Sop Oksigenasi
Sop Oksigenasi
Sop Oksigenasi
PENGERTIAN Suatu kegiatan yang dilakukan untuk memposisikan pasien pada posisi
semi duduk dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan.
Variasi posisi fowler meliputi fowler rendah (elevasi kepala 15-300), semi
fowler (30-450) dan fowler tinggi (45-900).
Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan
memfasilitasi fungsi pernapasan.
TUJUAN Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
Meningkatkan rasa nyaman
Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi
dada dan ventilasi paru
Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap
INDIKASI Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
Pada pasien yang mengalami imobilisasi
KONTRAINDIKASI -
KOMPLIKASI -
ALAT DAN Bantal besar 2 buah (atau secukupnya)
BAHAN Bantal kecil 5 buah (atau secukupnya)
Papan kaki
PELAKSA NAAN A.Tahap Pra-Interaksi
1. Mengecek program medis
2. Persiapkan diri
3. Persiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri
2. Verifikasi data pasien (nama, tanggal lahir dan nomor MR)
3. Kontrak tindakan: Prosedur, Tujuan, Waktu dan Tempat
4. Beri kesempatan pasien untuk bertanya
5. Validasi kesiapan pasien untuk mengikuti prosedur
6. Dekatkan alat didekat klien
7. Jaga privacy pasien
C. Tahap Kerja
1. Mencuci tangan
2. Dudukkan pasien
3. Berikan sandaran atau bantal besar pada tempat tidur pasien atau atur
ketinggian tempat tidur dengan elevasi kepala sesuai kebutuhan
4. Berikan bantal kecil dibawah kepala klien (mencegah kontraktur
servical vertebrae)
5. Berikan bantal kecil untuk menyangga pergelangan tangan dan lengan
bawah (jika klien kehilangan kontrol volunter sehingga lengan tidak
dapat digerakkan. Hal ini untuk mencegah dislokasi bahu dari efek
lengan yang tidak support/ ditopang, meningkatkan sirkulasi dan
mencegah kontraktur pergelangan tangan dan lengan)
6. Berikan bantal kecil dibawah pinggang (menopang lumbar vertebrae
dan menurunkan fleksinya bagian vertebrae)
7. Berikan bantal kecil dibawah paha (mencegah hiperekstensi paha dan
penyumbatan arteri popliteal dari tekanan akibat berat badan)
8. Berikan bantal kecil dibawah betis (mencegah tekanan di tumit)
9. Tempatkan papan kaki dibawah telapak kaki klien (memantapkan
posisi dorsofleksi dan mencegah foot drop)
10. Rapikan pasien dan alat
11. Mencuci tangan
D. Tahap Terminasi
1. Evaluasi respon klien (Observasi pola napas klien)
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Dokumentasi
SIKAP 1. Melakukan tindakan dengan sistematis
2. Komunikatif dengan klien
3. Bekerja dengan teliti.
4. Percaya diri
KETERANGAN
GAMBAR
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
PRODI DIII KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN
PENGERTIAN
Suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan dahak pasien untuk
dilakukan pemeriksaan dahak.
Dahak merupakan cairan yang diproduksi oleh saluran pernafasan dan
dikeluarkan dari saluran pernafasan saat batuk.
Pemeriksaan dahak bertujuan untuk diagnosis etiologi berbagai penyebab
penyakit pernapasan
TUJUAN Kepentingan pemeriksaan diagnostic pada saluran pernapasan
INDIKASI Pasien yang mengalami pneumonia
Pasien yang mengalami Abses paru
Tuberkulosis
KONTRAINDIKASI -
KOMPLIKASI -
ALAT DAN Handscoon bersih
BAHAN Masker
Tisu
Sputum pot bertutup
Bengkok
Formulir pemeriksaan laboratorium
Label spesimen dan pulpen
PERSIAPAN Pasien dianjurkan untuk banyak minum air pada malam hari sebelum
PASIEN pengambilan sampel dahak, agar pasien lebih mudah mengeluarkan dahak
di pagi hari.
Pasien diminta untuk tidak makan dan minum apapun sekitar 1-2 jam
sebelum pengambilan.
Pasien diminta untuk kumur mulut menggunakan air putih bukan dengan
obat kumur (mouthwash).
PELAKSA NAAN A. Tahap Pra-Interaksi
1. Mengecek program medis
2. Persiapkan diri
3. Persiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri
2. Verifikasi data pasien (nama, tanggal lahir dan nomor MR)
3. Kontrak tindakan: Prosedur, Tujuan, Waktu dan Tempat
4. Beri kesempatan pasien untuk bertanya
5. Validasi kesiapan pasien untuk mengikuti prosedur
6. Dekatkan alat didekat klien
7. Jaga privacy pasien
C. Tahap Kerja
1. Mencuci tangan
2. Pasang masker dan sarung tangan
3. Dudukkan pasien
4. Minta pasien untuk kumur dengan air putih
5. Ajarkan pasien untuk menarik nafas dalam-dalam 2-3 kali dan
batukkan yang kuat untuk mengeluarkan dahak (bertujuan agar pasien
tidak keliru dan malah mengeluarkan ludah, bukan dahak; jika pasien
sulit mengeluarkan dahak, pasien akan diberikan terapi uap
(nebulizer) terlebih dahulu untuk mengencerkan dahak, sehingga
mudah untuk dikeluarkan)
6. Buka tutup sputum pot dan berikan ke pasien
7. Tampung dahak pada sputum pot (2 – 10 ml) lalu tutup sputum pot
(bila volume dahak kurang, ulangi prosedur diatas).
8. Kaji dahak terhadap warna, odor, konsistensi
9. Beri label pada sputum pot (nama, MR, tanggal dan jam pengambilan)
10. Rapikan pasien dan alat
11. Mencuci tangan
D. Tahap Terminasi
1. Evaluasi respon klien
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Dokumentasi
SIKAP 1. Melakukan tindakan dengan sistematis
2. Komunikatif dengan klien
3. Bekerja dengan teliti.
4. Percaya diri
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
PRODI DIII KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN
PENGERTIAN Pemberian oksigen kepada klien yang memerlukan oksigen ekstra dengan
cara memasukkan selang yang terbuat dari plastik kedalam lubang hidung
dan mengaitkannya di belakang telinga.
Panjang selang yang di masukkan ke dalam lubang hidung berkisar 0,6
sampai dengan 1,3 cm.
Nasal kanul merupakan alat sederhana yang dapat memberikan O2 dengan
sistem aliran yang rendah 1-6 liter/menit dan konsentrasi O2 22-44%.
TUJUAN Mempertahankan dan memenuhi kebutuhan oksigen dengan konsentrasi
relatif rendah jika hanya membutuhkan oksigen minimal, misalnya klien
yang masih mampu bernafas dengan pola pernafasan normal dengan
Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16– 20 kali per menit
Memberi oksigen yang tidak terputus saat klien makan atau klien minum.
MANFAAT/ Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur
KEUNTUNGAN mudah memasukkan kanul dibanding kateter
Klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan
nyaman.
INDIKASI Indikasi terapi oksigen adalah hipoksia, yang ditandai dengan PaO2 < 60
mmHg dan SaO2 < 90%.
Pemilihan nasal kanul atau metode terapi oksigen lainnya didasarkan pada
usia, kebutuhan oksigen atau tujuan terapeutik, toleransi pasien, dan
kebutuhan humidifikasi.
Indikasi nasal kanul:
Pasien dengan kebutuhan oksigen rendah hingga sedang, laju 1-4
L/menit tanpa sistem humidifikasi dan 1-10 L/menit dengan sistem
humidifikasi.
Pada pasien yang dapat bernafas dengan spontan tetapi masih
membutuhkan terapi oksigen untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan
oksigen (keadaan sesak atau tidak sesak).
Pada pasien dengan gangguan oksigenasi seperti klien dengan asma,
PPOK, atau penyakit paru yang lain.
Pada pasien yang membutuhkan terapi oksigen jangka panjang
KONTRAINDIKASI Obstruksi nasal
Apneu
Trauma maksilofasial
Fraktur dasar tengkorak kepala
KOMPLIKASI -
ALAT DAN Tabung Oksigen yang sudah terpasang regulator (flow meter dan
BAHAN Humidivier yang diisi cairan steril/aquades sampai batas pengisian) dan
dipastikan berfungsi dengan baik
Nasal kanul
Plester (jika di butuhkan)
Gunting plester (jika di butuhkan)
PELAKSANAAN A. Tahap Pra-Interaksi
1. Mengecek program medis
2. Persiapkan diri
3. Persiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri
2. Verifikasi data pasien (nama, tanggal lahir dan nomor MR)
3. Kontrak tindakan: Prosedur, Tujuan, Waktu dan Tempat
4. Beri kesempatan pasien untuk bertanya
5. Validasi kesiapan pasien untuk mengikuti prosedur
6. Dekatkan alat didekat klien
7. Jaga privacy pasien
C. Tahap Kerja
1. Mencuci tangan
2. Bantu klien pada posisi semi fowler jika memungkinkan untuk
memberikan kemudahan ekspansi dada
3. Sambung nasal kanul dengan tabung oksigen yang sudah terpasang
regulator dan dipastikan berfungsi baik
4. Putar kenop oksigen untuk mengalirkan oksigen
5. Periksa aliran oksigen pada selang (pastikan oksigen mengalir dengan
bebas melalui slang dan anda dapat merasakan oksigen keluar dari
kanula nasal. Tidak terdengar bunyi pada slang, sambungan tidak
bocor, dan terdapat gelembung udara pada humidifier saat oksigen
mengalir melewati air)
6. Atur kecepatan aliran oksigen sesuai dengan terapi yang
direkomendasikan.
7. Pasang kanula nasal pada wajah klien dengan lubang kanula masuk
kedalam hidung dan karet pengikat melingkari kepala pasien
(Beberapa model memiliki karet pengikat yang ditarik ke bawah
dagu).
8. Fiksasi kanula nasal menggunakan plester (Gunakan kassa sebagai
alas pada area telinga dan tulang pipi untuk mencegah iritasi jika
perlu)
9. Lakukan evaluasi umum pada klien dalam 15-30 menit pertama,
bergantung pada kondisi pasien. Selanjutnya, lakukan evaluasi umum
secara teratur
10. Rapikan pasien dan alat
11. Mencuci tangan
D. Tahap Terminasi
1. Evaluasi respon klien
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Dokumentasi
EVALUASI 1. Kaji respon klien terhadap oksigen dalam 15-30 menit, pergerakan dada;
warna kulit; kuku; bibir; telinga; membran mukosa hidung; mulut; tanda
hipoksia; tanda hiperkarbia; bunyi napas bilateral; AGD; toleransi
aktivitas; adanya takikardia; dispnea; konfusi; kelelahan; dan sianosis.
2. Periksa kecepatan aliran oksigen dan air dalam humidifier dalam 30 menit.
dan ketika memberi perawatan pada pasien. Pertahankan ketinggian air di
dalam humidifier dan pastikan petunjuk keamanan dipatuhi
3. Kaji adanya iritasi pasa hidung pasien dan berikan pelumas pada membran
mukosa jika perlu.
SIKAP 1. Melakukan tindakan dengan sistematis
2. Komunikatif dengan klien
3. Bekerja dengan teliti.
4. Percaya diri
KETERANGAN
GAMBAR
Flowmeter
Humidifier
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
PRODI DIII KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN
PENGERTIAN
Suatu tindakan keperawatan dimana perawat mengajarkan/ melatih klien
agar mampu melakukan napas dalam secara efektif sehingga kapasitas
vital dan ventilasi paru meningkat.
Napas dalam adalah bernapas dengan perlahan dan menggunakan
diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada
mengembang penuh
TUJUAN Meningkatkan kapasitas paru
Mencegah atelectasis
INDIKASI Pola nafas tidak efektif
Kecemasan
Nyeri
Hipoksia
Fatique
Gangguan ventilasi paru seperti pada PPOK
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau chronic obstructive
pulmonary disease (COPD) merupakan kondisi peradangan pada paru-
paru yang berkembang dalam jangka waktu cukup lama. Kondisi ini
ditandai dengan adanya obstruksi aliran udara kronik di paru. Obstruksi
aliran udara kronik pada PPOK disebabkan oleh gabungan dari kerusakan
saluran nafas (bronkiolitis obstruktif) dan kerusakan parenkim paru
(emphysema).
KONTRAINDIKASI Sesak napas
KOMPLIKASI -
ALAT DAN Bantal
BAHAN
PELAKSANAAN A. Tahap Pra-Interaksi
1. Mengecek program medis
2. Persiapkan diri
3. Persiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri
2. Verifikasi data pasien (nama, tanggal lahir dan nomor MR)
3. Kontrak tindakan: Prosedur, Tujuan, Waktu dan Tempat
4. Beri kesempatan pasien untuk bertanya
5. Validasi kesiapan pasien untuk mengikuti prosedur
6. Dekatkan alat didekat klien
7. Jaga privacy pasien
C. Tahap Kerja
1. Mencuci tangan
2. Mengatur posisi yang nyaman oleh klien (semi fowler) dengan lutut
ditekuk, punggung dan kepala diberi bantal atau posisi supine dengan
kepala diberi bantal dan lutut ditekuk.
3. Menganjurkan klien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan
di abdomen (untuk merasakan gerakan dada dan abdomen saat
bernafas)
4. Melatih pasien melakukan pernapasan perut (memerintahkan klien
menarik napas dalam melalui hidung dengan mulut ditutup hingga 3
hitungan)
5. Menganjurkan klien tetap rileks, jangan melengkungkan punggung
dan konsentrasi pada pengembangan abdomen sejauh yang dapat
dilakukan.
6. Meminta klien menahan napas hingga 3 hitungan.
7. Memerintahkan klien untuk mengerutkan bibir seperti sedang bersiul
dan mengeluarkan udara dengan pelan dan tenang hingga 3 hitungan.
8. Menganjurkan klien merasakan mengempisnya abdomen dan
kontraksi otot.
9. Rapikan pasien dan alat
10. Mencuci tangan
D. Tahap Terminasi
4. Evaluasi respon klien
5. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
6. Dokumentasi
SIKAP 1. Melakukan tindakan dengan sistematis
2. Komunikatif dengan klien
3. Bekerja dengan teliti.
4. Percaya diri
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
PRODI DIII KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN