Makalah Lompat Tinggi
Makalah Lompat Tinggi
Makalah Lompat Tinggi
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Dan Maha Penyayang segala puji dan syukur
bagi allah yang dengan ridhonya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancer.
karena dengan rahmatnya saya dapat menyelesaikan laporan dengan judul “NOMOR LOMPAT
TINGGI”
Dengan membuat makalah ini saya berharap denang membantu peserta untuk membanca
dan memahami tentang “NOMOR LOMPAT TINGGI” Yang kami ambil dari berbagai sumber
diantaranya buku dan internet.
Saya menyadari bahwa dalam menyelesaikan laporan ini terdapat kekurangan dalam
menyajikan laporan “NOMOR LOMPAT TINGGI”. Makalah ini di harapkan bias menambah
wawasan dan pengetauhan yang selama ini kita cari.
i
DAFTAR ISI
2.6.2 Perbedaan Lompat Tinggi dengan Lompat Jauh dan Lompat Galah ................
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ..................................................................................................................
3.2. Saran ...........................................................................................................................
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam kehidupan modern, manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga, baik sebagai
media adu prestasi maupun sebagai kebutuhan untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat.
Olahraga mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Melalui olahragalah manusia
dapat dibentuk menjadi sehat jasmani dan rohani, serta mempunyai kepribadian, disiplin, dan
sportivitas yang tinggi sehingga pada akhirnya akan terbentuk manusia yang berkualitas.
Lompat tinggi merupakan salah satu bagian dari cabang olahraga atletik. Lompat tinggi
adalah salah satu keterampilan untuk melewati mistar yang dipasang di kedua tiang. Tujuan dari
lompat tinggi adalah mendapatkan lompatan yang setinggi mungkin. Ketinggian lompatan yang
dicapai oleh pelompat ditentukan oleh kemampuan dan persiapan bertanding dari masing-masing
pelompat. Hingga saat ini, ada empat gaya yang dikenal dalam lompat tinggi, diantaranya adalah
gaya guling (Straddle) yang merupakan gaya dimana ketika badan melewati mistar dengan cepat
diputar dan dibalikkan, sehingga sikap badan di atas mistar telungkup.
1.3. Tujuan
Adapun beberapa tujuan berdasarkan rumusan masalah di atas yang hendak dicapai
adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui sejarah lompat tinggi
2. Mengetahui pengertian lompat tinggi
3. Mengetahui peraturan dalam permainan lompat tinggi
4. Mengetahui teknik-teknik yang digunakan dalam permainan lompat tinggi
5. Mengetahui sarana dan prasarana yang digunakan dalam permainan lompat tinggi
6. Mengetahui informasi lain seputar lompat tinggi
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Lompat Tinggi
Lompat tinggi bermula dari olimpiade pada abad ke-19 di Skotlandia. Pada kala itu, para
peserta lompat tinggi menggunakan gaya gunting dan tercatat lompatan tertinggi yang dilakukan
oleh peserta adalah 1,68 meter. Pada saat itu juga, lompat tinggi tidak dilakukan secara
sembarangan. Ada gaya-gaya tertentu yang harus dikuasai agar peserta terhindar dari kecelakaan.
Pada abad ke-19, peserta lompat tinggi mendarat dan jatuh di atas tanah yang berumput dengan
gaya gunting (dengan cara membelakangi) yang ternyata banyak meng-akibatkan cedera bagi
para peserta.
Kemudian pada sekitar abad ke 20, gaya lompat tinggi telah dimodernisasi oleh seorang
warga Irlandia-Amerika bernama Michael Sweeney. Pada tahun 1895, Michael Sweeney berhasil
melakukan lompatan setinggi 1,97 meter gaya eastern cut-off, dimana mengambil off seperti
gunting, tapi memperpanjang punggungnya dan mendatar di atas bar.
Warga Amerika lainnya bernama George Horine mengembangkan teknik lompat yang
lebih efisien bernama Western Roll. Melalui teknik ini, Horine bisa mencapai lompatan setinggi
2,01 meter pada tahun 1912. Kemudian pada Olimpiade Berlin tahun 1936, teknik lompatan ini
menjadi dominan dilakukan sehingga Cornelius Johnson berhasil menang dengan mencapai
ketinggian 2.03 m.
Kemudian pada empat dekade berikutnya, pelompat Amerika dan Soviet telah merintis
evolusi teknik straddle. Charles Dumas adalah orang pertama yang menggunakan teknik ini
mencapai ketinggian 2,13 m pada tahun 1956. Kemudian warga Amerika, John Thomas
meningkatkan rekor dunia dengan ketinggian lompatan 2.23 m pada tahun 1960. Dan akhirnya
Valeriy Brumel mengambil alih pencapaian dalam empat tahun ke depan. Pelompat Soviet ini
mencatat ketinggian lompatan hingga 2,28 m dan berhasil memenangkan medali emas pada
olimpiade tahun 1964, sebelum kecelakaan sepeda motor mengakhiri karirnya.
Dari Brumel inilah para atlet lompat tinggi mencoba belajar dan mengembangkan
olahraga lompat tinggi hingga saat ini terdapat berbagai gaya dalam olahraga lompat tinggi di
dunia, antara lain gaya gunting (Scissors), gaya guling sisi (Western Roll), gaya guling (Straddle)
dan gaya fosbury flop. Sementara kini, lompat tinggi dilakukan dengan mendarat di atas matras
sehingga kecelakaan dapat diminimalisir. Atlet lompat tinggi sekarang banyak menggunakan
gaya fosbury flop.
2
sedangkan panjang mistar minimal 3,15 meter. Lompat tinggi dilakukan di arena lapangan atletik
dan tanpa bantun alat.
Lompat tinggi termasuk dalam cabang olahraga atletik. Menurut Aip Syarifuddin,
atletik berasal dari bahasa Yunani, Athlon, yang artinya pertandingan, perlombaan, pergulatan,
atau perjuangan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa cabang olahraga meliputi nomor-
nomor jalan, lari, lompat, dan lempar. Atletik merupakan dasar untuk melakukan bentuk-
bentuk gerakan yang terdapat di dalam cabang olahraga lainnya. Dengan mengikuti olahraga
atletik, akan diperoleh berbagai pengalaman yang sangat berguna dan bermanfaat bagi kehidupan
karena melatih kekuatan, kecepatan, kelentukan, kelincahan, ketepatan, daya tekan, koordinasi
gerak, keuletan, kedisiplinan, dan percaya diri, serta bertanggung jawab.
3
untuk melakukan gaya guling adalah pelompat harus mengambil awalan terlebih dahulu dari
samping antara 3, 5, 7, atau 9 langkah. Tumpuan terletak pada kaki yang paling kuat,
kemudian ayunkan ke depan. Setelah kaki diayunkan, dengan cepat badan kita balikkan
untuk bisa melewati mistar sehingga sikap badan kita di atas mistar telungkup. Pantat kita
usahakan lebih tinggi dari kepala kita, jadi kepala agak menunduk. Pada waktu mendarat
gunakan kaki kanan dan tangan kanan jika tumpuan menggunakan kaki kiri, begitu pula
sebaliknya.
Cara lainnya adalah dengan mengambil jarak awalan dari samping antara 4, 6, 8, atau 10
langkah tergantung pada ketinggian target yang ingin dilewati. Jika meng-gunakan kaki kiri
sebagai tumpuan, ayunkan kaki kanan ke belakang menuju depan. Setelah kaki ayunan
melewati mistar, kemudian posisi badan saat di udara atau di atas mistar dalam keadaan
tengkurap. Posisi pinggang usahakan lebih tinggi dibandingkan dengan posisi kepala. Ketika
posisi terjatuh, tumpuan berada di kedua tangan dan kaki ayunan yang pertama mendarat,
lalu dilanjutkan dengan meng-gulingkan badan yang pertama (bagian punggung tangan) dan
berakhir pada bahu.
Teknik awalan yang digunakan untuk teknik Straddle adalah mengambil posisi ancang-
ancang yang tidak terlalu jauh, berlari dengan kecepatan sedang, posisi awalan dari samping
sekitar 30º atau 40º dengan posisi tiang lompatan, dan berlari agak serong dari mistar;
sedangkan teknik tolakan Straddle adalah menggunakan tumpuan kaki yang tersekat dengan
mistar, posisi badan agak merebah atau sedikit condong ke belakang ketika akan melakukan
tolakan, posisi kaki tumpuan menolak ke atas hingga kedua lutut kaki lurus dan kedua tangan
dan kaki diayunkan dengan tenaga penuh ke depan. Teknik Straddle saat di atas mistar
adalah posisi badan tengkurap dan posisi kaki harus segera diluruskan ke belakang ketika
badan sudah mulai turun; sedangkan teknik mendarat Straddle adalah jika menggunakan
tumpuan kaki yang kiri, maka posisi pendaratan memakai kaki kanan terlebih dahulu yang
kemudian dilanjutkan dengan gerakan posisi berguling.
4
bagian bawah yang dekat dengan mistar dengan posisi punggung melengkung saat melewati
mistar.
Teknik Flop saat di atas mistar adalah bagian kepala harus lebih dahulu melewati mistar
dengan posisi badan yang terlentang dan punggung menghadap ke bawah arah mistar. Saat
mencapai ketinggian yang maksimal dan pinggang melewati mistar, posisi kedua kaki
digerakan atau diayun ke atas agar bisa melewati mistar dengan sempurna. Untuk pendaratan,
bagian tubuh yang mendarat terlebih dahulu adalah punggung karena sikap tubuh yang
terlentang saat melakukan pendaratan dan hanya boleh dilakukan dengan pendaratan pada
bahan berbahan busa.
5
m dan maksimal 4 m, berat maksimal 2 kg. Mistar lompat harus terbuat dari fiberglass atau
materi atau bahan lain yang cocok namu bukan dari metal, bagian tengahnya/potongan
melintangnya bulat silindris kecuali pada kedua ujung mistar. Garis tengah/diameter pada bagian
mistar yang bulat silindris haruslah 30mm. Ujung mistar lompat harus terletak di atas sedemikian
rupa sehingga bila mistar disentuh oleh pelompat akan dengan mudah jatuh ke tanah, baik di
depan maupun di belakang.
Sedangkan berapa hal yang perlu diutamakan oleh pelompat adalah sebagai berikut.
1. Lari awalan dengan kecepatan yang terkontrol.
2. Menghindari kecondongan tubuh ke belakang terlalu banyak.
3. Mencapai gerakan yang cepat pada saat bertolak dan mendekati mistar.
6
4. Mengusahakan angkat vertikal pada saat take off atau pada saat kaki bertolak meninggalkan
tanah.
5. Mendorong bahu dan lengan ke atas pada saat take off.
6. Melengkungkan punggung di atas mistar.
7. Mengusahakan mengangkat sempurna dengan putaran ke dalam dari ayunan lutut.
8. Mengangkat kemudian meluruskan kaki segera sesudah membuat lengkungan.
2.6.2 Perbedaan Lompat Tinggi dengan Lompat Jauh dan Lompat Galah
Lompat tinggi, lompat jauh, dan lompat galah termasuk dalam cabang olahraga
atletik melompat. Perbedaan antara ketiga cabang olahraga tersebut yang paling tampak adalah
pada tujuannya, dimana tujuan lompat jauh adalah melompat sejauh mungkin, sedangkan tujuan
dari lompat tinggi dan lompat galah adalah lompat setinggi mungkin. Selain itu, ditinjau dari hal
sarana dan prasarana, sarana lompat jauh lebih sederhana (tidak membutuhkan mistar),
sedangkan lompat galah paling rumit karena harus menggunakan sarana galah (tongkat panjang)
sebagai syarat wajib. Perbedaan lainnya juga terletak pada penentuan pemenang, dimana
pemenang lompat jauh adalah pelompat yang dapat melompat terjauh, sedangkan pemenang
lompat tinggi dan lompat galah adalah pelompat yang mampu melompat paling tinggi.
7
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa lompat tinggi merupakan
olahraga melompat setinggi mungkin dengan melewati mistar lompat. Permainan lompat tinggi
membutuhkan tempat yang tidak terlalu luas untuk memainkannya dan dapat dilakukan oleh pria
maupun wanita. Dalam permainan lompat tinggi, diperlukan penguasaan berbagai teknik/gaya
melompat guna tercapainya hasil yang maksimal dan sesuai harapan, yakni meraih lompatan
tertinggi. Selain itu, juga terdapat beberapa ketentuan yang harus dipatuhi dan hal-hal yang perlu
diperhatikan agar tidak terdiskualifikasi atau kalah.
3.2. Saran
Olahraga lompat tinggi harus mulai diperkenalkan pada anak didik untuk
menghasilkan bibit atlet yang berpotensi. Saat ini, pengenalan akan olahraga lompat tinggi
kepada peserta didik di sekolah masih minim dikarenakan fasilitas yang kurang memadai. Oleh
karena itu, pemerintah dan pihak sekolah perlu menambah fasilitas perolahragaan agar peserta
didik dapat mengenal sekaligus berlatih olahraga lompat tinggi. Diharapkan akan muncul kader-
kader baru dalam olahraga lompat tinggi yang dapat menorehkan hasil yang bagus di dunia
olahraga dan membuat olahraga lompat tinggi terus berkembang.