Review Makalah ETIL PARA METOKSI SINAMAT - KELAS 7J Edited

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

ISOLASI, IDENTIFIKASI DAN PENENTUAN KADAR ETIL PARAMETOKSI

SINAMAT DARI KAEMPFERIA GALANGA LINN

STANDARISASI DAN PENENTUAN MARKER OBAT BAHAN ALAM

Nama Kelompok :

Ahmad Maldini 1704015002

Ega Febiola 1704015118

Larasati Utami 1704015189

Kelas : Standarisasi 7 J

FAKULTAS FARMASI DAN SAINS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

JAKARTA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumbuhan secara luas merupakan sumber sejumlah obat yang memiliki
aktivitas yang berbeda – beda seperti antispasmodic, anti-kanker, antimikroba, dan
lain sebagainya. Tumbuhan obat merupakan summber obat alam yang paling kaya di
bidang pengobatan tradisional, pengobatan modern, nutraseutikal, suplemen makanan,
dan senyawa penuntun untuk obat – obat sintetik (Tiwari et al.,2011).
Kencur (Kaemferia Galanga, Linn) merupakan tanaman tropis yang banyak
tumbuh di berbagai daerah di Indonesia sebagai tanaman yang dipelihara. Tanaman
ini banyak digunakan sebagai ramuan obat tradisional dan sebagai bumbu dalam
masakan sehingga para petani banyak yang membudidayakan tanaman kencur sebagai
hasil pertanian yang diperdagangkan dalam jumlah besar. Masyarakat mempercayai
dapat mengobati penyakit tertentu, antara lain dapat menyembuhkan masuk angin,
batuk, dan sakit tenggorokan. Tumbuhan ini merupakan salah satu tumbuhan herbal
medicinal dari family zingiberaceae yang memiliki bermacam – macam kegunaan
secara farmakologi yaitu sebagai antiinflamasi, analgesic, nematisida, penolak
nyamuk, larvisida, vasorelaksan, sedative, antineoplastic, antimikroba, antioksidan,
antialergi dan penyembuh luka (Umar et al., 2011)
Etil Parametoksisinamat (EPMS) adalah salah satu senyawa hasil isolasi
rimpang kencur (kaempferia galanga L.) yang merupakan bahan dasar senyawa tabir
surya yaitu pelindung kulit dari sengatan sinar matahari. Dalam ekstrak kencur
terdapat senyawa sinamat. Sinamat adalah salah satu senyawa yang berpotensi
sebagai senyawa tabir surya. Oktil sinamat contohnya saat ini cukup popular dalam
industry kosmetika karena memiliki aktivitas perlindungan yang tinggi dan tidak
memiliki efek samping. Senyawa turunan alkil sinamat lain diharapkan juga dapat
menyerupai sifat dari oktil sinamat tersebut (Wahyuningsihdkk, 2002).
EPMS termasuk dalam golongan senyawa ester yang mengandung cincin
benzene dan gugus metoksi yang bersifat nonpolar dan juga gugus karbonil yang
mengikat etil yang bersifat sedikit polar sehingga Dalam ekstraksinya dapat
menggunakan pelarut – pelarut yang mempunyai variasi kepolaran yaitu etanol,
etilasetat, methanol, air, dan heksana. EPMS merupakan komponen utama turunan
dari senyawa sinamat. Kadar EPMS dalam simplisia dapat mencapai 2,5%.
Kandungan etil p-metokksi sinamat pada rimpang kencur sekitar 10,5% yang dapat
diisolasi dengan mudah memakai pelarut petroleum eter dengan metoda perkolasi.
Hasil penelitian yang sudah dilakukan ini dapat digunakan sebagai dasar untuk
proses isolasi Etil parametotoksi sinamat dari rimpang kencur untuk pengembangan
dan penelitian selanjutnya sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih baik untuk
meningkatkan nilai ekonomis dari tanaman kencur serta dapat membudidayakan
usaha tanaman ini agar menguntungkan petani.
Ekstraksi oleoresin kencur dilakukan sebagai untuk melakukan isolasi
kandungan EPMS. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode
eksperimen perlakuan atau penelitian secara langsung pada bahan yang akan diteliti
dengan menganalisa data yang telah didapat. Untuk mendapatkan EPMS dari rimpang
kencur juga dilakukan 3 perlakuan yaitu preparasi, isolasi dan kristalisasi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Klasifikasi Tanaman
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Upafamili : Zingiberoideae
Genus : Kaempferia
Spesies : K. galangal
Nama binomial : Kaempferia galangal(Linn.) (Anonim, 2014)
Nama daerah : Kencur (Indonesia dan Jawa); cikur (Sunda); ceuko( Aceh); kencor
(Madura); cekuh (Bali); asauli, sauleh, soul, umpa (Maluku); dan cekir (Sumba)
Rumus molekul : C12H13O3
Berat Molekul : 205 g/mol

B. Definisi Senyawa Etil Parametoksi Sinamat

Gambar 1. Etil p-Metoksisinamat


(Sumber: Setyawan, 2012)

EPMS termasuk dalam golongan senyawa ester yang mengandung cincin benzena dan
gugus metoksi yang bersifat nonpolar dan juga gugus karbonil yang mengikat etil yang
bersifat sedikit polar sehingga dalam ekstraksinya dapat menggunakan pelarut-pelarut
yang mempunyai variasi kepolaran yaitu etanol, etilasetat, metanol, air, dan heksana.
Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi harus mempunyai kepolaran yang berbeda.
Ekstrasi EPMS dari kencur menggunakan suhu yang kurang dari titik lelehnya yaitu 48 –
50C. (Setyawan, 2012). Etil parametoksi sinamat (EPMS) merupakan komponen utama
turunan dari senyawa sinamat. Kadar EPMS dalam simplisia dapat mencapai 2,5%.
(Hudha, 2015).

C. Prosedur Ekstraksi/Isolasi Senyawa Etil Parametoksi Sinamat


1. Pembuatan Simplisia
Determinasi tanaman yang diteliti bertujuan untuk mendapatkan kebenaran identitas
dari tanaman yang akan diteliti mungkin mengandung kesalahan dalam pengumpulan
bahan utama / tercampurnya tanaman yang akan diteliti dengan tanaman lain.
- Pengambilan bahan : Rimpang kencur diambil
- Sortasi basah : Rimpang kencur di sortasi basah yang bertujuan untuk
memisahkan rimpang kencur dengan tanaman lain yang ikut terbawa pada saat
pemanenan.
- Pencucian : Rimpang kencur dibersihkan dan dicuci dengan air bersih
yang mengalir. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran (sisa tanah) yang
melekat pada rimpang kencur.
- Perajangan : Rimpang kencur dipotong kecil kecil dengan irisan melintang
dan ketebalan 3 - 4 mm. Hal ini bertujuan untuk mempercepat proses pengeringan.
- Pengeringan : Rimpang kencur dikeringkan menggunakan oven dengan suhu
40°C selama 2,5 jam agar kandungan air dalam rimpang berkurang. Suhu yang
digunakan 40°C untuk menjaga senyawa etil p-metoksi sinamat tidak rusak.
- Penyerbukan : Rimpang kencur yang telah dikeringkan kemudian diblender
sampai menjadi serbuk dan diayak dengan ayakan mesh 50.
(Nugraha, 2012)
2. Maserasi
Maserasi dilakukan dalam bejana tertutup. Maserasi ini penting terutama pada
sebuk simplisia yang mengandung bahan yang mudah mengembang bila terkena air,
misalnya serbuk rimpang tanaman suku Zingiberaceae. (Caesaria, 2009) Pada
penelitian ini dilakukan maserasi menggunakan petroleum eter untuk
memisahkan/menyari zat aktif yang dikehendaki.
3. Perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan menempatkan serbuk simplisia dalam suatu bejana
silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, kemudian cairan penyari
dialirkan dari atas kebawah melalui serbuk tersebut. Cairan penyari akan melarutkan
zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Serbuk simplisia yang
akan di perkolasi tidak langsung dimasukkan dalam bejana perkolator, tetapi dibasahi
atau dimaserasi terlebih dahulu dengan cairan penyari. (Caesaria, 2009)
4. Penguapan
Penguapan bertujuan untuk mengurangi jumlah pelarut yang ada di dalam
ekstrak sehingga akan didapatkan ekstrak kental yang mempunyai kadar pelarut yang
kecil. (Caesaria, 2009) Pada penelitian ini digunakan Rotary evaporator untuk
menguapkan ekstrak agar menjadi ekstrak yang kental.
5. Soxhlet
Ekstraksi soxhlet merupakan metode pemisahan yang melibatkan pemindahan
substansi dari fasa material kedalam fasa lainnya dan kedua fasa tidak saling
melarutkan. Ekstraksi soxhlet ini merupakan metode yang paling umum digunakan
untuk memisahkan bahan alam yang terdapat dalam tumbuhan dengan menggunakan
pelarut yang dapat melarutkan zat yang ingin dipisahkan (Fessenden, R., &
Fessenden, J. 1982.)
6. Rekristalisasi
Kristal yang telah didapatkan dari menguapkan ekstrak cair kemudian
dilarutkan kembali dengan pelarut yang cocok kemudian di kristalkan kembali.
Fungsi dari rekristalisasi adalah memisahkan Kristal dari senyawa target dengan zat
ballast yang ikut terekstraksi sehingga memaksimalkan kemurnian senyawa aktif yang
diinginkan. (Caesaria, 2009) Pada penelitian ini dilakukan pencucian
kristal/rekristalisasi menggunakan pelarut kloroform untuk menghilangkan pengotor
yang masih tertinggal.

D. Prosedur Analisa Senyawa


1. Uji Organoleptik
Uji organoleptik merupakan pengujian menggunakan panca indera
mendeskripsikan bentuk, bau, warna dan rasa yang bertujuan sebagai awal yang
sederhana seobjektif mungkin.
2. Kromatografi Lapis Tipis
Untuk uji kromatografi lapis tipis, dibuat eluen/fase gerak metanol dan aseton
dengan perbandingan 2:1 dan untuk fase diam digunakan Silika gel GF 254. Sebanyak
10 mL sampel 1 % disiapkan dengan mengencerkan ekstrak menggunakan aquadem.
Standar baku pembanding etil p-metoksisinamat 1% juga disiapkan dengan pengencer
aquadem. Chamber untuk meletakkan kromatogram dijenuhkan dengan eluen yang
akan digunakan. Larutan sampel dan larutan standar ditotolkan pada lempeng,
dibiarkan kering kemudian di elusi pada chamber yang telah disiapkan. Lempeng
KLT yang telah dielusi dideteksi menggunakan sinar UV 254. Nilai Rf kemudian
dihitung dari jarak spot yang terbentuk berbanding jarak akhir. (Nurmala, 2017)
Tujuan dilakukan KLT adalah untuk memisahkan komponen-komponen dalam
senyawa atau campuran.
3. Spektrofotometri UV – VIS
Pengujian kadar etil p metoksi sinamat dilakukan menggunakan alat spektrofotometer
UV-VIS dengan pelarut metanol.(Nurmala, 2017).Tujuan dilakukan penetapan kadar
dengan Spektrofotometri UV – VIS untuk menentukan panjang gelombang
maksimum dari suatu senyawa.
4. Analisa FT – IR
Selanjutnya direkristalisasi menggunakan pelarut petroleum eter hingga
terbentuk Kristal putih bersih. Hasil isolasi diidentifikasi menggunakan FT-IR.
Identifikasi FT-IR bertujuan mengetahui gugus fungsi yang ada pada senyawa etil p
Metoksisinamat. (Alchaddad, 2015)
5. Analisa GC – MS
Analisis menggunakan GC-MS dimaksudkan untuk mengetahui semua
kemungkinan struktur yang terjadi dan sekalian menunjukkan kadar senyawa dari etil
p-metoksisinamat yang terbentuk. (Nugraha, 2012)

E. Hasil Penelitian
1. Uji Organoleptik
Hasil uji organoleptik menunjukan bahwa ekstrak yang didapatkan berwarna Putih
bening, berbau khas kencur, memiliki titik leleh 47.5ºC dan berupa padatan kristal.
(Alchaddad, 2015)
2. Kromatografi Lapis Tipis
Hasil analisis KLT dengan fase gerak methanol:aseton (2:1) menunjukkan bahwa
senyawa etil p-metoksi sinamat memiliki nilai Rf 0,68. (Nurmala, 2017)
3. Spektrofotometri UV – VIS
Hasil analisis spektrofotometri senyawa standar etil p metoksi sinamat dalam pelarut
methanol memberikan spectrum dengan serapan maksimum masing-masing pada
307,0 nm dan 226.0 nm. (Nurmala, 2017)

4. Analisa FT – IR

Gambar 2. Spektrum sinamat IR dari etil p-metoksi


Hasil spektra IR dari isolasi etil p-metoksi sinamat dengan perendaman 24 jam
menunjukkan gugus-gugus fungsional yang mendukung hipotesis bahwa senyawa
tersebut adalah benar etil p-metoksisinamat. Semua serapan gelombang pada spectra
daerah tersebut mendukung hipotesis bahwa senyawa tersebut adalah etil p-
metoksisinamat. (Nugraha, 2012)
5. Analisa GC – MS
Gambar 3. Kromatografi GC pada GC – MS dari etil p-metoksisinamat
Dari Gambar 3 hanya terlihat dua puncak yang teridentifikasi oleh alat
instrumen GC-MS, dan diperkirakan puncak kedua merupakan senyawa etil p-metoksi
sinamat dengan presentase relative sebesar 99%. Terlihat jelas dalam kromatogram
senyawa etil p-metoksisinamat yang telah di isolasi berhasil mendapatkan tingkat
kemurnian yang tinggi dengan presentase relative dari pengotor hanya sebesar 1%.

Berdasarkan spectra massa GC-MS dari peak kedua (Line#2) terlihat senyawa
dengan m/z = 206 dimana struktur senyawa tersebut diperkirakan adalah etil p-
metoksisinamat yang telah terdeteksi, spectra massa peak kedua dari etil p-
metoksisinamat ditunjukkan oleh Gambar 4.

Gambar 4. Spektra massa GC – MS dari etil p-metoksisinamat


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan :
 Hasil isolasi, penentuan kadar senyawa etil parametoksi sinamat baik
menggunakan metode GCMS, FT-IR, Spektrofotometer UV-Vis, dan
kromatografi lapis tipis hasilnya baik. Dimana senyawa etil parametoksi sinamat
dapat teridentifiksi didalam isolasi kencur, maupun bentuk ekstraknya.
 Peneliti tersebut menggunakan alat-alat GCMS, FT-IR, Spektrofotometer UV-Vis,
dan kromatografi lapis tipis alasannya karena alat tersebut tersedia didalam
Laboratorium, dan penyesuaian biaya peneliti.
 Masing-masing alat memiliki kelebihan dan kekurangannya. Sehingga peneliti-
peneliti tersebut menggunakan alat yang berbeda untuk memastikan keefektifan
suatu alat terhadap penetapan kadar suatu senyawa.
DAFTAR PUSTAKA

Setyawan, E.,dkk. 2012. Optimasi YieldEtil P MetoksisinamatpadaEkstraksi


OleoresinKencur (Kaempferia galanga) menggunakanPelarutEtanol.
JurnalBahanAlamTerbarukan 1 (2): 31-38 ISSN: 2303-0623

Hudha, Mohammad I.,dkk. 2015. Optimalisasi Proses IsolasiEtilParametoksisinamat


(EPMS) Dari RimpangKencurdenganVariasi Proses dan KonsentrasiPelarut. Jurnal
Seminar Nasional Teknologi, 758 – 762 ISSN: 2407 – 7534

Caesaria, C., dkk. 2009. IsolasiEtil p-MetoksisinamatdariRimpangKencur (kempferia galanga


L.) dan IdentifikasinyadenganKromatografi Gas Spektrofotometri Massa. Jurnal
PHARMACY Vol. 06 ISSN 1693-3591

Nugraha, Septian A., dkk. 2012. Uji AntimikrobaEtil p-


metoksiSinamatdariRimpangKencurTerhadap Bacillus Subtilis. Indo. J. Chem. Sci. 1
(2) ISSN 2252-6951

Nurmala, S. 2017. Uji ToksisitasAkutSenyawaEtil p-Metoksisinamat Yang


DiisolasidariRimpangKencur (Kaempferia galanga L). JurnalFitofarmaka 7 (2): 30-
33 ISSN:2087-9164

Alchaddad, M., dkk. 2015. TransesterifikasiEtil p-Metoksisinamat Hasil


IsolasiRimpangKencurDengan Vitamin C Terkatalis Lipase. J. Chem. Sci. 4 (2)
ISSN 2252-6951

Fessenden, R., & Fessenden, J. 1982. Kimia OrganikJilid I. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai