0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
157 tayangan19 halaman

Aditya Hadi Albid - 2030004 - LP - Stenosis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 19

LAPORAN PENDAHULUAN

DIAGNOSA MEDIS LUMBAR CANAL STENOSIS


DI RUANG B-2 RSPAL DR. RAMELAN SURABAYA

Oleh :
Aditya Hadi Albid, S,Kep
2030004

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2020
HALAMAN PERSETUJUAN

Setelah kami periksa dan amati, selaku pembimbing mahasiswa:

Nama : Aditya Hadi Albid, S.Kep


NIM : 2030004
Program Studi : Profesi Ners
Judul : Laporan Pendahuluan Diagnosa Medis Lumbar Canal Stenosis
Di Ruang B-2 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya

Serta perbaikan-perbaikan sepenuhnya, maka kami menganggap dan dapat


menyetujui bahwa Laporan pendahuluan ini dinyatakan layak

Mahasiswa :

Aditya Hadi Albid, S.Kep


NIM. : 2030004

Surabaya, 25 November 2020

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

Dr. Setiadi, S.Kep., Ns., M.Kep Vita, S.Kep., Ns


NIP
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Teori
1. Definisi
LCS merupakan penyempitan pada ruang saraf (terjadi pada lumbal).
Keadaan ini adalah penyakit yang terutama mengenai pada usia paruh baya/lansia.
Penyempitan pada kanal spinal terjadi secara perlahan dimulai dari kerapuhan
cincin fibrosa, keluarnya nukleus pulposus ,dan diskus intervetebrae yang
menonjol yang akhirnya akan menekan saraf spinal. Seseorang dengan stenosis
tulang belakang ataupun lumbal memiliki keluhan khas nyeri yang luar biasa pada
tungkai atau betis dan punggung bagian bawah bila berjalan (Hickey, J. V. 2014)

2. Etiologi
Perubahan degeneratif melemahkan ligamen longitudinal dan jaringan
fibrosa annulus pada tempo kehidupan pertengahan dan lanjut usia. Perubahan
degeneratif terjadi pada diskus intervetebrae, dimulai pada saat setelah
tercapainya kepadatan puncak pada umur 30 tahun (Hickey, J. V. 2014).
Ada 3 faktor yang berkontribusi terhadap lumbal spinal canal stenosis,
antara lain:
a. Pertumbuhan berlebih pada tulang.
b. Ligamentum flavum hipertrofi
c. Prolaps diskus Sebagian besar kasus stenosis kanal lumbal adalah karena
progresif tulang dan  pertumbuhan berlebih jaringan lunak dari arthritis.
Risiko terjadinya stenosis tulang  belakang meningkat pada orang yang:
a. Terlahir dengan kanal spinal yang sempit
b. Jenis kelamin wanita lebih beresiko daripada pria
c. Usia 50 tahun atau lebih (osteofit atau tonjolan tulang berkaitan dengan
pertambahan usia)
d. Pernah mengalami cedera tulang belakang sebelumnya.
Berdasarkan etiologi canal stenosis dibagi menjadi stenosis primer dan
sekunder. Stenosis primer dibagi menjadi defek kongenital dan
perkembangan. Sedangkan stenosis sekunder menurut sifatnya dibagi
menjadi degeneratif (spondylolisthesis), iatrogenik yaitu post laminectomy,
post artrodesis dan post disectomy, akibat kumpulan penyakit yaitu
acromegaly, paget disease, flurorosis dan ankylosing spondylitis, post
fraktur, penyakit tulang sistemik dan tumor baik primer maupun sekunder
(Apsari dkk., 2013).
3. Web of Caution

Cedera Vertebrata Hipertropi


Usia Degeneratif
Osteoligamentum
Vertebrata
Perubahan Status Osteofit/ Diskus
Diskus Menonjol

Kanal Spinal Menyempit

LUMBAL KANAL STENOSIS

Kompresi saraf Kerusakan


Spinal Neomuskular Pembedahan

Deficit Sensori
Nyeri Akut Lamenektomi

Penurunan Motorik
Ekstemitas Bawah
Luka Rentang Gerak
Pembedahan Menurun
Penurunan
produktivitas

