Farmakognosi Cpotb
Farmakognosi Cpotb
Farmakognosi Cpotb
NIM : A1152079
1. PERSONALIA
Personalia hendaklah mempunyai pengetahuan, pengalaman, ketrampilan dan
kemampuan yang sesuai dengan tugas dan fungsinya, dan tersedia dalam jumlah yang
cukup. Mereka hendaklah dalam keadaan sehat dan mampu menangani tugas yang
dibebankan kepadanya.
1.1.2. Kepala bagian produksi hendaklah memperoleh pelatihan yang memadai dan
berpengalaman dalam pembuatan obat tradisional. Mereka hendaklah mempunyai
kewenangan dan tanggungjawab dalam manajemen produksi yang meliputi semua
pelaksanaan kegiatan, peralatan, personalia produksi, area produksi dan pencatatan.
1.1.5. Hendaklah tersedia personil yang terlatih dalam jumlah yang memadai, untuk
melaksanakan supervisi langsung di setiap bagian produksi dan unit pemeriksaan
mutu.
1.2. Pelatihan
1.2.1. Semua personil yang langsung terlibat dalam kegiatan pembuatan hendaklah
dilatih dalam pelaksanaan pembuatan sesuai dengan prinsip- prinsip Cara
Pembuatan yang Baik.
2. BANGUNAN
2.1. Bangunan
2.1.1. Bangunan industri obat tradisional hendaklah berada di lokasi yang terhindar dari
pencemaran, dan tidak mencemari lingkungan.
2.1.2. Bangunan industri obat tradisional hendaklah memenuhi persyaratan higiene dan
sanitasi.
a. Tahan terhadap pengaruh cuaca, serta dapat mencegah masuknya rembesan dan
masuk bersarangnya serangga, binatang pengerat, burung atau binatang lainnya;
b. Ruangan atau tempat penyimpanan simplisia yang baru diterima dari pemasok;
c. Tempat sortasi;
d. Tempat pencucian;
f. Ruangan atau tempat penyimpanan simplisia termasuk bahan baku lainnya yang
telah diluluskan;
g. Tempat penimbangan;
h. Ruangan pengolahan;
l. Ruangan atau tempat penyimpanan produk jadi termasuk karantina produk jadi;
3. RUANGAN
3.2.2. Luas ruang kerja disesuaikan dengan bentuk sediaan, cara dan kapasitas produksi,
jenis dan ukuran peralatan serta jumlah karyawan yang bekerja sehingga memungkinkan
penempatan peralatan dan bahan-bahan secara teratur, terlaksananya komunikasi dan
pengawasan yang efektif.
3.2.3. Penyekatan ruang pembuatan disesuaikan dengan kegiatan pembuatan sehingga tidak
terjadi pencemaran silang
3.2.4. Ruangan pengolahan tidak boleh digunakan untuk lalu lintas umum dan tempat
penyimpanan bahan yang tidak dalam proses pengolahan.
3.2.6. Bilamana ada ruang pemeliharaan hewan percobaan hendaklah terpisah dari gedung
pembuatan.
3.2.7. Mempunyai sarana pembuangan dan atau pengolahan limbah yang memadai dan
berfungsi dengan baik.
3.2.8. Ventilasi udara serta pipa-pipa saluran dipasang sedemikian rupa untuk mencegah
timbulnya pencemaran terhadap produk.
3.2.9. Permukaan bagian dalam setiap ruangan (dinding, lantai dan langit- langit) hendaklah
rata, bebas dari keretakan dan sambungan terbuka serta mudah dibersihkan dan disanitasi.
b. Ruangan atau tempat penyimpanan termasuk karantina produk jadi dapat berupa
ruangan, area atau lemari maupun rak;
e. Ruangan atau tempat penyimpanan simplisia yang baru diterima dari pemasok
sebagaimana dimaksud pada butir 3.1.4.b adalah tempat penyimpanan simplisia
yang belum memenuhi persyaratan, dapat berupa ruangan atau tempat tertutup,
misalnya lemari;
b. Sudut pertemuan antara lantai dengan dinding, antara dinding dengan dinding
dalam ruang pengolahan hendaklah berbentuk sedemikian rupa agar mudah
dibersihkan;
3.2.12. Ruang atau tempat pengeringan hendaklah terlindung dari pencemaran debu,
serangga dan cemaran lain.
4. PERALATAN
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan produk hendaklah memiliki rancang
bangun konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dengan tepat,
sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk terjamin secara seragam dari bets ke bets,
serta untuk memudahkan pembersihan dan perawatannya.
4.1.1. Peralatan yang digunakan tidak menimbulkan serpihan dan atau akibat yang
merugikan terhadap produ k.
4.1.2. Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, menguji dan mencatat
hendaklah diperiksa ketelitiannya secara teratur serta ditera menurut suatu program
dan prosedur yang tepat.
4.1.4. Bilamana ada ban mekanis terbuka atau kerekan/katrol hendaklah dilengkapi
dengan pengaman.
4.1.5. Bahan-bahan yang diperlukan untuk tujuan khusus, seperti bahan pelumas, bahan
penyerap kelembaban, air kondensor dan sejenisnya tidak boleh bersentuhan langsung
dengan bahan yang diolah.
4.1.6. Peralatan yang digunakan untuk proses pengemasan hendaklah sesuai dengan
sediaan yang dibuat.
4.2.2. Bilamana ada saluran air, uap, udara bertekanan atau hampa udara hendaklah
dipasang sedemikian rupa sehingga mudah ditangani selama kegiatan berlangsung.
Saluran ini hendaklah diberi tanda yang jelas agar mudah dikenal.
4.2.3. Bilamana ada tangki, pipa uap atau pipa pendingin hendaklah diberi isolasi yang
baik untuk mencegah kemungkinan terjadinya kebocoran dan memperkecil kehilangan
energi.
4.2.4. Bilamana ada pipa yang menggunakan uap bertekanan hendaklah dilengkapi
dengan perangkap uap dan saluran pembuangan yang berfungsi dengan baik.
4.3. Jenis Peralatan Sarana pengolahan produk hendaklah dilengkapi dengan peralatan
sesuai dengan proses pembuatan dan bentuk sediaan yang akan dibuat, seperti :
4.3.1. Alat atau mesin yang memadai yang diperlukan untuk pencucian dan penyortiran.
4.3.2. Alat atau mesin pengering yang dapat mengeringkan simplisia, produk antara
atau produk ruahan sehingga kadar airnya sesuai yang dipersyaratkan.
4.3.3. Alat atau mesin pembuat serbuk yang dapat merubah simplisia menjadi serbuk
dengan derajat kehalusan yang dikehendaki.
4.3.4. Alat atau mesin pengaduk yang dapat mencampur simplisia atau produk antara
menjadi campuran yang homogen.
4.3.5. Alat atau mesin pengayak yang dapat mengayak serbuk dengan derajat kehalusan
yang dikehendaki.
4.3.7. Peralatan pengolahan bentuk rajangan, seperti alat atau mesin perajang yang
dapat merubah simplisia menjadi rajangan dengan ukuran yang dikehendaki.
4.3.8. Peralatan bentuk sediaan serbuk, seperti alat atau mesin pengisi / penakar serbuk
yang dapat menjamin keseragaman bobot serbuk. Perbedaan atau selisih bobot serbuk
tiap wadah yang dihasilkan terhadap bobot rata-rata 10 isi wadah tidak lebih dari 8%.
4.3.9. Peralatan pengolahan bentuk sediaan pil, seperti : a. Alat atau mesin pembuat
masa / adonan pil yang homogen dan higienis; b. Alat atau mesin pembuat pil yang
bulat dengan bobot seragam; c. Alat atau mesin penyalut pil; d. Alat atau mesin
pengering; e. Alat atau mesin pengemas primer.
a. Alat ekstraksi atau alat pengolah bahan atau campuran bahan menjadi sediaan
cair;
b. Alat atau mesin pengaduk campuran bahan menjadi sediaan cair yang homogen;
c. Alat atau mesin penyaring untuk mendapatkan cairan tanpa partikel atau
endapan;
d. Alat atau mesin pengisi cairan untuk menghasilkan volume sediaan cair yang
seragam tiap kemasan yang dikehendaki. Perbedaan atau selisih volume cairan tiap
wadah terhadap volume rata-rata 10 isi wadah tidak lebih dari 5%; e. Alat
pembuatan sediaan cairan obat dalam hendaklah terpisah dengan alat pembuatan
sediaan cairan obat luar.
4.3.11. Peralatan pengolahan bentuk sediaan padat, bentuk parem, pilis dan sejenisnya,
seperti : a. Alat atau mesin pembuat masa / adonan sediaan yang homogen dan
higienis; b. Alat pencetak atau pemotong sediaan menjadi bentuk sediaan padat yang
seragam; c. Alat atau mesin pengering sediaan padat; d. Alat atau mesin pengemas
primer.
a. Alat ekstraksi bahan sampai mendapatkan ekstrak yang memenuhi syarat yang
ditetapkan;
b. Alat atau mesin pencampur yang dapat menghasilkan campuran yang homogen;
c. Alat atau mesin granulasi bahan untuk sediaan tablet;
e. Mesin pencetak tablet yang dapat menghasilkan tablet atau kaplet yang seragam
bentuk dan bobotnya;
a. Alat ekstraksi bahan sampai mendapatkan ekstrak yang memenuhi syarat yang
ditetapkan;
b. Alat atau mesin pencampur yang dapat menghasilkan campuran yang homogen;
c. Alat atau mesin granulasi bahan untuk sediaan kapsul, bila diperlukan;
e. Alat atau mesin pengisi kapsul yang dapat mengisikan campuran bahan ke dalam
kapsul dengan bobot yang seragam;
4.3.14. Peralatan pengolahan bentuk sediaan setengah padat (dodol), seperti : a. Alat
pembuat adonan dodol atau sediaan setengah padat yang homogen dan higienis; b.
Alat pencetak atau pemotong yang dapat menghasilkan sediaan setengah padat yang
seragam secara higienis; c. Alat atau mesin pengemas primer.
a. Alat atau mesin pencampur bahan atau campuran bahan menjadi sediaan salep
atau krim yang homogen;
b. Alat atau mesin pengisi salep atau krim yang menjamin keseragaman bobot
sediaan tiap wadah secara higienis. Perbedaan atau selisih bobot salep/krim tiap
wadah terhadap bobot rata-rata 10 isi wadah tidak lebih dari 5%.
4.4.4. Hendaklah tersedia prosedur kerja standar untuk setiap instrumen atau
peralatan, dan diletakkan di dekat instrumen atau peralatan yang bersangkutan.
4.4.8. Dalam laboratorium hendaklah tersedia pancuran air pengaman dan pencuci
anggota badan dekat tempat kerja.
Dalam pembuatan produk hendaklah diterapkan tindakan sanitasi dan higiene yang
meliputi bangunan, peralatan dan perlengkapan, personalia, bahan dan wadah serta faktor
lain sebagai sumber pencemaran produk.
5.1. Personalia
5.1.3. Karyawan yang mengidap penyakit atau menderita luka terbuka yang dapat
menurunkan kualitas produk, dilarang menangani bahan baku, bahan yang sedang
dalam proses, bahan pengemas dan produk jadi, sampai dia sembuh kembali.
5.1.4. Karyawan hendaklah mencuci tangan dengan sabun atau detergent lain sebelum
memasuki ruang pembuatan. Untuk tujuan itu perlu dipasang tanda peringatan.
5.1.5. Karyawan hendaklah melaporkan kepada atasan langsung setiap keadaan pabrik,
peralatan atau personalia yang menurut penilaian mereka dapat menurunkan kualitas
produk.
5.1.8. Dilarang merokok, makan dan minum serta perbuatan lain yang dapat mencemari
mutu produk di dalam ruang pembuatan dan ruang penyimpanan. Untuk tujuan ini
perlu dipasang peringatan.
5.2. Bangunan
5.2.1. Hendaklah tersedia jamban atau tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan
sabun dan pengering yang berfungsi dengan baik dan jumlah serta kapasitasnya
memadai.
5.2.3. Rodentisida, insektisida, bahan fumigasi dan bahan pembersih tidak boleh
mencemari peralatan produksi, bahan baku, bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan ataupun produk jadi.
5.2.4. Ruangan hendaklah dibersihkan sesuai dengan prosedur, sebelum dan sesudah
digunakan.
5.3. Peralatan
5.3.1. Prosedur sanitasi peralatan hendaklah dirancang dengan tepat agar dapat
dicegah pencemaran peralatan oleh bahan pembersih atau bahan untuk sanitasi.
5.3.3. Peralatan setelah digunakan hendaklah dibersihkan baik bagian luar maupun
bagian dalam sesuai dengan prosedur, serta dijaga dan disimpan dalam kondisi bersih
dan diberi tanda.
6.1. Pada saat penerimaan terhadap setiap kiriman bahan baku hendaklah dilakukan
pemeriksaan secara organoleptik dan laboratoris.
6.2. Setiap bahan baku yang diterima hendaklah diberi label yang dapat memberi informasi
mengenai nama daerah dan nama latin, tanggal penerimaan, dan pemasok.
6.3. Semua pemasukan, pengeluaran dan sisa bahan baku hendaklah dicatat dalam kartu
atau buku persediaan yang meliputi nama, tanggal penerimaan atau pengeluaran, serta
nama dan alamat pemasok.
6.4. Setiap simplisia sebelum digunakan hendaklah dilakukan sortasi untuk membebaskan
dari bahan asing dan kotoran lain.
6.5. Setiap simplisia sebelum digunakan hendaklah dicuci lebih dahulu dengan air bersih
atau dibersihkan dengan cara yang tepat sehingga diperoleh simplisia yang bersih, dan
terbebas dari mikroba patogen, kapang, khamir serta pencemar lainnya.
6.6. Simplisia yang telah dicuci hendaklah dikeringkan lebih dahulu dengan cara yang tepat
sehingga tidak terjadi perubahan mutu dan mencapai kadar air yang dipersyaratkan.
6.7. Simplisia yang sudah bersih serta kering dan bahan baku yang bukan simplisia yang telah
lulus dari pemeriksaan mutu bila tidak langsung digunakan hendaklah disimpan dalam
wadah tertutup dan diberi label yang menunjukkan status simplisia dan bahan baku
tersebut.
6.8. Label sebagaimana dimaksud pada butir 6.7. hanya boleh dipasang oleh petugas yang
ditunjuk pimpinan bagian pengawasan mutu dan warna label dibuat berbeda dengan label
yang digunakan pada 6.2.
6.9. Pengeluaran simplisia yang akan diolah dilakukan oleh petugas yang ditunjuk dengan
cara mendahulukan simplisia yang disimpan lebih awal (First In, First Out), atau yang
mempunyai batas kadaluwarsa lebih awal (First Expired, First Out).
6.10. Semua bahan baku yang tidak memenuhi syarat hendaklah ditandai dengan jelas,
disimpan secara terpisah menunggu tindak lanjut.
7.1. Verifikasi
7.1.1. Sebelum suatu prosedur pengolahan induk diterapkan hendaklah dilakukan
langkah-langkah untuk membuktikan bahwa prosedur bersangkutan cocok untuk
pelaksanaan kegiatan secara rutin, dan bahwa proses yang telah ditetapkan dengan
menggunakan bahan dan peralatan yang telah ditentukan, akan senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.
7.1.2. Setiap proses dan peralatan hendaklah dilakukan tindakan pembuktian ulang
secara periodik untuk menjamin bahwa proses dan peralatan tersebut tetap
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan yang berlaku
7.2. Pencemaran
7.2.1. Pencemaran fisik, kimiawi atau jasad renik terhadap produk yang dapat
merugikan kesehatan atau mempengaruhi mutu suatu produk tidak boleh terjadi.
7.2.2. Pencemaran khamir, kapang dan atau kuman non patogen terhadap produk
meskipun sifat dan tingkatannya tidak berpengaruh langsung pada kesehatan hendaklah
dicegah sekecil mungkin sampai dengan persyaratan batas yang berlaku.
7.3.1. Suatu sistem yang menjabarkan cara penomoran kode produksi secara rinci
diperlukan untuk memastikan bahwa produk antara, produk ruahan dan produk jadi
suatu bets dapat dikenali dengan nomor kode produksi tertentu.
7.3.2. Sistem penomoran kode produksi hendaklah dapat menjamin bahwa nomor kode
produksi yang sama tidak digunakan secara berulang.
7.3.3. Pemberian nomor kode produksi hendaklah segera dicatat dalam suatu buku
catatan harian. Catatan hendaklah mencakup tanggal pemberian nomor, identitas
produk dan besarnya bets yang bersangkutan.
7.5. Pengolahan
7.5.1. Sebelum melaksanakan pengolahan hendaklah dilakukan pengecekan kondisi
ruangan, peralatan, prosedur pengolahan, bahan dan hal lain yang diperlukan dalam
proses pengolahan.
7.5.3. Karyawan termasuk pakaian yang digunakan harus bersih dan hendaklah
mengenakan alat pelindung yang sesuai (masker, sarung tangan, alas kaki, penutup
kepala).
7.5.4. Wadah dan penutup yang dipakai untuk bahan yang akan diolah, untuk produk
antara dan produk ruahan, harus bersih, dengan sifat dan jenis yang tepat untuk
melindungi produk dan bahan terhadap pencemaran atau kerusakan.
7.5.5. Semua wadah yang berisi produk antara dan produk ruahan hendaklah diberi
label secara tepat yang menyatakan nama dan atau kode, jumlah, tahap pengolahannya
dan nomor kode produksi serta status bahan yang ada di dalamnya.
7.5.6. Pengolahan beberapa produk dalam waktu yang sama dalam satu ruangan
hendaklah dihindari untuk mencegah terjadinya pencemaran silang antar produk.
7.5.8. Pengawasan dalam proses hendaklah dilakukan untuk mencegah hal-hal yang
menyebabkan kerugian terhadap produk jadi.
7.5.9. Hasil pengawasan dalam proses (in proces control) dari produk antara dan produk
ruahan setiap bets hendaklah dicatat dicocokkan terhadap persyaratan yang berlaku.
Bila ada penyimpangan yang berarti hendaklah diambil perbaikan sebelum pengolahan
bets tersebut dilanjutkan.
b. Sistem penyaringan dan penghisap debu hendaklah efektif dan dipasang dengan
letak lubang pembuangan yang tepat untuk mencegah pencemaran terhadap
produk, karyawan dan lingkungan sekitarnya;
7.5.11. Penyarian
a. Cara penyarian (ekstraksi) hendaklah menggunakan metoda yang tercantum
dalam buku-buku resmi dan atau buku-buku standar lainnya;
c. Sari (ekstrak) yang dihasilkan hendaklah diuji untuk memastikan bahwa sari
tersebut memenuhi syarat yang ditetapkan.
a. Pengolahan s ediaan cairan, krim dan salep hendaklah dibuat sedemikian rupa
agar terlindung dari pencemaran jasad renik dan pencemaran lain yang tidak
melebihi batas yang ditetapkan;
b. Jaringan pipa yang digunakan untuk mengalirkan bahan baku atau produk ruahan
hendaklah dirancang dan dipasang dengan tepat sehingga mudah dibongkar dan
dibersihkan.
b. Bahan penabur atau bahan pelumas yang berhubungan langsung dengan bahan
yang diolah hendaklah bersifat netral dan tidak toksis;
d. Hendaklah tersedia alat timbang untuk dipakai dalam pemantauan berat pil atau
tablet yang sedang dalam proses;
e. Pil atau tablet yang diambil dari ruang pencetakan untuk keperluan pengujian
atau keperluan lain tidak boleh dikembalikan lagi kedalam bets yang bersangkutan;
f. Pil atau tablet yang ditolak dan disingkirkan hendaklah ditempatkan dalam wadah
yang diberi label dengan jelas mengenai status dan jumlahnya, untuk tindakan lebih
lanjut; g. Udara yang dialirkan kedalam panci penyalut untuk pengeringan hendaklah
udara bersih; h. Larutan penyalut dibuat dan digunakan dengan cara yang dapat
menekan risiko pertumbuhan jasad renik seminimal mungkin.
a. Kapsul kosong hendaklah disimpan dalam kondisi yang dapat mencegah pengaruh
kelembaban;
7.5.15. Pengolahan sediaan bentuk padat (parem, tapel, pilis dan sejenisnya).
a. Bahan atau campuran bahan hendaklah memiliki derajat kehalusan yang cukup
sehingga bila dioleskan atau digosokkan pada kulit tidak merusak kulit kecuali untuk
tujuan khusus;
d. Persyaratan pada 7.5.13. butir c,d,e dan f berlaku juga untuk pengolahan sediaan
bentuk padat.
7.6. Pengemasan
7.6.2. Hendaklah ada prosedur tertulis untuk kegiatan pengemasan. Semua kegiatan
pengemasan hendaklah dilaksanakan sesuai dengan instruksi yang diberikan dan
menggunakan pengemas yang tercantum pada prosedur pengemasan tersebut.
7.6.3. Setiap penyerahan produk ruahan dan pengemas hendaklah diperiksa dan diteliti
kesesuaian satu sama lain.
7.6.4. Wadah yang akan digunakan diserahkan ke bagian pengemasan hendaklah dalam
keadaan bersih.
7.6.5. Untuk memperkecil terjadinya kesalahan dalam pengemasan, label dan barang
cetak lain hendaklah dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki perbedaan yang
jelas antara satu produk dengan produk yang lainnya.
7.6.6. Produk yang bentuk atau rupanya sama atau hampir sama, tidak boleh dikemas
pada jalur berdampingan, kecuali ada pemisahan fisik.
7.6.7. Wadah dan pembungkus produk ruahan hendaklah diberi label atau penandaan
yang menunjukkan identitas, jumlah, nomor kode produksi dan status produk tersebut.
7.6.8. Pengemas atau bahan cetak yang berlebih, yang cacat dan atau yang ditemukan
pada waktu pembersihan hendaklah diserahkan pada pimpinan bagian pengemasan
untuk dilakukan tindakan lebih lanjut.
7.6.9. Produk yang dikemas hendaklah diperiksa dengan teliti untuk memastikan bahwa
produk jadi tersebut sesuai dengan persyaratan dalam prosedur pengemasan.
7.6.10. Produk yang telah selesai dikemas dikarantina, sambil menunggu persetujuan
dari bagian pengawasan mutu untuk tindakan lebih lanjut.
7.7. Penyimpanan
7.7.1. Bahan baku, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi,
hendaklah disimpan secara teratur dan rapi untuk mencegah risiko tercampur dan atau
terjadinya saling mencemari satu sama lain, serta untuk memudahkan pemeriksaan,
pengambilan dan pemeliharaannya.
7.7.2. Bahan yang disimpan hendaklah diberi label atau penandaan yang menunjukan
identitas, kondisi, jumlah, mutu dan cara penyimpanannya.
8. PENGAWASAN MUTU
Pengawasan mutu merupakan bagian yang essensial dari cara pembuatan obat
tradisional yang baik. Rasa keterikatan dan tanggung jawab semua unsur dalam semua
rangkaian pembuatan adalah mutlak untuk menghasilkan produk yang bermutu mulai dari
bahan awal sampai pada produk jadi. Untuk keperluan tersebut bagian pengawasan mutu
hendaklah merupakan bagian yang tersendiri.
8.1. Sistem Sistem pengawasan mutu hendaklah dirancang dengan tepat untuk
menjamin bahwa tiap produk mengandung bahan dengan mutu yang benar dan dibuat
pada kondisi yang tepat serta mengikuti prosedur standar sehingga produk tersebut
senantiasa memenuhi persyaratan produk jadi yang berlaku.
8.1.1. Pengawasan mutu hendaklah dilakukan terhadap bahan baku, bahan pengemas,
proses pembuatan, produk antara, produk ruahan dan produk jadi.
8.1.2. Pemeriksaan dan pengujian secara berkala hendaklah dilakukan terhadap bahan
baku dalam persediaan, untuk memberikan keyakinan bahwa penyimpanan, wadah dan
bahannya dalam kondisi yang baik.
8.1.3. Produk jadi yang masih berada dalam industri maupun yang ada di peredaran
hendaklah dipantau secara berkala.
8.2.2. Menyiapkan instruksi tertulis yang rinci untuk tiap pengujian yang akan
dilaksanakan.
8.2.3. Menyusun rencana dan prosedur tertulis mengenai pengambilan contoh untuk
pengujian.
8.2.5. Meluluskan atau menolak tiap bets bahan baku, produk antara, produk ruahan dan
produk jadi serta hal yang telah ditentukan, sekurang- kurangnya berdasarkan pengujian
secara kualitatif.
8.2.7. Mengevaluasi stabilitas semua produk jadi secara berlanjut, bahan baku jika
diperlukan dan menyiapkan instruksi mengenai penyimpanan bahan baku dan produk
jadi di industri berdasarkan data stabilitas yang ada, sekurang-kurangnya stabilitas fisik.
8.2.8. Menetapkan tanggal kadaluwarsa bahan baku dan produk jadi berdasarkan data
stabilitas dan kondisi penyimpanannya, sebagaimana dimaksud pada butir 8.2.7.
8.2.9. Mengevaluasi semua keluhan yang diterima atau kekurangan yang ditemukan
mengenai sesuatu bets, dan bila perlu bekerja sama dengan bagian lain untuk mengambil
tindakan perbaikan yang diperlukan.
8.2.10. Menyediakan baku pembanding, sesuai persyaratan yang terdapat pada prosedur
pengujian yang berlaku dan menyimpan baku pembanding ini pada kondisi yang tepat.
Khusus untuk bahan baku segar sekurang- kurangnya menyimpan diskripsi dari bahan
yang bersangkutan.
8.2.11. Menyimpan catatan pemeriksaan dan pengujian semua contoh yang diambil.
8.2.12. Mengevaluasi produk jadi yang dikembalikan dan menetapkan apakah produk
tersebut dapat diedarkan kembali atau diproses ulang atau hendaklah dimusnahkan.
8.2.13. Ikut serta dalam program inspeksi diri bersama bagian lain dalam industri.
c. Jenis dan jumlah pereaksi disesuaikan dengan pengujian mutu yang dilakukan.
9. INSPEKSI DIRI
Tujuan inspeksi diri adalah untuk melakukan penilaian apakah seluruh aspek
pengolahan, pengemasan dan pengendalian mutu selalu memenuhi CPOTB. Program
inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mengevaluasi pelaksanaan CPOTB dan untuk
menetapkan tindak lanjut. Inspeksi diri ini hendaklah dilakukan secara teratur. Tindakan
perbaikan yang disarankan hendaklah dilaksanakan. Untuk pelaksanaan inspeksi diri
hendaklah ditunjuk tim inspeksi yang mampu menilai secara obyektif pelaksanaan CPOTB.
Hendaklah dibuat prosedur dan catatan mengenai inspeksi diri.
9.1. Hal-Hal yang Diinspeksi. Untuk mendapatkan standar inspeksi diri yang minimal dan
seragam, maka perlu disusun daftar pemeriksaan selengkap mungkin. Daftar pemeriksaan
hendaklah meliputi pertanyaan mengenai hal-hal sebagai berikut:
9.1.1. Personalia.
9.1.4. Peralatan.
9.1.7. Dokumentasi.
9.2.1. Tim inspeksi diri ini ditunjuk oleh pimpinan perusahaan terdiri dari sekurang-
kurangnya 3 (tiga) orang yang ahli di bidang yang berlainan dan paham mengenai CPOTB.
9.2.2. Anggota tim dapat berasal dari lingkungan perusahaan atau dari luar perusahaan.
Tiap anggota tim hendaklah bebas dalam memberikan penilaian atas hasil inspeksi diri.
9.3.1. Inspeksi diri dapat dilakukan bagian demi bagian sesuai dengaN kebutuhan industri
yang bersangkutan.
9.3.2. Inspeksi diri yang menyeluruh dilakukan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.
10. DOKUMENTASI
10.1.1. Sistem dokumentasi hendaklah bisa menggambarkan riwayat lengkap dari setiap
bets suatu produk sehingga memungkinkan penyelidikan serta penelusuran terhadap
bets produk yang bersangkutan.
10.2.1. Dokumentasi hendaklah dirancang dan dibuat dengan teliti, agar dapat
digunakan dengan mudah, benar dan efektif.
10.2.3. Dokumentasi hendaklah mencakup semua data penting dan dijaga agar selalu
aktual. Setiap perubahan hendaklah disahkan secara resmi oleh perusahaan yang
bersangkutan.
Keluhan dan laporan menyangkut kualitas, efek yang merugikan atau masalah medis
lainnya hendaklah diselidiki dan dievaluasi serta diambil tindak lanjut yang sesuai.
11.1.1. Jenis keluhan dan laporan dapat berupa : a. Keluhan mengenai kualitas menyangkut
keadaan fisik, kimia dan biologi dari produk jadi atau kemasannya dan lain sebagainya; b.
Keluhan atau laporan tentang efek yang merugikan seperti reaksi alergi, reaksi toksis, reaksi
fatal dan lain sebagainya.
11.1.2. Penanganan keluhan dan laporan.
a. Hendaklah dibuat catatan tertulis mengenai semua keluhan dan laporan yang diterima.
b. Keluhan dan laporan hendaklah ditangani oleh bagian yang bersangkutan sesuai dengan
jenis keluhan atau laporan yang diterima.
c. Terhadap tiap keluhan dan laporan hendaklah dilakukan penelitian dan evaluasi secara
seksama termasuk :
1. Meninjau seluruh informasi yang masuk tentang keluhan atau laporan tersebut;
2. Melakukan pemeriksaan atau pengujian terhadap contoh yang diterima dan bila perlu
memeriksa juga contoh pertinggal bets yang bersangkutan;
3. Meneliti kembali semua data dan dokumentasi yang berkaitan, termasuk catatan bets,
catatan distribusi, cacatan hasil pengujian dan sebagainya.
a. Atas dasar hasil evaluasi dan penelitian dilakukan tindak lanjut berupa
2. Penarikan kembali bets dari produk atau seluruh produk yang bersangkutan;
b. Hasil pelaksanaan penanganan keluhan dan laporan termasuk hasil evaluasi penelitian
dan tindak lanjut yang diambil hendaklah dicatat dan dilaporkan kepada bagian yang
bersangkutan dan kepada pejabat pemerintah yang berwenang.
Penarikan kembali produk yang berupa penarikan kembali satu atau beberapa
bets atau seluruh produk tertentu dari semua mata rantai distribusi. Penarikan
kembali dilakukan apabila ditemukan adanya produk yang tidak memenuhi
persyaratan atau atas dasar pertimbangan adanya efek yang tidak diperhitungkan
yang merugikan kesehatan. Penarikan kembali seluruh produk tertentu dapat
merupakan tindak lanjut penghentian pembuatan satu jenis produk yang
bersangkutan.
a. Penarikan kembali dapat dilakukan atas prakarsa produsen sendiri atau instruksi
instansi pemerintah yang berwenang.
b. Keputusan untuk melakukan penarikan kembali suatu produk adalah tanggung jawab
apoteker penanggung jawab teknis dan pimpinan perusahaan.
c. Keputusan penarikan kembali produk dapat berupa penarikan kembali satu atau
beberapa bets atau seluruh produk yang bersangkutan.
b. Bagi produk yang mengandung risiko besar terhadap kesehatan selain tindakan
penarikan kembali hendaklah segera diambil tindakan khusus agar produk yang
bersangkutan tidak dipergunakan masyarakat. Dan di informasi secara luas.
11.2.3. Pelaksanaan penarikan kembali dan tindakan pengamanan secara efektif, cepat dan
tuntas hendaklah didukung oleh sistem dokumentasi yang baik.
11.2.4. Hendaklah dibuat pedoman dan prosedur penarikan kembali produk yang tepat
sehingga penarikan kembali dan tindakan pengamanan dapat dilakukan dengan cepat dan
efektif dari seluruh mata rantai distribusi.
11.2.5. Hendaklah dibuat catatan dan laporan pelaksanaan, hasil penarikan kembali dan
embargo produk.