Hadits Ahkam II k.10
Hadits Ahkam II k.10
Hadits Ahkam II k.10
DosenPembimbing:Munib, M.Ag.
Disusunoleh:
ABDUL WAHID
NIM. 1802110617
PUTRI SEKAR MAYANG
NIM. 1802110608
DIANTY KHUMAIRA
NIM. 1802110593
FAKULTAS SYARIAH
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia sebagai khaalifah di muka
bumi ini dan menjadikannya sebagai makhluk sosial dan menugaskannya untuk menegakan
hukum yang adil, agar manusia dapat hidup dengan baik dan damai. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW., yang telah
banyak memberikan pelajaran kepada umatnya dalam berinteraksi dengan sesame makhluk
Allah dan menegakan keadilan serta kedamaian dengan hukum yang adil demi terciptanya
kedamaian dan ketertiban di bumi ini.
Berkat pertolongan dari Allah SWT. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Hadis Tentang Iddah Talak Raj’i, Iddah Talak Bain, dan Iddah Wafat.
Walaupun masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna penulis sangat berharap
agar para pembaca dapat memberikan kritik dan sarannya guna membangun penyempurnaan
makalah ini, sehinggadiharapkan dapat menjadi sumber acuan pembelajaran kedepannya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Palangka Raya, April 2020
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
D. Metode Penulisan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Definisi Iddah..............................................................................................................3
A. Kesimpulan................................................................................................................10
B. Saran..........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Islam mengakui bahwa dalam hidup rumah tangga tidak selalu berjalan dengan
baik sesuai dengan tujuan perkawinan. Tidak sedikit pasangan suami istri yang dalam
perjalanan bahtera rumah tangganya putus di tengah jalan dengan berbagai sebab;
dengan adanya perkawinan, dipertemukannya dua manusia yang berbeda, baik latar
belakang keluarga, pendidikan maupun kepribadian masing-masing. Maka wajar bila ada
konflik dan tidak bisa untuk diselesaikan serta keutuhan rumah tangga tidak bisa
dipertahankan sehingga ikatan perkawinan keduanya terputus. Oleh karena itu, dengan
putusnya perkawinan maka hubungan suami istri manjadi terputus, yang dalam istilah
fiqh disebut thalak atau perceraian sebagai jalan keluar terakhir dari sebuah rumah
tangga.
Sejak terjadinya perceraian inilah dalam Islam mulai diatur adanya ‘iddah atau
masa tunggu bagi perempuan (istri) karena hanya perempuan yang memiliki rahim dan
mengalami kehamilan, maka sangat logis kalau ‘iddah hanya berlaku bagi perempuan.
Sedangkan laki-laki tidak belaku masa ‘iddah. Karena laki-laki tidak mempunyai rahim
sehingga tidak mungkin untuk mengalami kehamilan. Akan tetapi laki-laki juga harus
memperhatikan “perasaan” perempuan yang telah ditalak dan mempunyai toleransi
terhadap mantan istrinya. Seluruh kaum muslimin sepakat wajibnya ‘iddah bagi
perempuan yang bercerai, baik ditalak maupun ditinggal mati oleh suaminya. Oleh
karenanya dalam makalah ini penulis ingin menjelaskan menegenai kententuan iddah
baik iddah talak raj’i, iddah talak bain maupun iddah wafat
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi iddah?
2. Bagaimana iddah talak raj’i dan hadisnya?
3. Bagaimana iddah talak bain dan hadisnya?
4. Bagaimana iddah wafat dan hadisnya?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi iddah.
2. Mengetahui masa iddah talak raj’i dan hadisnya.
3. Mengetahui masa iddah talak bain dan hadisnya.
4. mengetahui masa iddah wafat dan hadisnya.
D. Metode Penulisan
َو الَ حَيِ ُّل هَلُ َّن اَ ْن يَّكْتُ ْم َن َما َخلَ َق اهللُ يِف ْ اَْر َح ِام ِه َّن اِ ْن ُك َّن،ص َن بِاَْن ُف ِس ِه َّن ثَلثَةَ ُقُر ْو ٍء ُ َو اْملُطَلَّ َق
ْ َّات َيَتَرب
ِ ِ ِ و بعولَته َّن اَح ُّق بِرد ِه َّن يِف ذل،الخ ِر ِ
.الحا
ً ص َ ْ ّ َ َ ُ ُ ْ ُ ُ َ ِ ْاهلل َو اْ َلي ْوم ا
ْ ك ا ْن اََر ُاد ْوا ا
ِ ِي ْؤ ِم َّن ب
ُ
wanita-wanita yang dithalaq hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’. Tid
ak
boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mere
ka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suaminya berhak merujukinya dalam
masa menanti itu, jika mereka (para suami) itu mengh ndaki ishlah. [QS. Al-
Baqarah : 228]
4
Sayyed Sabiq, Fiqih Sunnah, Jilid, 5-6-7-8, (Bandung: PT. Alma’rif), Hal. 277
ٍ َت بَِر ْيَرةُ اَ ْن َت ْعتَ َّد بِثَالَ ِث ِحي
.ض ِ َع ِن اْالَسو ِد عن عائِ َشةَ قَال
ْ اُمَر:ت
ْ َ ْ َ َْ َ
Dari Aswad, dari ‘Aisyah, ia berkata,“Barirah disuruh (oleh Nabi SAW) supaya ber’i
ddah tiga kali haidl”. [HR. Ibnu Majah, dalam Nailul 6:326]
6
H.S.A Al Hamdani, Risalah Nikah, (PustakaAmani: Jakarta, Cet 2, 2002) hlm. 301-303
7
Redaksi, Iddah Istri yang ditalak,asy syariah, edisi 059, www.as-syariah.com, (di akses pada 6 April
2020 pukul 19.33 WIB.)
depan suaminya, tetap memakai wangi-wangian , mengajak bicara suaminya dan
suaminya berbicara kepadanya. Boleh pula dia duduk-duduk bersama suaminya dan
melakukan segala sesuatu kecuali istimta’ (bernikmat-nikmat) dengan
jima’(senggama) atau mubasyarah(bersentuhan/bermesraan yang tidak sampai pada
jima’). Karena istimta’ dan jima’ hanya dilakukan ketika rujuk. Si suami boleh
merujuk istrinya (dalam masa iddah) dengan ucapan, sebagaimana ia boleh merujuk
istrinya dengan perbuatan yaitu dengan menggaulinya disertai niat rujuk.
C. Iddah Talak Ba’in
Talak ba’in yaitu talak yang dijatuhkan suami pada istrinya dimana suami berhak
kembali pada istrinya melalui akad dan mahar baru. Wanita yang ditalak tiga, menjalani
masa iddah 3 kali quru’. Sebagaimana masa iddah untuk talak pertama atau kedua. Selain
karena keadaan tertentu yang telah disebutkan dalam Alquran, seperti: gadis yang belum
haid, wanita tua yang sudah tidak haid, dan wanita hamil. Untuk 3 jenis wanita ini, Allah
berikan ketentuan iddah yang berbeda,
ت ْ ِيض ِم ْن نِ َسائِ ُك ْم إِ ِن ْارَتْبتُ ْم فَعِ َّدتُ ُه َّن ثَالَثَةُ أَ ْش ُه ٍر َوالالَّئِي مَلْ حَي
ُ َض َن َوأُوال ِ َوالالَّئِي يَئِ ْس َن ِم َن الْ َم ِح
َ ََجلُ ُه َّن أَ ْن ي
ض ْع َن مَح ْلَ ُه َّن ِ
َ األَمْح َال أ
عدم ِ ِ ِ
الفقهاء ِمن عام ِة ٍ بثالثة
ِ قة ثالثًا
ِ َّواعتداد املطل
َ اصُ اجلص
ّ ونقل،املذاهب أصحاب ّ قول
ُ قروء هو ُ
ِ مع اختالفِهم يف معىن،اخلالف يف ذلك وهو الصحيح الراجح
القرء ِ
ُ ّ ُ ّ
8
Ammi Nur Baits, https://konsultasisyariah.com/18691-masa-iddah-talak-tiga.html (Diakses pada
tanggal 19 April 2020 pukul 15.20WIB)
Iddah wanita talak tiga dengan 3 kali haid, merupakan pendapat mayoritas ulama
dari berbagai madzhab. Bahkan Al-Jassas menukil tidak ada perselisihan dalam hal
ini, dan itulah pendapat yang benar, yang kuat. Meskipun ada perselisihan di antara
mereka tentang makna quru’.
D. Iddah Wafat
Iddah wafat adalah masa adalah masa duka atau belasungkawa atas kematian
suaminya. Adapun ketentuannya dalam Islam dijelaskan dalam al-Qur’an dan Hadits
Nabi diantaranya ;
Putusnya perkawinan disebabkan karena kematian suami maka apabila istri dalam
keadaan hamil iddahnya sampai melahirkan. Mayoritas ulama menurut Ibn Rusyd
berpendapat bahwa masa iddah perempuan tersebut adalah sampai melahirkan, meskipun
selisih waktu kematian suami hingga ia melahirkan hanya setengah bulan atau kurang
dari empat bulan sepuluh hari. Sementara menurut Malik dan Ibn Abbas dan Ali bin Abi
Thalib masa iddah perempuan tersebut diambil waktu yang terlama dari dua jenis iddah
tersebut apakah empat bulan sepuluh hari atau sampai melahirkan. 9
9
Muhammad Isna Wahyudi, Fiqh Iddah Klasik dan Komtemporer, Yogyakarta:Pustaka Pesantren,
2009, hal.95
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Iddah berasal dari kata al-add dan al ihshayang berarti bilangan. Artinya jumlah
bulan yang harus dilewati seorang perempuan yang telah diceraikan (talak) atau ditinggal
mati suaminya. Adapun makna iddah secara istilah adalah masa penantian seorang
perempuan setelah diceraikan atau ditinggal mati oleh suaminya. Akhir masa iddah itu ada
kalanya ditentukan dengan proses melahirkan, masa haid atau masa suuci atau dengan
bilangan bulan.
Dalam pandangan para ahli fikih, sebagaimana yang terdapat dalam berbagai kitab
fikih. Kewajiban ‘iddah hanya berlaku bagi wanita dengan tujuan untuk mengetahui
kebersihan rahim, beribadah (ta’abbudi) maupun berkabung (tafajju’) atas kematian
suaminya, yang selama masa tersebut wanita (istri) dilarang menikah dengan laki-laki
lain.
1. Isteri yang ditinggal mati oleh suaminya atau diceraikannya, sedangkan ia belum
pernah sama sekali digauli oleh suaminya (qabla duhul), maka wanita tersebut
tidak wajib iddah atau tidak ada ‘iddah baginya
2. Iddah wanita hamil, yaitu sampai melahirkan anaknya
3. Iddah wanita yang telah monopause, yaitu ‘iddah wanita yang berhenti
menstruasi. Bagi wanita monopause ‘iddahnya adalah tiga bulan
4. Iddah quru’, yaitu ‘iddah yang dilakukan oleh seorang isteri yangmasih aktif
haid. Wanita ini masa ‘iddahnya adalah tiga kali quru’(menurut mayoritas ulama
yaitu empat bulan sepuluh hari)
DAFTAR PUSTAKA
Al-Bukhari, Abi Abdullah Muhammad bin Ismail, Sahih Bukhari.cv. Diponegoro, Bandung
Hilali, Saadduddin Mas’ad, Fiqh Wanita, (Badan Penerangan & Penerbitan (PMRAM).
Redaksi, Iddah Istri yang ditalak,asy syariah, edisi 059, www.as-syariah.com, (di akses
pada 6 April 2020 pukul 19.33 WIB.)