Resiko Infeksi Fisik Lemah


Perasaan tidak adekuat

Ansietas Gangguan Mobilitas


Fisik
4. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala herniasi ataupun stenosis pada lumbar area dikategorikan
dalam beberapa katagori umum, yaitu: nyeri, deformitas postural, perubahan
motorik, perubahan sensorik, gangguan refleks, dan tanda spesifik
pemeriksaan fisik. (Hickey, J. V. 2014).
a. Nyeri
Nyeri yang terjadi terasa pada pinggang dan menjalar hingga ke
pantat, betis dan salah satu kaki. Hal ini juga dapat terasa lebih nyeri
saat batuk ataupun bersin.
b. Deformitas postural
Klien dengan spinal stenosis ataupun HNP biasanya diikuti oleh
keadaan lordosis/skoliosis. Klien akan sedapat mungkin mengurangi
menahan berat pada bagian yang terkena.
c. Defisit motorik
Kelemahan dalam hal pergerakan. Biasanya diikuti oleh hambatan
dalam berkemih dan aktivitas seksual
d. Defisit sensorik
Terjadi kebas dan baal pada bagian kaki bawah.
e. Gangguan refleks
Bergantung pada level herniasi diskus, refleks pada lutut biasanya
tidak ada/menghilang
f. Pemeriksaan fisik lainnya
Akibat dari stenosis lumbal ini menyebabkan klien mengalami
kelemahan dalam pergerakan/berat untuk menggerakkan dan nyeri
dalam menopang tubuh menyebabkan klien cenderung untuk
immobilisasi yang pada akhirnya akan mengalami masalah
keperawatan lainnya. Salah satu dari masalah keperawatan akibat
immobilisasi adalah resiko kerusakan integritas kulit, yaitu resiko
terjadinya ulkus dekubitus.
5. Komplikasi
Karena lumbar stenosis lebih banyak mengenai populasi lanjut
usia maka kemungkinan terjadi komplikasi pasca operasi lebih tinggi
daripada orang yang lebih muda. Selain itu  juga lebih banyak penyakit
penyerta pada orang lanjut usia yang akan mempengaruhi  proses
pemulihan pasca operasi. Komplikasi dibagi menjadi empat grup yaitu,
infeksi, vaskuler, kardiorespirasi, dan kematian. Kematian berkorelasi
dengan usia dan penyakit komorbid. Peningkatan resiko komplikasi
yang berkaitan dengan fusi meliputi infeksi luka, DVT (deep vein
thrombosis) atau emboli paru, kerusakan saraf. Komplikasi pada graft,
dan kegagalan pada instrumen. Komplikasi laminektomi bisa terjadi
fraktur pada facet lumbar, dan spondilolistesis postoperative.

6. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis spinal stenosis biasanya ditegakkan secara klinis.
Penting selama evaluasi klinis untuk menyingkirkan adanya penyakit
pembuluh darah perifer (berkurangnya aliran darah ke tungkai) sebagai
kemungkinan diagnosis. Pemeriksaan untuk memastikan stenosis
tulang belakang mencakup :
1. Sensasi kulit Anda, kekuatan otot, dan refleks
2. Romberg tes, uji pinggul ekstensi dan tes fungsi neuromuskuler
3. Foto polos x-ray Lumbosacral merupakan penilaian rutin untuk
pasien dengan back pain. Dibuat dalam posisi AP lateral dan obliq,
dengan tampak gambaran kerucut lumbosacral junction, dan spina
dalam posisi fleksi dan ekstensi. Diharapkan untuk mendapat
informasi ketidakstabilan segmen maupun deformitas.
4. MRI (Magnetic Resonance Imaging). MRI adalah pemeriksaan
gold standar diagnosis lumbar stenosis dan perencanaan operasi.
Kelebihannya adalah bisa mengakses jumlah segmen yang terkena,
serta mengevaluasi bila ada tumor, infeksi bila dicurigai. Selain itu
bisa membedakan dengan baik kondisi central stenosis dan lateral
stenosis.
5. CT Scan dapat menunjukkan taji tulang apapun yang dapat
menempel ke tulang  punggung dan mengambil ruang di sekitar
saraf tulang belakang.
6. EMG (Elektromiogram). Dilakukan jika ada kekhawatiran tentang
masalah neurologis. Ini dilakukan untuk memeriksa apakah jalur
motor saraf bekerja dengan  benar.
7. Somatosensori (SSEP) tes. Tes ini dilakukan untuk mencari lebih
tepatnya di mana saraf tulang belakang tertekan. SSEP digunakan
untuk mengukur sensasi saraf. Impuls sensorik perjalanan saraf,
menginformasikan tentang sensasi tubuh seperti rasa sakit, suhu,
dan sentuhan.
8. Tes darah untuk menentukan apakah gejala disebabkan dari kondisi
lain, seperti arthritis atau infeksi.
7. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Konservatif
Apabila tidak terdapat keterlibatan saraf berat atau progresif, kita
dapat menangani stenosis tulang belakang menggunakan tindakan
konservatif berikut ini:
a. Obat antiinflamasi nonsteroid untuk mengurangi inflamasi dan
menghilangkan nyeri
b. Analgesik untuk menghilangkan nyeri
c. Blok akar saraf dekat saraf yang terkena untuk menghilangkan
nyeri sementara
d. Program latihan dan/atau fisioterapi untuk mempertahankan
gerakan tulang  belakang, memperkuat otot perut dan
punggung, serta membangun stamina, semua hal tersebut
membantu menstabilkan tulang belakang. Beberapa pasien
dapat didorong untuk mencoba aktivitas aerobik dengan gerak
progresif perlahan seperti berenang atau menggunakan sepeda
latihan.
e. Korset lumbal untuk memberikan dukungan dan membantu
pasien mendapatkan kembali mobilitasnya. Pendekatan ini
terkadang digunakan pada pasien dengan otot perut yang lemah
atau pasien berusia lanjut dengan degenerasi beberapa tingkat.
Korset hanya dapat digunakan sementara, karena penggunaan
jangka  panjang dapat melemahkan otot punggung dan perut.
f. Akupunktur dapat menstimulasi lokasi-lokasi tertentu pada
kulit melalui berbagai teknik, sebagian besar dengan
memanipulasi jarum tipis dan keras dari bahan metal yang
memenetrasi kulit.
2. Terapi Operatif
Indikasi operasi adalah gejala neurologis yang bertambah berat,
defisit neurologis yang progresif, ketidakamampuan melakukan
aktivitas sehari-hari dan menyebabkan  penurunan kualitas hidup,
serta terapi konservatif yang gagal. Prosedur yang paling standar
dilakukan adalah laminektomi dekompresi. Tindakan operasi
bertujuan untuk dekompresi akar saraf dengan berbagai tekhnik
sehingga diharapkan bisa mengurangi gejala pada tungkai bawah
dan bukan untuk mengurangi LBP (low back pain), walaupun
pasca operasi gejala LBP akan berkurang secara tidak signifikan.
(Apsari dkk, 2013).

B. Asuhan Keperawatan Penyakit

1. Pengkajian

Data yang diperoleh atau dikaji tergantung pada tempat


terjadinya, beratnya, apakah akut/kronik, pengaruh terhadap struktur
di sekelilingnya dan banyaknya akar saraf yang terkompresi
(tertekan). Adapun pengkajian keperawatan meliputi:
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala
- Meliputi riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda
berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama.
- Membutuhkan papan/matras yang keras selam tidur
- Penurunan rentang gerak dari ekstremitas pada salah satu
bagian tubuh
- Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan
Tanda
- Atrofi otot pada bagian yang terkena
- Gangguan dalam berjalan
2. Eliminasi
Gejala
- Konstipasi,
- mengalami kesulitan dalam defekasi
- Adanya inkontinensia/retensi urine
3. Integritas Ego
Gejala
- Ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas masalah
pekerjaan, finansial keluarga
Tanda
- Tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga/orang
terdekat
4. Neurosensori
Gejala
- Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
Tanda
- Penurunan reflex tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia.
Nyeri tekan/spasme otot paravertebralis. Penurunan persepsi
nyeri (sensori).
5. Nyeri / Kenyamanan
Gejala
- Nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk
dengan adanya  batuk, bersin, membengkokkan badan,
mengangkat, defekasi, mengangkat kaki atau fleksi pada
leher, nyeri yang tidak ada hentinya atau adanya episode
nyeri yang lebih berat secara intermiten, nyeri yang menjalar
ke kaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan, kaku pada leher
(servikal).

- Tanda
Sikap: dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang
terkena. Perubahan cara  berjalan, berjalan dengan
terpincang-pincang, pinggang terangkat pada bagian tubuh
yang terkena. Nyeri pada palpasi.
6. Keamanan
Gejala
- Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi.
7. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala
- Gaya hidup: Monoton dan hiperaktif

2. Diagnosa Keperawatan Prioritas


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (Trauma).
SDKI 2016 D.0077 (Kategori : Psikologi Subkategori : Nyeri
dan Kenyamanan)
b. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional/ kurang terpapar
informasi SDKI 2016 D.0080 (Kategori: Psikologi Subkategori:
integritas Ego)
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan SDKI 2016
D.0056 (Kategori : Fisiologis : Aktivitas/Istirahat)
d. Resiko Infeksi berhubungan dengan Efek Prosedur Invasif SDKI
2016 D.0142 (Kategori: Lingkungan Subkategori: Keamanan
dan Proteksi)
e. Gangguan mobilitas fisik b.d Nyeri SDKI 2016 D.0054
Kategori: Fisiologis Subkategori: Aktivitas dan istirahat
3. Rencana Keperawatan
N DIAGNOSA
TUJUAN TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL
O KEPERAWATAN
1 Nyeri akut Setelah dilakukan a. Kaji adanya keluhan nyeri, catat a. Membentu menentukan pilihan
berhubungan dengan tindakan keperawatan lokasi, lamanya serangan, faktor intervensi dan memberikan dasar untuk
agen pencedera fisik Pengalaman sensorik pencetus/yang memperberat. Minta perbandingan dan evaluasi terhadap
( trauma). SDKI 2016 atau emosional yang pasien untuk menetapkan pada skala terapi
D.0077 (Kategori : berkaitan dengan 0-10 b. Tirah baring dalam posisi yang nyaman
Psikologi Subkategori : kerusakan jaringan b. Pertahankan tirah baring lama selama memungkinkan pasien untuk
Nyeri dan dengan onset mendadak fase akut. Letakkan pasien pada menurunkan spasme otot, menurunkan
Kenyamanan) atau lambat dan posisi semi fowler dengan tulang penekanan pada bagian tubuh tertentu
berintesitas ringan spinal, pinggang dan lutut dalam dan memfasilitasi terjadinya reduksi
hingga berat dan konstan keadaan fleksi; posisi telentang dan tonjolan diskus
menurun 1 x 24 jam dengan atau tanpa meninggikan c. Menurukan fleksi, perputaran, desakan
kepala 10-30 derajat atau pada posisi pada daerah belakang tubuh
KH : lateral. d. Berguna selama fase akut dari rupture
a. Melaporkan nyeri c. Gunakan Logroll (papan) selama diskus untuk memberikan sokongan
hilang atau melakukan perubahan posisi dan membatasi fleksi/terpelintir.
terkontrol d. Bantu pemasangan brace/korset. Penggunaan dalam waktu panjang
b. Mengungkapkan e. Batasi aktivitas selama fase akut dapat menambah kelemahan otot dan
metode sesuai dengan kebutuhan. lebih lanjut menyebabkan degenerative
penghilangan f. Letakkan semua kebutuhan, termasuk e. Menurunkan gaya gravitasi dan gerak
c. Mendemonstrasikan bel panggil dalam batas yang mudah yang dapat menghilangkan spasme otot
penggunaan dijangkau/diraih oleh pasien. dan menurunkan edema dan tekanan
intervensi terapeutik g. Instruksikan pasien untuk melakukan pada struktur sekitar diskus
(misalnya, teknik relaksasi/visualisasi invertebralis yang terkena.
keterampilan f. Menurunkan resiko peregangan saat
relaksasi, modifikasi meraih
N DIAGNOSA
TUJUAN TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL
O KEPERAWATAN
perilaku) untuk h. Instruksikan/anjurkan untuk
menghilangkan nyeri melakukan mekanika tubuh/gerakan g. Memfokuskan perhatian pasien,
yang tepat membantu menurunkan tegangan otot
i. Berikan kesempatan untuk dan meningkatkan proses
berbicara/mendengarkan masalah penyembuhan.
pasien. h. Menghilangkan/mengurangi stress pada
j. Berikan tempat tidur ortopedik atau otot dan mencegah trauma lebih lanjut.
letakkan papan di bawah
kasur/matras. i. Ventilasi rasa takut/cemas dapat
k. Kolaborasi pemberian terapi sesuai membantu untuk menurunkan faktor-
indikasi faktor stress selama dalam keadaan
l. Sokongan anatomis/struktur berguna sakit dan dirawat. Kesempatan untuk
untuk menurunkan memberikan informasi/membetulkan
ketegangan/spasme otot dan informasi yang kurang tepat.
menurunkan nyeri j. Memberikan sokongan dan
menurunkan fleksi spinal, yang
menurunkan spasme
k. Membantu menurunkan gejala yang
timbul
l. Sokongan anatomis/struktur berguna
untuk menurunkan ketegangan/spasme
otot dan menurunkan nyeri.
2. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan a. Kaji tingkat ansietas pasien. Tentukan a. Membantu dalam mengidentifikasikan
dengan krisis tindakan keperawatan bagaimana pasien menangani kekuatan dan keterampilan yang
situasional/ kurang diharapkan kondisi emosi masalahnya dimasa yang lalu dan mungkin membantu pasien mengatasi
terpapar informasi dan pengalaman subjektif bagaimana pasien melakukan koping keadaannya sekarang dan/atau
N DIAGNOSA
TUJUAN TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL
O KEPERAWATAN
SDKI 2016 D.0080 terhadap objek yang dengan masalah yang dihadapinya kemungkinan lain untuk memberikan
(Kategori: Psikologi tidak jelas dan spesifik sekarang. bantuan yang sesuai.
Subkategori: integritas akibat antisipasi bahaya b. Berikan informasi yang akurat dan b. Memungkinkan pasien untuk membuat
Ego) yang, memungkinkan jawab dengan jujur. keputusan yang didasarkan atas
individu melakukan pengetahuannya.
tindakan untuk c. Berikan kesempatan pasien untuk c. Kebanyakan pasien mengalami masalah
menghadapi ancaman mengungkapkan masalah yang yang perlu untuk diungkapkan dan
menurun 3 x 24 Jam dihadapinya, seperti kemungkinan diberi respons dengan informasi yang
paralisis, pengaruh terhadap fungi akurat untuk meningkatkan koping
KH : seksual, perubahan dalam terhadap situasi yang sedang
a. Tampak rileks dan pekerjaan/finansial, perubahan peran dihadapinya.
melaporkan ansietas dan tanggung jawab.
berkurang pada d. Kaji adanya masalah sekunder yang d. Pasien mungkin secara tidak sadar
tingkat dapat diatasi. mungkin merintangi keinginan untuk memperoleh keuntungan, seperti:
b. Mengidentifikasi sembuh dan mungkin untuk terlepas dari tanggung jawab, perhatian
ketidakefektifan menghalangi proses dan control dari yang lain. Ini perlu
perilaku koping dan penyembuhannya. untuk dikerjakan secara positif untuk
konsekuensinya. meningkatkan penyembuhan.
c. Mengkaji situasi e. Catat perilaku dari orang
terbaru dengan terdekat/keluarga yang meningkatkan e. Orang terdekat/keluarga mungkin secara
akurat. “peran sakit” pasien. tidak sadar memungkinkan pasien
d. Mendemonstrasikan mempertahankan ketergantungannya
keterampilan dengan melakukan sesuatu yang pasien
pemecahan masalah. sendiri mampu melakukannya tanpa
e. Mengembangkan bantuan orang lain.
rencana untuk f. Rujuk pada kelompok penyokong
N DIAGNOSA
TUJUAN TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL
O KEPERAWATAN
perubahan gaya yang ada, pelayanan sosial, konselor f. Memberikan dukungan untuk
hidup yang perlu. finansial/konselor kerja, psikoterapi beradaptasi pada perubahan dan
dan sebagainya. memberikan sumber-sumber untuk
mengatasi masalah.
3 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan a. Identifikasi gangguan fungsi tubuh a. Mengetahui bagian tubuh yang dapat
berhubungan dengan tindakan keperawatan yang mengakibatkan kelelahan digunakan dengan efektif
kelemahan SDKI 2016 diharapkan respon b. Monitoring kelelahan fisik dan b. Agar kelelahan fisik dan emosional
D.0056 (Kategori : fisiologis terhadap emosional terkontrol
Fisiologis : aktivitas yang c. Agar pola tidur terkontrol
c. Monitor pola dan jam tidur
Aktivitas/Istirahat) membutuhkan tenanga d. Membantu proses penyembuhan
meningkat 3 x 24 Jam d. Lakukan latihan rentang gerak
pasif dan tau aktif e. Mengurangi tingkat kecemasan
KH : e. Berikan aktivitas distraksi yang
a. kekuatan dan fungsi menenangkan f. Menbantu pasien agar lebih mudah
bagian tubuh yang f. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika untuk duduk
sakit dan/atau tidak dapat berpindah atau berjalan g. Memulai aktivitas yang dapat
kompensasi g. Anjurkan melakukan aktivitas menunjang kesembuhan
meningkat secara bertahap h. Agar membantu proses penyembuhan
b. Kemudahan dalam h. Ajarkan strategi koping untuk
melakukan aktivitas mengurangi kelelahan i. Gizi pasien terpenuhi selama di rumah
sehari hari meningkat sakit
i. kolaborasikan dengan akhli gizi
tentang cara meningkatkan asupan
makanan.

