Sop IV Bolus
Sop IV Bolus
Sop IV Bolus
INTRAVENA.
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan yang disuntikkan dengan
cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir dimasukkan ke
dalam tubuh dengan menggunakan alat suntik.
Injeksi intravena (bolus) adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam
pembuluh darah vena atau melalui karet selang infuse dengan menggunakan spuit.
Sedangkan pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang menghantarkan darah ke
jantung. Injeksi intravena bertujuan untuk memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorpsi
dari pada dengan injeksi perenteral lain, menghindari terjadinya kerusakan jaringan serta
memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar.
1. Mendapatkan reaksi obat yang cepat diabsorbsi daripada injeksi parenteral lain
2. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,
vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral.
3. Mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolit
4. Menghindari terjadinya kerusakan jaringan.
5. Memperbaiki keseimbangan asam basa
6. Memasukkan obat dalam jumlah yang besar
7. Memberikan tranfusi darah
8. Menyediakan medium untuk pemberian obat intravena
9. Membantu pemberian nutrisi parenteral
10. Memonitor Tekanan Vena Sentral (CVP)
11. Memudahkan pemberian obat IV lewat selang infus tanpa harus menyuntikan jarum
lagi ke tubuh pasien,agar pasien tidak merasa sakit karena suntikan langsung ke
kulit.
Menurut Perry & Potter (2006) indikasi pada pemberian terapi intravena: pada seseorang
dengan penyakit berat, pemberian obat melalui intravena langsung masuk ke dalam jalur
peredaran darah. Misalnya pada kasus infeksi bakteri dalam peredaran darah (sepsis). Sehingga
memberikan keuntungan lebih dibandingkan memberikan obat oral. Namun sering terjadi,
meskipun pemberian antibiotika intravena hanya diindikasikan pada infeksi serius, rumah sakit
memberikan antibiotika jenis ini tanpa melihat derajat infeksi. Antibiotika oral (dimakan biasa
melalui mulut) pada kebanyakan pasien dirawat di rumah sakit dengan infeksi bakteri, sama
efektifnya dengan antibiotika intravena, dan lebih menguntungkan dari segi kemudahan
administrasi rumah sakit, biaya perawatan, dan lamanya perawatan. Obat tersebut memiliki
bioavailabilitas oral (efektivitas dalam darah jika dimasukkan melalui mulut) yang terbatas. Atau
hanya tersedia dalam sediaan intravena (sebagai obat suntik). Misalnya antibiotika golongan
aminoglikosida yang susunan kimiawinya “polications” dan sangat polar, sehingga tidak dapat
diserap melalui jalur gastrointestinal (di usus hingga sampai masuk ke dalam darah). Maka harus
dimasukkan ke dalam pembuluh darah langsung. Pasien tidak dapat minum obat karena muntah,
atau memang tidak dapat menelan obat (ada sumbatan di saluran cerna atas). Pada keadaan
seperti ini, perlu dipertimbangkan pemberian melalui jalur lain seperti rektal (anus), sublingual
(di bawah lidah), subkutan (di bawah kulit), dan intramuskular (disuntikkan di otot). 16
Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedakobat masuk ke pernapasan), sehingga
pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan. Kadar puncak obat dalam darah perlu segera
dicapai, sehingga diberikan melalui injeksi bolus (suntikan langsung ke pembuluh balik/vena).
Peningkatan cepat konsentrasi obat dalam darah tercapai, misalnya pada orang yang mengalami
hipoglikemia berat dan mengancam nyawa, pada penderita diabetes mellitus. Alasan ini juga
sering digunakan untuk pemberian antibiotika melalui infus/suntikan, namun perlu diingat bahwa
banyak antibiotika memiliki bioavalaibilitas oral yang baik, dan mampu mencapai kadar adekuat
dalam darah untuk membunuh bakteri.
1. Memberikan salam dan menjelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan
procedure serta tujuannya.
2. Menyiapkan alat dan bahan, membawa ke dekat pasien.
3. Memasang sampiran.
4. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin.
5. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk
bersih.
6. Memakai sarung tangan.
7. Oplos obat menggunakan water steril for injection hingga tercampur. Selanjutnya
tarik menggunakan spuit.
8. Memastikan tidak ada gelembung udara pada spuit dengan cara mencoba spuit
terlebih dahulu, lalu simpan pada bak instrumen.
9. Mencari tempat penyuntikan obat pada karet selang atau pada tutup area injeksi
pada vasofix.
10. Memasang pengalas dibawah daerah yang akan disuntik.
11. Melalukan swab atau mendesinfeksi karet selang infus (bolus) dengan kapas
alkohol, secara sirkular dengan diameter + 5 cm.
12. Mengklem cairan infuse.
13. Menusukkan jarum ke dalam karet selang infus (bolus) dengan tangan yang
dominan.
14. Menarik sedikit penghisap untuk aspirasi apakah jarum sudah masuk selang infus.
15. Memasukkan obat perlahan-lahan ke dalam vena dengan kecepatan maksimal 5
cc/menit. Untuk obat-obatan yang pekat sebaiknya dioplos terlebih dahulu
menggunakan water steril.
16. Menarik jarum keluar setelah obat dimasukkan, selanjutnya swab lagi menggunakan
kapas alkohol.
17. Periksa kecepatan tetesan cairan infuse.
18. Membereskan alat, buang alat suntik dan bekas tempat obat dengan benar.
19. Buang sampah pada tempat sampah medis.
20. Buka sarung tangan dan buang pada tempat sampah medis.
21. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk atau
tissue hingga kering dan bersih.
22. Melakukan evalusi dan respon pasien setelah tindakan dilakukan.
23. Dokumentasi tindakan yang telah dilakukan.