CBR Dasar-Dasar BK

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 31

CRITICAL BOOK REPORT

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Dasar-Dasar Bimbingan Konseling

DOSEN PEMBIMBING :
Rina Suryani S.Pd,M.Pd

Disusun Oleh :
Nama : Hasanah Pratiwi
NIM : 1202151003
Kelas : BK Reguler A

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING


JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT,Tuhan Yang Maha Esa , karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas kuliah ini yaitu “CRITICAL
BOOK REPORT” dalam mata kuliah Dasar Dasar Bimbingan Konseling.Saya berterima
kasih kepada ibu dosen yang sudah membimbing saya dalam menyelesaikan tugas ini,
kepada semua yang sudah memberikan saran dan kritik, dan semua yang sudah membantu
saya dalam menyelesaikan tugas ini.
Saya mengharapkan agar tugas ini tidak hanya agar terpenuhinya tugas kuliah,tetapi
juga dapat bermanfaat bagi semua pembacanya, dan semoga juga dapat menambah
pengetahuan bagi saya dan pembaca.Saya sadar bahwa saya masih dalam proses belajar, dan
tugas ini pun tidak luput dari kesalahan. Saya mohon maaf jika ada terdapat kesalahan pada
penulisan dan tata bahasa dalam tugas ini, dan saya mohon kritik dan saran yang
membangun untuk tugas yang saya buat ini.

Medan, Oktober 2020

Penyusun
Hasanah Pratiwi
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..........................................................................................................i


Daftar Isi ...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan dan Manfaat.......................................................................................2
D. Identitas Buku................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
A. Ringkasan Buku.............................................................................................3
BAB III KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU.........................................29
A. Kelebihan ......................................................................................................29
B. Kekurangan....................................................................................................29

BAB IV PENUTUP..................................................................................................30
A. Kesimpulan....................................................................................................30
B. Saran .............................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut pakar bimbingan, bimbingan yaitu suatu proses pemberian bantuan yang terus
menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian
dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai
tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.
Sedangkan konseling merupakan bagian dari bimbingan, baik sebagai pelayanan maupun
sebagai teknik. Konseling menurut Rochman Natawidjaja yaitu satu jenis pelayanan yang
merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Konseli merupakan bagian terpadu dari bimbingan
dua orang individu, dimana konselor berusaha membantu konseling untuk mencapai
pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang
dihadapinya pada waktu yang akan datang.
Dalam perkemabangan utamanya pendidikan, bimbingan konseling merupakan kegiatan
yang penting dalam mewujudkan keberhasilan atau suksesnya seseorang. Pandangan yang
sebelumnya menepatkan bahwa Bimbingan konseling itu sebagai satu-satunya sarana untuk
memberikan sanksi pada seorang pelajar yang bermasalah dalam lingkup sekolah. Karena itu
pada bagian ini untuk membahas pentingnya bimbingan konseling dalam proses
pembelajaran.
Dalam bimbingan konseling ini diharapkan memiliki pemahaman yang baik terhadap
bagian penting dari proses pembelajaran, dan untuk mewujudkan hasil belajar yang
diharapkan. Seperti yang kita pelajari bersama bahwa belajar tidak hanya dipahami melainkan
juga senagai proses transfer pengetahuan. Pembelajaran mendapat perlakuan yang luas, dapat
menjadi wahana wahana untuk menumbuhkan potensi-potensi melalui peran aktif mereka
menuju perubahan yang lebih baik. Dalam hal ini konselor diperlukan untuk mengupayakan
kontruksi dalam mengembangkan dimensi emosional seseorang agar mereka mampu
menghadapi berbagai persoalan, bersemangat , ulet, tekun, bertanggung jawab mampu
menjalin sebuah komunikasi yang baikterhadap lingkungan maupun teman. Semuanya ini
merupakan akar emosi yang menjadikan landasan untuk mencapai sukses yang diharapkan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam critical book review ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana review maupun ringkasan buku tersebut?
2. Bagaimana kelebihan dan kekurangan buku tersebut?

C. Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dan manfaat yang ingin dicapai penyusun dalam penyusunan critical
book review ini adalah untuk mengajak pembaca lebih memahami secara mendalam
mengenai buku yang di review tersebut.
D. Identitas Buku

Identitas buku yang akan saya review adalah sebagai berikut :

Judul Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling


Pengarang Prof.Dr.H.Prayitno,M.Sc,Ed dan Drs.Erman Amti
Penerbit PT RINEKA CIPTA
Kota Jakarta
Tahun Terbit 2018 (Cetakan Kedua)
ISBN 979-518-830-5
Jumlah Halaman 379

BAB II PEMBAHASAN

A. Ringkasan Buku
BAB I Latar Belakang

a. Pembangunan dan Perkembangan Masyarakat

Sejak awal kemerdekaanya bangsa dan pemerintah Indonesia bertekad untuk


menyelenggarakan perjuangan pembangunan menuju bangsa yang cerdas,maju,adil dan
makmur,baik spiritual maupun materil. Tekad itu terwujud dalam upaya pengembangan
perikehidupan bangsa dan pembangunan nasional di segala bidang yang berkesinambungan
dan terus meningkat. Bangsa ingin mengejar ketertinggalan yang amat parah yang kita
warisi akibat zaman penjajahan yang sangat panjang. Kita ingin segera menjajarkan diri
dengan bangsa-bangsa lain yang telah maju. Oleh karena itu sangatlah beralasan apabila
pada tahun 1970-an dicanangkan upaya “akselerasi-moderninisasi” dengan kecepatan yang
semakin mengikat kita memodernisasikan bangsa Indonesia.
Masyarakat dunia sedang memasuki zaman informasi. Bangsa-bangsa yang belum
maju ada dorongan untuk mengejar ketertinggalannya sehingga dalam waktu sesingkat-
singkatnya dapat ikut serta memasuki zaman informasi pada awal abad ke-21 yang akan
segera tiba. Zaman informasi telah melanda dunia sehingga masyarakat dunia seakan-akan
“menjadi satu” dan terciptalah era globalisasi.
Globalisasi dan informasi ibarat dua sisi dari satu mata uang. Perkembangan yang
semakin deras arsu informasi melalui media massa merupakan senjata yang paling ampuh
bagi berlangsungnya proses globalisasi,sedangkan semangat globalisasi itu sendiri
membuka pintu dan saluran yang seluas-luasnya bagi masuknya infromasi dari dan ke
seluruh penjuru dan pelosok dunia. Dengan semnangat globalisasi yang meningkat melalui
arus informasi yang semakin menggebu,ditunjang pula oleh kemajuan teknologi yang
semakin canggih,seluruh bagian dunia sampai ke bagian paling jauh dan terpencil sekalipun
menjadi terbuka,sehingga tidak ada lagi daerah yang tidak terjangkau dari informasi dan
tidak ada lagi daerah yang terisolir. Seluruh bagian dunia menjadi tembus pandang,bersiap
diri dan siap untuk berubah.

b. Manusia Makhluk Paling Indah dan Berderajat Paling Tinggi


Keberadaan manusia sebagai predikat paling indah dan derajat paling tinggi itu tidak
selamanya membawa manusia menjalani kehidupannya dengan penuh kesenangan dan
kebahagiaan. Malapetaka dan kesengsaraan membuntuti perjalanan hidup manusia dan
boleh jadi tidak terelakkan apabila manusia itu tidak awas dan waspada mengelola
perjalanan hidupnya. Karena manusia sudah dikaruniai kemampuan dengan derajat yang
paling tinggi itu,maka kesenangan-kebahagiaan atau malapetaka-kesengsaraan berada di
tangan manusia itu sendiri. Dalam kaitan itu,manusia itu pulalah yang dapat menuntun
diirnya sendiri agar berperikehidupan yang menyenangkan dan membahagiakan.

c. Dimensi – Dimensi Kemanusiaan

Dimensi Kemanusiaan,dimaksudkan sebagai sesuatu yang secara hakiki ada pada


manusia di suatu segi,dan di segi lain sebagai sesuatu yang dapat dikembangkan. Dimensi
Keindividualan memungkinkan seseorang memperkembangkan segenap potensi yang ada
pada dirinya secara optimal mengarah kepada aspek-aspek kehidupan yang positif.
Perkembangan dimensi keindividualan diimbangi dengan perkembangan dimensi kesosialan
pada diri individu yang bersangkutan. Perkembangan dimensi ini memungkinkan seseorang
mampu berinteraksi,berkomunikasi gaul,bekerja sama,dan hidup bersama orang lain. Kaitan
antara dimensi keindividualan dan kesosialan memperlihatkan bahwa manusia adalah
sekaligus makhluk individu dan makhluk sosial. Dimensi pribadi dan sosial saling
berinteraksi dan dalam interaksi itulah keduanya saling tumbuh,saling mengisi dan saling
menemukan makna yang sesungguhnya.

Dimensi kesusilaan memberikan warna moral terhadap perkembangan dimensi


pertama dan kedua. Norma,etika dan berbagai ketentuan yang berlaku mengatur bagaimana
kebersamaan antarindividu seharusnya dilaksanakan. Hidup bersama orang lain,baik dalam
rangka memperkembangkan dimensi keindividualan maupun dimensi kesosialan. Dimensi
keagamaan,manusia menghubungkan diri dalam kaitannya dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Manusia tak terpukau dan terpaku pada kehidupan dunia saja,melainkan mengaitkan secara
serasi,selaras dan seimbang kehidupan dunianya itu dengan kehidupa akhirat. Dimensi
keberagaman,apabila dijalankan dengan sebaik-baiknya,akan mampu mengangkat
kehidupan manusia semakin tinggi,bukan saja dari segi makna keduniawiannya,melainkan
juga sekaligus keakhiratannya. Dengan demikian,dengan dimensi yang diwujudkan secara
terpadu dan penuh,mausia akan menemukan kehidupan yang lengkap dan utuh serta
mencapai tingkat derajat yanh setinggi-tingginya.
d. Manusia seutuhnya
Manusia seutuhnya itu adalah mereka yang mampu menciptakan dan memperoleh
kesenangan dan kebahagiaan bagi dirinya sendiri dan bagi lingkungannya berkat
pengembangan optimal segenap potensi yang ada pada dirinya,seiring dengan
perkembangan suasana kebersamaan dan lingkungan sosialnya sesuai dengan aturan dan
ketentuan yang berlaku,dan segala sesuatu nya itu dikaitkan dengan pertanggungjawaban
atas segenap aspek kehidupannya didunia terhadap kehidupan di akhiratkelak kemudian
hari. Citra manusia seutuhnya adalah manusia yang sebenar-benarnya manusia,manusia
dengan aku dan pendiriannyayang matang,tangguh dan dinamis,dengan kemampuan
soaialnya yang luas dan semangat tetapi menyejukkan,denagn kesusilaanya yang tinggi
serta dengan keimanan dan ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang mendalam.

e. Perlunya Bimbingan dan Konseling

Pendidikan yang dasarnya mengupayakan pengembangan manusia seutuhnya serta


tidak terhindar dari berbagai sumber rintangan dan kegagalan tersebut perlu diselenggarakan
secara luas dan mendalam mencakup segenap segi kehidupan manusia,baik kehidupan dunia
dan akhirat. Pengajaran dikelas-kelas aja ternyata tidak cukup memadai untuk menjawab
tuntutan penyelenggaraa pendidikan yang luas dan mendalam itu. Pelayanan bimbingan dan
konseling merupakan unsur yang perlu dipadukan ke dalam upaya pendidikan secara
menyeluruh,baik disekolah maupun di luar sekolah.

Dalam rangka pembangunan pendidikan nasional,pemerintah indonsesia telah


memberlakukan uandang-undang tentang sistem pendidikan nasional serta berbagai aturan
pelaksaannya yang mencakup didalamnya pelayanan bimbingan dan konseling.

BAB II Wawasan Tentang Pemahaman Penanganan dan Penyikapan Terhadap Kasus

a. Tinjauan Awal Tentang Kasus

Dalam bimbingan dan konseling pemakaian kata “kasus”tidak menjurus kepada


pengertian-pengertian tentang soal-soal ataupun perkara yang berkaitan dengan urusan
kriminal atau perdata,urusan hukum ataupun polisi atau urusan yang bersangkut paut
dengan pihak-pihak yang berwajib. Kata “kasus” dipakai dalam bimbingan konseling
sekedar menunjukkan bahwa “ada sesuatu permasalahan tertentu pada diri seseorang yang
perlu mendapatkan perhatian dan pemecahan demi kebaikan untuk diir yang bersangkutan”.
b. Pemahaman Terhadap Kasus

Pemahaman yang lebih mendalam terhadap kasus dilakukan untuk mengetahui lebih
jauh berbagai seluk-beluk kasus tersebut,tidak hanya sekedar mengerti permasalahannya
atas dasar deskripsi yang tealh dikemukakan pada awal pengenalan kasus semata-mata. Di
depan telah dikemukakan bahwa permasalahan yang terkandung di dalam suatu kasus boleh
jadi seperti gunung es yang terapung dilautan,bagian yang tampak dipermukaan air hanya
sedikit saja,padahal bagian yang berada dibawah permukaan laut besarnya sukar diukur.

c. Penyikapan Terhadap Kasus

Penyikapan terhadap kasus pada umumnya mengandung unsur-unsur kognisi,afeksi dan


perlakuan terhadap objek yang disikapinya. Dalam bimbingan dan konseling ketiga unsur
tesebut mengacu kepada berbagai hal yang tealah dibahas sejak awal Bab I sampai dengan
bagianyang ditampilkan sebelum ini. Unsur kognisi mengacu kepada
wawan,keyakinan,pemahaman,penghayatan,pertimbangan dan pemikiran konselor tentang
keberadaan manusia,hakikat dimensi kemanusiaan dan pengembangannya,pengaruh
lingkungan peranan pelayanan bimbingan dan konseling,kasus dan berbagai
permaslahannya yang dikandungnya,pemahaman dan penanganan kasus. Unsur afeksi
menyangkut suasana perasaan,emosi dan kecenderungan bersikap berkenaan dengan
keberadaan manusia sampai dengan penanganan kasus tersebut. Untuk perlakuan berkaitan
dengan tindakan terhadap kasus yang ditangani,sejak diserahkan kasus sampai berakhrinya
ketertiban penanganan.

BAB III Pengertian Bimbingan dan Konseling

a. Pengertian Bimbingan dan Konseling


1. Pengertian Bimbingan

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli
kepada seorang atau beberapa orang individu,baik anak-anak,remaja,maupun dewasa agar
orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri
dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan
berdasarkan norma-norma yang berlaku.

2. Pengertian Konseling
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara
konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada invidu yang sedang mengalami
sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh
klien.

b. Istilah Penyuluhan dan Konseling

Penggunaan istilah penyuluhan dalam arti “konseling” dan penyuluhan dalam arti
“pembinaan masyarakat” seolah-olah berlomba dan saling mempertahankan keberadaan
masing-masing. Dalam “perlombaan” ini dapat dimengerti bahwa penyuluhan dalam arti
yang kedua lebih memperoleh pasaran, dalam arti konseling makin tertinggal dan
terkungkung dalam lingkungannya sendiri,khususnya lingkungan sekolah. Yang lebih
memprihatinkan lagi ialah penyuluhan dalam arti konseling itu ternyata steril,kurang
mampu memantapkan diri sendiri maupun pelayanannya kepada msyarakat. Dalam keadaan
seperti ini dikhawatirkan pengertian penyuluhan dalam arti konseling makin luntur atau
mungkin tidak dikenal di satu pihak,dan di pihak lain penggunaan penyuluhan dalam arti
yang lainnya makin meluas dan sama sekali tidak dapat dibendung.

c. Perkembangan Konsepsi Bimbingan dan Konseling

Tidak ada gunanya membedakan tugas atau ruang lingkup kerja konseling di satu sisi dan
bimbingan di sisi lain. Keduanya disatukan saja dan digunakan satu istilah,yaitu konseling.
Keseluruhan kerja konselor termasuk segenap pendekatan,teknik,langkah-langkah,peralatan
dan berbagai bahan dan sarana lain yang digunakan untuk membantu klien,adalah pekerjaan
konseling. Dengan digunakannya istilah konseling dengan arti yang lebih luas dan
menyeluruh itu,sekarang pekerjaan konseling mencakup dimensi yang lebih luas dan tugas-
tugas yang lebih kaya. Profesi konseling memiliki tujuan dan arah yang lebih jelas. Lebih
jauh,kegiatan konseling tidak hanya terikat dan terbatas pada lingkungan sekolah
saja,melainkan meluas sampai meliputi pekerjaan dengan sasaran keseluruhan kehidupan
kemanusiaan di masyarakat luas. Dengan demikian,profesi konseling memliki kekuatan
yang lebih besar untuk menghadapi hari esok.

d. Tujuan Bimbingan dan Konseling


Dengan memperhatikan butir-butir tujuan bimbingan dan konseling sebagaimana tercantum
dalam rumusan-rumusan tersebut,tampak bahwa tujuan umum bimbingan dan konseling
adalah untuk membantu individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan
tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan
bakat-bakatnya),berbagai latar belakang yang ada (seperti latar belakang
keluarga,pendidikan,status sosial ekonomi) serta sesuai dengan tuntutan positif
lingkungannya. Dalam kaitan ini,bimbingan dan konseling membantu individu untuk
menjadi insan yang berguna dalam kehidupannya yang memiliki berbagai
wawasan,pandangan,interpretasi,pilihan,penyesuaian dan keterampilan yang tepat
berkenaan dengan diri sendiri dan lingkungannya. Insan seperti itu adalah insan yang
mandiri yang memiliki kemampuan untuk memahami diri sendiri dan lingkungannya secara
tepat dan objektif,menerima diri sendiri,dan lingkungan yang positif dan dinamis,mampu
mengambil keputusan secara tepat dan bijaksana,mengarahkan diri sendiri sesuai dengan
keputusan yang diambilnya itu,serta akhrinya mampu mewujudkan diri sendiri secara
optimal. Hal ini semua dalam rangka pengembangan keempat perwujudan keempat dimensi
kemanusiaan individu.

e. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling


1. Asas Kerahasiaan
Segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor tidak boleh
disampaikan kepada orang lain,atau lebih-lebih hal atau keterangan yang tidak
boleh atau tidak layak diketahui orang lain.
2. Asas Kesukarelaan
Klien diharapkan secara suka dan rela tanpa ragu-ragu ataupun merasa
terpaksa,menyampaikan masalah yang dihadapinya,serta mengungkapkan
segenap fakta,data dan seluk-beluk berkenaan dengan masalahnya itu kepada
konselor.
3. Asas Keterbukaan
Keterbukaan di sini ditinjau dari dua arah. Dari pihak klien diharapkan
pertama-tama mau membuka diri sendiri sehingga apa yang ada pada dirinya
dapat diketahui oleh orang lain (dalam hal ini konselor) dan kedua mau
membuka diri dalam arti mau menerima saran-saran dan masukan lainnya dari
pihak luar. Dari pihak konselor,keterbukaan terwujud dengan kesediaan konselor
menjawab pertanyaan-pertanyaan klien dan mengungkapkan diri konselor sendiri
jika hal itu memang dikehendaki oleh klien. Dalam hubungan yang bersuasana
seperti itu,masing-masing pihak bersifat transparan (terbuka) terhadap pihak
lainnya.
4. Asas Kekinian
Asas kekinian juga mengandung pengertian bahwa konselor tidak boleh
menunda-nunda pemberian bantuan. Jika diminta bantuan dari klien atau jelas-
jelas terlihat misalnya adanya siswa yang mengalami masalah,maka konselor
hendaklah memberikan bantuan.
5. Asas Kemandirian

Pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan menjadikan si terbimbing dapat


berdiri sendiri,tidak tergantung pada orang lain atau tergantungpada konselor. Individu yang
dibimbing setelah dibantu diharapkan dapat mandiri dengan ciri-ciri pokok mampu:

(a). Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya


(b). Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis
(c). Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri
(d) Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu
(e) Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi,minat dan
kemampuan-kemampuan yang dimilikinya.
6. Asas Kegiatan

Usaha bimbingan dan konseling tidak akan memberikan buah yang berarti bila klien
tidak melakukan sendiri kegiatan dalam mencapai tujuan bimbingan dan konseling. Hasil
usaha bimbingan dan konseling tidak akan tercapai dengan sendirinya,melainkan harus
dengan kerja giat dari klien sendiri.konselor hendaklah membangkitkan semangat klien
sehingga ia mampu dan mau melaksanakan kegiatan yang diperlukan dalam penyelesaian
masalah yang menjadi pokok pembicaraan dalam konseling.

7. Asas Kedinamisan

Usaha pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada


diri klien,yaitu perubahan tingkah laku kerah yang lebih baik. Perubahan itu tidaklah
sekedar mengulang hal yang sama,yang bersifat monoton,melainkan perubahan yang selalu
menuju ke suatu pembaruan,sesuatu yang lebih maju,dinamis sesuai dengan arah
perkembangan klien yang dikehendaki.
8. Asas Keterpaduan

Untuk terselenggaranya asas keterpaduan,kosnelor perlu memiliki wawasan yang


luas tentang perkembangan klien dan aspek-aspek lingkungan klien,serta berbagai sumber
yang dapat diaktifkan untuk menangani masalah klien. Kesemuanya itu dipadukan dalam
keadaan serasi dan saling menunjang dalam upaya bimbingan dan konseling.

9. Asas Kenormatifan

Ditilik dari permasalahan klien,barangkali pada awalnya ada materi bimbingan dan
konseling yang tidak bersesuaian dengan norma (misalnya klien mengalami masalah
melanggar norma-norma tertentu),namun justru dengan pelayanan bimbingan dan
konselinglah tingkah laku yang melanggar norma itu diarahkan kepada yang lebih
bersesuain dengan norma.

10. Asas Keahlian

Asas keahlian selain mengacu kepada kualifikasi konselor (misalnya pendidikan


sarjana bidang bimbingan dan konseling),juga kepada pengalaman. Teori dan praktek
bimbingan dan konseling perlu dipadukan. Oleh karena itu,seorang konselor ahli harus
benar-benar menguasai teori dan praktek konseling secara baik.

11. Asas Alih Tangan

Dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling,asas alih tangan jika konselor
sudah mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu individu yang bersangkutan
belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan tersebut maka konselor dapat mengirim
individu tersebut kepada petugas dan badan yang lebih ahli.

12. Asas Tutwuri Handayani

Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan pada
waktu klien mengalami masalah dan menghadap kepada konselor saja,namun di luar
hubungan proses bantuan bimbingan dan konseling pun hendaknya dirasakan adanya dan
manfaatnya pelayanan bimbingan dan konseling itu.

f. Kesalahpahaman dalam Bimbingan dan Konseling


1. Bimbingan dan konseling disamakan saja dengan atau dipisahkan sama sekali
dari pendidikan
2. Konselor di sekolah dianggap sebagai polisi sekolah
3. Bimbingan dan konseling dianggap semata-mata sebagai proses pemberian
nasihat
4. Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah yang bersifat
insidental
5. Bimbingan konseling dibatasi hanya untuk klien-klien tertentu saja
6. Bimbingan dan konseling melayani “orang sakit” dan/atau “kurang normal”
7. Bimbingan dan konseling bekerja sendiri
8. Konselor harus aktif,sedangkan pihak lain pasif
9. Menganggap pekerjaan bimbingan dan konseling dapat dilakukan oleh siapa aja
10. Pelayanan bimbingan dan konseling berpusat pada keluhan pertama saja
11. Menyamakan pekerjaan bimbingan dan konseling dengan pekerjaan dokter dan
psikiater.
12. Menganggap hasil pekerjaan bimbingan dan konseling harus segera dilihat
13. Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien
14. Memusatkan usaha bimbingan dan konseling hanya pada penggunaan
instrumentasi bimbingan dan konseling (misalnya tes,inventori,angket dan alat
pengungkap lainnya)
15. Bimbingan dan konseling dibatasin pada hanya menangani masalah-masalah
yang ringan saja

BAB IV Landasan Bimbingan dan Konseling

A. Landasan Filosofis

Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi serangkaian kegiatan atau tindakan yang
semuanya diharapkan merupakan tindakan yang bijaksana. Untuk itu diperlukan
pemikiran yang filosofis tentang berbagai hal yang bersangkut-paut dalam pelayanan
bimbingan dan konseling. Pemikiran dan pemahaman filosofis menjadi alat yang
bermanfaat bagi pelayanan bimbingan dan konseling pada umumnya,dan bagi konselor
pada khususnya yaitu membantu konselor dalam memahami situasi konseling dan dalam
membuat keputusan yang tepat. Disamping itu pemikiran dan pemahaman filosofis juga
memungkinkan konselor menjadikan hidupnya sendiri lebih mantap,lebih fasilitatif,seta
lebih efektif dalam penerapan upaya pemberian bantuannya (Belkin,1975)
B. Landasan Religius

Pada bagian terdahulu tealah dikemukakan beberapa unsur-unsur keagamaan terkait


erat dalam hakikat,keberadaan,dan perikehidupan kemanusiaan. Dalam pembahasan lebih
lanjut tentang landasan religius bagi layanan bimbingan dan konseling perlu ditekankan
tiga hal pokok yaitu

(a). Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta adalah makhluk hidup
(b). Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan ke
arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama.
(c). Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkan secara optimal
suasan dan perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi) serta
kemasyarakatan yang sesuai dengan meneguhakan kehidupan beragama untuk
membantu perkembangan dan pemecahan masalah individu.
1. Manusia sebagai mahkluk Tuhan
2. Sikap keberagaman
3. Peranan agama

C. Landasan Psikologis

Psikologi merupakan kajian tentang tingkah laku individu. Landasan psikologis dalam
bimbingan dan konseling berarti memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu
yang menjadi sasaran layanan (klien). Hal ini sangat penting karena bidang garapan
bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien yang perlu diubah atau dikembangkan
apabila ia hendak mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya atau ingin mencapai
tujuan-tujuan yang dikehendakinya.

Untuk keperluan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian dalam bidang
psikologi perlu dikuasai yaitu tentang :
 Motif dan motivasi
 Pembawaan daar dan lingkungan
 Perkembangan individu
 Belajar,balikan dan penguatan
 Kepribadian
D. Landasan Sosial Budaya

Sebagai mahkluk sosial,manusia tidak akan pernah dapat hidup sendiri. Dimanapun
dan bilamana pun manusia hidup senantiasa membentuk kelompok hidup terdiri dari
sejumlah anggota guna menjamin baik keselamatan,perkembangan maupun keturunan.
Dalam kehidupan berkelompok itu,manusia harus mengembangkan ketentuan yang
mengatur hak dan kewajiban masing-masing individu sebagai anggota demi ketertiban
pergaulan sosial mereka. Ketentuan-ketentuan itu biasanya berupa perangkat nilai,norma
sosial maupun pandangan hidup yang terpadu dalam sistem budaya yang berfungsi
sebagai rujukan hidup para pendukungnya. Rujukan itu,melebihi proses belajar,diwariskan
kepada generasi penerus yang akan melestarikannya. Karena itu masyarakat dan
kebudayaan itu sesungguhnya merupakan dua sisi dari satu mata uang yang sama (Budhi
Santoso,1992) yaitu sisi generasi tua sebagai pewaris dan sisi generasi muda sebagai
penerus.

 Individu sebagai produk lingkungan sosial budaya


 Bimbingan dan konseling antar budaya

E. Landasan Ilmiah dan Tekonologi

Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang memiliki


dasar-dasar keilmuan,baik yang menyangkut teori-teorinya,pelaksaan kegiatannya maupun
pengembangan-pengembangan pelayanan itu secara berkelanjutan.

1. Keilmuan Bimbingan dan Konseling


Ilmu bimbingan dan konseling adalah berbagai pengetahuan tentang bimbingan
dan konseling yang tersusun secara logis dan sistematis
2. Peran ilmu lain dan teknologi dalam bimbingan dan konseling
Pernah disebutkan,bimbingan dan konseling,sebagaimana juga
pendidikan,merupakan ilmu yang bersifat multireferensial artinya ilmu dengan
rujukan berbagai ilmu yang lain. Di muka telah diuraikan betapa psikologi,ilmu
pendidikan,dan filsafat memberikan sumbangan yang besar kepada bimbingan
dan konseling.
3. Pengembangan bimbingan dan konseling melalui penelitian
Penelitian adalah jiwa dari perkembangan ilmu dan teknologi. Apabila
pelayanan bimbingan dan konseling diinginkan untuk berkembang dan
maju,maka penelitian tentang bimbingan dan konseling dalam berbagai bentuk
penelitian dan aspek yang diteliti harus terus menerus dilakukan. Tanpa
penelitan pertumbuhan pelayanan bimbingan dan konseling akan mandul dan
steril.
F. Landasan Pedagogis

Pada bagian ini pendidikan akan ditinjau sebagai landasan bimbingan dan
konseling dari tiga segi yaitu pendidikan sebagai upaya pemgembangan manusia dan
bimbingan merupakan salah satu bentuk kegiatan salah satu bentuk kegiatan
pendidikan,pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling dan pendidikan
lebih lanjut sebagai inti tujuan pelayanan bimbingan dan konseling.

1. Pendidikan sebagai upaya pengembangan individu : bimbingan merupakan


bentuk upaya pendidikan
2. Pendidikan sebagai inti proses bimbingan konseling
3. Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan bimbingan konseling

BAB V Fungsi dan Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling

A. Fungsi Bimbingan dan Konseling


1. Fungsi Pemahaman
a. Pemahaman tentang klien
Materi pemahaman itu lebih lanjut dapat dikelompokkan ke dalam
berbagai data tentang.
 Identitas individu (klien) : nama,jenis kelamin,tempat dan
tanggal lahir,orang tua,status dalam keluarga, dan tempat tinggal
 Pendidikan
 Status perkawinan (bagi klien dewasa)
 Status sosial-ekonomi dan pekerjaan
 Kemampuan dosen (intelegensi) bakat,minat,hobi
 Kesehatan
 Kecenderungan sikap dan kebiasaan
 Cita-cita pendidikan dan pekerjaan
 Keadaan lingkungan tempat tinggal
 Kedudukan dan prestasi yang pernah dicapai
 Kegiatan sosial kemasyarakatan
b. Pemahaman tentang masalah klien
Pemahaman masalah oleh individu (klien) sendiri merupakan modal
dasar bagi pemecahan masalah tersebut. Sejak awal
prosesnya,pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan mampu
mengantarkan klien memahami masalah yang dihadapinya. Apabila
pemahaman masalah klien oleh klien sendiri telah tercapai,agaknya
pelayanan bimbingan dan konseling telah berhasil menjalankan fungsi
pemahaman dengan baik. Dalam kaitan itu,tidak jarang terjadi klien
merasa telah terbantu dan merasa sanggup memecahkan masalahnya
sendiri,setelah masalahnya itu terungkap melalui konseling dan
dipahami dengan sebaik-baiknya oleh klien. Klien merasa konseling
telah selesai dan telah berhasil membantunya. Usaha pemecahan
masalah selanjutnya akan ditangani oleh klien sendiri.
c. Pemahaman tentang lingkungan yang “lebih luas”
Para siswa perlu memahami dengan baik lingkungan sekolah yang
meliputi lingkungan fisik,berbagai hak dan tanggung jawab siswa
terhadap sekolah,disiplin yang harus dipatuhi oleh siswa,aturan-aturan
yang menyangkut kurikulum,pengajaran,penilaian,kenaikan
kelas,hubungan dengan guru dan sesama siswa,kesempatan-kesempatan
yang diberikan oleh sekolah dan lain sebagainya. Pemahaman yang baik
terhadap hal-hal tersebut akan memungkinkan siswa menjalani
kehidupan sekolah sebagaimana dikehendaki.
2. Fungsi Pencegahan
Upaya pencegahan memang telah disebut orang sejak puluhan tahun yang lalu.
Pencegahan diterima sebagai sesuatu yang baik dan perlu dilaksanakan. Tetapi
hal itu kebanyakan baru disebut-sebut saja,perwujudannya yang bersifat
operasional konkret belum banyak terlihat.
a. Pengertian pencegahan
Apakah “pencegahan” itu? Dalam dunia kesehatan mental “pencegahan”
didefinisikan sebagai upaya mempengaruhi dengan cara yang positif dan
bijaksana lingkungan yang dapat menimbulkan kesulitan atau kerugian
sebelum kesulitan atau kerugian itu benar-benar terjadi (Horner & Mc
Elhaney,1993). Dalam definisi itu perhatian terhadap lingkungan mendapat
pemahaman utama.
b. Upaya pencegahan
Upaya pencegahan yang perlu dilakukan oleh konselor adalah :
 Mendorong perbaikan lingkungan yang kalau diberikan akan
berdampak negatif terhadap individu yang bersangkutan
 Mendorong perbaikan kondisi diri pribadi klien
 Meningkatkan kemampuan individu untuk hal-hal yang diperlukan
dan mempengaruhi perkembangan dan kehidupannya
 Mendorong individu untuk tidak melakukan sesuatu yang kan
memberikan resiko yang besar,melakukan sesuatu yang akan
memberikan manfaat
 Menggalang dukungan kelompok terhadap individu yang
bersangkutan
3. Fungsi pengentasan

Dalam kehidupan sehari-hari,bila seseorang yang menderita “demam” dan


“demamnya” ia tidak dapat tersembuhkan dengan dikerok atau dengan meminum obat
yang dibeli di warung atau rumah obat,maka ia pergi ke dokter. Apa yang diharapkan
orang tersebut dari pelayanan dokter? Tentulah kesembuhan dirinya dari “demam” yang
dideritanya itu. Demikian pula analoginya bila seseorang mengalami masalah yang tidak
mampu diatasinya sendiri. Ia pergi ke konselor. Apa yang diharapkan orang itu dari
pelayanan konselor? Tidak lain teratasinya masalahnya itu.

a. Langkah-langkah pengentasan masalah


b. Pengentasan masalah berdasarkan diagnosis
c. Pengentasan masalah berdasarkan teori konseling

4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan

Dalam pelayanan bimbingan dan konseling,fungsi pemeliharaan dan


pengembangan dilaksanakan melalui berbagai pengaturan,kegiatan dan program. Misalnya
disekolah,bentuk dan ukuran/meja atau kursi murid disesuaikan dengan ukuran tubuh (dan
besarnya) sikap tubuh yang diharapkan (tegap dan gagah).

B. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling

Prinsip merupakan paduan hasil kajian teoretik dan telaah lapangan yang digunakan
sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang telah dimaksudkan. Dalam pelayanan
bimbingan dan konseling prinsip-prinsip yang digunakannya bersumber dari kajian
filosofis,hasil-hasil penelitian dan pengalaman praktis tentang hakikat
manusia,perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks sosial budaya
nya,pengertian,tujuan.fungsi,dan proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling.

1. Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan


a. Bimbingan dan konseling melayani semua individu,tanpa memandang
umur,jenis kelamin,suku,bangsa,agama dan berstatus sosial ekonomi
b. Bimbingan dan konseling berurusan dengan sikap dan tingkah laku individu
yang terbentuk dari berbagai aspek kepribadian yang kompleks dan unik
c. Untuk mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai dengan
kebutuhan individu itu sendiri perlu dikenali dan dipahami keunikan setiap
individu dengan berbagai kekuatan,kelemahan,dan permasalahannya
d. Setiap aspek pola kepribadian yang kompleks seorang individu mengandung
faktor-faktor yang secara potensial mengarah kepada sikap dan pola-pola
tingkah laku yang seimbang.
e. Meskipun individu yang satu dan lainnya adalah serupa dalam berbagai
hal,perbedaan individu harus dipahami dan dipertimbangkan dalam rangka
upaya yang bertujuan memberikan bantuan atau bimbingan kepada individu-
individu tertentu,baik mereka itu anak-anak,remaja ataupun orang dewasa.
2. Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah individu
f. Meskipun pelayanan bimbingan dan konseling menjangkau setiap tahap dan
bidang perkembangan dan kehidupan individu
g. Keadilan sosial,ekonomi dan politik yang kurang menguntungkan
3. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program pelayanan
h. Program bimbingan dan konseling harus disusun dan dipadukan sejalan dengan
program pendidikan dan pengembangan secara menyeluruh
i. Program bimbingan dan konseling harus fleksibel,disesuaikan dengan kondisi
lembaga (misalnya sekolah),kebutuhan individu dan masyarakat
j. Program pelayanan bimbingan dan konseling disusun dan diselenggrakan
secara berkesinambungan kepada anak-anak sampai dengan orang dewasa
k. Terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling hendaknya diadakan penilaian
yang teratur untuk mengetahui sejauh mana hasil dan manfaat yang
diperoleh,serta mengetahui kesesuaian antara program yang direncanakan dan
pelaksaannya.
4. Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelaksanaan layanan
l. Tujuan akhir bimbingan dan konseling adalah kemandirian setiap individu oleh
karena itu pelayanan bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk
mengembangkan klien agar mampu membimbing diri sendiri dalam
menghadapi setiap kesulitan atau permasalahan yang dihadapinya
m. Dalam proses konseling keputusan yang diambil dan hendak dilakukan oleh
klien hendaklah atau kemauan klien sendiri,bukan karena kemauan atau
desakan dari konselor.
n. Permasalahan khusus yang dialami klien (untuk semua usia) harus ditangani
oleh (dan kalau perlu dialihtangankan kepada) tenaga ahli dalam bidang yang
relevan dengan permasalahan khusus tersebut.
o. Bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional oleh karena itu
dilaksanakan oleh tenaga ahli yang telah memperoleh pendidikan dan latihan
khusus dalam bidang bimbingan dan konseling.
5. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
Pertama,konselor harus memulai kariernya sejak awal dengan program kerja yang
jelas,dan memiliki kesiapan yang tinggi untuk melaksanakan program tersebut.
Kedua,konselor harus selalu mempertahankan sikap profesional tanpa mengganggu
keharmonisan hubungan antara konselor dengan personal sekolah lainnya dan
siswa. Ketiga,konselor bertanggung jawab untuk memahami peranannya sebagai
konselor profesional dan menerjemahkan peranannya itu ke dalam kegiatan nyata.
Keempat,konselor bertanggung jawab kepada semua siswa,baik siswa-siswa yang
gagal,yang menimbulkan gangguan,yang berkemungkinan putus sekolah,yang
mengalami permasalahan emosional,yang mengalami kesulitan belajar.

BAB VI Orientasi dan ruang lingkup kerja bimbingan dan konseling


A. Orientasi Bimbingan dan Konseling
Orientasi yang dimaksudkan di sini ialah “pusat perhatian” atau “titik berat
pandangan”.

1. Orientasi perorangan
a. Semua kegiata yang diselenggarakan dalam rangka pelayanan bimbingan
dan konseling diarahkan bagi peningkatan perwujudan diri sendiri bagi
setiap individu yang menjadi sasaran layanan
b. Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi kegiatan berkenaan dengan
individu untuk memahami kebutuhan-kebutuhannya
c. Setiap klien harus diterima sebagai individu dan harus diterima sebagai
individu dan harus ditangani secara individual
2. Orientasi perkembangan
(a). Hambatan egosentrisme,yaitu ketidakmampuan melihat kemampuan lain
diluar apa yang dipahaminya
(b). Hambatan Konsentrasi yaitu ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian
pada lebih dari satu aspek tentang sesuatu hal
(c). Hambatan reversibilitas yaitu ketidakmampuan menelusuri alur yang
terbalik dari alur yang dipahami semula
(d). Hambatan transformasi,ketidakmampuan meletakkan sesuatu pada susunan
urutan yang ditetapkan
3. Orientasi permasalahan

Dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling yang telah


dibicarakan,orientasi masalah secara langsung bersangkut-paut dengan fungsi pencegahan
dan fungsi pengentasan.

B. Ruang Lingkup Pelayanan Bimbingan dan Konseling


1. Pelayanan bimbingan dan konseling disekolah
a. Keterkaitan antara bidang pelayanan bimbingan konseling dan bidang
bidang lainnya
 Bidang kurikulum dan pengajaran
 Bidang administrasi dan kepemimpinan
 Bidang kesiswaan
b. Tanggung jawab konselor sekolah
 Tanggung jawab konselor kepada siswa
 Tanggung jawab kepada orang tua
 Tanggung jawab kepada sejawat
 Tanggung jawab kepada sekolah dan masyarakat
 Tanggung jawab kepada diri sendiri
 Tanggung jawab kepada profesi
2. Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Luar Sekolah
a. Bimbingan dan Konseling Keluarga
Di dalam keluarga lah setiap warga masyarakat memulai kehidupannya dan
di dalam dan dari keluargalah setiap individu dipersiapkan untuk menjadi
warga masyarakat.
b. Bimbingan dan Konseling dalam Lingkungan yang lebih luas
Dalam lingkungan yang lebih luas,konselor akan berada di berbagai
lingkungan,selain di sekolah dan dalam keluarga,juga di tempat-tempat
yang sekarang agaknya belum terjangkau oleh pekerjaan profesional
bimbingan dan konseling.

BAB VII Jenis Layanan dan Kegiatan Bimbingan dan Konseling

A. Layanan Orientasi
Layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk
memperkenalkan siswa baru atau sesorang terhadap lingkungan yang baru
dimasukinya.
1. Layanan Orientasi di Sekolah
a. Sistem penyelengaraan pendidikan pada umunya
b. Kurikulum yang ada
c. Penyelenggaraan pengajaran
d. Kegiatan belajar siswa yang diharapkan
e. Sistem penilaian,ujian,dan kenaikan kelas
Dst
2. Metode Layanan Orientasi Sekolah
a. Kunjungan ke SD pemasok
b. Kunjungan ke SLTP pemesan
c. “Malam” pertemuan dengan orang tua
d. Staf konselor bertemu dengan guru membicarakan siswa-siswa baru
e. Mengunjungi kelas
f. Memanfaatkan siswa-senior

3. Layanan Orientasi di Luar Sekolah

Cara penyajian orientasi di luar sekolah sangat tergantung pada jenis orientasi yang
diperlukan siapa yang memerlukannya. Lembaga-lembaga seperti “Badan Penasihat
Perkawinan”,”Pusat Rehabilitasi Narapidana”,Pusat Orientasi Tenaga Kerja” dan lain-lain
dapat dibentuk dan konselor menjadi tenaga ahli serta penggerak lembaga bantuan khusus
di masyarakat itu.

B. Layanan Informasi

Layanan orientasi dan informasi itu pertama-tama merupakan perwujudan dari fungsi
pemahaman pelayanan bimbingan dan konseling. Lebih jauh layanan orientasi dan
informasi akan dapat menunjang pelaksanaan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling
lainnya dalam kaitan antara bahan-bahan orientasi dan informasi itu dengan permasalahan
individu.

1. Jenis – jenis informasi


a. Informasi pendidikan
Pertama kali masuk sekolah
 Jam-jam belajar
 Disiplin dan peraturan sekolah lainnya

Memasuki SLTP

 Jadwal kegiatan sekolah


 Kegiatan ko-kurikuler

Memasuki SLTA

 Jadwal kegiatan belajar dan latihan


 Peraturan sekolah,hak dan kewajiban siswa
b. Informasi Jabatan
Tingkat SD
 Membawa anak-anak untuk menyadari betapa luasnya dunia kerja
yang ada,terentang dari pekerjaan yang dijabat orang tua anak-anak
itu sampai ke segala macam pekerjaan di masyarakat luas

Tingkat SLTP

 Mempelajari bidang pekerjaan secara lebih luas seperti bidang


perdagangan,permesinan,administrasi,perkantoran dan lain-lain

Tingkat SLTA

 Mengembangkan rencana sementara pekerjaan yang akan menjadi


pegangan setamat SLTA

Pasca SLTA

Selepas SLTA para remaja/pemuda pada umunya memasuki dunia kerja atau
melanjutkan pelajaran ke perguruan tinggi

c. Informasi sosial budaya


1). Macam-macam suku bangsa
2). Adat istiadat dan kebiasaan-kebiasan
3). Agama dan kepercayaan-kepercayaan
4). Bahasa’
5). Potensi-potensi daerah
6). Kekhususan masyarakat atau daerah tertentu
2. Metode Layanan Informasi di Sekolah
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Karyawisata
d. Buku panduan
e. Konferensi karakter
3. Layanan Informasi di Luar Sekolah
Cara-cara penyajian informasi kepada warga masyarakat,sebagaimana cara-cara
penyajian orientasi,juga amat tergantung pada jenis informasi yang diperlukan dan siapa
yang memerlukannya.

C. Layanan Penempatan dan Penyaluran


1. Penempatan dan penyaluran siswa di sekolah
a. Layanan penempatan di dalam kelas
b. Penempatan dan penyaluran ke dalam kelompok belajar
c. Penempatan dan penyaluran ke dalam kegiatan ko/ekstra kurikuler
d. Penempatan dan penyaluran ke jurusan/program studi
2. Penempatan dan Penyaluran Lulusan
a. Penempatan dan penyaluran ke dalam pendidikan lanjutan
b. Penempatan dan penyaluran ke dalam jabatan/pekerjaan
D. Layanan Bimbingan Belajar
1. Pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar
2. Upaya membantu siswa yang mengalami masalah belajar
a. Pengajaran perbaikan
b. Kegiatan pengayaan
c. Peningkatan motivasi belajar
d. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik
E. Layanan Konseling Perorangan
1. Layanan konseling diselenggarakan secara “resmi”
2. Pengentasan masalah melalui konseling
3. Tahap-tahap keefektifan pengentasan masalah melalui konseling
4. Pendekatan dan teori konseling
a. Konseling Direktif,sering disebut juga yang beraliran behavoristik yaitu
layanan yang berorientasi pada pengubahan tingkah laku secara langsung.
b. Konseling Non-Direktif
Melalui pendekatan ini,klien diberi kesempatan mengemukakan
persoalan,perasaan,pikiran-pikirannya secara bebas.
c. Konseling Elektrik
Pendekatan dan teori-teori konseling itu telah ditempa dan dikembangkan
oleh pencetus dan ahlinya,dan telah dipelajari oleh berbagai kalangan dalam
bidang bimbingan dan konseling.
5. Konseling di Lingkungan Kerja yang Berbeda
a. Konseling di sekolah dasar
b. Konseling di sekolah menengah
c. Konseling di perguruan tinggi
d. Konseling di masyarakat
F. Layanan bimbingan dan konseling di kelompok
1. Ciri-ciri kelompok
Kebersamaan dalam kelompok lebih lanjut diikat dengan adanya pemimpin
kelompok yang bertugas mempersatukan seluruh anggota kelompok untuk
melakukan kegiatan bersama. Adanya pemimpin kelompok sangat
diperlukan,apabila pemimpin itu tidak ada,atau jika pemimpin itu tidak
menjalankan tugasnya dengan baik,maka kelompok berantakan. Para anggota
akan cerai-berai dan tujuan bersama tidak akan tercapai.
2. Bimbingan kelompok
Bimbingan dan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan dalam
suasana kelompok. Gazda (1978) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok
di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk
membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat.
3. Konseling di kelompok
Untuk memasuki konseling kelompok para anggota atau klien pada awalnya
tidak memerlukan persiapan tertentu. Dengan demikian masalah yang akan
mereka bawa masing-masing ke dalam kelompok besar kemungkinan berbeda-
beda atau bahkan ada diantara mereka yang menurut kategori Bordin “tidak
masalah”.
G. Kegiatan Penunjang
1. Instrumen bimbngan dan konseling
a. Instrumen tes
b. Instrumen non-tes
2. Penyelenggaraan himpunan data
3. Kegiatan Khusus
a. Konferensi khusus
b. Kunjungan rumah
c. Alih tangan

BAB VIII Bimbingan dan Konseling Sebagai Profesi

A. Pengertian dan Ciri-Ciri Profesi


1. Beberapa istilah tentang profesi
“Profesi” adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari para
petugasnya. Artinya pekerjaan yang disebut profesi itu tidak bisa dilakukan
oleh orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus terlebih dahulu
untuk melakukan pekerjaan itu.
2. Ciri-ciri profesi
a. Suatu profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang memiliki fungsi
dan kebermaknaan sosial yang sangat menentukan.
b. Untuk dapat menguasai kerangka ilmu itu diperlukan pendidikan dan
latihan dalam jangka waktu yang cukup lama.
B. Pengembangan Profesi Bimbingan dan Konseling
1. Standarisasi unjuk kerja profesional konselor
2. Standarisasi penyiapan konselor
a. Seleksi/Penerimaan Mahasiswa
b. Pendidikan konselor
c. Akreditasi
d. Sertifikasi dan Lisensi
e. Pengembangan organisasi profesi
C. Perkembangan Gerakan Bimbingan dan Konseling
a. Tahun 1971
b. Tahun 1975
c. Tahun 1975
d. Tahun 1978
e. Tahun 1991 s.d. 1993

BAB III

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

A.Kelebihan Buku

Menurut saya kelebihan buku ini adalah buku ini lengkap,penyampaian materinya di
setiap bab ditulis dengan rapi dan sejelas mungkin,serta buku ini juga menjelaskan secara
detail mengenai isi-isi yang terdapat didalamnya yang menyangkut dengan materi utama
yang dibuat penulis. Buku ini juga dilengkapi dengan rangkuman di setiap bab,tugas di
akhir bab dan daftar acuan yang lengkap.

B.Kekurangan Buku

Menurut saya kekurangan buku ini meliputi kata-kata atupun kalimat yang dituliskan
bersifat rancu atau bahkan terlalu baku sehingga ada beberapa yang sulit dipahami. Selain
itu buku ini juga banyak menggunakan kalimat bahasa inggris tanpa disandingkan dengan
arti kalimat ataupun kata tersebut sehingga itu menjadi salah satu faktor yang membuat
saya pribadi kurang memahami kalimat itu sendiri.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Bimbingan dan konseling pada dasarnya merupakan upaya bantuan untuk mewujudkan
perkembangan manusia secara optimal baik secara kelompok maupun individual,sesuai
dengan hakikat kemanusiaannya dengan berbagai potensi,kelebihan dan
kekurangan,kelemahan,serta permasalahannya.

B.Saran
Sejalan dengan isi diatas dan buku yang dipakai penulis memberi saran bahwa kata-kata
ataupun kalimat yang digunakan maksud atau artinya lebih diperjelas agar pembaca lebih
memahami isi buku tersebut dan bila perlu disertakan dengan gambar agar lebih menarik.
Daftar Pustaka
Prayitno dan Erman Amti. Dasar–Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: Rineka
Cipta.2018

Anda mungkin juga menyukai