0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
365 tayangan2 halaman

Berdamai Dengan Diri Sendiri

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 2

Berdamai dengan Diri Sendiri

Hidup itu lucu ya..


yang dicari, hilang
yang dikejar, lari
yang ditunggu, pergi…
Pernah sekali di hidup saya merasa berada di posisi terendah di hidup saya. Seperti kata – kata
diatas yang saya kutip dari salah satu film favorit saya. Saat itu, saya seperti memiliki segalanya
dan kondisi saya sedang menggapai sesuatu, hingga saya lupa bagimana berinteraksi dengan
orang karena terlalu berambisi untuk mendapatkannya. Lalu masalah demi masalah menghampiri
saya, cita cita itu tidak saya dapatkan dan orang – orang disekitar saya pergi karena saya
menyebalkan saat itu baginya. Untuk saya saat itu, sendirian dan tidak bersosialisasi adalah jalan
yang terbaik pikir saya. Semua orang menghindar dan mencemooh saya. Yang saya hanya
lakukan hanyalah dirumah, berdiam diri hingga tidak sadar bahwa saya telah merusak diri
sendiri. Karena psikis saya yang buruk membuat saya mengalami ‘eating disorder’ yang
sebelumnya berat badan saya 45kg turun drastic hingga 40kg. saya kehilangan 5kg yang menurut
saya cukup banyak bukan karena sibuk dan bekerja keras, namun berat badan saya digerogoti
habis oleh pikiran. 1 bulan saya mendetoks diri dari sosial dan sama sekali tidak bermain social
media, disitu saya banyak menghabiskan waktu dengan berlari dan memasak karena menurut
saya itu dapat mengalihkan pikiran saya. Jujur saya takut untuk keluar karena saya merasa tidak
sanggup melihat orang lain bahagia. Mungkin terdengar egois tapi selama ini kebahagiaan selalu
menghampiri saya, dan ketika badai itu datang. Saya hancur, namun sesungguhnya sebagai
manusia kita tidak seharusnya mengumpat pada badai atau menunggu badai itu reda, karena
kehidupan tentang bagaiman kita berjalan dalam badai.
Setelah cukup waktu untuk menenangkan diri sendiri, saya kembali. Saya kembali dengan
banyak harap dan doa. Namun, badai tidak sampai disitu saja. Ada banjir yang menenggelamkan
saya, saya kehilangan orang yang sangat saya kasihi. Orang yang memberi banyak kenangan
indah beberapa tahun terakhir. Ia pergi karena lelah karenaku. Ia lelah harus menungguku saat
dalam fase healing. Disitu yang dapat saya lakukan hanya menyalahkan diri sendiri, saya
memojokkan diri sendiri. Saya yang berharap banyak saat kembali tiba tiba orang yang menjadi
pegangan saya hilang. Namun saya terlalu lelah untuk bersedih, air mata saya habis. Terlalu
banyak tragedy akhir – akhir ini. Saya banyak mempertanyakan kebenaran dari peristiwa ini.
Saya mencarinya di buku, di jalanan, di langit malam, dan kepada orang – orang. Jawabannya
selalu sama, jawabannya yaitu aku tidak sepenuhnya salah karena saya memiliki hak sepenuhnya
untuk melakukan segala hal menurut kata hati saya karena sesungguhnya yang dapat mengerti
diri kita adalah diri kita sendiri bukan orang lain. Tentang saya yang menghilang 1 bulan karena
healing tidak ada kesalahan disitu karena walaupun kehilangan orang lain setidaknya saya tidak
kehilangan diri sendiri.
Ketika hati ini sudah sedikit demi sedikit menerima keadaan, sekarang tentang manusia
disekitarku yang menganggap orang yang gagal itu bukan manusia, mungkin mereka berfikir
bahwa orang yang gagal adalah orang yang tidak memiliki masa depan, jujur saya lelah ketika
harus diperlakukan tidak seperti manusia. Mereka kecewa dengan saya dan saya mengerti karena
kecewa itu wajar, kita sebagai manusia tidak akan pernah sempurna dan tidak akan tidak sama
sekali membuat kesalahan. Kesalahannya adalah karena mereka yang terlalu banyak berharap
pada manusia. Sejatinya orang yang terpuruk itu diangkat lalu dibantunya berdiri bukan
meninggalkannya dan banyak menyalahkannya. Saya tidak sempurna, saya memiliki banyak
salah namun saya ingin lingkungan saya mendukung saya.
Harapan terakhir saya ternyata sama sekali tidak dapat membuat saya berharga sekalipun, saat
fase itu saya banyak mencari pembenaran lagi atas apa yang terjadi dalam hidup sayan namun
kali ini saya mencarinya secara spiritual. Saya mencarinya dalam ceramah agama yang
sebelumnya saya tidak pernah menyukai ceramah apapun, di dalam literature pun juga saya cari,
namun 1 yang sangat membantu saya dalam penemuan itu. Yaitu bercerita langsung kepada Sang
pemilik segalanya, Tuhan. Saya menghabiskan waktu untuk berhubungan langsung denganNya
di malam hari. Karena setelah saya sadari, memang tidak ada seorang pun yang dapat kita
andalkan selain Sang Pencipta. Doa saya saat itu hanya ingin dilapangkan kesabaran saya dalam
menghadapi banyak ujian akhir – akhir ini karena sungguh hati ini tidak pernah tenang dan doa
agar apapun yang direncanakanNya adalah yang terbaik untuk kita. Dan apapun yang pernah
saya lakukan baik itu yang baik dan buruk itu semua wajar dan kita memiliki hak untuk
melakukan segala hal atas kehendak kita. Dan sekarang saya sadar kalau kita memang tidak bisa
mengontrol apa yang dunia ini berikan ke kita, jadi fase gagal, stress, kesepian, dan marah itu
wajar. Hal itu bukanlah aib atau hal yang pantas direndahkan . karena sejatinya masing – masing
orang memiliki batas kemampuannya masing – masing dan saya yakin semua orang juga pernah
merasakan hal tersebut dan mereka juga sedang belajar memenejemen permasalahan dan
keluhannya masing – masing. Karena ternyata memenejemen emosi dan stress itu sangat penting
dan jangan sampai kita menyalahkan diri sendiri atas apa yang tidak sesuai dengan ekspetasi
kita.
Memang benar adanya apabila orang yang paling mengerti diri sendiri adalah kita sendiri namun
terkadang hal tersebut tidak sepenuhnya benar, karena ada saat kita berada di fase kita ini mau
ngapain sampai disini? Atau mengapa kita selalu tertekan yang tandanya bahwa kita kurang
refleksi, kita terlalu focus sama kehidupan dunia. Dan jangan selalu menyalahkan diri sendiri
saat berada di posisi terendah. Dan baiknya kita memahami, menerima , dan menyayangi diri
sendiri dengan rutin menganalisis diri setiap minggu atau setiap bulan. Pilah apa yang bikin
tertekan atau apa yang ingin kita kembangkan dan menerima. Menerima bahwa kita manusia,
manusia tidak ada yang sempurna dan tidak bisa menghandle semua masalah sendiri dalam satu
waktu dengan hasil yang sesuai ekspetasi. Banyak error dan failure dalam hidup kita, kita hanya
perlu banyak bersyukur, menerima, sabar, ikhlas. Sampai hari kita lelah dan berserah, saat itu
semesta bekerja. Beberapa hadir dalam rupa sama, beberapa lebih baik dari rencana.

Anda mungkin juga menyukai