0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
194 tayangan35 halaman

Pedoman Pelayanan Sanitasi Uptd Rsud Borong

Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 35

PEDOMAN UNIT PELAYANAN SANITASI

UPTD RSUD BORONG

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit
maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan serta memungkinkan terjadinya
pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan (Depkes RI, 2004).
Rumah Sakit selain untuk mencari kesembuhan, juga merupakan depot bagi berbagai
macam penyakit yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang berstatus karier.
Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan Rumah Sakit seperti udara,
air, lantai, makanan dan benda-benda peralatan medis maupun non medis. Dari lingkungan,
kuman dapat sampai ke tenaga kerja, penderita baru. Ini disebut Infeksi Nosokomial
Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sekitar sehingga dapat meningkatkan
derajat kesehatan. Dalam pelaksanaannya rumah sakit harus memiliki lingkungan yang
sehat dan bebas dari segala faktor yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan
gangguan kesehatan baik untuk pasien, pengunjung, pegawai dan masyarakatan sekitar.
Lingkungan yang sehat dan nyaman merupakan syarat utama bagi sebuah institusi
kesehatan karena dengan lingkungan yang sehat akan tercipta lingkungan yang dapat
menunjang pemulihan kesehatan bagi pasien dan meningkatkan kinerja pegawai sehingga
dapat meningkatkan produktivitas kerja. Dengan demikian akan meningkatkan pelayanan
yang lebih baik.
Kesehatan lingkungan rumah sakit diartikan sebagai upaya penyehatan dan
pengawasan lingkungan rumah sakit yang mungkin berisiko menimbulkan penyakit dan atau
gangguan kesehatan bagi masyarakat sehingga terciptanya derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2009). Upaya kesehatan lingkungan rumah sakit
meliputi kegiatan-kegiatan yang komplek sehingga memerlukan penanganan secara lintas
program dan lintas sektor serta berdimensi multi disiplin, untuk itu diperlukan tanaga dan
prasarana yang memadai dalam pengawasan kesehatan lingkungan rumah sakit (Depkes
RI, 2004). Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian kebersihan, untuk menghindari

2
resiko dan gangguan kesehatan maka perlu dilakukan penyelenggaraan kebersihan rumah
sakit sesuai dengan yang dipersyaratkan.
Penyelenggaraan sanitasi dan laundry di rumah sakit melibatkan input, proses dan
output. Input meliputi dana/ biaya, sarana prasarana, tenaga kerja, metode yang dipakai
serta peralatan. Proses meliputi perencanaan anggaran belanja peralatan kebersihan dan
bahan pembersih, perhitungan kebutuhan bahan dan peralatan kebersihan, pembelian
bahan dan alat pembersih, teknik pemakaian alat.

1.2 Ruang Lingkup


Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan sanitasi dan laundry di RSUD
Kecamatan Mandau ini terdiri dari :
1) Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman Rumah
2) Penyehatan Hygiene dan Sanitasi Makanan Minuman
3) Penyehatan Air
4) Pengelolaan Limbah
5) Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang Pengganggu Lainnya
6) Upaya Promosi Kesehatan dari Aspek Kesehatan Lingkungan

1.3 Landasan Hukum


1) Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2) Permenkes No.7 Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
3) PP No. 18 Tahun 1999 jo PP No. 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.
4) Buku Pedoman Sanitasi Rumah Sakit Tahun 2000
5) Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit
6) Kepmenkes RI No. 1087/Menkes/SK/VIII/2010 tentang Standar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
7) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :907/Menkes/SK/VII/2002
tentang syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air minum.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

3
2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia
1. Kepala Ruang Instalasi Sanitasi
a. Di UPTD RSUD Borong ini, terdapat 1 orang Koordinator Unit Pelayanan
Sanitasi yaitu Kepala Ruang Instatlasi Sanitasi yang bertugas sebagai pelaksanan
yang mengkoordinasikan :
1) Perencanaan dan Evaluasi Pelayanan Sanitasi.
2) Pemantauan Proses Pelayanan Sanitasi.
3) Pengkajian Data Khusus.
4) Penelitian dan Pengembangan.
b. Pendidikan Kepala Ruang Instalasi Sanitasi UPTD RSUD Borong yaitu D3
Sanitasi.

2. Ahli Sanitasi
a. Di UPTD RSUD ini, terdapat 2 orang ahli Sanitasi yang bertanggung jawab dalam
pelayanan sanitasi.
b. Pendidikan ahli Sanitasi UPTD RSUD Borong yaitu D3 Sanitasi.

2.2 Distribusi Ketenagaan


1. Kuantitas SDM Sanitasi
Pengaturan tenaga kerja di Instalasi Sanitasi UPTD RSUD Borong ini
berdasarkan shif dan non shift. Tenaga Kerja di Instalasi Sanitasi terdiri dari Kepala
Instalasi, ahli sanitasi serta tenaga cleaning service yang berjumlah 22 orang yang terdiri
dari 3 shif yaitu shift pagi, siang dan malam hari dengan komposisi sebagai berikut :
a. Shift Pagi
Yang bertugas minimal 14 orang tenaga kerja.
o 1 Orang Kepala Instalasi Sanitasi
o 1 Orang Ahli Sanitasi
o 2 rawat jalan
o 2 Rawat Inap
o 2 IGD
o 1 ICU
o 1 Radiologi

4
o 1 Laboratorium
o 1 Farmasi
o 1 Orang di Pengangkut sampah
o 1 Orang Operator Ipal dan Incenerator

b. Shift Siang
Yang bertugas minimal 15 orang tenaga kerja.
o 1 Orang Ahli Sanitasi
o 2 Orang di Ruang IGD
o 2 rawat jalan
o 2 Rawat Inap
o 2 IGD
o 1 ICU
o 1 Radiologi
o 1 Laboratorium
o 1 Farmasi
o 1 Orang di Pengangkut sampah
o 1 Orang Operator Ipal dan Incenerator

c. Shift Malam
Yang bertugas minimal 6 orang tenaga kerja.
o 2 Orang di Ruang 1GD
o 2 orang Rawat Inap
o 1 Orang Operator Ipal dan Incenerator
o 1 Orang di Ruang ICU

Di antara tenaga kerja shift terdapat tenaga kerja non shift yang bertugas pada
pagi hari yaitu, Kepala Ruangan,Ahli Sanitasi,Cleaning Service.

BAB III

5
STANDAR FASILITAS

3.1 Denah Ruangan ( Denah Terlampir )


3.2 Standar Fasilitas
Agar kegiatan penyelenggaraan Instalasi Sanitasi UPTD RSUD Borong dapat
berjalan optimal, maka perlu didukung dengan sarana, peralatan dan perlengkapan yang
memadai baik untuk Ruang kantor Instalasi Sanitasi, Perlengkapan peralatan Penyehatan
Ruang dan Bangunan Rumah Sakit, Ruangan/Unit Pengolahan Limbah Cair (IPAL), Tempat
Pengolahan Limbah Medis Padat (Incenerator).

1. Fasilitas pada Unit Pengolahan Air Limbah yang ada di Instalasi Sanitasi UPTD
RSUD Borong.
Unit pengolahan air limbah UPTD RSUD Borong berada di bawah gedung IGD
menggunakan sistem lumpur aktif dimana dalam proses pengolahannya melalui bak-bak
yang sesuai dengan fungsinya, antara lain :
 Bak Penampungan Awal
 Bak Sedimentasi
 Bak Equalisasi
 Bak Aerasi
 Bak Screen
 Bak Clean Water
 Bak Kontrol
 Bak Indikator
2. Fasilitas Pengolahan Sampah Medis UPTD RSUD Borong
Dalam proses akhir pengolahan sampah medis UPTD RSUD Borong didukung dengan
berbagai fasilitas atau sarana antara lain yaitu :
 Incenerator : 1 unit
 TPS Limbah Medis : 1 unit
3. Fasilitas Instalasi Air bersih UPTD RSUD Borong
Air Bersih yang digunakan di UPTD RSUD Borong mengunakan Air PDAM dan
Sumur Bor. Bak penampungan Air Bersih 1 unit yang terletak di samping gedung Rawat
Inap kemudian di distribusikan ke semua unit di Rumah Sakit.

BAB IV

6
TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1. Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman Rumah Sakit


A. Pengertian
1. Ruang bangunan dan halaman rumah sakit adalah semua ruang/unit dan halaman
yang ada di dalam batas pagar rumah sakit (bangunan fisik dan kelengkapannya)
yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan rumah sakit.
2. Pencahayaan di dalam ruang bangunan rumah sakit adalah intensitas penyinaran
pad suatu bidang kerja yang ada di dalam ruang bangunan rumah sakit yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
3. Penghawaan ruang bangunan adalah aliran udara di dalam ruang bangunan yang
memadai untuk menjamin kesehatan penghuni ruangan
4. Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu
dan / atau membahayakan kesehatan.
5. Kebersihan ruang bangunan dan halaman adalah suatu keadaan atau kondisi
ruang bangunan dan halaman bebas dari bahaya dan resiko minimal untuk
terjadinya infeksi silang, dan masalah kesehatan dan keselamatan kerja.

B. Persyaratan
1. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit
a. Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang jelas,
dilengkapi pagar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau binatang
peliharaan keluar masuk dengan bebas.
b. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan denga luas lahan
keseluruhan sehingga tersedia tempat parkir yang memadai dan dilengkapi
rambu parkir.
c. Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir.
d. Lingkungan rumah sakir harus merupakan kawasan bebas asap rokok
e. Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi dengan penerangan
dengan intensitas cahaya yang cukup.
f. Lingkungan rumah sakir harus tidak berdebu, tidak becek atau tidak terdapat
genangan air dan dibuat landai menuju ke saluran terbuka atau tertutup,
tersedia lubang penerima air masuk dan disesuaikan dengan luas halaman.

7
g. Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan terpisah,
masing-masing dihubungkan langsung instalasi pengolahan limbah.
h. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu dan tempat-tempat tertentu yang
menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah.
i. Lingkungan, ruang dan bangunan rumah sakit selalu bersih tersedia fasilitas
sanitasi secara kualitas dan kuantitas yang memenuhi persyaratan kesehatan,
sehingga tidak memungkinkan sebagai tempat bersarang dan berkembang
biaknya serangga, binatang pengerat dan binatang pengganggu lainnya.

2. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit


a. Lantai
1) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak
licin, warna terang, dan mudah dibersihkan.
2) Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang
cukup kearah saluran pembungan air limbah.
3) Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus/lengkung agar
mudah dibersihkan.

b. Dinding
Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang,dan
menggunakan cat yang tidak luntur serta tidak menggunakan cat yang
mengandung logam berat.

c. Ventilasi
1) Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamar /ruang
dengan baik.
2) Luas ventilasi alamiah minimum 15% dari luas lantai
3) Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian udara
dengan baik, kamar atau ruang harus dilengkapi dengan pengahawaan
buatan/ mekanis.
4) Penggunaan ventilasi buatan/mekanis harus disesuaikan dengan
peruntukkan ruangan.

d. Atap
1) Atap harus kuat , tidak bocor, berwarna terang dan mudah dibersihkan.

8
2) Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi penangkal petir.

e. Langit-langit
1) Langit-langit harus kuat , berwarna terang, dan mudah dibersihkan.
2) Langit-langit tingginya minimal 2,7 m dari lantai.
3) Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu harus anti rayap.

f. Pintu
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah
masuknya serangga, tikus dan binatang pengganggu.

g. Jaringan Instalasi
1) Jaringan instalasi air minum, air limbah , gas, listrik, sistim penghawaan,
sarana telekomunikasi, dll harus memenuhi persyaratan teknis kesehatan
agar aman digunakan untuk tujuan pelayanan.
2) Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilang dengan pipa air limbah
dan tidak boleh bertekanan negative untuk menghindari pencemaran air
minum.

h. Jumlah Tempat Tidur


Perbandingan jumlah tempat tidur denga luas lantai untuk kamar perawatan
dan kamar isolasi sebagai berikut :
1) Ruang Bayi
 Ruang perawatan minimal 2 m²/ tempat tidur
 Ruang Isolasi minimal 3,5 m²/tempat tidur
2) Ruang Dewasa :
 Ruang perawatan minimal 4,5 m²/tempat tidur
 Ruang Isolasi minimal 6 m²/tempat tidur.

C. Tata Laksana
1. Pemeliharaan Ruang Bangunan
1) Kegiatan pembersihan ruang minimal dilakukan pagi dan sore hari.

9
2) Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah
pembenahan/merapikan tempat tidur pasien, jam makan, jam kunjungan dokter,
kunjungan keluarga, dan sewaktu-waktu bilamana diperlukan.
3) Cara-cara pembersihan yang dapat menebarkan debu harus dihindari. Harus
menggunakan cara pembersihan denga perlengkapan pembersih (pel) yang
memenuhi syarat dan bahan antiseptic yang tepat.
4) Pada masing-masing ruang supaya disediakan perlengkapan pel sendiri.
5) Pembersihan dinding dilakukan secara periodic minimal 2 (dua) kali setahun dan
di cat ulang apabila sudah kotor atau cat sudah pudar.
6) Setiap percikan ludah, darah atau eksudat luka pada dinding harus segera
dibersihkan dengan menggunakan antiseptik.

a. Pembersihan Lantai
1) Pembersihan/ pel lantai secara keseluruhan dilakukan setiap waktu minimal 2
x setiap shift/ 7jam.
2) Pembersihan/pel lantai ruangan perawatan setelah dibersihan menggunakan
desinfektan/ bahan kimia/ obat pembersih yang dapat membunuh kuman
secara efektif (teruji secara laboratorium).
3) Teknis pekerjan sesuai dengan aturan pengerjaan yang telah ditetapkan
(lihat SPO).
4) Secara berkala tiap 1 – 2 jam lantai dibersihkan/ diinsfeksi selama jam kerja/
shift.
5) Lantai ruang perawatan dinilai bersih apabila hanya terdapat 5 – 10 kuman/
cm².
6) Langkah-langkah pekerja disesuaikan dengan SPO

b. Pembersih Kaca dan Stainles


1) Pembersihan kaca dan stainles untuk ruang perawatan dilakukan minimal 2 x
sehari dan untuk ruang perkantoran dibersihakn 1 x sehari dengan
menggunakan bahan pembersih kaca dan stainles.
2) Kaca dinilai bersih apabila tampak bening/ jernih dan tidak siram bila
disentuh.
3) Setiap saat dikontrol dan dibersihkan untuk mengembalikan penampilan kaca
agar jernih dan mengkilat dari kotoran – kotoran debu, bekas telapak tangan
atau kotoran lainnya.

10
4) Teknis pekerja sesuai dengan aturan pengerjaan yang telah ditetapkan, lihat
SPO

c. Pembersih Mebel/ Furnitur & Peralatan Penunjang Medis Lainnya


1) Pembersihan dilaksanaan minimal 1 x sehari.
2) Pembersihan harus memperhatikan jenis mebel/ furniture/ alat penunjang
medis yang digunakan, seperti mebel yang dipolitur tidak dibersihkan dengan
air tapi hanya dilap setiap hari dan menggunakan boenwas 1x seminggu,
mebel yang berbahan kain harus di bersihakan dengan vakum cleaner dan
sedangkan mebel dari kulit dibersihkan dengan spon lembab dan chemical
yang mengandung desinfektan, dll.
3) Teknis pekerjaan sesuai dengan aturan pengerjaan yang telah di tetapkan,
lihat SPO

d. Pembersihan WC/ Kamar Mandi


1) Pembersihan WC/ Kamar Mandi dilakukan setiap waktu minimal 2 x setiap
shift/ 7 jam.
2) Pembersihan lantai, dinding , kaca, urinior, WC dengan menggunakan bahan
kimia/ desinfektan yang baik untuk membunuhkuman secara efektif.
3) Seluruh ruangan dan saluran air harus terjaga bersih dan diberi pengharum.
4) Plafon / langit – langit ruangan setiap saat dibersihkan dari sarang laba- laba
dan kotoran lainnya.
5) Bak penampungan air di bersihksan setiap hari.
6) Seluruh saluran air kotor terjaga bersih.
7) Kondisi lantai toilet harus ada dalam keadaan kering dan bersih.
8) eknis pekerjaan sesuai dengan aturan pengerjaan yang telah di tetapkan, lihat
SPO

e. Pembersihan Koridor, Lobi, Serambi dll


1) Pembersihan setiap waktu minimal 2x setiap shift/ 7 jam.
2) Pembersihan menggunakan desinfektan/ bahan kimia/ obat pembersih yang
dapat membunuh kuman secara efektif.
3) Secara berkala tiap 1-2 jam lantai dibersihkan/ desinfeksi/ selama jam kerja/
shift.

11
4) Teknis pekerjaan sesuai dengan aturan pengerjaan yang di koridor, lobi, atau
serambi dinilai bersih bila lantai terlihat selalu kering, tidak berdebu, sampah
tidak berserakan/ selalu bersih dan tidak buram, lihat SPO.
f. Pembersihan Plafond dari lawa-lawa
1) Secara berkala minimal 2 x seminggu plafond dibersihkan dari kotoran
sawangan (sarang laba-laba) termasuk juga dalam hal pembersihan lampu-
lampu, kipas angin, exhausts dan gril- gril AC.
2) Plafond setiap saat dalam keadan bersih dan tidak ada sarang lawa-lawa.
3) Teknis pekerjaan sesuai dengan aturan pengerjaan yang telah ditatapkan,
lihat SPO
g. Pembersihan Dinding & Jendela
1) Secara berkala dilakukan kontrol bila ada kotoran di dinding.
2) Pembersihan kotoran dilakukan dengan menggunaka sponge lembab
(terhadap percikan darah, air ludah, atau sejenisnya dengan menggunakan
desinfektan yang efektif untuk membunuh kuman).
3) Dinding harus bebas kotoran sawangan dan selalu terlihat bersih.
4) Teknis pekerjaan sesuai dengan aturan pengerjaan yang telah ditatapkan,
lihat SPO

h. Pembersihan Lift
1) Lift harus selalu dalam keadan bersih, bebas dari sampah yang berserakan.
2) Kaca, stainles, dinding dan langit – langit selalu dalam keadaan bersih, jernih
dan dibersihkan dengan cairan khusus.
3) Kegiatan pembersihan setiap waktu minimal 2 x sehari per shift.
4) Teknis pekerjaan sesuai dengan aturan pengerjaan yang telah ditatapkan,
lihat SPO

i. Bongkar Kecil
1) Dilaksanakan 1x seminggu.
2) Bongkar kecil dilaksanakan dengan membersihkan seluruh isi ruangan
termasuk peralatan yang ada diruangan.
3) Teknis pekerjaan sesuai dengan aturan pengerjaan yang telah ditetapkan
(aturan umum) dan berkoordinasi dengan Ka. Ruangan yang bersangkutan
serta Instalasi Sanitasi dan Pertamanan.

12
j. Bongkar Besar
1) Bongkar besar untuk ruangan perkantoran dilakukan 1 x 3 bulan.
2) Bongkar besar untuk ruangan perawatan dilakukan 1 x sebulan.
3) Bongkar besar untuk ruangan kamar bedah/ operasi dilakukan 2 x seminggu.
4) Bongkar besar dilakukan dengan membersihkan seluruh ruangan mulai dari
lantai, dinding, plafon, kaca, dan peralatan yang digunakan dengan
menggunakan bahan kimia/ desinfektan yang sesuai dengan jenis/ peralatan
yang dibersihkan.
5) Teknis pekerjaan sesuai dengan aturan pengerjaan yang telah ditetapkan
(lihat SPO)

k. Perlakuan Khusus
1) Tong sampah dilengkapi dengan plastik sampah berwarna sesuai dengan
sampah yang dihasilkan.
 Sampah medis warna kuning
 Sampah non medis warna hitam dibuang/dikumpulkan sesuai aturan
medis.
2) Menyediakan wadah penampungan sesuai jenis sampah, pakai pedal injak,
kapasitas 20 liter disetiap ruangan pelayanaan medik (rawat jalan, rawat inap,
ICU, Radiologi, Laboratorium, dll)
3) Melakukan penimbangan produksi sampah di setiap ruangan, sesuai
menurut jenisnya.
4) Melakukan pengangkuta sampah non medis ke TPS dan dilanjutkan ke TPA
atau bekerja sama dengan Dinas Kebersihan Kota.
5) Melakukan pengangkuta sampah medis ke Incenerator.
6) Melakukan pembersihan dan perawatan terhadap saluran air kotor dan bak
kontrol IPAL.

l. Pembersihan Di Ruang Perawatan Termasuk Ruang IGD, Gizi,


Laboratorium, Rontgen, Kamar Jenazah, dan Ruang Cuci.
1) Pembersihan lantai secara menyeluruh minimal dilaksanakan 2 x kali setiap
shift, dengan menggunakan desinfektan yang dapat membunuh kuman
secara efektif dan secara berkala tiap 1-2 jam lantai dibersihkan/ diinspeksi
selama jam kerja/ shift.

13
2) Pembersihan kaca dan stainles dilakukan 2 x sehari dan setiap saat di kontrol
kejernihannya.
3) Pembersihan mebel/ furniture dan peralatan penunjang medis lainnya
dilaksanakan minimal 1 kali sehari.
4) Pembersihan plafon dari lawa – lawa termasuk kipas angin, gril-gril AC dan
lampu-lampu dilakukan minimal 2 kali seminggu.
5) Pembersihan secara menyeluruh dilakukan dengan menggunakan
desinfektan pada saat pasien telah pulang khususnya diruangan infeksius
sebelum dipergunakan oleh pasien lainnya.
6) Sampah dibuang setiap haui 2/3 tempat sampah telah penuh dan langsung
dibuang ke TPS baik itu sampah medis maupun sampah non medis.
7) Bongkar kecil dilaksanakan 1 kali seminggu dengan berkoordinasi dengan Ka.
Ruangan yang bersangkutan.
8) Bongkar besar dilakukan 1 kali sebulan.
9) Teknis pekerjaan sesuai dengan aturan pengerjaan yang telah ditatapkan,
lihat SPO

m.Kegiatan Pembersihan Ruang Operasi/ ICU – CVCU dan PICU


1) Pembersihan lantai secara menyeluruh minimal dilaksanakan 2 kali setiap
shift, dengan menggunakan desinfektan yang dapat membunuh kuman
secara efektif dan secara terus menerus lantai dijaga kebersihannya/
diinspeksi selama jam kerja/ shift.
2) Meja operasi di OK dilakukan pembersihan dan diinspeksi setiap pergantian
pasien.
3) Ruangan-ruangan intensif care (ICU, CVCU, PICU), Kamar Operasi, Ruang
Tindakan di Rawat Inap dilakukan rutin sterilisai ruangan menggunakan
bahan khusus sterilisasi airbone minimal 1 kali sebulan.
4) Pembersihan kaca dan stainless dilakukan 2 kali sehari dengan
menggunakan larutan desinfektan yang efektif membunuh kuman dan setiap
saat dikontrol kejernihannya.
5) Pembersihan mebel/ furniture dan peralatan penunjang medis lainya
dilakukan setiap selesai penggunaannya dengan menggunakan larutan
desinfektan dan secara berkesinambungan dijag kebersihan dan
kesterilannya.

14
6) Pembersihan plafon dari lawa-lawa termasuk kipas angin, gril-gril AC dan
lampu-lampu dilakukan minimal 2 kali seminggu.
7) Sampah dibuang setiap hari atau 2/3 tempat sampah telah penuh, langsung
dibuang ke TPS baik itu sampah medis maupun sampah non medis.
8) Bongkar besar dilaksanakan 2 kali seminggu dengan berkoordinasi dengan
Ka. Ruangan.
9) Teknis pekerjaan sesuai dengan aturan pengerjaan yang telah ditatapkan,
lihat SPO

n. Lain – lain
1) Penyelenggaraan menyediakan poliser, wed & dry vacum 20 liter, jet spayer,
grass cutter dan kelengkapan pembersihan seperti double bucket, janitor
trolley, kain mop, loby duster frame 60, loby tangkai falco, sarung tangan
karet, dll yang dipergunakan untuk memperlancar kegiatan pembersihan.
2) Membantu dalam menyiapkan kelengkapan fasilitas rapat dan acara-acara
lain seperti kesiapan penyusunan meja, kursi dan lain-lain.
3) Clener/ petugas cleaning service diwajibkan memakai SERAGAM/ UNIFORM
lengkap dengan sepatu dan tanda pengenal.
4) Melaksanakan kegiatan pembuangan sampah dari unit kerja ke TPS ( tempat
pembuangan sampah sementara ) yang telah disediakan sesuai dengan jenis
sampah yang dihasilkan Rumah Sakit yaitu sampah medis , sampah
domestic dan sampah jarum suntik dengan tidak mencampurkannya.
5) Teknis pembersihan dilaksanakan dari bagian dalam menuju keluar ruangan/
unit.
6) Setiap bagian / ruangan menggunakan alat pel dan sapu sendiri disesuaikan
dengan fungsi dan kegunaannya.
7) Pembersihan debu menggunakan peralatan yang tidak menyebabkan debu
berterbangan (dust cleaner) untuk menghindari insfeksi nasokomial.
8) Ketentuan teknis pekerjaan lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan
teknis pembersihan akan dipandu dan diarahkan oleh Instalasi Sanitasi dan
Pertamanan.

o. Peralatan – peralatan / perlengkapan peralatan yang disediakan oleh


instalasi sanitasi adalah sebagai berikut :
1) Floor polisher = Mesin untuk pencucian lantai

15
2) Wed & Dry Vacuum 20 Ltr = Mesin untuk menyedot debu dan air
3) Mesin pemotong rumput
4) Gerobak sampah (Sulo) 120 itr = Tempat sampah dorong dengan roda
5) Warning sign = Alat pengaman pada saat pembersihan
6) Double Bucket = Wadah untuk larutan kimia untuk pengelean
7) Janitor Trolley = Tempat komplit untuk pembersihan
8) Kain mop = Kain untuk pengepelan
9) Mop Frame = Alat untuk mengikat kain pel
10) Loby duster frame 60 = Alat untuk menaruh kain loby duster
11) Kain loby duster = Kain utuk penyapuan lantai kering
12) Rack Ball = Alat untuk pembersihan laba – laba
13) Hand brush = Alat untuk menyikat / sikat tangan
14) Floor squeege = Alat untuk mengeringkan air di lantai
15) Toilet Bowl Brush = Alat untuk pembersihan toilet
16) Sikat Tangkai = Alat untuk menyikat lantai
17) Sapu Nilon = Alat untik menyapu lantai
18) Dust Pan = Alat untuk mengambil kotoran
19) Sarung Tangan Karet = Alat untuk melindungi tangan
20) Sepatu Bot = Alat untik melindungi kaki
21) Window Washer = Alat untuk mencuci kaca
22) Window squeege = Alat untuk mengeringkan kimia di kaca
23) Karet Stick Kaca = Karet untuk window squeege
24) Telescopic 9mtr = Perpanjagan tongkat untuk bagian yang tinggi
25) Tangga 3 meter
26) Brushing pat = Alat untuk mengikat pat (difloor Polisher)
27) Masker Plastik = Alat pelindung mulut dan hidung
28) Kanebo
29) Brush Scrub 17’ = Sikat untuk mesin polisher
30) Plastik sampah berwarna (kuning dan hitam)
31) Dan alat – alat lainnya yang di perlukan di lapangan.
Catatan :
Peralatan diatas harus selalu stand by dan siap pakai dalam operasionalnya. Alat bantu
pembersihan dan alat pelindung diri petugas harus dimiliki dan setiap saat dapat

16
dipergunakan sesuai dengan keperluannya. Alat bantu pembersihan seperti sapu, alat pel,
dan sejenisnya, setiap bagian/ ruangan harus tersendir/ tidak boleh sama/ berbeda.

p. Bahan Kimia
1) Bahan kimia pembersih yang mengandung desinfektan untuk daily cleaning
2) Bahan kimia pembersih kaca
3) Bahan kimia/ bubuk pembersih untuk toilet dan kotoran yang susah
4) Bahan kimia pembersih untuk pencucian lantai
5) Bahan kimia untuk menghilangkan bau tak sedap
6) Desinfektan yang aman untuk pencegahan insfeksi nasokomial
7) Rekomendasi desinfektan yang dianjurkan adalah sebagai berikut :

Nama Ruang/
No Peralatan Bahan/Spec Desinfektan Ket
Lokasi
1. Ruang - Tempat tidur Surface desinfektan :
Rawat - Meja dan Kursi pasien - Ammonium propionate
Inap, - Dressing Car - Guanidium actate
PoliKlinik, - Trolly Injeksi - n ~ propanolol
dan - Lantai dan - Non ionic surfactant
Perkantora Dinding - perfumes
n
Surface desinfektan :
- N ~ dedecylpropane ~ 1
- 3 ~ diamine – CAS N°2372-
82-9 ( 51 Mg/ g)
- Didecyldimenthylammonium
chloride – CAS N°7173-51-5
( 25Mg / g )
2. ICU, Kamar - Lantai dan dinding Surface desinfektan :
Operasi - Kursi - Benzalkonium chloride 22 g/
- Inkubator Bayi 100 g
- Phenoxyethanol 17 g/ 100 g
3. Laboratorium, - Box bayi - Amino alkyl Glicine 0,9 g /
CCSD, Laundry - Lampu Operasi 100
- Meja Operasi - Non ~ ionik surfaktan 5 –
- Meja instrument 15%
- Mesin Ventilator - Perfumes
- Mesin Anastesi

2. Fasilitas Toilet dan Kamar Mandi


a. Harus tersedia dan selalu terpelihara serta dalam keadaan bersih.
b. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, tidak licin, berwarna terang dan mudah
dibersihkan.

17
c. Pada setiap unit ruangan harus tersedia toilet (jamban, peturasan dan tempat cuci
tangan) tersendiri. Khususnya untuk unit rawat inap dan kamar karyawan harus
tersedia kamar mandi.
d. Pembuangan air limbah dari kamar toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan
penahan bau (water seal).
e. Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan dapur,
kamar operasi, dan ruang khusus lainya.
f. Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar.
g. Toilet dan kamar mandi harus terpisah antara pria dan wanita, unit rawat inap
dan karyawan, karyawan dan toilet pengunjung.
h. Toilet pengunjung harus terletak di tempat yang mudah terjangkau dan ada
petunjuk arah, dan toilet untuk pengunjung dengan perbandingan 1 (satu) toilet
untuk 1 – 20 pengunjung wanita , 1 (satu) toilet untuk 1-30 pengunjung pria.
i. Harus dilengkapi dengan slogan atau peringatan untu memelihara kebersihan
j. Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang dapat menjadi
tempat perindukan nyamuk.

D. Istilah Khusus
1. Buffing adalah cara membersihkan lantai dengan mesin, termasuk menggosok
deengan menggunakan bulu atau kain, dan menggunkan secara berkala dengan
steel wool atau spon nylon untuk menghilangkan bekas kaki atau lumpur, sampai
permukaan lantai benar-benar bersih, merata dan mengkilat.
2. Pembersihan dinding adalah cara membersihkan cat, kertas atau dinding kayu
dengan tidak menggunakan air, kecuali dengan intruksi khusus dan di bersihkan
dengan menggunakan bulu ayam (kemoceng) setinggi dinding.
3. Damp mopping adalah membersihkan lantai atau permukaan lainnya dengan
pengepel benang atau spon, dan diterjen atau obat pembersih kotoran bila
diperlukan, sertamenggunkan air seminim mungkin sampai permukaan yang dipel
bebas dari kotoran, debu dan air yang berlebih.
4. Damp wiping adalah cara untuk menghilangkan minyak, bercak tangan pada
permukaan yang dicat atau lainnya menggunkan kain lembut yang bersih dengan
deterjen yang lembut dan air hangat yang diperas sebelum digunakan.
5. Dry moping adalah cara penggosok yang tebal.

18
6. Pembersihan debu adalah cara penggunaan duster lembab atau hand mop yang
tebal dan berbulu, atau vacuum pembersih debu dengan nozzle-nya yang cocok
sampai permukaan yang berdebu bebas dari debu, sarang laba-laba, bercak
kotoran dan debu-debu lainnya yang dapat dilihat.
7. Floor dry cleaning adalah cara membersihkan lantai dengan mesin pembersih
untuk menghilangkan bercak-bercak kaki dan kotoran yang keras melekat
menggunakan steel wool atau spoon nylon dan emulsi atau spirit wax. Mesin
disesuaikan dengan daya isap menghilangkan pasir debu dan lain-lain, sehingga
menghasilkan lantai bersih dan becahaya.
8. High dusting adalah cara menghilangkan debu, sarang laba-laba, dll dari
dinding, langit-langit dan permukaan lainnya yang sukar dijangkau dari lantai
dengan menggunkan dry mop, pembersih.
9. Pembersih logam adalah cara membersihkan permukaan metal dengan tangan,
khususny pintu, jendela serta lanngit-langit tertentu, hingga permukan tersebut
bersih dari kerak, noda dan kotoran lainnya, sehingga peralatan logam-logam
tersebut terlihat terang dan bercahaya(obat penggosok metal yang digunakan
adalah yang mempunyai efek tertentu pada logam yang digosok).
10. Primary waxing adalah cara pemakaian dengan menggunakan pelapis emulsi
dasar atau emulsi air/ minyak dengan kuas pembersih atau dua lapisan cair
spiritus atau pasta minyak pada saluran permukaan sesudah minyak diantara dua
minyak di antara dua lapisan dihilangkan dengan menggosoknya secara ringan.
11. Penggosokan adalah cara pembersihan dengan menggunakan spon nylon atau
sink swabs dengan bubuk atau cairan pembersih yang tidak merusak, untuk
menghapus semua bercak dan kotoran yang terakumulasi (tidak menggunakan
cairan keras kecuali dengan instruksi khusus.
12. Penyikat adalah cara pembersihan lantai atau permukaan lainnya dengan sikat
nylon atau mesin pembersih yang kuat dengan deterjen pilihan diikuti dengan
pembilasan air bersih dan pengangkatan cairan sehingga pembukaan yang dicuci
bersih tampa kotoran, bekas tapak, bercak-bercak dan sisa air tertinggal.
13. Pengepelan adalah cara penyekatan dengan tangan tanpa adanya debu yang
menempel dengan penyikat listrik/ vacum.

4.2. Penyehatan Hygiene dan Sanitasi Makanan Minuman


A. Pengertian

19
1) Makanan dam minuman di rumah sakit adalah semua makanan dan minuman yang
di sajikan dari dapur rumah sakit untuk pasien dan karyawan, makanan dan
minuman yang dijual didalam lingkungan rumah sakit atau dibawa dari luar rumah
sakit.
2) Hyigiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan individu. Misalnya, mencuci tangan, mencuci piring, membuang bagian
makanan yang rusak.
3) Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan lingkungan. Misalnya, menyediakan air bersih, menyediakan tempat
sampah dan lain-lain.

B. Persyaratan Hygiene dan Sanitasi Makanan


1) Angka kuman E. Coli pada makanan harus 0/gr sampel makanan dan pada
minuman angka kuman E.coli harus 0/100 ml sampel minuman.
2) Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman sebanyak-banyaknya
100/cm² permukaan dan tidak ada kuman E.coli
3) Makanan yang mudah membusuk disimpan dalam suhu panas lebih dari 65,5 0C
atau dalam suhu dingin kurang dari 4°C untuk makanan yang disajikan lebih dari 6
jam di simpan suhu -5 0C sampai -1 0C.
4) Makanan kemasan tertutup sebaiknya disimpan dalam suhu ± 10 0C.
5) Penyimpanan bahan mentah dilakukan dalam suhu sebagai berikut :

Suhu Penyimpanan Menurut Jenis Bahan Makanan

Digunakan Untuk
Jenis Bahan
3 hari atau 1 minggu atau 1 minggu atau
Makanan
kurang kurang lebih
0
Ikan, udang dan -5 C sampai 0 Kurang dari -10
0
10 0C sampai -5 0C 0
olahannya C C
Telur, susu dan 4 0C sampai 7 Kurang dari - 5
0
-5 0C sampai 0 0C 0
olahannya C C
Sayur, buah dan
10 0C 10 0C 10 0C
minuman
Tepung dan biji 25 0C 25 0C 25 0C

6) Kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80 – 90 %Cara penyimpanan bahan


makanan tidak menempel pada lantai, dinding, atau langit-langit dengan ketentuan
sebagai berikut :

20
a. Jarak bahan makanan dengan lantai 15 cm
b. Jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm
c. Jarak bahan makanan dengan langit-langit 60 cm

C. Tata Cara Pelaksana


1. Bahan Makanan dan Makanan Jadi
a. Pembelian bahan sebaiknya ditempat yang resmi dan berkualitas baik.
b. Bahan makanan dan makanan jadi yang berasal dari Instalasi Gizi atau dari
luar rumah sakit/jasa boga harus diperiksa secara fisik, dan laboratorium
minimal 1 bulan. Permenkes No. 715/Menkes/SK/V/2003 tentang Persyaratan
Hygiene Sanitasi Jasaboga.
c. Makanan jadi yang dibawa oleh keluarga pasien dan berasal dari sumber lain
harus selalu diperiksa kondisi fisiknya sebelum dihidangkan.
d. Bahan makanan kemasan (terolah) harus mempunyai label dan merek serta
dalam keadaan baik.

2. Bahan Makanan Tambahan


Bahan makanan tambahan (bahan pengawet, pemanis buatan) harus sesuai
dengan ketentuan.

3. Penyimpanan Bahan Makanan dan Makanan Jadi


Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan dlam keadaan
bersih, lerlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan lain.
a. Bahan Makanan Kering
1) Semua gudang bahan makanan hendaknya berada di bagian yang tinggi.
2) Bahan makanan tidak diletakkan dibawah saluran /pipa air (air bersih
maupun air limbah ) untuk menghindari terkena bocoran.
3) Tidak ada drainase disekitar gudang makanan.
4) Semua bahan makanan hendaknya disimpan pada rak-rak dengan ketinggian
rak terbawah 15 cm-25 cm.
5) Suhu gudang bahan makanan kering dan kaleng dijaga kurang dari 22 0C

21
6) Gudang harus dibuat anti tikus dan serangga.
7) Penempatan bahan makanan harus rapi dan di tata tidak padat untuk menjaga
sirkulasi udara.
b. Bahan Makanan Basah/Mudah Membusuk dan Minuman
1) Bahan makanan seperti buah, sayuran. Dan minuman disimpan pada suhu
penyimpanan sejuk (coolling ) 10 0C-15 0C.
2) Bahan makanan berprotein yang akan segera diolah kembali disimpan pad
suhu penyimpanan dingin ( chilling ) 4 0C-10 0C
3) Bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu sampai 24
jam disimpan pada penyimpanan dingin sekali (Freezing) dengan suhu 0 0C-4
0
C
4) Bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu kurang dari
24 jam disimpan pada penyimpanan beku (frozen ) dengan suhu < 0 0C
5) Pintu tidak boleh sering dibuka karena akan meningkatkan suhu.
6) Makanan yang berbau tajam (udang, ikan dan lain-lain ) harus tertutup.
7) Pengambilan dengan cara First in First Out ( FIFO) yaitu yang disimpan lebih
dahulu digunakan dahulu, agar tidak ada makanan yang busuk.
c. Makanan Jadi
1) Makanan jadi harus memenuhi persyaratan bakteriologi berdasarkan ketentuan
yang berlaku, jumlah kandungan logam berat dan residu pestisida, tidak boleh
melebihi ambang batas yang diperkenankan menurut ketentuan yang berlaku.
2) Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi atau dikemas dan tertutup
serta segera disajikan.

4. Pengolahan Makanan
Unsur-unsur yang terkait dengan pengolahan makanan :
a. Tempat pengolahan makanan
1) Perlu disediakan tempat pengolahan makanan (dapur) sesuai dengan
persyaratan konstruksi ,bangunan dan ruangan dapur
2) Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan selalu dibersihkan
dengan antiseptik
3) Asap dikeluarkan melalui cerobong yang dilengkapi dengan sungkup asap
4) Intensitas pencahayaan diupayakan dari 200 lux

22
b. Peralatan Masak
Peralatan masak adalah semua perlengkapan yang diperlukan dalam proses
pengolahan makanan
1) Peralatan masak tidak boleh melepaskan zat beracun kepada makanan
2) Peralatan masak tidak boleh patah dan kotor
3) Lapisan permukaan tidak terlarut dalam asam/basa atau garam-garam yang
lazim dijumpai dalam makanan.
4) Peralatan agar dicuci segera sesudah digunakan, selanjutnya didesifeksi
dan keringkan.
5) Peralatan yang sudah bersih harus disimpan dalam keadaan kering dan
disimpan pada rak terlindung dari vektor.

c. Penjamah Makanan
1) Harus sehat dan bebas dari penyakit menular
2) Secara berkala minimal 2 kali setahun diperiksa kesehatannya oleh dokter
yang berwenang.
3) Harus menggunakan pakaian kerja dan perlengkapan pelindung pengolahan
makanan dapur.
4) Selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan setelah keluar dari kamar kecil.

d. Pengangkutan Makanan
Makanan yang telah siap santap perlu diperhatikan dalam cara pengangkutannya,
yaitu :
1) Makanan diangkut dengan menggunakan kereta dorong yang tertutup dan
bersih.
2) Pengisian kereta dorong tidak sampai penuh, agar masih tersedia udara untuk
ruang gerak.
3) Perlu diperhatikan jalur khusus yang terpisah dengan jalur untuk mengangkut
bahan/ barang kotor.

e. Penyajian Makanan
1) Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran dan peralatan yang
dipakai harus bersih.
2) Makanan saji yang siap disajikan harus diwadahi dan tertutup.

23
Makanan saji yang disajikan dalam keadaan hangat ditempatkan pada fasilitas
penghangat makanan dengan suhu minimal 60 0C dan 4 0C untuk makanan
dingin.
3) Penyajian dilakukan dengan perilaku penyaji yang sehat dan berpakaian
bersih.
4) Makanan saji harus segera disajikan
5) Makanan saji yang sudah menginap tidak boleh disajikan kepada pasien.

3. Pengawasan Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman


Pengawasan dilakukan secara :
1) Internal
a) Pengawasan dilakukan oleh petugas sanitasi atau petugas penanggung jawab
kesehatan lingkungan rumah sakit.
b) Pemeriksaan parameter mikrobiologi dilakukan pengambilan sampel makanan
dan minuman meliputi bahan makanan dan minuman yang mengandung
protein tinggi, makanan siap santap, air bersih, alat makanan dan masak serta
usap dubur penjamah.
c) Pemeriksaan parameter kimiawi dilakukan pengambilan sampel minuman
berwarna, makanan yang diawetkan, sayuran, daging dan ikat laut.
d) Pengawasan secara berkala dan pengambilan sampel dilakukan minimal 2
(dua ) kali dalam setahun.
e) Bila terjadi keracunan makanan dan minuman di rumah sakit maka petugas
sanitasi harus mengambil sampel makanan dan minuman untuk diperiksa ke
laboratorium.

4.3. Penyehatan Air


A. Pengertian
1. Air minum adalah air yang proses pengolahan atau tanpa pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
2. Sumber penyediaan air minum dan untuk keperluan rumah sakit berasal dari
sumur bor, air yang didistribusikan melalui tangki air, air kemasan dan harus
memenuhi syarat kualitas air minum.

B. Persyaratan
1. Kualitas air minum

24
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
907/Menkes/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
minum.
2. Kualitas air yang digunakan di Ruang Khusus
a. Ruang Operasi
Bagi rumah sakit yang menggunakan air yang sudah diolah seperti PDAM,
sumur bor dan sumber lainnya untuk keperluan operasi dapat melakukan
pengolahan tambahan dengan catridge filter dan dilengkapi dengan disinfeksi
menggunakan ultra violet.

C. Sumber Air Bersih yang digunakan yaitu AIR PAM, AIR RO, Air Sumur Bor
o Air PAM dipergunakan untuk memasak karyawan.
o Air RO dipergunakan untuk minum karyawan RS
o Air sumur dipergukan untuk memasak dan minum karyawan RS setelah di olah.
o Air RO yang digunakan sudah dites secara berkala setiap 6 bulan sekali di
laboratorium kesling.
D. Tata Laksana
1. Program penyehatan air pada Instalasi Sanitasi di UPTD RSUD Borong mengacu
pada SPO
2. Kegiatan pengawasan kualitas air dengan pendekatan surveilens kualitas air
antara lain :
a. Inspeksi Sanitasi terhadap sarana air minum dan air bersih
b. Pengambilan, Pengiriman, dan Pemeriksaan sampel air
c. Melakukan analisis hasil inspeksi sanitasi pemeriksaan laboratorium
d. Tindak lanjut berupa perbaikan sarana dan kualitas air.
3. Melakukan inspeksi sanitasi sarana air minum dan air bersih rumah sakit minimal
1 tahun sekali.
4. Pengambilan sampel air pada sarana penyedian air minum dan atau air bersih
rumah sakit tercantum dalam Tabel :
Jumlah Sampel untuk Pemeriksaan Mikrobiologi Menurut Jumlah Tempat
Tidur
Jumlah Tempat Jumlah Minumum Sampel Air
Tidur Perbulan untuk Pemeriksaan
Mikrobiologik

25
Air Minum Air Bersih
25 – 100 4 4
101 – 400 6 6
401 – 1000 8 8
> 1000 10 10

5. Pemeriksaan kimia air minum dan mikrobiologi air bersihdi RSUD Kec.
Mandau diperiksa setiap 2 bulan sekali. Dan titik pengambilan sampel
masing-masing pada tempat penampungan (reservoir) dan kran terjauh dari
reservoir.
6. Titik pengambilan sampel untuk pemeriksaan mikrobiologik dan kimia
terutama air kran dari ruang dapur, ruang operasi, kamar bersalin, kamar bayi,
dan ruang makan, tempat penampungan ( reservoir ), secara acak pada kran-
kran sepanjang sistim distribusi, pada sumber air, dan titik-titik lain yang
rawan pencemaran. Langkah- langkah pengambilan sampel Lihat SOP;
7. Sampel air dikirim dan diperiksa di Laboratorium Kesehatan Lingkungan.
8. Pengambilan dan pengiriman sampel air dilaksanakan oleh petugas Sanitasi
yang ada di UPTD RSUD Borong.
9. Petugas Sanitasi atau penanggung jawab pengelolaan kesehatan lingkungan
melakukan analisis hasil inspeksi sanitai dan pemeriksaan laboratorium.
10. Apabila dalam hasil pemeriksaan kualitas air terdapat parameter yang
menyimpang dari standar maka harus dilakukan pengolahan sesuai
parameter yang menyimpang.
4.4. Pengelolaan Limbah
A. Pengertian
1. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah
sakit dalam bentuk padat, cair dan gas.
2. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk
padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat
dan non medis.
3. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius,
limabh patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah
kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan,dan limbah dengan
kandungan logam berat yang tinggi.

26
4. Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di
rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran,taman dan
halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.
5. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan
rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia
beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
6. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari
kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti incenerator, dapur, perlengkapan
generator, anastesi.
7. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme patogen yang
tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan
virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.
8. Limbah sangat infeksius adalah limbah berasal dari pembiakan dan stock bahan
sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan dan bahan lainnya yang
telah diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius.
9. Limbah sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan
dan pemberian obat sitotosis untuk kemoterapi kanker yang mempunyai
kemampuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.
10. Minimasi limbah adalah upaya yang dilakukan rumah sakit untuk mengurangi
jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi bahan (reduse),
menggunakan kembali limbah (reuse) dan daur ulang limbah (recycle).
11. Saluran air limbah kotor yang terdapat di Intalasi Sanitasi UPTD RSUD Borong
menggunakan jaring-jaring besi sehingga mudah dibersihkan apabila ada
sampah pada saluran limbah
B. Sumber Limbah UPTD RSUD Borong
Adapun limbah yang dihasilkan dari UPTD RSUD Borong meliputi limbah padat, limbah
cair dan limbah gas.
1. Limbah Domestik/ Non Medis
Limbah Domestik terdiri dari karton, kertas bungkus, plastik, botol, sisa makanan dll.
Adapun sumber limbah berasal dari ruang tunggu, ruang poliklinik, ruang perawatan,
administrasi, dapur, laundry, halaman, parkir, kantin.
2. Limbah Medis
Adapun limbah medis yang dihasilkan tersebut berasal dari pelayanan medis,
perawatan gigi, laboratorium, farmasi, ruang bedah, kamar mayat,

27
emergency.Adapun limbah medis meliputi : perban atau pembungkus yang kotor ,
cairan ban, anggota badan yang diamputasi, jarum- jarum dan spuit bekas, kantung
urine, dan produk darah, obat kadaluarsa, limbah dari aktivitas laboratorium, dan
limbah kimia. Limbah medis yang dihasilksn tersebut merupakan limbah infeksius,
limbah patologis, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah radioaktif.
Dibawah ini tergambar limbah yang dihasilkan di UPTD RSUD RSUD

LIMBAH UPTD RSUD BORONG

LIMBAH PADAT LIMBAH CAIR LIMBAH GAS

LIMBAH MEDIS/KLINIS LIMBAH NON MEDIS/ DOMESTIK

IGD

LIMBAH YANG BERASAL DARI DAPUR, LAUNDRY, KANTOR, KANTIN


RAWAT INAP

ICU

FARMASI

LABORATORIUM

RADIOLOGI

KAMAR JENAJAH

OK

28
C. Persyaratan
1. Limbah Medis dan Non Medis
a. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan daur ulang.
1) Pemilahan limbah padat di UPTD RSUD Borong dilakukan mulai dari
sumber yang menghasilkan limbah baik dari ruang rawat inap, ruang
rawat jalan IGD, OK dll. Langkah-langkah pemilahan lihat SPO;
2) Jenis limbah padat yang dihasilkan di UPTD RSUD Borong antara lain
Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa
memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti
bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang
tidak berkempentingan tidak dapat membuka.
3) Jarum dan syringe harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan
kembali.
4) Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui
proses sterilisasi.
5) Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali.
6) Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan
penggunaan wadah dan label.

b. Pengumpulan, Pengangkutan dan Penyimpanan Limbah Padat Medis

29
di Lingkungan Rumah Sakit
1) Pemilahan dan pengumpulan dilakukan di setiap ruangan. Langkah-
langkah pemilahan dan pengumpulan mengacu pada SPO
2) Pengangkutan limbah padat medis dari setiap ruangan penghasil limbah
menggunakan trolly khusus yang tertutup. Langkah-langkah pengangkutan
limbah padat medis lihat SPO
3) Penyimpanan limbah padat medis sesuai dengan iklim tropis yaitu pada
musim hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam.
Langkah-langkah penyimpanan limbah padat medis lihat SPO
c. Pengumpulan, Pengemasan dan Pengangkutan ke luar Rumah Sakit
1) Pengelola harus mengumpulkan dan mengemas pada tempat yang kuat.
Langkah-langkah pengemasan lihat SPO:
2) Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan kendaraan
khusus. Langkah-langkah pengangkutan lihat SPO:
d. Pengolahan dan Pemusnahan
1) Limbah padat medis tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat
pembuangan akhir limbah sebelum aman bagi kesehatan.
2) Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah padat medis di
UPTD RSUD Borong menggunakan mesin Incenerator. Langkah-langkah
penggunaan mesin incenerator lihat SPO
2. Limbah Padat Non Medis
a. Pemilahan dan Pewadahan
1) Pewadahan limbah padat non medis harus dipisahkan dari limbah padat
medis dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam. Langkah-langkah
pemilahan dan pewadahan limbah padat non medis sama dengan limbah
padat medis lihat SPO:
2) Tempat Pewadahan
a. Setiap tempat pewadahan limbah padat non medis harus dilapisi
kantong plastik warna hitam sebagai pembukus dengan lambang
“domestik” warna putih.
b. Bila kepadatan lalat disekitar tempat limbah padat non medis melebihi 2
(dua) ekor per-block grill, perlu dilakukan pengendalian lalat

b. Pengumpulan, Penyimpanan dan Pengangkutan

30
1) Bila di tempat pengumpulan sementara tingkat kepadatan lalat lebih dari 20
(dua) ekor per-block grill atau tikus terlihat pada siang hari, harus dilakukan
pengendalian.
2) Dalam keadaan normal harus dilakukan pengendlian serangga, binatang
pengganggu yang lain minimal 1 (satu) bulan sekali.
3) Langkah-langkahnya sama dengan pada limbah padat medis lihat SPO
3. Limbah Cair
Limbah cair harus dikumpulkan dalam kontainer yang sesuai dengan
karakteristik bahan kimia dan radiologi, volume, dan prosedur penanganan dan
penyimpanannya.
a. Saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem saluran tertutup,
kedap air, dan limbah harus mengalir dengan lancar, serta terpisah dengan
saliuran air hujan.
b. Air limbah dari dapur harus dilengkapi dengan penangkap lemak dan saluran
debit harian limbah yang dihasilkan.
c. Langkah-langkah pengolahan limbah cair di UPTD RSUD Borong mengacu
pada lihat SPO
4. Limbah Gas
a. Monitoring limbah gas berupa NO2, SO2, logam berat, dan dioksidan
dilakukan minimal 1 kali setahun.
b. Suhu pembakaran mininum 1000 0C untuk pemusnahan bakteri patogen,
virus, dioksin.
c. Dilengkapi alat untuk mengurangi emisi dan debu.
d. Melakukan penghijauan dengan menanam pohon yang banyak memproduksi
gas oksigen dan dapat menyerap debu.
e. Langkah-langkah pengelolaan limbah gas di UPTD RSUD Borong lihat SPO

4.5 Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang Pengganggu lainnya


A. Pengertian
Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya adalah upaya untuk
mengurangi populasi serangga, tikus, dan binatang penggangu lainnya sehingga
keberadaannya tidak menjadi vektor penularan penyakit.

31
B. Persyaratan
1. Tidak ditemukannya lubang tanpa kawat kasa yang memungkinkan nyamuk masuk
ke dalam ruangan, terutama ruang perawatan.
2. Tidak ditemukannya tanda-tanda keberadaan tikus dan lalat terutama pada daerah
bangunan tertutup
3. Bebas kucing dan anjing
C. Tata Laksana
1. Surveilans
a. Nyamuk
1) Instalasi sanitasi melaksanakan survei pengamatan jentik yang dilaksanakan
oleh petugas cleaning service dengan melakukan pembersihan tempat
perindukan nyamuk terutama pada bak air dan melakukan pengurasan pada
bak air tersebut satu kali seminggu.
2) Lubang di dinding ditutup dengan kawat kasa untuk mencegah nyamuk
masuk
b. Kecoa
Mengamati keberadaan kecoa pada kamar mandi (toilet) umum yang ditandai
dengan adanya kotoran, telur, dan kecoa hidup atau mati.
c. Tikus
Pemantauan keberadaan tikus di RSUD Kecamatan Mandau dilakukan
dengan cara:
Mengamati/ memantau secara berkala setiap 2 bulan di tempat-tempat yang
biasanya menjadi tempat perkembangbiakan tikus yang ditandai dengan
adanya keberadaan tikus, seperti kotoran, bekas gigitan, bekas jalan, dan tikus
hidup.
d. Lalat
Mengukur kepadatan lalat dengan menggunakan fly grill pada daerah yang
biasa dihinggapi lalat terutama di tempat sampah, saluran pembuangan limbah
padat dan cair, dan dapur.
e. Binatang penganggu lainnya
Mengamati/ memantau secara berkala kucing dan anjing.
2. Pencegahan
b. Nyamuk
1) Melakukan pembersihan sarang nyamuk (PSN) dengan 3 M.

32
2) Pengaturan aliran pembuangan limbah dan saluran dalam keadaan tertutup.
3) Pembersihan tanaman sekitar RS secara berkala yang menjadi tempat
perindukan nyamuk.
4) Pemasangan kawat kasa di seluruh ruangan dan penggunaan kelambu
terutama di ruang perawatan anak.
c. Kecoa
1) Menyimpan bahan makanan dan makanan siap saji pada tempat tertutup.
2) Pengelolaan sampah yang memenuhi syarat kesehatan.
3) Menutup lubang-lubang atau celah-celah agar kecoa tidak masuk ke dalam
ruangan.
d. Tikus
1) Melakukan penutupan saluran terbuka, lubang-lubang di dinding, plafon,
pintu, dan jendela.
2) Melakukan pengelolaan sampah yang memenuhi syarat kesehatan.
e. Lalat
Melakukan pengelolaan sampah/ limbah yang memenuhi syarat kesehatan.
f. Binatang pengganggu lainnya
Melakukan pengelolaan makanan dan limbah yang memenuhi syarat kesehatan
3. Pemberantasan
a. Nyamuk
1) Pemberantasan dilakukan apabila larva atau jentik nyamuk Aedes sp. Dengan
abatisasi.
2) Melakukan pemberantasan larva/ jentik dengan menggunakan predator.
3) Dilakukan pengasapan (fogging)

b. Kecoa
1) Pembersihan telur kecoa dengan membersihkan telur yang terdapat pada
celah-celah dinding, lemari, peralatan dan dimusnahkan dengan dibakar/
dihancurkan.
2) Pemberantasan kecoa, dengan cara

33
a) Secara fisik dan mekanis dengan cara membunuh langsung kecoa dengan
alat pemukul, menyiram tempat perindukan dengan air panas, menutup
celah-celah dinding.
b) Secara kimiawi dengan menggunakan insektisida dengan pengasapan,
bubuk, semprotan, dan umpan.
c. Tikus
Melakukan pengendalian tikus secara fisik dengan pemasangan perangkap,
pemukulan, atau dengan menggunakan umpan beracun.
d. Lalat
Bila kepadatan lalat di sekitar tempat sampah (perindukan) melebihi 2 ekor per
block grill maka dilakukan pengendalian lalat secara fisik, biologi, dan kimia.
e. Binatang pengganggu lainnya
Bila terdapat kucing dan anjing, maka perlu dilakukan:
Penangkapan, kemudian dibuang jauh dari RS.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

34
Penyelenggaraan sanitasi dan laundri di rumah sakit melibatkan input, proses dan
output. Input meliputi dana/ biaya, sarana prasarana, tenaga kerja, metode yang dipakai
serta peralatan. Proses meliputi perencanaan anggaran belanja peralatan kebersihan dan
bahan pembersih, perhitungan kebutuhan bahan dan peralatan kebersihan, pembelian
bahan dan alat pembersih, teknik pemakaian alat.
Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan sanitasi di UPTD RSUD Borong Kecamatan
ini terdiri dari penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah, penyehatan hygiene dan
sanitasi makanan dan minuman, penyehatan air, pengelolaan limbah,pengendalian
serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya, dan upaya promosi kesehatan dari aspek
kesehatan lingkungan.

5.2 Saran
1. Sebaiknya semua tenaga yang berhubungan dengan pelayanan sanitasi mengacu
kepada pedoman ini.
2. Sebaiknya semua tenaga bekerja sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

35

Anda mungkin juga menyukai