Askep Komunitas PTM (Stroke)
Askep Komunitas PTM (Stroke)
Askep Komunitas PTM (Stroke)
KEPERAWATAN KOMUNITAS II
“Asuhan Keperawatan Komunitas dengan Masalah Kesehatan Populasi : Penyakit
Tidak Menular/Kronis (Stroke)”
Oleh :
Dinda Melisri Joesa
NIM. 183310804
Dosen Pembimbing :
Tasman,SKp.,M.Kep.,Sp.Kom
A. Latar Belakang
Penyakit Tidak Menular (PTM) dewasa ini telah menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang cukup besar khususnya di Indonesia. Hal ini ditandai dengan
bergesernya pola penyakit yang sering disebut dengan transisi epidemiologi yang
ditandai dengan meningkatnya kematian dan kesakitan akibat penyakit tidak menular
seperti stroke,jantung,dan diabetes mellitus. Penyakit kematian tertinggi didunia
adalah penyakit degenerative.
Setiap tahun,15 juta orang didunia menderita stroke. Terdapat 6,5 juta
kematian akibat stroke didunia,menjadikan stroke sebagai penyebab kematian nomor
dua didunia. Kematian akibat stroke terhitung 11,8% dari kematian didunia. Stroke
adalah penyebab nomor dua penyebab kecacatan,setelah dimensia. Kecacatan dapat
berupa kehilangan penglihatan dan atau penurunan kemampuan
berbicara,paralisis,dan kebingungan.
Stroke disebabkan adanya gangguan peredaran darah dikarenakan pecahnya
pembuluh darah atau terhambat oleh sumbatan. Hal ini menyebabkan terputunya
persediaan oksigen dan nutrient yang menyebabkan kerusakan jaringan otak. Stroke
disebabkan oleh multifactor seperti hipertensi,penyakit
jantung,merokok,diabetes,kolesterol,obesitas dan kurang aktivitas fisik dan factor
lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori penyakit tidak menular?
2. Bagaimana konsep teori penyakit stroke ?
3. Bagaimana asuhan keperawatan komunitas penyakit tidak menular terutama
stroke?
C. Tujuan Makalah
1. Memberikan informasi mengenai penyakit tidak menular terutama penyakit stroke
2. Untuk mengetahui bagaiaman asuhan keperawatan komunitas pada klien stroke
3. Untuk memenuhi penugasan keperawatan komunitas II
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
I. Pengertian Stroke
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah
diotak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan dan kematian. Sedangkan menurut Hudak (1996),stroke
adalah deficit neurologis yang mempunyai serangan mendadak dan berlangsung 24 jam
sebagai akibat dari cardiovascular disease (CVD).
WHO mendefinisikan stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal
maupun global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam akibat
gangguan aliran darah otak. Stroke sering menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota
gerak,gangguan bicara,proses berpikir,daya ingat dan bentuk-bentuk kecacatan yang lain
sebagai akibat gangguan fungsi otak.
Menurut Smeltezer & Bare 2008,stroke atau cedera Serebrovaskuler (CVA) adalah
ketidaknormalan fungsi Sistem Saraf Pusat (SSP) yang disebabkan oleh gangguan aliran
darah serebral. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa stroke adalah terjadi
perubahan pada beberapa fungsi neurologis yang ringan sampai berat yang diakibatkan oleh
gangguan pembuluh darah otak. Gangguan diluar penyebab ini tidak dapat diklasifikasikan
sebagai stroke.
J. Etiologi Stroke
1. Kekurangan suplai oksigen yang menuju otak
2. Pecahnya pembuluh darah di otak karena kerapuhan pembuluh darah otak
3. Adanya sumbatan bekuan darah di otak.
K. Patofisiologi Stroke
Setiap kondisi yang menyebabkan perubahan perfusi darah pada otak akan
menyebabkan keadaan hipoksia. Hipoksia yang berlangsung lama dapat menyebabkan
iskemik otak. Iskemik yang terjadi dalam waktu yang singkat kurang dari 10-15 menit dapat
menyebabkan deficit sementara dan bukan deficit permanen. Sedangkan iskemik yang terjadi
dalam waktu lama dapat menyebabkan sel mati permanen dan mengakibatkan infark pada
otak.
Setiap deficit fokal permanen akan bergantung pada darah otak mana yang terkena.
Daerah otak yang terkena akan menggambarkan pembuluh darah otak yang terkena.
Pembuluh darah yang paling sering mengalami iskemik adalah arteri serebral tengah dan
arteri karotis interna. Deficit fokal permanen dapat tidak diketahui jika klien pertama kali
mengalami iskemik otak total yang dapat teratasi.
Jika aliran darah ketiap bagian otak terhambat karena thrombus atau emboli,maka
mulai terjadi kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak. Kekurangan oksigen dalam satu
menit dapat menunjukan gejala yang dapat pulih seperti kehilangan kesadaran. Sedangkan
kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih lama menyebabkan nekrosis mikroskopik
neuron-neuron. Area yang mengalami nekrosis disebut infark.
Ganguan peredaran darah otak akan menimbulkan gangguan pada metabolisme sel-sel
neuron,dimana sel-sel neuron tidak mampu menyimpan glikogen sehingga kebutuhan
metabolisme tergantung dari glukosa dan oksigen yang terdapat pada arteri-arteri yang
menuju otak.
Perdarahan intracranial termasuk perdarahan ke dalam ruang subarachnoid atau ke
dalam jaringan otak sendiri. Hipertensi mengakibatkan timbulnya penebalan dan degenerative
pembuluh darah yang dapat menyebabkan rupturnya arteri serebral sehingga perdarahan
menyebar dengan cepat dan menimbulkan perubahan setempat serta iritasi pada pembuluh
darah otak. Rupture ulangan mengakibatkan terhentinya aliran darah ke bagian
tertentu,menimbulkan iskemik fokal,dan infark jaringan otak. Hal tersebut dapat
menimbulkan gegar otak dan kehilangan kesadaran,peningkatan tekanan cairan serebrospinal
(CSS),dan menyebabkan gesekan otak (otak terbelah sepanjang serabut). Perdarahan mengisi
ventrikel atau hematoma yangmerusak jaringan otak
Perubahan sirkulasi CSS,obstruksi vena,adanya edema dapat meningkatkan TIK yang
membahayakan jiwa dengan cepat. Peningkatan TIK yang tidak diobati mengakibatkan
herniasi unkus atau serebellum. Disamping itu,terjadi bradikardia,hipertensi sistemik,dan
gangguan pernapasan. Darah merupakan bagian yang merusak dan bila terjadi
hemodialisa,darah dapat mengiritasi pembuluh darah,meningen,dan otak. Darah dan vasoaktif
yang dilepas mendorong spasme arteri yang berakibatkan menurunnya perfusi serebral.
Spasme serebri atau vasospasme biasa terjadi pada hari ke-4 sampai ke-10 setelah terjadinya
perdarahan dan menyebabkan konstriksi arteri otak. Vasospasme merupakan komplikasi yang
mengakibatkan terjadinya penurunan fokal neurologis,iskemik otak,dan infark.
M. Klasifikasi Sroke
I. Stroke iskemik (infark atau kematian jaringan). Serangan sering terjadi pada usia
50 tahun atau lebih dan terjadi pada malam hingga pagi hari.
a. Thrombosis pada pembuluh darah otak (thrombosis of cerebral vessels)
b. Emboli pada pembuluh darah otak (embolism of cerebral vessels)
II. Stroke hemarogik (perdarahan). Serangan sering terjadi pada usia 20-60 tahun dan
biasanya timbul setelah beraktivitas fisik atau karena psikologis (mental).
a. Perdarahan intraserebral (paranchymatous haemorrhage)
Gejalanya :
Tidak jelas,kecuali nyeri kepala hebat karena hipertensi
Serangan terjadi pada siang hari,saat beraktivitas,dan emosi atau marah
Mual atau muntah pada permulaan serangan
Hemiparesis atau hemiplegia terjadi sejak awal serangan
Kesadaran menurun dengan cepat dan menjadi koma (65% terjadi kurang
dari ½ jam – 2jam ; <2% terjadi setelah 2jam-19 hari)
b. Perdarahan subarachnoid (subarachnoid haemorrhage)
Gejalanya :
Nyeri kepala hebat dan mendadak
Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi
Ada gejala atau tanda meningeal
Papilledema terjadi bila ada perdarahan subarachnoid karena pecahnya
aneurisma pada arteri komunikans anterior atau arteri karotis interna.
N. Penatalaksaan Stroke
a. Penatalaksaan keperawatan untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan
factor-faktor kritis sebagai berikut :
1. Berusaha menstabilkan TTV
2. Berusahan menemukan dan memperbaiki aritmia jantung
3. Merawat kandung kemih,sedapat mungkin jangan memakai kateter
4. Memenmpatkan pasien dalam posisi tepat,harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi setiap 2jam dan dilakukan latihan-latihan gerak
pasif
b. Tindakan konservatif
1. Fasodilator yang meningkatkan aliran darah cerebral (ADS) secara
percobaan,terapi maknanya : pada tubuh manusia belum dapat dibutuhkan
2. Dapat diberikan histamine,aminophilin,acetazolamide,papaverin intra arterial
3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin,digunakan untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi. Thrombosis yang terjadi ulcerasi alteroma
4. Tindakan pembedahan untuk memperbaiki aliran darah cerebral,misalnya pada
tindakan endarterectomy carotis.
Pada stroke iskemik akut,mempertahankan fungsi jaringan adalah tujuan dari apa yang
disebut sebagai strategi Neuroprotektif. Terapinya dapat berupa hipotermia,dan pemakaian
obat,yaitu :
a. Nuroprotektif seperti antikoagulasi,trombolisis intravena,trombolisis intra arteri
b. Terapi perfusi dimana dilakukan induksi hipertensi untuk meningkatkan tekanan
darah arteri rata-rata sehingga perfusi otak dapat meningkat
c. Pengendalian edema dan terapi medis umum juga dilakukan,serta terapi bedah untuk
mencegah tekanan dan distorsi pada jaringan yang masih sehat (Price,2005).
O. Pencegahan Stroke
a. Pencegahan primer
1) Strategi kampanye nasional yang terintegrasi dengan program pencegahan
penyakit vascular lainnya
2) Memasyarakatkan gaya hidup sehat bebas stroke :
Menghindari : rokok,stress mental,alcohol,kegemukan,konsumsi gara
berlebihan,obat-obatan golongan amfetamin,kokain,dan sejenisnya.
Mengurangi : kolesterol dan lemak dalam makanan.
Mengendalikan : hipertensi,DM,penyakit jantung (misalnya fibrilasi
atrium,infark miokard akut,penyakit jantung reumatik),penyakit
vascular asterosklerosis lainnya.
Menganjurkan konsumsi gizi seimbang dan olahraga teratur.
b. Pencegahan Sekunder
1) Modifikasi gaya hidup berisiko stroke dan factor risiko misalnya :
Diet
Obat antihipertensi yang sesuai
2) Melibatkan peran serta keluarga seoptimal mungkin
3) Minum obat-obatan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian asuhan keperawatan komunitas pada klien dengan penyakit tidak menular
terkhususnya pada penyakit stroke menggunakan model Community As Partner
(CAP)
a. Data Inti
1) Demografi : Variabel yang dapat dikaji adalah karakteristik komunitas atau
lingkungan bagaimana status penyakit stroke dilingkungan tersebut,dan rata-
rata usia berapa seseorang terkena stroke pada lingkungan tersebut. Metode
pengkajian dapat dilakukan dengan wawancara kepada klien stroke atau
keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang menderita stroke,angket
serta melalui profil kesehatan.
2) Statistic vital : Data statistic vital yang dapat dikaji adalah jumlah angka
masyarakat yang terkena stroke. Hal ini didapat melalui penelusuran sekunder
melalui profil kesehatan.
3) Etnis dan Budaya : Variabel yang dapat dikaji meliputi ; bagaimana
suku/rasnya,apakah terdapat adat atau kebiasaan yang dilakukan pada klien
stroke yang dapat mempengaruhi kesehatan klien stroke. Kemudian bahasa
yang digunakan.
4) Karakteristik klien stroke : Fisik (jenis keluhan yang dialami oleh
klien),psikologis (efek psikologis terhadap klien stroke),contohnya bagaimana
efek setelah mengalami penyakit stroke,sosial (sikap klien stroke terhadap
perubahan fisiknya dan bagaimana dia beinteraksi dengan lingkungannya).
5) Perilaku : Seperti pola makan klien stroke yang kurang baik bisa
mempengaruhi masalah kesehatan yang dihadapinya,apakah ada sikap klien
yang kurang efektif dalam menghadapi masalah kesehatannya akibat ekonomi
yang kurang.
b. Sub Sistem
1) Lingkungan fisik : Yang dapat dikaji meliputi seperti dilingkungan daerah
klien bagaimana iklim dan cuacanya apakah cenderung panas atau
dingin,bagaimana dengan tempat tinggal klien,apakah tempatnya padat
penduduk,kelembapannya bagaimana,dan pencahayaan dan ventilasinya
apakah baik untuk klien stroke. Kemudian didaerah tersebut rata-rata
bangunan tempat tinggalnya seperti apa,apakah sudah tua atau masih
kokoh,bagaimana bentuk arsitekturnya,kemudian bagaimana kualitas
lingkungan,kebersihan lingkungannya,lingkungan fisik yang kurang bersih
akan menambah dampak buruk terhadapan penurunan daya tahan tubuh
sehingga rentan terkena penyakit.
2) Pelayanan kesehatan dan sosial : Yang dapat dikaji meliputi ; apakah daerah
klien stroke ini terdapat pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah
sakit,bagaimana waktu dalam pemberian pelayanan kesehatan apakah setiap
hari atau terbatas waktu,sumber daya,dan apakah pelayanan kesehatan
didaerah itu untuk klien stroke dipungut biaya. Pengkajian ini dapat dilakukan
melalui wawancara kepada pemimpin unit terkait (jika ada) dan klien stroke.
3) Ekonomi : Mengkaji karakteristik finansial klien stroke,apakah klien stroke
bekerja atau tidak bekerja. Karakteristik finansial ini mengidentifikasi
penghasilan klien dan keluarga berdasarkan indicator upah regional. Kategori
pekerja apa aja jika klien bekerja. Metode yang dilakukan adalah survey
rumah tangga atau data sekunder melalui profil klien stroke dan keluarganya.
4) Keamanan dan transportasi : Keamanan mengidentifikasi pelayanan dan
perlindungan terhadap klien stroke mencakupi ; kebakaran,kepolisian,krisis
senter,dan sanitasi. Terjaminnya sanitasi lingkungan misalnya seperti air yang
bersih,jauh dari limbah,jauh dari penumpukan sampah,guna agar terhindar dari
penyakit dan wabah untuk klien stroke. Kajian transportasi meliputi kondisi
jalan lingkungan seperti apa,jenis kendaraan yang biasanya digunakan klien
stroke dilingkungan tersebut baik kendaraan umum dan kendaraan pribadi.
Pengkajian ini dapat dilakukan dengan metode mengkaji data keamanan
kommunitas dengan survey,sementara untuk mengkaji transportasi
menggunakan winshield survey.
5) Politik dan pemerintahan : Mengidentifikasi partai politik dan partisipasinya
dalam pelayanan kesehatan terkhusus untuk klien stroke,jenis pemerintahan
(RT/RW/Kelurahan/Desa),dan kebijakan kesehatan seperti pelayanan khusus
klien stroke.
6) Komunikasi : Komunikasi meliputi jenis dan tipe komunikasi yang digunakan
oleh klien stroke,khususnya komunikasi formal dan informal yang digunakan
dalam keluarga,jenis bahasa yang digunakan terutama dalam penyampaian
informasi kesehatan klien stroke,daya dukung keluarga terhadap peningkatan
kesehatan klien. Jika dilingkungan terdapat komunitas khusus klien stroke
apakah sering berkumpul dan berkomunikasi bertukar pikiran.
7) Pendidikan : Pendidikan sebagai sub system meliputi ; latar belakang
pendidikan rata-rata klien stroke di lingkungan,tingkat pengetahun klien
tentang pengertian penyakit stroke,bahaya dan dampaknya,cara
mengatasi,bagaimana cara perawatannya,serta cara mencegahnya.
8) Rekreasi : Yang perlu dikaji adalah jenis dan tipe sarana rekreasi yang ada
seperti taman,dan lainnya,tingkat partisipasi atau kemanfaatan dari sarana
rekreasi tersebut untuk klien stroke,serta jaminan keamanan,apakah dikenai
biaya penanganan atau tidak dari sarana rekreasi yang ada.
9) Persepsi : Persepsi klien stroke terhadap suatu penyakit apakah masih acuh
atau sudah mulai ingin tahu,kalau masih acuh bisa jadi dipengaruhi oleh
rendahnya tingkat pendidikan klien atau masyarakat ataupun kurangnya
pengetahuan kesehatan mengenai suatu penyakit terhadap klien stroke.
2) Ds :
- Pemerintah daerah tersebut mulai aktif dalam memprediksi penyakit tidak
menular
- Pemerintah sekitar menyediakan pelayanan untuk pencegahan penyakit
tidak menular. Seperti deteksi dini
Dr. Irwan. 2018. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Yogyakarta : Penerbit Deepublish.
Novieastari,Enie dkk. 2020. Dasar-Dasar Keperawatan Edisi 9. Singapore : Elsevier.
Handayani,Samsriyaningsih dkk. 2020. Buku Ajar Aspek Sosial Kedokteran Edisi 2. Surabaya
: Airlangga University Press.
Efendi,Ferry dkk. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.
B. Batticaca,Fransisca. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Esti,Amira dkk. 2020. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Askep Stroke. Sumbar : Pustaka
Galeri
PPNI. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan,Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan,Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI