor shoulder 5 5
Adduktor shoulder 5 5
Eksternal rotator shoulder 5 5
Internal rotator shoulder 5 5
Pronator 5 5
Supinator 5 5
Fleksor elbow 5 5
Ekstensor elbow 5 5
Fleksor wrist 5 5
Ekstensor wrist 5 5
Ulnar deviasi 5 5
Radial deviasi 5 5
Fleksor jari-jari 5 5
Ekstensor jari-jari 5 5
Abduktor jari-jari 5 5
Adduktor jari-jari 5 5
Fleksor hip 5 3-
Ekstensor hip 5 3-
Abduktor hip 5 2
Adduktor hip 5 2
Eksternal rotator hip 5 5
Internal rotator hip 5 5
Fleksor knee 5 3-
Ekstensor knee 5 3
Dorso fleksor ankle 5 5
Plantar fleksor ankle 5 5
Inversi 5 5
Eversi 5 5
Fleksor jari-jari 5 5
Ekstensor jari-jari 5 5

d. Pemeriksaan Antropometri
Pemeriksaan dilakukan dengan mid line dan dilakukan pada tungkai atas. Hasil
pemeriksaan antropometri adalah sebagai berikut :

PEMERIKSAAN KANAN KIRI


Panjang tungkai fungsional (diukur dari umbilicus –
maleolus medial dan lateral)
- lateral 88cm 88cm
- medial 89cm 89cm
Panjang tungkai anatomis (diukur dari trochantor
major – maleolus lateral dan medial)
- lateral 84cm 84cm
- medial 85cm 85cm
Lingkar pangkal paha 52cm 62cm
Lingkar paha
a. 15 cm dari pangkal paha 48cm 60cm

Lingkar patella 30cm 35cm

e. Pemeriksaan Sensorik
Pemeriksaan sensorik yang dilakukan adalah nyeri superficial dan sentuhan ringan
pada area dermatom extremitas inferior. Hasil pemeriksaan sensorik adalah sebagai
berikut :

Pemeriksaan Sensorik Tungkai Kanan Tungkai Kiri


Taktil / Tekanan Dalam batas normal Dalam batas normal
Sentuhan Ringan Dalam batas normal Dalam batas normal

C. UNDERLYING PROCCESS
(CLINICAL REASONING)
D. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
1. Impairment
a) Adanya oedem pada tungkai kiri
b) Adanya nyeri gerak dan nyeri tekan pada femur, adanya nyeri yang timbul karena
adanya oedem yang menyebabkan peningkatan tekanan intraseluller sehingga
merangsang nociceptor, serta akibat dari luka sayatan yang mengiritasi ujung-ujung
saraf sensoris

c) Adanya keterbatasan gerak karena nyeri pada hip dan knee join
d) Adanya penurunan kekuatan otot hamstring dan quadrisep femoris sinistra

2. Functional Limitation
a) Pasien kesulitan memakai celana
b) Pasien belum bisa ke kamara mandi sendiri
c) Pasien belum bisa melakukan transfer dan ambulasi secara mandiri

3. Disability/Participation restriction
Tidak dapat dinilai karena pasien masih menjalani rawat inap di rumah sakit

E. PROGRAM FISIOTERAPI

1. Tujuan Jangka Panjang


Mengembalikan kemampuan aktivitas fungsional dan aktivitas kerja

2. Tujuan Jangka Pendek


Mengurangi nyeri
Mempertahankan dan meningkatkan kekuatan otot panggul dan lutut kiri.
Mencegah deformitas

3. Teknologi Intervensi Fisioterapi


1. Posisioning
2. Bed E
3. Terapi Latihan
a. Static contraction
b. Hold Relax
c. Relax passive movement
d. Free active movement
e. Latihan jalan

F. RENCANA EVALUASI

- Pemeriksaan Kekuatan otot

- Pemeriksaan Nyeri

- Pemeriksaan LGS
G. PROGNOSIS
1. Quo ad Vitam : Baik

2. Quo ad Sanam : Baik

3. Quo ad Fungsionam : Baik

4. Quo ad Cosmeticam : Cukup

H. PELAKSANAAN TERAPI

4. Posisioning

Dengan mengelevasikan tungkai yang sakit maka posisi ini bermanfaat untuk
mengurangi oedem (Rujito, 2007).
Memposisikan tungkai lebih tinggi dari jantung, sehingga cairan oedem akan
mengalir bersama aliran darah dari distal ke prokximal. Dengan demikian oedem
akan berkurang.
Tungkai dielevasikan 30 derajat selama 24 jam, dengan ketentuan 2 jam elevasi,
dan 1 jam rest, agar kebutuhan sirkulasi darah di distal tetap tercukupi.

5. Terapi Latihan
f. Static contraction

Merupakan latihan dengan mengkontraksikan otot tanpa disertai gerakan.


Tujuan dari gerakan ini adalah untuk mengurangi oedem dan menurunkan nyeri.
Dengan static kontraksi, akan terjadi pumping action pembuluh darah balik,
yaitu terjadinya peningkatan perifer resistance of blood vessels. Dengan adanya
hambatan pada perifer maka akan didapatkan peningkatan blood pressure dan secara
otomatis cardiac output akan meningkat, sehingga mekanisme metabolism menjadi
lancer. Akibatnya oedem juga akan menurun. Karena oedem menurun, maka tekanan
ke serabut syaraf sensoris juga menurun, sehingga nyeri berkurang (Kisner, 1996)
Selain mekanisme di atas, ada juga mekanisme pengurangan nyeri melalui
penurunan perlengketan jaringan secara general dengan kontraksi tanpa gerakan.
Static kontraksi akan mengaktifkan aktivasi aktin dan myosin. Terjadi pemanjangan
dan pemendekan muscle spindle, sehingga dengan pengulangan yang cukup akan
mengurangi perlengketan jaringan, yang pada akhirnya akan menurunkan nyeri.
Dosis latihan static kontraksi adalah 10 kali pengulangan tiap latihan, dengan
penahanan 6 detik tiap kontraksinya. Fase relax 3 detik (setengah durasi kontraksi).

g. Hold Relax
Merupakan salah satu bentuk PNF yang didesain untuk memperoleh reaksi
penguluran otot antagonis dari gerakan dengan LGS terbatas. Teknik ini sangat
efektif, simple, dan membebaskan nyeri.
Mekanisme pengurangan nyeri dengan hold relax adalah sebagai berikut :
kontraksi isometric melawan tahanan akan mengaktifkan kerja otot antagonis,
sehingga kerja antagonis menjadi optimal. Dengan pengulangan akan terjadi adaptasi
dari otot antagonis, sehingga otot antagonis menjadi lebih relax, akibatnya nyeri akan
berkurang. Dengan begitu LGS ke antagonis akan bertambah dengan bantuan
gerakan pasif dari terapis.
Latihan ini dilakukan dengan kontraksi isometric melawan tahanan 6 detik,
dengan 10 kali pengulangan tiap kali latihan.

h. Relax passive movement

Merupakan gerakan yang murni berasal dari luar terapis tanpa disertai
gerakan dari anggota tubuh pasien. Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot secara
pasif, oleh karena gerakan berasal dari luar atau terapis sehingga dengan gerak relax
passive movement ini diharapkan otot yang dilatih menjadi relax maka menyebabkan
efek pengurangan nyeri akibat incise serta mencegah terjadinya keterbatasan gerak
serta menjaga elastisitas otot (Kisner, 1996).
Mekanisme penurunan nyeri oleh gerakanrileks passive movement sebagai
berikut : adanya stimulasi kinestetik berupa gerakan rilex pasif movement yang
murni berasal dari dari luar atau terapis tanpa disertai gerakan dari anggota tubuh
pasien akan merangsang muscle spindle dan organ tendo golgi dalam pengaturan
motorik. Dengan testimulasinya muscle spindle dan otgan tendo golgi lewat gerakan
rilex pasif movement akan mempengaruhi mekanisme kontraksi dan relaksasi otot,
yaitu bahwa ion-ion calcium secara normal berada dalam ruang reticulum
sarcoplasma. Potensial aksi menyebar lewat tubulus transversum dan melepaskan Ca
2+ kemudian dipompakan ke dalam reticulum sercoplasma dan otot kemudian
mengendor (Chusid, 1993). Dengan keadaan otot yang sudah kendor maka
penurunan nyeri dapat terjadi melalui mekanisme-mekanisme sebagai berikut :
(1) Tidak ada lagi perbedaan tekanan intramuscular yang menekan nociceptor
tidak merangsang untuk menimbulkan nyeri.
(2) Dengan gerakan relax pasif movement yang berulang-ulang maka
nociceptor akan beradaptasi terhadap nyeri.

Suatu sifat khusus dari semua reseptor sensoris adalah bahwa mereka
setelah suatu periode waktu. Yaitu, bila suatu rangsang sengsoris
kontinyu bekerja untuk pertama kali, mula-mula reseptor tersebut bereaksi
dengan kecepatan impuls yang sangat tinggi, kemudian secara progresif
makin berkurang sampai akhirnya banyak diantaranya sama sekali tidak
bereaksi lagi. Mekanisme umum dari adaptasi di bagi 2 yaitu :
a) Sebagai adaptasi disebabkan oleh penyesuaian di dalam fibril syaraf
terminal
b) Sebagai adaptasi disebabkan oleh penyesuaian di dalam struktur
reseptor itu sendiri.
Dengan mengendornya otot melalui gerakan rileks pasif movement
akan mempengaruhi spasme otot dan iskemi jaringan sebagai
penyebab nyeri.
Dengan pelaksanaan terapi adalah satu kali per hari dengan 10 kali
pengulangan tiap terapi.

i. Free active movement

Merupakan gerakan yang dilakukan oleh otot-otot anggota tubuh itu


sendiri. Gerakan dalam mekanisme pengurangan nyeri dapat terjadi secara reflex
dan disadari. Gerak yang dilakukansecara sadar dengan perlahan dan berusaha
sehingga mencapai lingkup gerak penuh dan diikuti relaksasi otot akan
menghasilkan penurunan nyeri (Kisner, 1996).
Mekanisme gerak yang di sadari dalam penurunan nyeri adalah bahwa
peranan muscle spindle sangat penting dalam mekanisme ini, sama pentingnya
dalam penurunan nyeri dengan menggunakan gerakan pasif. Untuk menekankan
pentingnya system eferen gamma, eferen gamma adalah suatu serabut saraf kecil
yang bertugas merangsang ujung-ujung serabut intrafusal agar daerah sentral
berkontraksi. Bila sinyal dikirim dari korteks motorik atau dari daerah otak lain
apapun ke motoneuron gamma hamper selalu terangsang pada saat bersamaan. Ini
menyebabkan serabut otot intrafusal berkontraksi pada saat yang sama.
Tujuan mengkontraksikan serabut muscle spindle pada saat bersamaan
dengan kontraksi serabut otot rangka besar kemungkinan ada dua macam : (1)
mencegah muscle spilndle menentang kontraksi otot, (2) mempertahankan sifat
responsive muscle spindle terhadap peredaman dan beban yang tepat dengan tidak
menghiraukan perubahan panjang otot. Dengan bekerjanya muscle spindle secara
sadar dan optimal maka dengan mekanisme adaptasi dan relaksasi akan
menimbulkan penurunan nyeri (Guyton, 1991).
Adapun pelaksanaan terapi adalah satu kali per hari dengan 10 kali
pengulangan tiap terapi.

j. Latihan jalan

Aspek terpenting pada penderita fraktur tungkai bawah adalah


kemampuan berjalan, latihan yang dilaksanakan adalah ambulasi non weight
bearing (NWB), dengan menggunakan alat bantu berupa2 buah kruk, caranya dua
buah kruk dilangkahkan kemudian diikuti kaki yang sehat sementara kaki yang
sakit menggantung (Cash, 1966).
Syarat berjalan dengan alat Bantu (1) Otot-otot lengan harus kuat, (2)
Harus mempertahankan kesaimbangan dalam posisi berdiri dengan alat bantu, (3)
Bisa berdiri lama minimal 15 menit (Tidys, 1961).
Setelah pesien mampu berjalan NWB dengan bantuan kruk 2 point gait,
pasien akan dilatih untuk partial weight bearing (PWB) 2 point gait dengan kruk,
dengan beban tumpuan tungkai yang sakit 10% berat badan pasien.
I. EVALUASI DAN TINDAK LANJUT

Evaluasi dilakukan setiap kali setelah dilakukan terapi yaitu mulai H1: tanggal 2
September 2009, H2: 3 September 2009, H3: 4 September 2009, H4: 5 September
2009.

a) Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS)


Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS) dilakukan dengan goneometer
pada hip joint dan knee joint kedua tungkai. Hasil pemeriksaan Lingkup Gerak
Sendi (LGS).

Pemeriksaan Kanan Kiri

Aktif Aktif
Hip joint S 15º-0º-120º S 5º-0º-60º

F 45º -0º-10º F 10º -0º-10º

R 45°-0°-45° R 45°-0°-45°
Knee joint S 0º-0º-140º S 0º-0º-45º

b) Pemeriksaan Nyeri dengan VDS (Verbal Descriptive Scale)


Dilakukan pada tungkai atas dan sendi lutut .

Skala VDS :

1 2 3 4 5 6 7
. . . . . . .
Tidak nyeri Nyeri tak tertahankan

Keterangan :
1 = Tidak nyeri 5 = Nyeri cukup berat
2 = Nyeri sangat ringan 6 = Nyeri berat
3 = Nyeri ringan 7 = Nyeri tak tertahankan
4 = Nyeri tidak begitu berat

Hasil Pemeriksaan VDS adalah :

Pemeriksaan Skala ditunjuk Skala ditunjuk

pada tungkai kanan pada tungkai kiri


Nyeri diam 1 1
Nyeri tekan 1 5
Nyeri gerak 1 1

c) Pemeriksaan Kekuatan Otot

Manual Muscle Testing (MMT)


Anggota Gerak kiri Anggota Gerak kanan
Grup Otot
H1 H2 H3 H4 H1 H2 H3 H4
Fleksor
5 5 5 5 5 5 5 5
shoulder
Ekstensor
5 5 5 5 5 5 5 5
shoulder
Abduktor
5 5 5 5 5 5 5 5
shoulder
Adduktor
5 5 5 5 5 5 5 5
shoulder

Eksternal
5 5 5 5 5 5 5 5
rotator
shoulder
Internal
rotator 5 5 5 5 5 5 5 5
shoulder
Pronator 5 5 5 5 5 5 5 5
Supinator 5 5 5 5 5 5 5 5
Fleksor
5 5 5 5 5 5 5 5
elbow
Ekstensor
5 5 5 5 5 5 5 5
elbow
Fleksor
5 5 5 5 5 5 5 5
wrist
Ekstensor
5 5 5 5 5 5 5 5
wrist
Ulnar
5 5 5 5 5 5 5 5
deviasi
Radial
5 5 5 5 5 5 5 5
deviasi
Fleksor
5 5 5 5 5 5 5 5
jari-jari
Ekstensor
5 5 5 5 5 5 5 5
jari-jari
Abduktor
5 5 5 5 5 5 5 5
jari-jari
Adduktor
5 5 5 5 5 5 5 5
jari-jari
Fleksor
3- 3- 3- 3 5 5 5 5
hip
Ekstensor
3- 3- 3- 3 5 5 5 5
hip
Abduktor
2 2 2 3 5 5 5 5
hip
Adduktor
2 3+ 3+ 4 5 5 5 5
hip
Eksternal
5 5 5 5 5 5 5 5
rotasi hip
Internal
5 5 5 5 5 5 5 5
rotator hip
Fleksor
3- 3- 4 4 5 5 5 5
knee
3 3 4 4 5 5 5 5
Ekstensor
knee
Dorso
fleksor 5 5 5 5 5 5 5 5
ankle
Plantar
fleksor 5 5 5 5 5 5 5 5
ankle
Inversi 5 5 5 5 5 5 5 5
Eversi 5 5 5 5 5 5 5 5
Fleksor
5 5 5 5 5 5 5 5
jari-jari
Ekstensor
5 5 5 5 5 5 5 5
jari-jari

J. HASIL TERAPI AKHIR


Selanjutnya pasien dianjurkan untuk rutin melakukan kontrol fisioterapi rawat jalan
untuk melanjutkan program fisioterapi selanjutnya

Anda mungkin juga menyukai