Pemeriksaan AGA

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

PEMERIKSAAN NEUROLOGI

ANGGOTA GERAK ATAS

DI SUSUN OLEH :
1. Aasya Lutfi Pramesti
2. Novita Prameswati
3. Nurul Annisa
4. Waryanti
5. Nur Fajrina
6. Shofa Nur Aisyah
7. Leni apriyani
8. Diyas Dwi Lisworo
9. Defi afiani nurohmah
10. Nuke hidayah Thoharoh
11. Gilang Arif Fauzan
12. Vega Rizki Pratama
13. Arga Bima Raharjo

D3 FISIOTERAPI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP
2018

i
PEMERIKSAAN FUNGSI MOTORIK
Pemeriksaan fungsi motorik, meliputi :
1) Observasi
2) Penilaian terhadap ketangkasan gerakan volunteer
3) Penilaian tonus otot
4) Pemeriksaan atrofi otot
5) Pemeriksaan kekuatan ekstremitas
1. Observasi
 Apakah ia berjalan sendiri
 Apakah ia di papah
 Bagaimana gaya berjalannya
 Observasi terhadap gerakan menutup/membuka kancing baju,
menggantung pakaian, dsb.
2. Penilaian terhadap ketangkasan gerakan volunteer
1) Gerakan volunter
Yang dimaksud gerakan volunteer ialah gerakan pasien atas permintaan
pemeriksa.
- Teknik pemeriksaan :
a. Gerakan pada sendi Bahu :
Mintalah pasien unuk melakukan gerakan pada sendi bahu yang meliputi :
Abduksi-Adduksi, elevasi, fleksi-ekstensi,endorotasi-eksorotasi.
- Perhatikan apakah pasien dapat melakukan gerakan-gerakan tersebut
dengan mudah (bebas), dapat melakukan tetapi tidak sempurna,
misalnya bisa melakukan abduksi tetapi tidak mencapai 90o (bebas
terbatas), atau tidak dapat melakukan sama sekali.
b. Gerakan pada sendi siku :
Mintalah pasien untuk melakukan gerakan pada sendi siku yaitu fleksi-
ekstensi, pronasi-supinasi.
- Perhatikan apakah gerakannya bebas, bebas terbatas atau terbatas.
c. Gerakan pada sendi tangan
Mintalah pasien untuk melakukan gerakan pada sendi tangan
yaitu : fleksi-ekstensi, pronasi-supinasi.

i
- Perhatikan apakah gerakannya bebas, bebas terbatas atau terbatas
d. Gerakan jari-jari tangan :
Mintalah pasien untuk mengepalkan tangan, abduks-adduksi ibu
jari.
- Perhatikan apakah gerakannya bebas, bebas terbatas, atau tervatas.
3. Penilaian tonus otot
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mendapat hasil pemeriksaan yang
baik meliputi :
- Pasien harus tenang dan santai
- Ruang periksa harus nyaman dan tenang
Teknik pemeriksaan tonus otot :
a. Memeriksa tonus otot bahu :
Pemeriksa sendi bahu seperti abduksi – adduksi dan elevasi , kemudian
merasakan adanya tahanan pada M.Deltoideus. nilailah tahanan
tersebut apakah normal, meningkat atau menurun.
- Tonus yang meningkat berarti bahwa pemeriksa mendapat kesulitan
untuk menggerakkan sendi bahu. Jika tonus otot hilang, maka
pemeriksa tidak merasakan tahanan.
b. Memeriksa tonus otot pada lengan atas :
- Pemeriksa menggerakkan sendi siku secara pasif, yaitu fleksi dan
ekstensi berulang-ulang dan merasakan adanya tahanan pada otot-otot
di lengan atas dan nilailah tahanan tersebut apakah normal, meningkat
atau menurun.
- Jika tonus otot meningkat, maka pemeriksa mendapat kesulitan untuk
memfleksikan dan mengekstensikan lengan. Jika tonus otot hilang,
maka pemeriksa tidak merasakan tahanan.
c. Memeriksa tonus otot pada lengan bawah :
Pemeriksa menggerakkan tangan pasien secara pasif (pronasi-
suplinasi) dan merasakan adanya tahanan pada otot-otot di lengan
bawah dan nilailah tahanan tersebut apakah normal, meningkat atau
menurun.
d. Memeriksa tonus otot pada tangan :

i
- Pemeriksaan memfleksikan dan mengekstensikan jari-jari tangan
pasien (menggenggam dan membuka dan merasakan adakah tahanan
pada otot tangan, apakah normal, meningkat atau menurun.
4. Pemeriksaan Atrofi otot
Pemeriksaan atrofi otot dapat dengan inspeksi, palpasi dan pengukuran.
5. Pemeriksaan kekuatan ekstremitas
a. Otot bahu :
Meminta pasien untuk melakukan elevasi (mengangkat tangan)
kemudian tangan pemeriksa menahannya.
Meminta pasien untuk melakukan abduksi kemudian tangan pemeriksa
menahannya.
b. Otot lengan :
Meminta pasien untuk melakukan fleksi pada sendi siku kemudian
tangan pemeriksa menahannya.
Pemeriksaan ini terutama menilai kekuatan otot bisep dan
brachioradialis. Meminta pasien untuk melakukan ekstensi pada sendi
siku kemudian tangan pemeriksa menahannya. Pemeriksa
menahannya.
c. Otot tangan :
Meminta pasien untuk menekuk jari-jari tangan, kemudian tangan
pemeriksa menahannya. Meminta pasien untuk mengepalkan tangan
dan mengembangkan jari-jari tangan.
Derajat tenaga otot ditetapkan sebagai berikut :
0, jika tidak timbul kontraksi otot.
1, jika terdapat sedikit kontraksi otot.
2, jika tidak dapat melawan gravitasi.
3, jika dapat melawam gravitasi tanpa penahanan.
4, jika dapat melawan gravitasi dengan penahanan sedang.
5, jika tidak melawan gravitasi secara ampuh.

i
PEMERIKSAAN SENSIBILITAS
Pemeriksaan sensibilitas merupakan pemeriksaan neurologis yang bertujuan untuk
mengetahui fungsi sensorik sistem saraf.
Pemeriksaan sensibilitas meliputi :
1. Pemeriksaan sensasi taktil (raba)
2. Pemeriksaan sensasi nyeri superfisial
3. Pemeriksaan sensasi suhu
4. Pemeriksaan sensasi gerak dan posisi
5. Pemeriksaan sensasi getar
6. Pemeriksaan sensasi tekan.

1. Pemeriksaan sensasi taktil ( raba )


Alat berupa sikat halus ,kain, tissue ,bulu,sentuhan kulit menggunakan
ujung jari dengan sangat lembut.Rangsangan tidak boleh sampai menekan
daerah subkutis .Intensitas rangsang boleh sedikit di pertajam pada daerah-
daerah telapak yang berkulit tebal .Seorang pemeriksa yang menghendaki
jawaban “ya” atau “ tidak “ jika merasakan atau tidak merasakan adanya
rangsang, mintalah pula pasien menyebutkan lokasi masing-masing
rangsang ,dan mintalah pasien untuk menyebutkan perbedaan lokasi
rangsang antara dua titik.
2. Pemeriksaan sensasi nyeri superfisial
Alat yang di gunakan dalam pemeriksaan ini berupa jarum jahit biasa
,jarum yang mempunyai dua ujung tumpul dan tajam ,atau jarum dalam
“hammer-reflex”,rangsang elektris atau rangsang panas tidak dianjurkan.
Prosedur :
a. Mata pasien tertutup
b. Pemeriksa harus mencobakan alat pada dirinya sendiri terlebih
dahulu
c. Pemeriksa melakukan pemeriksaan rangsang secara aman , tanpa
mengakibatkan pendarahan atau luka.

i
d. Pemeriksa melakukan pemeriksaan dengan benar menggunakan
ujung tajam maupun tumpul alat yang digunakan
e. Pemeriksa meminta pasien menjawab mengenai tingkat ketajaman
atas rangsang yang diberikan
f. Jika ditemukan kelainan sensasi turunnya intensitas ,pemeriksa
harus mengulang dari daerah mulainya sensasi turun hingga area
normal.
g. Jika di temukan kelainan sensasi meningkatnya intensitas
kepekaan, pemeriksa harus mengulang dari daerah di mulainya
sensasi meningkat hingga area normal.
3. Peneriksaan sensasi suhu
Alat yang di gunakan untuk pemeriksaan sensasi suhu adalah tabung yang
diisi dengan air panas dan air dingion .Tabung logam lebih diutamakan
dari pada kaca karena logam merupakan konduktor yang lebih baik dari
kaca.
Prosedur:
a. Pasien terlentang
b. Mata pasien tertutup
c. Pemeriksa harus mencoba sensasi panas pada diri sendiri terlebih
dahulu
d. Sensasi hangat bias digunakan sebagai variasi
Orang normal dapat menyebutkan perbedaan antara suhu 20֯C –
50֯C. Abnormalitas sensasi suhu dinamakan thermanesthesia,
thermhipesthesia, thermhiperesthesia yang digunakan baik untuk
istilah sensasi dingin dan panas
4. Pemeriksaan sensasi gerak dan posisi
Prosedur:
a. Pemeriksaan ini tidak perlu menggunakan peralatan khusus.
b. Mata pasien tertutup,pasien dalam posisi terlentang atau duduk
c. Jari jari pasien harus bebas dan rileks dan dapat digerakkan secara
pasif oleh si pemeriksa
d. Sentuhlah secara halus tanpa penekanan terhadap jari-jari tersebut

i
e. Jari- jari yang diperiksa tidak boleh bergerak-gerak, dan terbebas
dari jari-jari lain
f. Pasien akan di Tanya apakah ada atau tidak ada gerakan pada jari
yang di periksa .
g. Jika ada kelainan sensasi gerakan, pemeriksa harus mengulangi
lagi pemeriksaan pada daerah tubuh lain yang lebih besar ,
misalnya pada tungkai atau lengan.

Anda mungkin juga menyukai