4. Resiko Infeksi Setelah dilakukan a. Monitor tanda dan gejala infeksi a. Menilai tanda dan gekala infeksi
berhubungan dengan tindakan keperawatan lokal dan sistemik
N DIAGNOSA
TUJUAN TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL
O KEPERAWATAN
Efek Prosedur Invasif diharapkan derajat b. Cuci tangan sebelum dan sesudah b. Meningkatkan Universal Precaution
SDKI 2016 D.0142 infeksi berdasarkan kontak dengan pasien dan
(Kategori: Lingkungan observasi atau sumber lingkungan pasien
Subkategori: informasi menurun 3 x c. Jelaskan tanda dan gejala infeksi c. Menilai pengetahuan tentang infeksi
Keamanan dan 24 Jam d. Ajarkan cara mencuci tangan yang d. Menilai PHBS dengan tepat
Proteksi) benar
KH : e. Ajarkan cara memeriksa kondisi e. Menilai cara perawatan luka
a. Nyeri menurun luka atau luka operasi
b. Bengkak menurun
c. Kemerahan menurun
d. Demam menurun
5 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan a. identifikasi toleransi fisik melakukan a. untuk mengetahui toleransi fisik px
tindakan keperawatan pergerakan b. untuk mengontrol kondisi umum px
fisik b.d Nyeri SDKI
1x24jam mobilitas fisik b. monitor kondisi umum selama c. agar pasien bisa mobilisasi dengan baik
2016 D.0054 Kategori: meningkat melakukan mobilisasi d. agar pasien bisa melakukan pergerakan
Dengan kriteria hasil: c. fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan dengan baik
Fisiologis Subkategori:
a. pergerakan ektremitas alat bantu e. agar pasien bisa berlatih kapan saja
Aktivitas dan istirahat meningkat d. fasilitasi melakukan pergerakan f. agar pasien dan keluarga pasien mengerti
b. kekuatan otot e. libatkan keluarga untuk membantu ttg prosedur mobilisasi
meningkat pasien dalam meningkatkan pergerakan g. agar pasien terbiasa dalam melakukan
c. kaku sendi menurun f. jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi mobilisasi
g. anjurkan melakukan mobilisasi dini
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan rencana keperawatan kegiatan atau tindakan yang

diberikan kepada pasien sesuai dengan rencana keperawatan yang telah

ditetapkan, tetapi menutup kemungkinan akan menyimpang dari rencana

yang ditetapkan tergantung pada situasi dan kondisi pasien.

5. Evaluasi Keperawatan
Dilaksanakan suatu penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah

diberikan atau dilaksanakan dengan berpegang teguh pada tujuan yang ingin

dicapai. Pada bagian ini ditentukan apakah perencanaan sudah tercapai atau

belum, dapat juga tercapai sebagaian atau timbul masalah baru.


DAFTAR PUSTAKA

Dorland. (2014). Kamus Kedokteran Dorland; Edisi 29. Buku Kedokteran EGC
Hickey, J.V. (2014). The Clinical Practice of Neurological and Neurosurgical
Nursing. 7th Edition. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia.
Ketut S (2018). Penyakit Degenerasi Lumbal Diagnosis dan Tata Laksana.
Udayana University Press Denpasar Bali
SDKI, T. P. (2016). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai