Perbaikan Maklah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

ASWAJA

“Impelementasi Paham Aswaja dalam Berbagai Bidang


Kehidupan”

Makalah ini ditulis untuk di presentasikan sebagai tugas Mata Kuliah Aswaja

DOSEN PEMBIMBING
Ahmat Jaelani, S.Ud.,M.Pd

DI SUSUN OLEH :
1. Mila Oktavia (NIM : 2001061)
2. Lia Lindri
3. Riduwan

PROGRAM STUDI MANAGEMAN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MAMBA’UL HIKAM (STIT-MH)
PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR
TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Segala dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya makalah yang berjudul “Impelementasi Paham Aswaja dalam
Berbagai Bidang Kehidupan”. Terima kasi penulis haturkan kepada Dosen
Pengampuh yang telah membimbing dalam pembuatan, penyusunan dan
penulisan makalah ini. Dan penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang sudah ikut berkontribusi di dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari seutuhnya bahwa masih jauh
dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, penulis terbuka untuk menerima segala masukan dan kritikan yang
bersifat membangun dari pembaca sehingga penulis bisa melakukan perbaikan
makalah ini menjadi makalah baik dan benar.
Akhir kata penulis meminta semoga kebaikan dan pengorbanan kita semua
mendapat ganjaran dan limpahan berkat serta karunia Tuhan Yang Maha Esa
Aamiin.

PALI, 15 Februari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang .......................................................................................4
B. Rumusan Masalah ...................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................5
A. Pengertian Aswaja ..................................................................................5
B. Implementasi Paham Aswaja Berbagai Bidang Kehidupan ...................5
BAB III PENUTUP .............................................................................................15
A. Kesimpulan..........................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aswaja sebagai sebuah aliran yang pada mulanya merupakan suatu
kelompok kecil yang pada masa berdirinya dirintis oleh Abu Hasan Al-Asy’ary,
sejalan dengan perkembangan jaman menjadi kelompok yang besar dan bahkan
kelompok terbesar di seluruh dunia.
Pergeseran dunia membawa aswaja pada perubahan yang menuntut aswaja
bukan hanya menjadi sebuah madzhab yang menjadi doktrin kepada para
pemeluknya, akan tetapi berkembang menjadi sebuah pandangan hidup atau
dikenal dengan istilah manhaj al fikr. Dengan perubahan dari waktu ke waktu
kontribusi aswaja menjadi sangat berpengaruh bagi para pemeluknya dalam
beraktifitas keseharian baik dalam aktifitas ekonomi, sosial, politik, kebudayaan
dan pendidikan.
Dari makalah yang akan kami presentasikan, kami berharap mampu
memberikan kontribusi yang positif akan gambaran aswaja dimasa yang akan
datang, yang lebih dapat diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan aswaja?
2. Bagaimana implementasi paham aswaja dalam bidang politik?
3. Bagaimana implementasi paham aswaja dalam bidang ekonomi?
4. Bagaimana implementasi paham aswaja dalam bidang pendidikan?
5. Bagaimana implementasi paham aswaja dalam bidang sosial dan budaya?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Aswaja
Konsep aswaja (ahlu al-sunnah wal jama’ah) selama ini masih belum
dipahami secara tuntas sehingga menjadi “rebutan” setiap golongan, semua
kelompok mengaku dirinya sebagai penganut ajaran aswaja dan tidak jarang label
itu digunakan untuk kepentingan sesaat. Jadi, apakah yang dimaksud dengan
aswaja sebenarnya? Bagaimana pula dengan klaim itu, dapatkah dibenarkan?
Aswaja merupakan singkatan dari istilah ahlun, al-sunnah wa al-jama’ah,
dan dari situ ada tiga kata yang membentuk istilah tersebut;
1. Ahlun berarti keluarga, golongan atau pengikut.
2. Al-Sunnah yaitu segala sesuatu yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw.
Meliputi perkataan, perbuatan dan ketetapannya.
3. Al-Jama’ah yakni apa yang telah disepakati oleh para sahabat pada masa al-
Khulafa’ al-Rasyidin (Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq Ra., Sayyidina Umar
bin Khattab Ra., Sayyidina Utsman bin Affan Ra., dan Sayyidina Ali bin Abi
Thalib Krw).
Menurut Imam Asy’ari, aswaja adalah golongan yang berpegang teguh
kepada Al-Qur’an, hadis, dan apa yang diriwayatkan sahabat, tabi’in, imam-imam
hadis dan apa yang disampaikan oleh Abu Abdillah Ahmad ibn Muhammad ibn
Hanbal.1

B. Implementasi Paham Aswaja Dalam Berbagai Bidang Kehidupan


1. Implementasi Paham Aswaja Dalam Bidang Politik
Berdirinya suatu negara merupakan suatu keharusan dalam suatu
komunitas umat (Islam). Negara tersebut dimaksudkan untuk mengayomi
kehidupan umat, melayani mereka serta menjaga kemaslahatan bersama
(maslahah musytarakah). Keharusan ini bagi faham aswaja hanyalah sebatas
kewajiban fakultatif (fardu kifayah) saja, sehingga sebagaimana mengurus jenazah
1
Achmadi. 2010. Ideologi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

5
jika sebagian orang sudah mengurus berdirinya negara, maka gugurlah kewajiban
lainnya. Oleh karena itu, konsep berdirinya negara (imamah) dalam aswaja
tidaklah termasuk salah satu pilar (rukun) keimanan sebagaimana yang diyakini
oleh Syi’ah. Namun, aswaja juga tidak membiarkan yang diakui oleh umat
(rakyat). Hal ini berbeda dengan khawarij yang membolehkan komunitas umat
Islam tanpa adanya seorang imam apabila umat itu sudah bisa mengatur dirinya
sendiri.
Aswaja tidak memiliki patokan yang baku tentang negara. Suatu negara
diberi kebebasan menentukan bentuk pemerintahannya, bisa demokrasi, kerajaan,
teokrasi ataupun bentuk yang lainnya. Aswaja hanya memberikan kriteria (syarat-
syarat) yang harus dipenuhi oleh suatu negara. Sepanjang persyaratan tegaknya
negara tersebut terpenuhi, maka negara tersebut bisa diterima sebagai
pemerintahan yang sah dengan tidak memperdulikan bentuk negara tersebut.
Sebaliknya, meskipun suatu negara memakai bendera Islam, tetapi didalamnya
terjadi banyak penyimpangan dan penyelewengan serta menginjak-injak sistem
pemerintahan yang berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka praktek
semacam itu tidaklah dibenarkan dalam aswaja. Persyaratan yang harus dipenuhi
oleh suatu negara adalah sebagai berikut:
a. Prinsip Syura (Musyawarah)
Prinsip ini didasarkan pada firman Allah QS.Asy-Syura 42: 36-39.
‫فَ َمٓا أُوتِيتُم ِّمن ش َۡى ٍء فَ َم ٰتَ ُع ۡٱل َحيَ ٰو ِة ٱلد ُّۡنيَا َو َما‬, َ‫ضبُو ْا هُمۡ يَ ۡغفِرُون‬ ِ ‫ش َوإِ َذا َما َغ‬ َ ‫َوٱلَّ ِذينَ يَ ۡجتَنِبُونَ َك ٰبَٓئِ َر ٱإۡل ِ ۡث ِم َو ۡٱلفَ ٰ َو ِح‬
َ‫ ِعن َد ٱهَّلل ِ َخ ۡي ٌر َوأَ ۡبقَ ٰى لِلَّ ِذين‬, َ‫زَق ٰنَ ُهمۡ يُنفِقُون‬
ۡ ‫صلَ ٰوةَ َوأَمۡ ُرهُمۡ شُو َر ٰى بَ ۡينَ ُهمۡ َو ِم َّما َر‬
َّ ‫ٱست ََجابُو ْا لِ َربِّ ِهمۡ َوأَقَا ُمو ْا ٱل‬ ۡ َ‫َوٱلَّ ِذين‬
(٣٦:٣٩) َ‫ َءا َمنُو ْا َو َعلَ ٰى َربِّ ِهمۡ يَتَ َو َّكلُون‬, َ‫صرُون‬ ِ َ‫صابَ ُه ُم ۡٱلبَ ۡغ ُى هُمۡ يَنت‬ َ َ‫َوٱلَّ ِذينَ إِ َذٓا أ‬

Artinya:”Maka sesuatu apapun yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan


hidup di dunia, dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-
orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakal. Dan
bagi orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji,
dan apabila mereka marah, mereka memberi maaf Dan (bagi) orang-orang yang
menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan
mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan

6
sebagian dari rizki yang kami berikan kepada mereka. Dan (bagi) orang-orang
yang apabila mereka diperlakukan dengan lalim mereka membela diri.”
Menurut ayat diatas, syura merupakan ajaran yang setara dengan iman
kepada Allah (iman billah), tawakal, menghindari dosa-dosa besar (ijtinabul
kaba’ir), memberi maaf setelah marah, memenuhi titah ilahi, mendirikan
shalat, memberikan sedekah, dan lain sebagainya. Seakan-akan musyawarah
merupakan suatu bagian integral dan hakekat Iman dan Islam.2

b. Al-‘Adl (Keadilan)

Menegakkan keadilan merupakan suatu keharusan dalam Islam terutama


bagi penguasa (wulat) dan para pemimpin pemerintahan (hukkam) terhadap
rakyat dan umat yang dipimpin. Hal ini didasarkan kepada QS.An-Nisa’ 4:58

  ‫ت َْح ُك ُموا بِا ْل َع ْد ِل ۚ إِنَّ هَّللا َ نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُك ْم بِ ِه‬ ْ‫س أَن‬ ِ ‫إِنَّ هَّللا َ يَأْ ُم ُر ُك ْم أَنْ تُؤَ دُّوا اأْل َ َمانَا‬
ِ ‫ت إِلَ ٰى أَ ْهلِ َها َوإِ َذا َح َك ْمتُ ْم بَيْنَ النَّا‬

‫صي ًرا‬ َ َ‫إِنَّ هَّللا َ َكان‬


ِ َ‫س ِمي ًعا ب‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang


berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan hukum diantara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah maha mendengar
lagi maha melihat.”

c. Al-Hurriyyah (Kebebasan)
Kebebasan dimaksudkan sebagai suatu jaminan bagi rakyat (umat) agar
dapat melakukan hak-hak mereka. Hak-hak tersebut dalam syari’at dikemas
dalam al-Ushul alKhams (lima prinsip pokok) yang menjadi kebutuhan
primer (dharuri) bagi setiap insan.3 Kelima prinsip tersebut adalah:
 Hifzhun Nafs, yaitu jaminan atas jiwa (kehidupan) yang dimiliki warga
negara (rakyat).

2
http://pemikiranaswaja.blogspot.com/p/pemikiran-aswaja.html
3
http://diansany.blogspot.com/p/pemikiran-aswaja.html

7
 Hifzhud Din, yaitu jaminan kepada warga negara untuk memeluk
agama sesuai dengan keyakinannya.
 Hifzhun Nasl, yaitu jaminan terhadap keselamatan harta benda yang
dimiliki oleh warga negara.
 Hifzun Nasl, yaitu jaminan terhadap asal-usul, identitas, garis
keturunan setiap warga negara.
 Hifzhul ‘Irdh, yaitu jaminan terhadap harga diri, kehormatan, profesi,
pekerjaan ataupun kedudukan setiap warga negara.
Kelima prinsip diatas beserta uraian dalam era sekarang ini lebih
menyerupai Hak Asasi Manusia (HAM).

d. Al-Musawah (Kesetaraan Derajat)


Semua warga negara haruslah mendapat perlakuan yang sama. Semua
warga negara memiliki kewajiban dan hak yang sama pula. Sistem kasta atau
pemihakan terhadap golongan, ras, jenis kelamin atau pemeluk agama
tertentu tidaklah dibenarkan.
Harus kita akui, bahwa istilah “demokrasi” tidak pernah dijumpai dalam
bahasa Al-Qur’an maupun wacana hukum Islam klasik. Istilah tersebut
diadopsi dari para negarawan di Eropa. Namun, harus diakui bahwa nilai-
nilai yang terkandung di dalamnya banyak menyerupai prinsip-prinsip yang
harus ditegakkan dalam berbangsa dan bernegara menurut aswaja.
Dalam era globalisasi dimana kondisi peraturan politik dan kehidupan
umat manusia banyak mengalami perubahan yang mendasar, misalnya kalau
dulu dikenal komunitas kabillah, saat ini sudah tidak dikenal lagi bahkan
kondisi umat manusia menjadi “perkampungan dunia”, maka demokrasi
harus ditegakkan.4

2. Implementasi Paham Aswaja Dalam Bidang Ekonomi


Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna yang mengatur seluruh
sendi kehidupan manusia dan alam semesta. Kegiatan peraturan perekonomian

4
http://Pemikiranaswaja.blogspot.com/p/pemikiran-aswaja.html

8
manusia juga diatur dalam Islam dengan prinsip illahiyah. Harta yang ada pada
kita, sesungguhnya bukan milik manusia, melainkan hanya titipan dari Allah swt
agar dimanfaatkan sebaik-baiknya demi kepentingan umat manusia yang pada
akhirnya semua akan kembali kepada Allah swt. Untuk dipertanggung jawabkan.
Dalam konsep aswaja tentang ekonomi, Islam menganjurkan kepada setiap
umatnya untuk selalu giat dalam bekerja dimanapun berada seperti Firman Allah
yang berbunyi:

َ‫ش ٰ َه َد ِة فَيُنَبِّئُ ُكم بِ َما ُكنتُ ْم تَ ْع َملُون‬ ِ ‫ست َُردُّونَ إِلَ ٰى ٰ َعلِ ِم ٱ ْل َغ ْي‬
َّ ‫ب َوٱل‬ َ ‫سولُهۥُ َوٱ ْل ُمؤْ ِمنُونَ ۖ َو‬ ۟ ُ‫َوقُ ِل ٱ ْع َمل‬
َ َ‫وا ف‬
ُ ‫سيَ َرى ٱهَّلل ُ َع َملَ ُك ْم َو َر‬

Artinya: “Dan katakanlah: “ Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-
orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada
(Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada
kamu apa yang telah kamu kerjakan.”(Q.S.At-Taubah: 105).”

Karena kerja membawa kepada keampunan, sebagaimana sabda


Rasulullah Muhammad saw: “ Barang siapa diwaktu sorenya kelelahan karena
kerja tangannya, maka diwaktu sore itu ia mendapat ampunan”. (HR.Thabrani dan
Baihaqi).
Segala aturan yang diturunkan Allah swt dalam sistem Islam mengarah
pada tercapainya kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, serta menghapuskan
kejahatan, kesengsaraan, dan kerugian pada seluruh ciptaan-Nya. Demikian pula
dalam hal ekonomi, tujuannya adalah membantu manusia mencapai kemenangan
di dunia dan akhirat.5

3. Implementasi Paham Aswaja Dalam Bidang Pendidikan


Sejalan dengan bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan, Islam juga
memiliki pengajaran yang khas dalam bidang pendidikan. Islam memandang
bahwa pendidikan adalah hak setiap manusia, laki-laki atau perempuan, dan
berlangsung sepanjang hayat. Dalam bidang pendidikan, Islam memiliki urusan
yang jelas dalam bidang tujuan, kurikulum, guru, metode, sarana dan lain

5
Akh. Minhaji. 2011. Ideologi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

9
sebagainya. Didalam Al-Qur’an dapat dijumpai berbagai metode pendidikan,
seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, penugasan, teladan,
pembiasaan, karya wisata, ceria, hukuman, nasihat, dan sebagainya. Berbagai
metode tersebut dapat digunakan sesuai dengan materi yang diajarkan dan
dimaksudkan demikian agar pendidikan tidak membosankan anak didik.6

4. Implementasi Paham Aswaja Dalam Bidang Sosial dan Budaya


Jika kita mencermati doktrin-doktrin paham aswaja, baik dalam akidah
(iman), syariat (islam) ataupun akhlak (ihsan), maka bisa kita dapati sebuah
metodologi pemikiran (manhaj alfikr) yang tengah dan moderat (tawassuth),
berimbang atau harmoni (tawâzun), netral atau adil (ta’âdul), dan toleran
(tasâmuh). Metodologi pemikiran aswaja senantiasa menghindari sikap-sikap
tatharruf (ekstrim), baik ekstrim kanan atau ekstrim kiri.7
Inilah yang menjadi esensi identitas untuk mencirikan paham aswaja
dengan sekte-sekte Islam lainnya. Dan dari prinsip metodologi pemikiran seperti
inilah aswaja membangun keimanan, pemikiran, sikap, perilaku dan gerakan.
a. Tawasuth (Moderat)
Tawassuth ialah sebuah sikap tengah atau moderat yang tidak
cenderung ke kanan atau ke kiri. Dalam konteks berbangsa dan bernegara,
pemikiran moderat ini sangat urgen menjadi semangat dalam mengakomodir
beragam kepentingan dan perselisihan, lalu berikhtiar mencari solusi yang
paling ashlah (terbaik). Sikap ini didasarkan pada surat QS. Albaqarah: 143:
‫ا‬II‫ ِهيدًا ۗ َو َم‬I‫و ُل َعلَ ْي ُك ْم َش‬I‫َّس‬ ۟ ٰ
ِ َّ‫هَدَٓا َء َعلَى ٱلن‬I‫وا ُش‬IIُ‫طًا لِّتَ ُكون‬I‫ك َج َع ْلنَ ُك ْم أُ َّمةً َو َس‬
ُ ‫ونَ ٱلر‬II‫اس َويَ ُك‬ َ ِ‫ ٰ َذل‬I‫َو َك‬
ُ ‫ ُع ٱلر‬I ِ‫ٓا إِاَّل لِنَ ْعلَ َم َمن يَتَّب‬IIَ‫ةَ ٱلَّتِى ُكنتَ َعلَ ْيه‬I َ‫ا ْٱلقِ ْبل‬IIَ‫َج َع ْلن‬
ْ ‫ان‬II‫ ِه ۚ َوإِن َك‬I ‫و َل ِم َّمن يَنقَلِبُ َعلَ ٰى َعقِبَ ْي‬I ‫َّس‬
‫َت‬
‫َّحي ٌم‬ ِ َّ‫ُضي َع إِي ٰ َمنَ ُك ْم ۚ إِ َّن ٱهَّلل َ بِٱلن‬
ٌ ‫اس لَ َر ُء‬
ِ ‫وف ر‬ ِ ‫لَ َكبِي َرةً إِاَّل َعلَى ٱلَّ ِذينَ هَدَى ٱهَّلل ُ ۗ َو َما َكانَ ٱهَّلل ُ لِي‬
Artinya: “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam),
umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan)
manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan)
kamu”. (QS. Albaqarah: 143)

6
M. Amin Syukur. 2010. Pengantar Studi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
7
Akh. Minhaji. 2013 Sejarah Sosial dalam Studi Islam: Teori, Metodologi, dan Implementasi.
Yogyakarta. SUKA Press

10
b. Tawâzun (Berimbang)
Tawâzun ialah sikap berimbang dan harmonis dalam mengintegrasikan
dan mensinergikan dalil-dalil (pijakan hukum) atau pertimbangan-
pertimbangan untuk mencetuskan sebuah keputusan dan kebijakan. Dalam
konteks pemikiran dan amaliah keagamaan, prinsip tawâzun menghindari
sikap ekstrim (tatharruf) yang serba kanan sehingga melahirkan
fundamentalisme, dan menghindari sikap ekstrim yang serba kiri yang
melahirkan liberalisme dalam pengamalan ajaran agama. Sikap tawâzun ini
didasarkan pada firman Allah:8
‫ ِه‬II‫ب َو ْٱل ِمي َزانَ لِيَقُو َم ٱلنَّاسُ بِ ْٱلقِ ْس ِط ۖ َوأَن َز ْلنَا ْٱل َح ِدي َد فِي‬ َ َ‫ت َوأَن َز ْلنَا َم َعهُ ُم ْٱل ِك ٰت‬
ِ َ‫لَقَ ْد أَرْ َس ْلنَا ُر ُسلَنَا بِ ْٱلبَيِّ ٰن‬
ِ ‫ص ُرهۥُ َو ُر ُسلَ ۥهُ بِ ْٱل َغ ْي‬
ٌّ ‫ب ۚ إِ َّن ٱهَّلل َ قَ ِو‬ ُ ‫اس َولِيَ ْعلَ َم ٱهَّلل ُ َمن يَن‬ ٰ ْ
‫َزي ٌز‬ ِ ‫ىع‬ ِ َّ‫بَأسٌ َش ِدي ٌد َو َمنَفِ ُع لِلن‬
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa
bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Alkitab dan
neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan”. (QS. Alhadid:
25)

c. Ta’âdul (Netral dan Adil)


Ta’âdul ialah sikap adil dan netral dalam melihat, menimbang,
menyikapi dan menyelesaikan segala permasalahan. Adil tidak selamanya
berarti sama atau setara (tamâtsul). Adil adalah sikap proporsional
berdasarkan hak dan kewajiban masing-masing. Kalaupun keadilan
menuntut adanya kesamaan atau kesetaraan, hal itu hanya berlaku ketika
realitas individu benar-benar sama dan setara secara persis dalam segala
sifat-sifatnya. Apabila dalam realitasnya terjadi tafâdlul (keunggulan), maka
keadilan menuntut perbedaan dan pengutamaan (tafdlîl).
Penyetaraan antara dua hal yang jelas tafâdlul, adalah tindakan aniaya
yang bertentangan dengan asas keadilan itu sendiri. Sikap ta’âdul ini
berdasrkan firman Allah:

8
Akh. Minhaji. 2013 Sejarah Sosial dalam Studi Islam: Teori, Metodologi, dan Implementasi.
Yogyakarta. SUKA Press

11
. ‫ ِدلُوا‬I‫ْط َواَل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َشنَآنُ قَوْ ٍم َعلَى أَاَّل تَ ْع‬
ِ ‫يَاأَيُّهَا الَّ ِذينَ َءا َمنُوا ُكونُوا قَوَّا ِمينَ هلِل ِ ُشهَدَا َء بِ ْالقِس‬
‫ا ْع ِدلُوا ه َُو أَ ْق َربُ لِلتَّ ْق َوى‬
Artinya :”Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa”.
(QS. Alma’idah: 9)

d. Tasâmuh (toleran)
Tasâmuh ialah sikap toleran yang bersedia menghargai terhadap segala
kenyataan perbedaan dan keanekaragaman, baik dalam pemikiran,
keyakinan, sosial kemasyarakatan, suku, bangsa, agama, tradisi-budaya dan
lain sebagainya.
Toleransi dalam konteks agama dan keyakinan bukan berarti
kompromi akidah. Bukan berarti mengakui kebenaran keyakinan dan
kepercayaan orang lain. Toleransi agama juga bukan berarti mengakui
kesesatan dan kebatilan sebagai sesuatu yang hak dan benar. Yang salah dan
sesat tetap harus diyakini sebagai kesalahan dan kesesatan. Dan yang hak
dan benar harus tetap diyakini sebagai kebenaran yang hak. Dalam
kaitannya dengan toleransi agama, Allah swt. berfirman:
‫لَ ُك ْم ِدينُ ُك ْم َولِ َي ِد ْي ِن‬
Terjemahan: “Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku. (QS. Alkafirun:
6)”

َ‫َو َم ْن يَ ْبت َِغ َغ ْي َر اإْل ِ سْاَل ِم ِدينًا فَلَ ْن يُ ْقبَ َل ِم ْنهُ َوه َُو فِي اآْل ِخ َر ِة ِمنَ ْالخَا ِس ِرين‬
Artinya:”Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali
tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan dia di akhirat termasuk
orang-orang yang rugi”. (QS. Ali Imran: 85)

Toleransi dalam konteks tradisi budaya bangsa, ialah sikap permisif yang
bersedia menghargai tradisi dan budaya yang telah menjadi nilai normatif
masyarakat. Dalam pandangan aswaja, tradisi-budaya yang secara substansial

12
tidak bertentangan dengan syariat, maka Islam akan menerimanya bahkan
mengakulturasikannya dengan nilai-nilai keislaman.
Dengan demikian, tasâmuh (toleransi) berati sebuah sikap untuk
menciptakan keharmonisan kehidupan sebagai sesama umat manusia. Sebuah
sikap untuk membangun kerukunan antar sesama makhluk Allah di muka bumi,
dan untuk menciptakan peradaban manusia yang madani. Dari sikap tasâmuh
inilah selanjutnya aswaja merumuskan konsep persaudaraan (ukhuwah) universal.
Meliputi ukhuwah islamiyah (persaudaan keislaman), ukhuwah wathaniyah
(persaudaraan kebangsaaan) dan ukhuwah basyariyah atau insâniyah
(persaudaraan kemanusiaan). Persaudaraan universal untuk menciptakan
keharmonisan kehidupan di muka bumi ini, merupakan implementasi dari firman
Allah swt.:
‫يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َوأُ ْنثَى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَائِ َل لِتَ َعا َرفُوا إِ َّن أَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هللاِ أَ ْتقَا ُك ْم‬
Artinya:”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu”. (QS. Alhujurat;
13)
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:

ِ ْ‫ك لِ ْل َماَل ئِ َك ِة إِنِّي َجا ِع ٌل فِي اأْل َر‬


ً‫ض َخلِيفَة‬ َ ُّ‫َوإِ ْذ قَا َل َرب‬
Artinya:“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi“. (QS.
Albaqarah: 30)

Implementasi dari paham aswaja dalam bidang sosial dan budaya yaitu
adanya beberapa tradisi yang sudah biasa dilakukan di masyarakat. Tradisi adalah
sesuatu yang terjadi berulang-ulang dengan disengaja dan bukan terjadi secara
kebetulan.
1. Tradisi Ngapati/ Mitoni
2. Tradisi Tahlilan dan Yasinan
3. Tradisi Melakukan Talqin Mayit
4. Tradisi Dziba’an dan Sholawatan
5. Tradisi Dzikir Bersama

13
Dari beberapa tradisi di atas dalam paham aswaja telah didapatkan dari
kesepakatan para ulama’ terdahulu dan pasti tradisi-tradisi tersebut memiliki
banyak tujuan dan manfaatnya.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Aswaja sebagai suatu paham agama yang dapat diimplementasikan dalam
berbagai bidang kehidupan, diantaranya:

1. Bidang Politik

Aswaja memberikan kriteria (syarat-syarat) yang harus dipenuhi oleh


suatu negara. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu negara tersebut adalah:
a. Prinsip Syura (Musyawarah)
b. Al-’Adl (Keadilan)
c. Al-Hurriyyah (Kebebasan)
d. Al-Musawah (Kesetaraan Derajat)

2. Bidang Sosial dan Budaya


Dalam bidang sosial dan budaya aswaja itu memiliki beragai macam cara
untuk mengimplimentasikan di dalam kehiduupan sehari-hari.diantaranya:
a. Tawasuth
b. Tawazun
c. Ta’adul
d. Tasamuh

Dan tradisi atau budaya yang terdapat dalam aswaja diantaranya adalah :
 Tradisi Ngapati/ Mitoni
 Tradisi Tahlilan dan Yasinan
 Tradisi Melakukan Talqin mayit
 Tradisi Dziba’an dan sholawatan
 Tradisi Dzikir bersama
Dan masih banyak tradisi yang lain yang ada didalam ahlussunah waljama’ah

15
DAFTAR PUSTAKA

http://diansany.blogspot.com/2013/02/implementasi-aswaja-dalam-bidang-
politik.html
http://pemikiranaswaja.blogspot.com/p/pemikiran-aswaja.html
Achmadi. 2010. Ideologi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Akh. Minhaji. 2013. Sejarah Sosial dalam Studi Islam: Teori, Metodologi, dan
Implementasi. Yogyakarta: SUKA Press.
M. Amin Syukur. 2010. Pengantar Studi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

16

Anda mungkin juga menyukai