0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
105 tayangan93 halaman

Laporan PKP Karmila

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 93

BAB1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Matematika adalah salah satu ilmu yang tidak pernah lepasdari
kegiatan sehari-hari. Matematika mempunyai peran dan manfaatyang
besar dalam kehidupan. Hampir setiap kegiatan yang kita
lakukanberkaitan dengan ilmu matematika. Di setiap satuanpendidikan,
matematika merupakan mata pelajaran pokok, seperti pada tingkatsatuan
pendidikan pertama, yaitu Sekolah Dasar (SD). Di SekolahDasar, mata
pelajaran matematika sudah diajarkan sejak kelas satu hinggakelas enam.
Proses pembelajaran matematika disesuaikan tingkat perkembangan
dan karakteristik siswa. Siswa SD jika dilihat dari tingkat
perkembangannya masih dalam tahap operasional konkret, dimana dalam
memahami materi, Guru perlu memberikan penguatan dengan contoh
konkret sesuai perkembangan siswa dan materi yang akan dipelajarinya.
Heruman (2007:1) menyatakan bahwa sebagai berikut. “Siswa sekolah
dasar berusia antara 6 dan 7 tahun sampai dengan 12 dan 13 tahun pada
umumnya. Menurut Piaget, anak berada pada fase operasional konkret.
Kemampuan yang nampak pada tahapan ini yaitu kemampuan pada
proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah logika, meskipun objek
masih bersifat abstrak. Padatahap perkembangan kognitif, terikat dengan
objek konkret, dapat dilihat oleh panca indera siswa. Siswa memerlukan
alat yang dapatmembantu, berupa media dan alat peraga yang dapat
memperjelas materi pelajaran yang akan disampaikan oleh Guru
sehingga materi akan lebih mudah dipahami dan dimengerti siswa”.
Namun, kenyataannya di lapangan matematika dirasakan hanya
sebagian besar dari mata pelajaran yang sulit untuk dipahami dan kurang
menyenangkan oleh siswa. Hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor,
di antaranya : (1) masih banyak Guru yang belum memperhatikan

1
perkembangan kognitif siswa yang berada pada tahap operasional
konkret, (2) kurangnya pemberian penguatan dari Guru kepada siswa
sesuai tahap perkembangannya, dalam penyampaian materi tentang
pemahaman matematika yang masih bersifat abstrak, sehingga proses
pembelajaran cenderung monoton, dan (3) kurangnya keterlibatan siswa
dalam pembelajaran, dimana siswa lebih bersikap pasif saat proses
pembelajaran Terkait dengan kesulitan memahami materi khususnya
pada pokok bahasan materi pembagian bilangan asli, ternyata juga
dirasakan oleh siswa kelas II SD Negeri No.12 Timbogading. Hal ini
juga dapat dimungkinkan siswa sendiri memiliki bekal yang kurang,
Dalam arti siswa belum siap menerima materi pelajaran khususnya
tentang pembagian bilangan asli yang masih bersifat abstrak seperti
materi pemahaman pembagian bilangan asli. disamping itu, rencana
pembelajaran, alat peraga, metode, dan alat evaluasi yang telah
dipersiapkan Guru, serta penerapan pembelajaran yang akan digunakan
Guru bisa turut mempengaruhi keadaan tersebut.
Dalam proses pembelajaran siswa mungkin tidak terlibat secara
aktif, sehingga Guru tidak mengeksplorasi kemampuan dasar dan
kemampuan siswa tentang penyelesaian masalah pembagian bilangan
asli. Hal itu bertentangan teori belajar Bruner, (Sugihartono, dkk, 2007:
112) yaitu faktor yang perluh diperhatikan dalam pembelajaran adalah :
“(1) Guru bertindak sebagai fasilitator, mengecek pengetahuan siswa dari
pengetahuan yang telah diketahuinya dan menyediakan sumber belajar
serta pertanyaan yang bersifat terbuka. (2) siswa membangun
pemaknaannya dengan eksplorasi, manipulasi dan berpikir. (3)
penggunaan teknologi dalam pengajaran, sebaiknya melihat bagaimana
teknologi tersebut bekerja dengan apa adanya, dari hanya sekedar
diceritakan oleh Guru”.
Sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual pada siswa SD yang
masih dalam tahap operasional konkret, maka setiap konsep yang bersifat
abstrak perlu dikonkretkan, dengan selain siswa dapat menemukan

2
sendiri berbagai pengetahuan, materi pelajaran dan pengetahuan konsep
yang baru dipelajari akan lebih bertahan lama dalam memori siswa,
sehingga akan melekat pada cara pikir dan tindakannya. Hal ini sejalan
dengan penerapan teori Bruner (Heruman, (2007: 4) yang menyatakan
bahwa pada pembelajaran matematika harus ada keterkaitan antara
pengalaman belajar siswa sebelumnya yaitu pengalaman belajar
yang pernah dialami siswa dengan materi yang akan diajarkan, dan
dapat disimpulkan belajar merupakan suatu proses aktif yang
memungkinkan siswa untuk menemukan hal-hal yang baru diluar
informasi yang diberikan kepada dirinya.
Permasalahan yang berkaitan dengan hasil belajar siswa
pada pembagian di atas adalah bagaimana memberikan penjelasan dan
cara menanamkan pengertian operasi pembagian bilangan asli secara
konkret agar mudah dipahami siswa. Permasalahan yang ada harus
segera dicarikan solusinya agar tidak berlarut dan mempengaruhi
penguasaan konsep matematika padatingkat dan jenjang berikutnya.
Mengingat Pembagian merupakan bagian dari berbagai macam
perhitungan yang terus beriringan dengan penjumlahan, pengurangan
maupun perkalian. Siswa diharapkan dapat memahami konsep
perhitungan sebagai bekal melanjutkan kehidupan di masyarakat.
Berdasarkan uraian permasalahan diatas, Peneliti bersama Guru sepakat
untuk mengadakan dan melakukan penelitian tindakan kelas sebagai
salah satu solusi untuk meningkatkan hasil belajar pembagian bilangan
asli siswa kelas II SD Negeri 12 Timbogading melalui penerapan teori
Bruner.
Berdasarkan hal di atas dalam penelitian terdapat sejumlah
permasalahan sebagai berikut.
1). Proses pembelajaran yang kurang melibatkan siswa dan kurang
menarik.
2). Penerapan pendekatan pembelajaran kurang sesuai dengan tingkat
perkembangan siswa.

3
3). Guru cenderung memindahkan hal yang telah dimiliki tanpa
melibatkan siswa untuk dapat mengeksplor pengetahuan dasar siswa.
4). Rendahnya kemampuan siswa dalam pemahaman pembagian
bilangan asli.
5). Belum adanya penerapan pembelajaran teori Bruner pada tiga tahap
pembelajaran yaitu tahap ikonik, simboli,dan enaktif, yang sesuai
dengan perkembangan siswa secara bertahap dari yang mudah ke
yang sulit, yang sederhana ke yang rumit, dan dari nyata atau
konkret ke yang abstrak.

B. PERUMUSAN MASALAH
Terdapat rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana
meningkatkan hasil belajar siswa kelas II dengan penerapan teori Bruner
pada pembagian bilangan asli SD Negeri No. 12 Timbogading,
Kecamatan Pamboang, Kabupaten Majene?”

C. TUJUAN PERBAIKAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar
pembagian bilangan asli melalui penerapan teori Bruner.

D. MANFAAT PERBAIKAN
Penelitian ini akan memberikan manfaat kepada berbagai pihak
yakni
Guru, peneliti dan siswa yaitu sebagai berikut.
1) Bagi Guru, penelitian ini memberikan pengalaman langsung dan
masukan untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa,
khususnya mata pelajaran matematika yaitu dalam materi pembagian
bilangan asli.
2) Bagi Peneliti, penelitian ini menjadi sarana untuk memenuhi tugas
akhir sebagai salah satu syarat kelulusan studi strata I sekaligus
menambah bekal untuk profesinya kelak.

4
3) Bagi siswa, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengalaman
belajar siswa sehingga diharapkan ada peningkatan prestasi belajar.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Hasil Belajar


Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam
proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar memberikan
informasi bagi Guru tentang kemajuan siswa dalam mencapai tujuan
belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut
Guru dapat menyusun dan membina kegiatan siswa lebih lanjut, untuk
keseluruh kelas maupun individu.
Memberikan gambaran bahwa hasil belajar yang diperoleh dapat
diukur melalui kemajuan yang diperoleh siswa setelah belajar dengan
sungguh-sungguh.Hasil belajar nampak terjadinya perubahan tingkah
laku pada siswa yang diamati dan diukur melalui perubahan sikap dan
keterampilan (Hamalik, 2006: 155). Perubahan tersebut dapat diartikan
terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan
dengan sebelumnya.
Hasil belajar dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari
sisi Guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan
mental yang lebih baik dibandingkan pada saat sebelum belajar (Dimyati
dan Mudjiono, 2006). Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud
pada jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi
Guru, hasil belajar merupakan waktu terselesaikannya bahan pelajaran. 
Hasil belajar merupakan bukti tanda keberhasilan yang telah dicapai
siswa. Dimana setiap kegiatan belajar menimbulkan suatu perubahan
yang khas (Udin S. Winataputra 2007).Dalam hal ini belajar meliputi
keterampilan proses,keaktifan, motivasi juga prestasi belajar. Prestasi
adalah kemampuan seseorang dalam menyelesaikan suatu kegiatan.

6
Menurut Slameto (2008:7) hasil belajar adalah sesuatu yang
diperoleh dari suatu proses usaha setelah melakukan kegiatan belajar
yang dapat diukur dengan menggunakan tes guna melihat kemajuan
siswa”. Lebih lanjut Slameto (2008:8) mengemukakan bahwa ”hasil
belajar diukur dengan rata-rata hasil tes yang diberikan dan tes hasil
belajar itu sendiri adalah sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas yang
harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan mengukur
kemajuan belajar siswa.
Berdasarkan Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi
dicapai melaui tiga kategori ranah antara lain,
1)Kognitif, yaitu berkenaan hasil belajar intelektual terdiri atas 6 aspek
yaitu pengetahuan, sintesis , pemahaman, penerapan, analisisi, dan
penilaian.
2) Afektif, yaitu berkenaan dengan siskap dan nilai. Ranah afektif
meliputi jenjang kemampuan  yaitu menerima, menjawab atau
mereaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atu
kompleks nilai.
3)Psikomotor, yaitu keterampilan motorik, manipulasi benda-benda,
koordinasi neuromuscular ( menghubungkan, mengamati ).
Berdasarkan teori dari para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan
yang telah dilakukan berulang-ulang dan tersimpan dalam jangka waktu
yang lama bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar
selalu mencapai hasil yang lebih baik dalam membentuk individu,
sehingga akan merubah cara berfikir serta menghasilkan  perilaku kerja
yang lebih baik.
Sehubungan dengan itu, Gagnedalam (Sudjana, 2010: 22)
mengembangkan kemampuan hasil belajar menjadi lima macam
diantaranya:
1)   Hasil belajar intelektual merupakan hasil terpenting dari sistem
lingsikolastik.

7
2)    Strategi kognitif yaitu mengatur cara belajar dan berfikir seseorang
dalam arti seluas-luasnya termaksuk kemampuan memecahkan
masalah.
3) Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah intensitas emosional
dimiliki seseorang sebagaimana disimpulkan dari kecenderungan
bertingkah laku terhadap orang dan kejadian.
4)   Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta.
5) Keterampilan motorik yaitu kecakapan yang berfungsi untuk
lingkungan hidup serta memprestasikan konsep dan lambang.
Untuk mengetahui hasil belajar seseorang dilakukan dengan
melakukan tes dan pengukuran. Tes dan pengukuran memerlukan alat
untukmengumpulkan data yang disebut dengan instrumen penilaian hasil
belajar. 

B. Penerapan Teori Bruner


Belajar seringkali dikaitkan dengan suasana yang monoton, dimana
siswa hanya dapat menerima pelajaran dari Guru dan bersifat pasif.
Belajar seperti ini harus segera diatasi dengan perubahan pemikiran dari
para pelaku pembelajar terutama Guru dan peserta didik yaitu siswa.
Untuk dapat mempelajari ilmu, proses pembelajaran diupayakan dapat
menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga akan membuat siswa
terlibat secara aktif, kreatif, dan mandiri. Untuk dapat lebih memudahkan
siswa menguasai kompetensi terutama dalam pembelajaran matematika,
Guru dapat melibatkan siswa dengan lingkungannya, karena lingkungan
merupakan salah satu objek yang dekat dengan siswa dalam kehidupan
sehari-hari. Menurut Bruner (Sugihartono, dkk. 2007: 111) belajar itu
bersifat aktif bekaitan dengan siswa berinteraksi lansung dengan
lingkungannya melalui eksplorasi dan manipulasi, membuat pertanyaan
dan eksperimen pada ide Discovery Learning.
Dalam teorinya yang diberi judul Teori Perkembangan Belajar,
Jerome S Bruner (Sri Subarinah, 2006: 3-4) menekankan proses belajar

8
menggunakan model mental, yaitu individu yang belajar mengalami
sendiri apa yang dipelajarinya agar proses tersebut melekat lebih lama
dalam pikirannya dengan caranya sendiri. Bruner membagi proses belajar
dalam tiga tahapan, yaitu :
a. Tahap Kegiatan (enaktive)
Pada tahap ini anak belajar melalui benda riil atau mengalami
peristiwa di sekitarnya. Anak dalam belajar masih menggunakan cara
gerak refleks, coba-coba, dan belum harmonis. Ia melakukan
manipulasi benda-benda dengan cara menyusun, mengurutkan,
mengutak-atik, atau melakukan gerak lain yang bersifat coba-coba.
b. Tahap Gambar Layangan (iconic)
Pada tahap ini, anak telah dapat mengubah, menandai, dan
menyimpan peristiwa atau benda riil dalam bentuk bayangan mental
dibenaknya.
c. Tahap Simbolik (symbolic)
Pada tahap terakhir anak dapat menyatakan bayangan mentalnya
dalam bentuk simbol dan bahasa, sehingga mereka sudah memahami
simbol-simbol dan menjelaskan dengan bahasanya.
Menurut Teori Bruner (Gatot Muhsetyo, dkk. 2011: 1.12)
perkembangan mental, yaitukemampuan mental anak yang berkembang
secara bertahap mulai dari yang sederhana ke rumit, mulai dari yang
mudah ke yang sulit, dan mulai dari yang nyata atau konkret ke yang
abstrak. Urutan tersebut dapat membantu peserta didik untuk mengikuti
pelajaran dengan lebih mudah. Urutan bahan yang dirancang biasanya
juga terkait usia atau umur anak.Bruner menyebutkan ada tiga tingkatan
yang perlu diperhatikan untuk mengakomodasikan keadaan peserta didik,
yaitu (a) enactive (manipulasi objek langsung), (b) symbolic (manipulasi
simbol), (c) iconic (manipulasi objek tidak langsung). Penggunaan
berbagai objek atau benda konkret dalam berbagai bentuk dilakukan
setelah melalui pengamatan yang teliti, bahwa memang benar objek itu
yang diperlukan. Sebagai contoh anak SD kelas II, mereka tentu dalam

9
situasi enactive, artinya matematika lebih banyak diajarkan dengan
manipulasi objek langsung dengan memanfaatkan kerikil, kelereng,
manik-manik, bola, potongan kertas, kotak, karet, sedotan dan
sebagainya, dan masih menghindari penggunaan langsung simbol-
simbol, huruf dan lambang-lambang operasi yang berlebihan.
Pembahasan tentang teori belajar menurut Bruner (Dr. J. Tombokan
Runtukahu, 1996: 60-61) akan meliputi tingkat-tingkat perkembangan
anak dan pengajaran matematika menurut Bruner.
1. Tingkat-tingkat Perkembangan Anak
Bruner telah menyusun teori belajarnya dalam konteks
matematika. Ia mengatakanbahwa belajar terdiri dari pembentukan
konsep yang merupakan perwujudan abstrak dalam berbagai bentuk
fisik yang berbeda (Liebeck, 1984). menurut Bruner, anak-anak
membentuk konsep matematikanya melalui tiga tahap, yaitu:
a. Tahap enaktif. Dalam tahap enaktif, siswa langsung terlibat dalam
manipulasi objek-objek.
b. Tahap ikonik. Dalam tahap ini, kegiatan yang dilakukan siswa
berhubungan dengan kegiatan mentalnya terhadap objek-objek
yang dimanipulasinya.
c. Tahap simbolik. Dalam tahap ini, siswa memanipulasi simbol atau
lambang objek-objek tertentu. Siswa mampu menggunakan notasi
tanpa tergantung pada objek-objek nyata.
Liebeck (1984) menghubungkan tahap enaktif dengan pengalaman
fisik, tahap ikonik dengan representasi gambar-gambar, dan tahap
simbolik dengan bahasa lisan dan bahasa tulisan. Pengalaman fisik,
gambar, dan bahasa sangat penting dalam pengajaran matematika bagi
anak-anak berkesulitan belajar. Dari beberapa uraian di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa pembelajaran pada umumnya dan khususnya pada
materi yang masih bersifat abstrak harus dapat dikonkretkan sehingga
akan lebih mudah dipahami siswa.

10
Dalam mengajarkan matematika, Bruner menganjurkan agar guru-
guru memperhatikan predisposisi anak terhadap belajar, cara dimana
struktur pengetahuan diajarkan, urutan pengajaran, motivasi dan imbalan
(Liebeck, 1984).
a. Predisposisi murid dalam belajar
Keinginan murid dalam belajar matematika harus disalurkan pada
penemuan terbimbing dan memilih penyajian yang tepat dan kegiatan-
kegiatan yang akan dilaksanakannya. Penyajian matematika dapat
berupa gambar dan simbol matematika yang cocok.
b. Struktur matematika yang akan diajarkan
Kita perlu membuat soal-soal latihan yang menekankan pada
pembentukan konsep matematika. Soal-soal latihan 2 + 5 dan 5 + 2; 6
x 2 dan 2 x 6 (sifat komutatif); 8 + 2 = ..., 8 + ... = 10, 10 = ... + ...;
menemukan bilangan-bilangan segitiga adalah tiga contoh soal
pembentukan konsep.
c. Urutan pengajaran matematika
Urutan pengajaran dapat mempermudah siswa belajar. Selain
urutan pengajaran, kita juga perlu menyiapkan beberapa cara belajar
matematika bagi siswa berkesulitan belajar. Ada cara yang cocok
untuk siswa yang satu, ada cara yang cocok untuk siswa yang lain.
dengan menyediakan beberapa cara belajar, guru telah memperhatikan
kebutuhan individual siswanya. Sebagai contoh, ada siswa yang cocok
belajar nilai tempat dengan menggunakan kalkulator, siswa yang lain
dengan lidi, anak yang lain dengan berbelanja (bermain toko-tokoan
yang dilaksanakan di kelas). Selanjutnya, pengajaran berbagai
gagasan matematika harus mulai dari yang sederhana. Misalnya,
menggunakan bahasa yang belum tepat yang sampai pada gagasan
yang lebih kompleks.
d. Motivasi dan imbalan
Siswa harus merasakan bahwa apa yang dikerjakan mempunyai
maksud. Pengetahuan matematika yang diperolehnya harus berguna

11
bagi diri siswa. Agar supaya mereka merasakan kegunaan belajar
matematika, kita perlu memberikan motivasi. Dengan adanya motivasi
akan terjadi kepuasan dalam diri siswa. Misalnya, kita mengarahkan
mereka menemukan sendiri jawaban soal dan jika berhasil mereka
akan puas.
Teori Bruner (Sugihartono, dkk. 2007: 112) faktor-faktor yang harus
diperhatikan dalam pembelajaran sebagai berikut.
1. Guru harus bertindak sebagai fasilitator, mengecek pengetahuan yang
dimiliki siswa sebelumnya, menyediakan sumber-sumber belajar dan
menanyakan pertanyaan yang bersifat terbuka.
2. Siswa membangun pemaknaannya melalui eksplorasi, manipulasi dan
berpikir.
3. Penggunaan teknologi dalam pengajaran, siswa sebaiknya melihat
bagaimana teknologi tersebut bekerja daripada hanya sekedar
diceritakan oleh Guru.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa teori Jerome Bruner
berkaitan dengan perkembangan mental, yaitu kemampuan mental anak
berkembang secara bertahap mulai dari sederhana ke yang rumit, mulai
dari yang mudah ke yang sulit, dan mulai dari yang nyata atau konkret ke
yang abstrak. Dalam penerapan pembelajarannya, Bruner menyebutkan
tiga tingkatan yang perlu diperhatikan dalam mengakomodasikan
keadaan peserta didik, yaitu (a) enactive (manipulasi objek langsung), (b)
iconic (manipulasi objek tidak langsung), (c) symbolic (manipulasi
simbol). Teori belajar ini membebaskan siswa untuk belajar menemukan
pengetahuan baru dari pengetahuan yang telah dimilikinya,
sehingga pembelajaran akan lebih bermakna dan dapat lebih dipahami
siswa.

C. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar (SD)


Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari matematika.
Pembelajaran matematika diajarkan mulai dari jenjang SD sampai

12
perguruan tinggi. Pembelajaran matematika di SD bertujuan untuk
mempersiapkan siswa dalam menghadapi perkembangan zaman.
Berdasarkan Standar Isi (2006: 148), mata pelajaran matematika
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
a)Menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau
algoritma, secara luwes, efisien, akurat, dan tepat, dengan pemecahan
masalah pada berbagai konsep matematika
b)Melakukan manipulasi matematika dengan membuat generalisasi,
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika.pada penalaran sifat dan pola matematika.
c)Memecahkan masalah yang terkait dengan kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh.
d)Mengomunikasikan gagasan dengan diagram, simbol, tabel, atau media
lainnya untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e)Memiliki sikap menghargai, mempunyai rasa ingin tahu, minat dalam
mempelajari matematika, perhatian, dan sikap ulet serta percaya diri
dalam pemecahan masalah pada matematika dalam kehidupan.
Dari kelima tujuan mata pelajaran matematika berdasarkan Standar
isi di atas, pada intinya tujuan akhir dari mata pelajaran matematika di
Sekolah Dasar adalah agar siswa dapat menggunakan berbagai konsep
matematika untuk memecahkan masalah.
Pembelajaran matematika dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan penerapan teori Bruner, dimana penerapan pembelajaran
teori Bruner merupakan salah satu penerapan pembelajaran yang sesuai
dan erat kaitanya dengan tingkat perkembangan intelektual siswa SD.
Penerapan pembelajaran teori Bruner dengan tiga tahap pembelajarannya
yaitu tahap enaktif, ikonik dan simbolik. Penerapan teori belajar Bruner
dipilih untuk dapat mempermudah siswa memahami konsep pembagian
bilangan asli yang mempunyai Standar Kompetensi (SK) yaitu

13
melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka.
Kompetensi Dasar (KD) yaitu melakukan pembagian dua angka.

D. Pemahaman Konsep Pembagian Bilangan Asli


1. Pemahaman Konsep
Istilah pemahaman konsep dibentuk oleh dua kata yaitu
pemahaman dan konsep. Dimana masing-masing kata mempunyai arti
tersendiri. Pemahaman dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti
proses atau perbuatan mengerti benar tentang suatu hal. Menurut
Ngalim Purwanto (2010: 114) pemahaman adalah tingkat kemampuan
seseorang untuk menangkap arti atau makna dari sesuatu yang
dipelajari dan yang terlihat antara lain dalam kemampuan seseorang
menafsirkan informasi. Lebih lanjut Bloom (Gulo, 2002: 59)
menyatakan bahwa pemahaman (comprehension) adalah kemampuan
untuk mengerti melalui kegiatan mental intelektual yang
mengorganisasikan materi yang telah diketahui. Dalam rumusan
tujuan pembelajaran berdasarkan taksonomi Bloom dalam Swardi
(Martinis Yamin, dkk. 2009: 33) memahami termasuk dalam level
kedua penilaian ranah kognitif, yang mempunyai indikator kompetensi
sebagai berikut: menerjemahkan, mengubah, menganalisasi,
menguraikan dengan kata-kata sendiri, meringkas, membedakan,
mempertahankan, menyimpulkan, berpendapat dan menjelaskan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman
merupakan tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan,
misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri dari sesuatu
yang telah dibaca atau yang didengarnya, memberi contoh lain dari
yang telah dicontohkan, atau menggunakan teori atau cara yang telah
diketahui dalam permasalahan lain. Untuk dapat lebih memahami
konsep pembagian bilangan asli, siswa harus mengenal objek yang
dipelajari terlebih dahulu. Dalam pembelajaran matematika materi
pembagian bilangan asli, siswa akan dapat lebih memahami konsep

14
pembagian bilangan asli dimulai dengan mengenal objek secara
langsung yaitu melalui bantuan alat peraga, manipulasi alat peraga,
dan mengenal simbol-simbol matematika.
Dalam taksonomi Bloom, yaitu kemampuan memahami setingkat
lebih tinggi dari pengetahuan. Namun, tidak berarti bahwa
pengetahuan tidak perlu ditanyakan sebab, untuk dapat memahami,
perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal. Menurut Sudrajat
(Nana Sudjana, 2006: 24) pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga
kategori sebagai berikut.
a.Tingkat pertama adalah pemahaman terjemahan, mulai dari
terjemahan arti yang sebenarnya, misalnya dari bahasa Inggris ke
dalam bahasa Indonesia, mengartikan Merah Putih, mengartikan
Bhineka Tunggal Ika.
b.Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni
menghubungkan pengetahuansebelumnya dengan pengetahuan yang
akan diketahui, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik
kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok.
c.Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman
ekstrapolasi. diharapkan seseorang melihat di balik yang tertulis,
dapat membuat ramalan konsekuensi atau dapat memperluas
persepsi dalam arti waktu, kasus, dimensi, ataupun masalahnya.
Kata konsep dalam kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
rancangan, ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.
(gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa,
yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain). Oemar
Hamalik (2010:162) menyatakan konsep yaitu suatu kategori stimuli
yang memiliki ciri-ciri umum. Konsep dalam matematika menurut Karso,
dkk. (2005: 2.14) adalah ide abstrak yang dapat digunakan, yang
memungkinkan dan yang memudahkan orang dapat mengelompokkan
suatu objek atau kejadian kedalam contoh atau yang bukan merupakan
contoh.

15
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemahaman
konsep merupakan suatu kegiatan seseorang dengan kemampuan yang
dimiliki mengartikan ide-ide yang masih bersifat abstrak. Jika dikaitkan
dengan tingkat perkembangan siswa SD terutama kelas II, bahwa untuk
dapat mempermudah siswa memahami konsep khususnya materi
pembagian bilangan asli, dan untuk dapat mengaplikasikan pembelajaran
yang disampaikan guru, siswa perlu mengenal dan mempelajari suatu
konsep pembagian bilangan asli mulai dari melakukan pembagian
bilangan asli menggunakan bantuan benda konkret, manipulasi benda
konkret, sampai pada mengenal simbol-simbol yang masih bersifat
abstrak sebagai penanaman konsep bagian dari proses pemahaman
konsep. Heruman (2007: 3) menyatakan pemahaman konsep merupakan
lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih
memahami suatu konsep matematika.

2. Pembagian bilangan asli


a. Definisi Bilangan Asli
Bilangan asli memiliki asal dari kata yang digunakan untuk
menghitung benda-benda, mulai dari bilangan satu. Dalam kamus
matematika, disebutkan bahwa bilangan asli merupakan bilangan yang
biasa digunakan untuk menghitung sehari-hari, yaitu bilangan 1, 2, 3, 4,
5, .... dilanjut dengan pendapat ST. Negoro dan B. Harahap (2005: 34)
yang menyebutkan bilangan asli adalah bilangan-bilangan 1, 2, 3, 4, 5,
6, .... Jadi himpunan semua bilangan asli adalah: {1, 2, 3, 4,
5, ....}.Bilangan asli biasanya dilambangkan dengan huruf A. Bilangan
0, bukan bilangan asli. Ada 4 golongan bilangan asli, yaitu:
1) Bilangan genap: 2, 4, 6, 8, ....
2) Bilangan ganjil: 1, 3, 5, 7, ....
3) Bilangan prima: 2, 3, 5, 7, 11, ...dan
4) Bilangan komposit, misalnya, 4, 6, 8, 9, 10, ....

16
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan bilangan asli adalah bilangan yang terdiri bilangan-bilangan 1, 2,
3, 4, 5, 6, .... Bilangan asli dimulai dari satu. Bilangan Asli juga
merupakan salah satu konsep matematika yang paling sederhana dan
termasuk konsep pertama yang bisa dipelajari serta dimengerti oleh
manusia. Jenis pertama dari bilangan untuk membilang dan menghitung.
b. Pemahaman konsep pembagian bilangan asli
Konsep pembagian bilangan asli sangat perlu diberikan kepada
siswa sekolah dasar yang jika dibandingkan dengan operasi hitung
lainnya. Menurut Heruman (2007: 26-30) pembagian merupakan lawan
dari perkalian. Pembagian disebut juga pengurangan berulang sampai
habis. Kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa dalam
mempelajari konsep pembagian adalah pengurangan dan perkalian.
Operasi hitung pembagian merupakan pengajaran yang sulit
dipahami. Menurut J. Tombokan Runtukahu (2006: 114) operasi
pembagian merupakan operasi hitung tersulit yang dipahami peserta
didik, terutama jika mereka mengalami kesulitan belajar. Oleh karena itu,
banyak dijumpai suatu kasus kesulitan belajar pada siswa kelas tinggi
bahkan siswa SMP yang cenderung kurangnya pemahaman dasar dalam
memahami konsep pembagian. Daitin Tarigan (2006: 49) pada
pemahaman konsep pembagian bilangan asli perlu memperhatikan cara-
cara di bawah ini.
1) Menanamkan pengertian pembagian dengan “Dibagi Dua”. Dalam
penanaman pengertian pembagian dengan “Dibagi Dua”
menggunakan benda konkret sebagai tahap pertama (enaktif) Guru
dan siswa memperagakan pembagian yang kemudian menggunakan
manipulasi benda dengan gambar sebagai tahap kedua (ikonik),
karena konsep pembagian yang sederhana inimungkin telah dikenal
siswa dalam kehidupan sehari-hari.
2) Setelah siswa memahami tahap awal dengan dibantu adanya
penerapan teori Bruner yang menggunakan 3 tahap pembelajaran,

17
tahap selanjutnya adalah “menghubungkan antara pembagian dan
perkalian”. Pengetahuan anak tentang perkalian sampai 100 akan
membantu pengetahuannya dalam pembagian.
3) Salah satu faktor tidak diketahui.
3 x . . . . = 12 12:....=4
. . . . x 4 = 12 ....: 4 = 3
Penggunaan benda konkret dalam pembelajaran sangat membantu
siswa dalam memahami suatu konsep materi yang dipelajari. Oleh karena
itu perlu adanya penguatan dalam setiap pemahaman konsep suatu materi
yang diberikan. Penguatan pembelajaran disini dengan penerapan teori
Bruner yang telah tercakup dalam tiga tahap pembelajaran yaitu enaktif,
ikonik dan simbolik.

E. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar


Pembelajaran akan lebih bermakna khususnya dalam pelajaran
matematika apabila disesuaikan dengan karakteristik perkembangan
siswa, serta adanya suatu inovasi dalam pembelajaran yang dilakukan
oleh guru. Oleh karena itu, Guru perlu memahami bagaimana
karakteristik ilmu matematika dan juga perkembangan siswa SD
sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
Berdasarkan rentang usia umumnya, siswa dibangku SD berada pada
antara 6-7 tahun pada kelas awal, hingga 12-13 tahun atau lebih pada
kelas akhir dengan rentang panjang antara 6 hingga 13 tahun tersebut,
siswa SD menempati fase perubahan dan perkembangan yang bertingkat
pula. Piaget (Sugihartono, 2007: 109) dalam teori perkembangannya
membagi 4 fase perkembangan anak sebagai berikut.
1. Sensori motorik
Ini adalah fase untuk anak usia 0-2 tahun. Pada fase ini perilaku
anak berdasarkan refleksif; anak betul-betul egosentris, mengenali
objek dan berkembang, gambaran mentalnya mulai muncul.
2. Pra operasional

18
Anak yang berada pada fase ini adalah anak usia 2-7 tahun. Anak
pada fase ini berpikirnya melibatkan lebih banyak simbol,
keterampilan berbahasanya berkembang,perilakunya dikendalikan
oleh intuisi dari pada logika dan masih ada sisa berpikir egosentris.
3. Operasional konkret
Pada usia 7-11 tahun anak mengendalikan benda asli, benda
kongkret untuk memecahkan masalah, berpikir egosentrisnya mulai
berkurang, proses berpikirnya dapat dibalikan, tugas menkonversikan
dan mengelompokan dapat dikerjakan.
4. Operasional formal
Fase ini adalah anak usia 11 tahun ke atas. Pada fase ini anak
sudah dapat berpikir logis dan abstraknya berkembang, semua
variabel dipertimbangkan sebelum diambil keputusan, berpikirnya
ilmiah berkembang, mampu menilai pemikiran sendiri.
Dari penjelasan ke 4 fase perkembangan di atas dapat dilihat bahwa
anak usia SD berada pada fase operasional konkret. Pada tahap ini
mereka dapat memahami suatu konsep, hukum, teorema melalui
manipulasi benda kongkret. Sedangkan menurut Bruner (Sri Subarinah.
2006: 1) menekankan pentingnya siswa SD mengalami sendiri apa yang
dipelajarinya agar proses tersebut melekat lebih lama dalam pikirannya
dengan caranya sendiri.

F. Meningkatkan Pemahaman Konsep Pembagian melalui Penerapan


Teori Bruner
Pemahaman konsep pembagian bilangan asli adalah salah satu
kemampuan memahami yang penting dipelajari siswa sekolah dasar
khususnya dalam pembelajaran matematika. Dalam kehidupan sehari-
hari seringkali atau bahkan setiap hari kita dihadapkan pada
permasalahan berkaitan dengan perhitungan pembagian. Pemahaman
suatu konsep akan memudahkan perhitungan di dalam penyelesaian
masalah tersebut.

19
Salah satu usaha yang dapat dilakukan Guru dalam meningkatkan
pemahaman konsep pembagian bilangan asli yaitu dengan penerapan
teori Bruner. dalam penerapan teori Bruner ini siswa akan diajak
menemukan konsep pembagian bilangan asli melalui tiga tahap, yaitu
dengan menggunakan objek atau benda secara langsung sebagai bagian
dari tahap yang pertama yaitu enaktif, yang kemudian akan dilanjutkan
dengan tahap kedua dan ketiga yaitu tahap ikonik dan simbolik. Dengan
penggunaan objek secara langsung ini akan menciptakan suatu
pembelajaran yang bermakna, Dimana suatu konsep pembagian bilangan
asli disajikan dalam bentuk konkret sehingga siswa akan lebih mudah
untuk memahaminya. Langkah-langkah pembelajarannya adalah Guru
memberikan sebuah permasalahan sehari-hari tentang pembagian
bilangan asli, kemudian siswa diberi kesempatan untuk menemukan
konsep pembagian bilangan asli dengan media konkret yang telah
disediakan dan tentunya dengan bimbingan Guru. Dengan menemukan
sendiri konsep yang dipelajari, maka siswa dapat lebih mudah dan cepat
dalam memperoleh pemahaman konsep pada materi tersebut. Selain itu,
dari pembelajaran suatu konsep yang baru saja dipelajari akan melekat
lebih lama dalam pikiran siswa karena mereka menemukannya sendiri.
Kegiatan pembelajaran akan sangat membantu siswa dalam
meningkatkan pemahaman konsep pembagian bilangan asli dengan
penerapan teori Bruner, karena siswa belajar mulai dari terlibat langsung
dengan benda konkret dalam berbagai kegiatan sehingga dapat dikatakan
pembelajaran untuk lebih menekankan pada belajar dengan berbuat.

G.Kerangka Pikir
Dalam proses belajar mengajar pasti akan terjadi interaksi antara
Guru dan siswa. Terjalin interaksi yang baik antara Guru dan siswa dapat
membantu tercapainya keberhasilan suatu proses pembelajaran, dimana
keberhasilan proses pembelajaran di tentukan oleh faktor keterlibatan
Guru, terutama dalam hal menentukan metode dan media pembelajaran.

20
Pembelajaran matematika merupakan salah satu pembelajaran yang
lebih banyak membahas tentang konsep. Konsep dalam pembelajaran
matematika bersifat abstrak sehingga menyebabkan siswa sulit
memahaminya. Rendahnya pemahaman tentang pembagian bilangan asli
disebabkan oleh penyampaian materi yang cenderung bersifat abstrak
tanpa melibatkan siswa dalam menemukan sendiri konsep tersebut.
Penerapan teori Bruner dalam pembelajaran matematika yaitu
dengan tiga tahap teori pembelajarannya dapat membantu meningkatkan
hasil belajar siswa, karena dalam pembelajarannya sangat
memperhatikan perkembangan mental siswa, dimana penerapan
pembelajaran pada tahap pertama yaitu ikonik, Bruner menerapkan
pembelajaran dengan pengalaman fisik siswa dengan penggunaan benda-
benda atau media konkret. Setelah siswa dapat memahami materi yang
dipelajari dengan tahap satu ini, kemudian dilanjutkan tahap penerapan
pembelajarannya yang kedua adalah ikonik yaitu dengan representasi
gambar-gambar, dan tahap penerapan pembelajaran yang ketiga adalah
simbolik dengan bahasa lisan dan bahasa tulisan. Dengan penerapan
pembelajaran teori Bruner, suatu konsep yang abstrak dapat disajikan
dalam bentuk konkret. Seperti halnya untuk memahamkan konsep
pembagian bilangan asli. Benda konkret atau media konkret yang dapat
digunakan untuk meningkatkan hasil belajar pembagian bilangan asli
adalah benda atau media konkret yang dekat dengan siswa atau yang
tersedia di lingkungan belajar siswa karena suatu teori pembelajaran yang
dipelajari diharapkan dapat diaplikasikan siswa dalam kehidupan sehari-
hari.
Penggunaan benda konkret sebagai pelengkap dari penerapan
pembelajaran teori Bruner ini juga akan memberikan pemahaman kepada
siswa mengenai asal mula rumus pembagian bilangan asli yaitu dengan
cara langkah pertama siswa diminta menghitung banyaknya media atau
benda yang tersedia. langkah dua mulai perhitungan yaitu dengan
membagikan benda itu kepada dua rekan temannya, dan langkahyang

21
ketiga siswa menghitug kembali berapa benda yang diterima masing-
masing rekan temannya. Pembelajaran dilanjutkan dengan tahap yang
kedua dan ketiga yaitu perhitungan pembagian bilangan asli dengan
tahap ikonik dan simbolik.
Penerapan teori Bruner diharapkan mampu meningkatkan hasil
pembagian bilangan asli kepada siswa secara mendalam, sehingga
pemahaman tentang pembagian bilangan asli akan menjadi bermakna,
mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa. Penerapan teori
Bruner mengenai pembagian bilangan asli dalam pembelajaran
matematika diharapkan juga dapat mengubah anggapan siswa tentang
matematika sebagai pelajaran yang sulit dan menakutkan menjadi
matematika sebagai pelajaran yang menyenangkan.

H. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada rumusan masalah dan kajian teori yang telah
diuraikan di atas, peneliti dapat mengemukakan hipotesis tindakan dalam
penelitian ini sebagai berikut “Meningkatkan hasil belajar pembagian
bilangan asli menggunakan penerapan teori Bruner”.

22
BAB III
PELAKSANAAN PEBAIKAN

A. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II SD Negeri No. 12
Timbogading. Jumlah siswa kelas II di sekolah ini sebanyak 12 anak
yang terdiri dari 8 siswa putra dan 4 siswa putri.Penelitian ini
dilaksanakan di kelas II SD Negeri No. 12 Timbogading yang beralamat
di jalan Buttu Karampuang, Desa Betteng, Kecamatan Pamboang,
Kabupaten Majene. Penelitian akan dilaksanakan pada semester genap
tahun ajaran 2020. Untuk jadwal pembelajaran disesuaikan dengan
kurikulum pembelajaran di sekolah. Model penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah model penelitian yang dikembangkan oleh
Kemmis dan Mc Taggart. Dalam model penelitian ini tiap-tiap siklus
kegiatan terdiri atas empat komponen yaitu perencanaan (plan),
pelaksanaan tindakan (action), observasi (observation), dan refleksi
(reflection). Dalam model penelitian ini sesudah siklus selesai
diterapkan, khususnya sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti dengan
adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus
tersendiri. Demikian seterusnya, atau dengan beberapa kali siklus.
Adapun alurnya dapat digambarkan sebagai berikut.

23
Keterangan:
1 = Perencanaan Tindakan Kelas Siklus I
2 = Tindakan dan Observasi I
3 = Refleksi I

Siklus II
4 = Revisi Rencana II
5 = Tindakan dan Observasi II
6 = Refleksi II

Gambar 5. Alur dalam PTK model Kemmis dan Mc Taggart


(Pardjono, dkk. 2007: 22)

B. Deskripsi persiklus
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti harus membuat
rancangan penelitian terlebih dahulu. Dalam penelitian ini rancangan
penelitian terdiri dari beberapa siklus sesuai dengan hasil yang
diharapkan, dimana setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Apabila
setelah dilakukan tindakan siklus I dan II ternyata belum berhasil maka
dilakukan siklus selanjutnya sampai kriteria keberhasilan tercapai. Alur
penelitian ini terdiri dari 3 tahap yaitu sebagai berikut.
a. Perencanaan.
b. Tindakan dan Observasi.
c. Refleksi.

a. Perencanaan (planing)
Dalam tahap ini peneliti merencanakan tindakan-tindakan yang
dilakukan sebagai berikut.

24
1) Mengadakan pertemuan, konsultasi dengan Guru kelas untuk
menemukan masalah.
2) Menentukan materi sesuai dengan permasalahan yang ada yaitu
pemahaman pembagian bilangan asli.
3) Menetapkan penerapan teori Bruner dalam pembelajaran
matematika materi pembagian bilangan asli yang diharapkan akan
menghasilkan dampak ke arah peningkatan hasil belajar
pembagian bilangan asli.
4) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
5) Menyiapkan sumber belajar atau materi pembelajaran pemahaman
pembagian.
6) Menyiapkan materi dan media pendukung penerapan teori Bruner
7) Mengadakan pelatihan kepada Guru.
Tahap ini dilakukan di ruang kelas II SD Negeri No. 12
Timbogading. Materi pada tahap ini adalah operasi hitung pembagian
bilangan asli. Pada tahap ini Guru dilatih menggunakan penerapan
teori Bruner dalam pembelajaran untuk dapat memahamkan siswa
mengenai materi pembagian bilangan asli. Penggunaan penerapan
teori Bruner ini tidak begitu sulit sehingga pelatihan yang dilakukan
tidak memerlukan waktu yang lama, cukup satu hari saja sudah dapat
dipastikan Guru mampu menguasai cara menerapkan teori tersebut
untuk kemudian mengaplikasikanya dalam pembelajaran.
8) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bersama
Guru. Dalam hal ini peneliti bekerja sama dengan Guru dalam
membuat RPP. Terkait dengan materi dalam penyusunan RPP
tersebut disesuaikan dengan kompetensi dasar dan indikator yang
sudah ditentukan.
9) Merancang instrumen penelitian sebagai pedoman pelaksanaan
pembelajaran.
Dalam hal ini instrumen yang dibuat berupa instrumen tes dan
non tes. Instrumen tes berupa soal essai terkait dengan materi yang di

25
ajarkan dalam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan instrumen non
tes berupa lembar observasi untuk mengetahui aktivitas Guru dalam
mengelola pembelajaran dan periaku siswa saat pembelajaran
berlangsung.

b. Pelaksanaan
Dalam tahap ini guru melaksanakan proses belajar mengajar
sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah
dibuat di tahap perencanaan sebagai upaya perbaikan dan peningkatan
proses maupun hasil belajar. Tahap pelaksanaan tindakan:
1) Kegiatan awal
a) Guru membuka pelajaran dengan salam dan do‟a
b) Guru melakukan absensi kehadiran siswa (jika di
awalpembelajaran)
c) Guru mengadakan apersepsi
2) Kegiatan inti
a). Guru menyampaikan pokok bahasan materi yang akan
dipelajari yaitu tentang pembagian bilangan asli.
b). Guru mendemonstrasikan konsep dasar pembagian
menggunakan alat peraga yaitu kertas lipat, sedotan dan
kotak warna transparan yang sudah disediakan sebagai
penerapan teori Bruner tingkat 1 yaitu enaktif (penggunaan
benda konkret).
c). Guru menunjuk dua orang siswa maju ke depan untuk
membantu Guru memperagakan perhitungan dengan
membagi rata kertas lipat kepada dua orang siswa secara
bergantian dan semua siswa yang lain memperhatikan.
d). Guru menjelaskan materi tentang pembagian bilangan asli.
e). Guru memberikan LKS kepada siswa sebagai langkah
pemberian contohpenerapan teori Bruner tingkat ke 2 yaitu
ikonik (penggunaan gambar atau sebagai manipulasi benda

26
konkret) dan tingkat ke 3 simbolik (penggunaan angka atau
huruf).
f). Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang materi yang belum jelas.
g). Guru membagikan soal untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman siswa tentang konsep pembagian bilangan asli.
3) Kegiatan akhir
a) Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran
b) Guru menutup pelajaran

c. Pengamatan
Observasi atau pengamatan dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan dan dilakukan dengan menggunakan lembar
pengamatan atau lembar observasi yang telah dipersiapkan.
Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan terhadap kegiatan
Guru dan pengamatan terhadap kegiatan siswa. Tahap observasi juga
bertujuan untuk mengetahui kesesuaian tindakan yang dilakukan
dengan perencanaan, sehingga dapat diketahui adanya pengaruh
terhadap perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran.
Pengamatan terhadap aktivitas guru meliputi:
1) Tahap Perencanaan
a) Mempersiapkan perencanaan.
b) Mempersiapkan materi pembelajaran.
c) Menyediakan lembar penilaian.
2) Tahap Pelaksanaan Kegiatan Awal
a) Mengkondisikan siswa.
b) Menginformasikan mata pelajaran.
c) Menyampaikan tujuan pembelajaran.
d) Menyampaikan apersepsi.
3) Tahap Pelaksanaan Kegiatan Inti
a) Menyajikan materi.

27
b) Memberi contoh konsep pembagian.
c) Membimbing siswa dalam mengerjakan soal latihan.
d) Memotivasi siswa untuk aktif dalam presentasi dan Tanya
jawab.
4) Tahap Pelaksanaan Kegiatan Akhir
a) Melakukan refleksi dan membuat rangkuman(kesimpulan).
b) Menindaklanjuti dan memberi penguatan.
5) Tahap Evaluasi
a) Melakukan evaluasi.
b) Menganalisis hasil belajar siswa.
1) Kesiapan siswa mengikuti pelajaran.
2) Perhatian siswa terhadap penjelasan guru.
3) Keaktifan dalam pembelajaran.
4)Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.
5) Menyelesaikan soal-soal latihan dengan baik.
6) Membuat kesimpulan

d. Refleksi(reflection)
Refleksi merupakan bagian yang sangat penting untuk memahami
dan memberikan makna terhadap proses dan hasil pembelajaran yang
terjadi. Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 20), inti dari penelitian
tindakan, yaitu ketika Guru sebagai pelaku tindakan siap mengatakan
kepada peneliti tentang hal yang dirasakan sudah berjalan baik dan
bagaimana yang belum sebagai evaluasi diri dari Guru sebagai
pelaksana.
Tahap ini juga dilakukan sebagai upaya untuk mengkaji apakah
tindakan yang telah dilakukan sudah mencapai kriteria keberhasilan
atau belum. Hasil refleksi digunakan untuk menentukan langkah
selanjutnya. Penelitian dapat dihentikan ketika kriteria keberhasilan
telah tercapai. Refleksi yang dilakukan di sini bukan hanya mengenai

28
hasil tapi juga mengkaji apakah tindakan yang dilakukan Guru sudah
sesuai atau belum.

29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan siklus
Peneliti ini menyajikan data kondisi awal pemahaman konsep
pembagian bilangan asli terhadap siswa kelas II dan pelaksanaan
tindakan yang dilakukan dalam setiap pertemuan. Pelaksanaan tindakan
dalam penelitian ini berlangsung selama 2 siklus, dimana setiap siklus
terdiri dari 2 kali pertemuan. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 27 dan
28 April 2020, sedangkan siklus II dilaksanakan pada tanggal 4 dan 5
Mei 2020. Sebelum peneliti mendeskripsikan pelaksanaan tindakan
siklus I dan siklus II.

Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Kelas pada Siklus I


a. Perencanaan Tindakan
Hal-hal yang dilakukan oleh peneliti pada tahap perencanaan
siklus I setelah menemukan permasalahan dalam pembelajaran yaitu
kurangnya pemahaman pembagian bilangan asli adalah sebagai
berikut.
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
kemudian dikonsultasikan kepada Dosen pembimbing dan kepada
guru kelas II Sekolah Dasar Negeri No. 12 Timbogading. RPP
digunakan sebagai acuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2) Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi pelaksanaan
pembelajaran yang digunakan untuk setiap pertemuan yaitu untuk
mengetahui proses pembelajaran dan memahami materi
pembagian bilangan asli melalui penerapan Teori Belajar Bruner.
Lembar observasi ini terdiri dari lembar observasi Guru dan
lembar observasi siswa. Lembar observasi dibuat oleh Peneliti

30
yang sebelumnya telah dikonsultasikan kepada Dosen
pembimbing.
3) Menentukan waktu penelitian yang disepakati oleh Peneliti dan
Guru adalah hari Senin dan Selasa sesuai dengan jadwal pelajaran
matematika di kelas II tersebut.
4) Mempersiapkan alat peraga yang dibutuhkan untuk melakukan
peragaan pada setiap pertemuan, yaitu kertas lipat, sedotan dan
gelas plastik (tahap enaktif) dan tabel gambar buku dan bola
untuk (tahap ikonik).
5) Menyiapkan soal latihan berupa lembar kerja siswa (LKS) dan
menyiapkan soal evaluasi untuk memperoleh data sejauh mana
pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Soal
evaluasi diberikan pada setiap akhir siklus. Soal latihan dan soal
evaluasi disusun oleh Peneliti dengan pertimbangan Dosen
pembimbing dan Guru kelas II Sekolah Dasar Negeri No. 12
Timbogading.

b. Pelaksanaan Tindakan
Deskripsi langkah-langkah pelaksanaan tindakan pada siklus I
pertemuan I dan II adalah sebagai berikut.
1) Tindakan siklus I pertemuan 1
Siklus I pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Senin 27 April
2020 pukul 07.00 - 08.10 WIB. Dalam pelaksanaan tindakan
tersebut siswa mempelajari tentang pembagian bilangan asli
dengan cara pengurangan berulang dan distribusi yang diikuti oleh
semua siswa sebanyak 12 orang. Proses penyajian pembelajaran
dilakukan dengan menerapkan Teori Belajar Bruner. Deskripsi
langkah-langkah pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan 1 adalah
sebagai berikut.

31
a) Kegiatan Awal (5 menit)
Pada kegiatan awal pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan
1, pelaksanaan tindakan dimulai dengan apersepsi terkait
gambaran dan pengetahuan umum siswa tentang cara
perhitungan dalam pembagian.
b) Kegiatan inti (55 menit)
Penerapan teori Bruner pada kegiatan inti pertemuan 1 akan
diawali dengan membahas materi tentang pembagian dengan
cara pengurangan berulang. Langkah-langkah pembelajarannya
adalah sebagai berikut.
(1) Tahap Enaktif
Memasuki tahap enaktif yang pertama, Guru
memberikan satu contoh soal kepada siswa dengan dua cara
mengerjakannya. Cara pertama, pembagian dengan
pengurangan berulang dan cara yang kedua yaitu
pembagian dengan distribusi. Satu contoh soal yang
dimaksud sebagai berikut. 6 : 2 = ....
(a) Pelaksanaan tindakan guru mencontohkan cara
memperagakan pembagian 1 soal tersebut dengan cara
pengurangan berulang dimulai dari mendemonstrasikan
alat peraga yang digunakan yaitu kertas lipat dan
mengajak siswa menghitung jumlah kertas lipat yang di
pegang guru yang berjumlah 6 kertas lipat.

Gambar 6. Langkah Peragaan Pembagian Bilangan Asli


dengan Cara Pengurangan Berulang
(b) Guru mengurangkan 2 kertas lipat dengan mengambil 2
buah kertas lipat yang diikuti dengan hitungan siswa.

32
Kemudian, Guru menanyakan berapa jumlah kertas
lipat yang tersisa.

Diambil 2 kertas Tersisa 4 kertas

Gambar 7. Langkah ke-1 Peragaan Pembagian


Bilangan Asli dengan Cara Pengurangan
Berulang
(c) Pengurangan ini dilakukan sampai habis. Kemudian Guru
bersama siswa menghitung berapa kali pengurangan
yang dilakukan yaitu ada 3 kali pengurangan. Jadi, 6 :
2=3

Diambil 2 kertas Tersisa 2 kertas


Gambar 8. Langkah ke-2 Peragaan Pembagian
Bilangan Asli dengan Cara
Pengurangan Berulang

Kertas habis

Diambil 2 kertas
Gambar 9. Langkah ke-3 Peragaan Pembagian
Bilangan Asli dengan Cara
Pengurangan Berulang

(2) Tahap Ikonik

33
Pada tahap ini, dimulai dengan Guru membimbing siswa
mengerjakan soal tentang pembagian dengan cara
pengurangan berulang dengan menggunakan gambar buku
pada tabel gambar yang telah ditempel di papan tulis.
Bentuk soal dan langkah pembelajaran dengan gambar
peragaan pada materi pembagian bilangan adalah sebagai
berikut. 6 : 2=….
(a) Siswa dibimbing guru menghitung jumlah awal gambar
buku pada tabel yang tertempel di papan tulis.
(b) Guru melakukan pengurangan berulang dimulai dengan
mengurangkan 2 gambar buku yang tertempel dan
menempelnya ke sebelah kanan tabel.
(c) Pengurangan angka 2 dilakukan sampai gambar buku
yang tertempel habis dan mendapat hasil 6 : 2 = 3 Guru
memperdalam pola pikir siswa dengan menanyakan arti
dari gambar peragaan tersebut.
(3) Tahap Simbolik
Pelaksanaan tindakan pada tahap simbolik ini, materi
pembagian bilangan asli dengan cara pengurangan berulang
disajikan Guru setelah mengajak siswa berhitung jumlah
dan memperagakan pembagian dengan alat peraga sedotan
dan gelas plastik pada tahap enaktif, kemudian pada tahap
ikonik guru membimbing siswa berhitung pembagian yang
dimulai dari menghitung jumlah gambar buku sampai
menuliskan hasil jawaban dengan menggunakan angka dan
simbol-simbol matematika sesuai dengan jumlah pembagian
yang disebutkan.
Penerapan teori Bruner pada kegiatan inti yang
selanjutnya yaitu akan membahas materi tentang pembagian
dengan distribusi. Langkah-langkah pembelajarannya
adalah sebagai berikut.

34
(1) Tahap Enaktif
Tahap enaktif yang kedua adalah Guru
memberikan contoh peragaan pembagian dengan cara
distribusi menggunakan bantuan alat peraga sedotan
dan gelas plastik transparan dengan satu contoh soal
yang sama yaitu 8 : 2 = ....
(a) Pelaksanaan tindakan Guru mencontohkan cara
memperagakan pembagian 1 soal tersebut dengan
cara distribusi dimulai dari Guru
mendemonstrasikan alat peraga yang digunakan
yaitu sedotan dan gelas plastik kemudian mengajak
siswa menghitung jumlah sedotan dan gelas plastik
yang di pegang dan disediakan Guru yang
berjumlah 6 sedotan dan 2 gelas plastik.
(b) Guru membagi rata sedotan dimasukkan ke dalam
2 gelas plastik yang ada, dimasukkan 1 per 1
sampai sedotan habis. Kemudian, Guru
menanyakan berapa jumlah sedotan yang terdapat
dalam masing-masing gelas.
Pelaksanaan tindakan untuk memperdalam
pola pikir siswa dan untuk mengetahuin
pemahaman siswa dilanjutkan dengan mengerjakan
LKS yang dalam mengerjakannya setiap siswa
wajib memperagakan cara menghitung dengan
pengurangan berulang dan distribusi yang
sebelumnya Guru telah membagi siswa menjadi 6
kelompok yang masing-masing anggotanya ada 2
orang atau satu kelompok satu bangku,
membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS),
membagikan alat peraga yaitu sedotan warna-warni
dan gelas plastik.

35
(2) Tahap Ikonik
Tindakan yang selanjutnya adalah tahap ikonik
berhitung pembagian bilangan asli dengan cara
distribusi. Satu contoh soalnya 8 : 2 = .... Langkah
pembelajarannya sebagai berikut.
a) Guru mengajak siswa menghitung jumlah gambar
buku yang tersedia pada tabel gambar di papan tulis
yang berjumlah 8 gambar buku.
b) Guru menjelaskan akan membagi 8 gambar buku
tersebut kepada 2 orang siswa dan dilakukan dengan
cara melingkari gambar buku untuk siswa 1,
kemudian memberi kotak pada gambar buku untuk
siswa 2
Hasilnya:
Siswa 1 mendapat 4 gambar buku
Siswa 2 mendapat 4 buku
Guru memperdalam pola pikir siswa dengan
menanyakan arti dari gambar peragaan tersebut.
(3) Tahap simbolik
Pada tahap simbolik, Guru menyajikan materi
pembelajaran tentang pembagian bilangan asli dengan
menuliskan simbol-simbol matematika setelah siswa
dibimbing Guru menyebutkan jumlah dan melakukan
pembagian dengan alat peraga sedotan dan gelas plastik
pada tahap enaktif. Pada tahap ikonik Guru
membimbing siswa menyebutkan dan menghitung
pembagian menggunakan gambar buku, kemudian
Guru juga menuliskan simbol-simbol matematika.
Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan
mengerjakan LKS yang dalam mengerjakannya siswa
dibimbing Guru belajar menggunakan alat peraga

36
sedotan dan gelas plastik yang telah dibagikan bersama
teman sebangkunya (tahap enaktif), menggunakan
gambar yang tersedia dalam LKS dengan cara
melingkari atau memberi kotak (tahap ikonik), dan
menuliskan simbol-simbol matematika pada setiap soal
(tahap simbolik).
c) Kegiatan Akhir (10 menit)
(1) Guru dan siswa membuat kesimpulan materi yang
telah dipelajari.
(2) Guru memberikan penugasan kepada siswa tentang
pembagian bilangan asli dengan cara pengurangan
berulang dan pengelompokkan.
(3) Guru memberikan motivasi kepada siswa.
(4) Guru menutup pelajaran.

2) Tindakan siklus I pertemuan 2


Tindakan siklus I pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Selasa,
28 April 2020 pukul 09.00 - 10.45 WIB yang diikuti oleh 12 siswa.
Materi pembelajaran pada siklus I pertemuan 2 adalah pembagian
yang disajikan dalam soal cerita dan pembagian sebagai kebalikan
dari perkalian. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran pada
siklus I pertemuan 2 adalah sebagai berikut.
a) Kegiatan awal (5 menit)
1) Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan 2
pelaksanaan tindakan diawali dengan mengarahkan
siswa untuk mengumpulkan tugas pertemuan sebelumnya.
Pelaksana tindakan menyampaikan maksud dan tujuan
pembelajaran yaitu agar siswa memahami konsep
pembagian bilangan asli dalam bentuk soal cerita dan
pembagian sebagai kebalikan dari perkalian. pelaksana
tindakan membagi alat peraga berupa sedotan dan gelas

37
plastik serta LKS dan lembar gambar sesuai dengan soal
cerita.
b) Kegiatan inti (55 menit)
Penerapan teori Bruner pada kegiatan inti pertemuan 2 akan
diawali dengan membahas materi tentang pembagian dengan
cara pengurangan berulang sebagai tahap enaktif, kemudian
dilanjutkan dengan membahas soal cerita yang akan dikerjakan
dengan cara distribusi. Langkah-langkah pembelajarannya
adalah sebagai berikut
(1) Tahap enaktif
Siswa dibimbing Guru mengerjakan latihan soal
pembagian bilangan asli pada LKS yang telah di bagikan
dengan memperagakan pembagian menggunakan alat
peraga sedotan dan gelas plastik. Soal pembagian yang
dimaksud merupakan pembagian sebagai kebalikan dari
perkalian yang akan dikerjakan dengan cara pengurangan
berulang. Pelaksana tindakan mengecek ketepatan peragaan
yang telah dilakukan siswa. Soal latihan yang dikerjakan
siswa ada pada lembar lampiran LKS siklus I pertemuan 2.
Langkah pembelajaran dan satu contoh soal yang di
peragakan adalah sebagai berikut.

12 : 3 =…. 12 : 3 =…
jadi,
12 –…=… 1
….-….=…. 2

3
….-….=…. 3
4
….-….=…. 4
dalam perkalian :

…x 3 = 12 atau 3x…= 12

38
(a) Guru mengajak siswa menyiapkan alat peraga kertas
lipat yang dimulai dengan menghitung bersama jumlah
kertas lipat yaitu sebanyak 12 buah.
(b) Melakukan pembagian dengan cara pengurangan
berulang yaitu dengan mengambil 3 buah sedotan
sampai habis.
(2) Tahap Ikonik
Pelaksana tindakan pada tahap ini, Guru meminta
siswa untuk melingkari gambar bola yang telah tersedia
dalam lembar gambar yang dibagikan sesuai pembagian
bilangan yang disebutkan dan dengan urutan soal yang
dikerjakan. Soal latihan pembagian yang dikerjakan pada
tahap ini adalah penyajian soal cerita. Guru memperdalam
pola pikir siswa dengan menanyakan arti dari cara
perhitungan pembagian menggunakan gambar bola.
Pembagian yang telah dikerjakan yang merupakan
pembagian dengan cara distribusi. Langkah pengerjaan dan
satu contoh soalnya adalah sebagai berikut.
Contoh soal : Berapa banyak bola yang diperoleh
masing-masing anak jika ada12 bola
akan dibagikan sama rata pada 3 orang
anak?
(a) Guru mengajak siswa untuk membaca soal latihan.
Guru membimbing siswa melihat gambar yang ada dan
mengajak siswa menghitung jumlah gambar bola yang
tersedia.
(b) Guru menjelaskan kepada siswa bahwa gambar bola
tersebut akan di bagikan ke 3 anak.
(c) Guru melakukan pembagian dengan menempelkan 1
persatu gambar bola dibawah nama anak yang

39
tersebut.dapat diketahui bahwa masing-masing anak
mendapatkan 4 bola.
(3) Tahap Simbolik
Guru menyajikan materi pembelajaran tentang
pembagian bilangan asli dalam Lembar Kerja Siswa (LKS)
menggunakan soal cerita dan pembagian kebalikan dari
perkalian yang bertujuan mengetahui pemahaman siswa
dalam pembagian yang disajikan dalam bentuk simbol
secara keseluruhan. Selain dapat berlatih membaca untuk
catatan Guru dalam penilaian bahasa Indonesia, siswa juga
melakukan tahap enaktif dan tahap ikonik pada proses
mengerjakan soal seperti yang telah dicontohkan pada tahap
enaktif dan tahap ikonik di atas.
c) Kegiatan akhir (45 menit)
1) Guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang
telah dipelajari.
2) Guru memberikan evaluasi pada siswa tentang pembagian
bilangan asli baik dengan cara pengurangan berulang,
distribusi, pembagian yang disajikan dalam soal cerita dan
pembagian kebalikan dari perkalian..
3) Guru meminta siswa untuk mengumpulkan hasil
pekerjaannya.
4) Guru memberikan motivasi kepada siswa.
5) Guru menutup pelajaran.

Deskripsi Pelaksanaan Tindakan pada Siklus II


a. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan pada siklus II hampir sama dengan
perencanaan tindakan pada siklus I. Pelaksanaan tindakan pada siklus
II dilakukan dengan memperhatikan hasil refleksi pada siklus I.
Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada pelaksanaan tindakan

40
siklus I diperbaiki pada pelaksanaan tindakan siklus II. Pada tahap
perencanaan siklus II, peneliti membagi tahap ini ke dalam 2 tahapan
yaitu tahap perencanaan umum dan tahap perencanaan khusus.
Hal-hal yang dilakukan peneliti pada tahap perencanaan umum
siklus II adalah sebagai berikut.
1)Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
kemudian dikonsultasikan kepada Dosen pembimbing dan kepada
Guru kelas II Sekolah Dasar Negeri No. 12 Timbogading. RPP
digunakan sebagai acuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2)Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi pelaksanaan
pembelajaran yang digunakan untuk setiap pertemuan yaitu untuk
mengetahui proses pembelajaran dan memahami materi
pembagian bilangan asli melalui penerapan Teori Belajar Bruner.
Lembar observasi ini terdiri dari lembar observasi Guru dan
lembar observasi siswa. Lembar observasi dibuat oleh peneliti
yang sebelumnya telah dikonsultasikan kepada Dosen
pembimbing.
3) Menentukan waktu penelitian yang disepakati oleh peneliti dan
guru adalah hari Senin dan Selasasesuai dengan jadwal pelajaran
matematika di kelas II tersebut.
4) Mempersiapkan alat peraga yang dibutuhkan untuk melakukan
peragaan pada setiap pertemuan, yaitu kertas lipat, sedotan dan
gelas plastik (tahap enaktif) dan tabel gambar kancing baju dan
gambar balon untuk (tahap ikonik).
5) Menyiapkan soal latihan berupa lembar kerja siswa (LKS) dan
menyiapkan soal evaluasi untuk memperoleh data sejauh mana
pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Soal
evaluasi diberikan pada setiap akhir siklus. Soal latihan dan soal
evaluasi disusun oleh peneliti dengan pertimbangan Dosen
pembimbing dan Guru kelas II Sekolah Dasar Negeri No. 12
Timbogading

41
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I maka hal–hal yang
dilakukan oleh peneliti pada tahap perencanaan khusus siklus II
adalah sebagai berikut.
1) Pelaksana tindakan akan lebih memusatkan perhatian siswa dengan
melakukan pengkondisian sebelum pembelajaran dimulai seperti
mengajak siswa bertepuk “Aku siap belajar” .
2) Alat peraga dibagikan kepada siswa setelah Guru selesai
memberikan penjelasan materi dan siswa siap untuk fokus belajar.
Hal ini dilakukan untuk mengurangi aktivitas siswa yang
cenderung mengganggu jalannya pembelajaran.
3) Guru mengecek aktivitas masing-masing siswa untuk dapat aktif
dalam pembelajaran dan menegur siswa yang mengganggu
jalannya pembelajaran.
4) Setelah selesai memberikan penjelasan, Guru melakukan tanya
jawab dengan siswa untuk dapat mengetahui pemahaman siswa
dengan materi yang telah dipelajari.
5) Pelaksana tindakan perlu mengingatkan kembali pembagian
bilangan asli dengan cara pengurangan berulang dan distribusi yang
akan dipergunakan lagi dalam materi pembagian yang akan
dipelajari.
6) Pembelajaran akan lebih banyak mengaktifkan siswa dengan
menunjuk siswa untuk maju kedepan untuk melakukan pembagian
bilangan secara langsung mulai dari tahap enaktif, ikonik dan
simbolik.
Perencanaan dalam setiap tahap penerapan pembelajaran teori
1) Tahap Enaktif
a) di awal pembelajaran, Guru sebagai pelaksana tindakan akan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk maju kedepan dan
memperagakan satu contoh peragaan pembagian bilangan asli
dengan cara pengurangan berulang dan distribusi pada tahap
enaktif.

42
b) Pada pelaksanaan pembelajaran, Guru akan memeriksa satu
persatu hasil peragaan siswa bersama teman sebangkunya pada
tahap enaktif.
2) Tahap Ikonik
Guru mengulang cara mengerjakan soal dengan gambar pada
tahap ikonik.
3) Tahap Simbolik
a) Pelaksana tindakan mengingatkan siswa untuk menuliskan
simbol-simbol matematika dalam mengerjakan soal pembagian
bilangan asli.
b) Membantu siswa yang masih kesulitan memahami soal cerita
karena belum lancar membaca.

b. Pelaksanaan Tindakan
Deskripsi langkah-langkah pelaksanaan tindakan pada siklus II
pertemuan 1 dan 2 adalah sebagai berikut.
1). Tindakan siklus II pertemuan 1
Tindakan siklus II pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Senin 4
Mei 2020 pukul 07.00 – 08.10 WIB. Pada siklus II pertemuan 1 ini
dilakukan pengajaran dengan penerapan Teori Belajar Bruner
untuk menanamkan konsep pembagian bilangan asli dengan
pengurangan berulang dan distribusi.
Berikut deskripsi langkah-langkah pelaksanaan tindakan pada
siklus II pertemuan 1.
a) Kegiatan Awal (10 menit)
Pada kegiatan awal pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan
1, pelaksana tindakan menyampaikan maksud dan tujuan
pembelajaran yaitu agar siswa lebih memahami pembagian
bilangan asli dengan cara pengurangan berulang dan distribusi
yang sebelumnya guru telah memastikan siswa siap memulai
pelajaran.

43
b) Kegiatan inti (50 menit)
Di awal kegiatan inti, pelaksana tindakan menunjuk 2
orang siswa maju kedepan untuk memperagakan pembagian
dengan pengurangan berulang dan distribusi. Siswa yang lain
memperhatikan peragaan yang dilakukan 2 orang temannya dan
setelah siswa selesai memperagakan, pelaksana tindakan
menyarankan siswa tersebut untuk kembali ke tempat duduknya.
Pelaksana tindakan mengajak siswa bertepuk tangan untuk 2
orang temannya yang telah berani memperagakan 1 contoh
pembagian bilangan asli. Pelaksana tindakan membentuk siswa
menjadi 6 kelompok yang setiap kelompok terdiri dari 2 siswa
atau teman satu bangku. Setelah semua siswa siap menerima
pelajaran, kemudian pelaksana tindakan membagikan sedotan,
gelas plastik dan LKS kepada masing-masing kelompok.
Penerapan teori Bruner pada kegiatan inti yang pertama
yaitu akan membahas materi tentang pembagian dengan
pengurangan berulang. Langkah-langkah pembelajarannya
adalah sebagai berikut.
(1) Tahap Enaktif
Memasuki tahap enaktif, pelaksana tindakan yang
sebelumnya telah menunjuk 2 orang siswa untuk
memperagakan pembagian bilangan asli secara bergantian.
Siswa 1 dengan cara pengurangan berulang baik pada tahap
enaktif, ikonik dan simbolik. Sedangkan siswa 2
mengerjakan soal pembagian dengan cara distribusi dengan
tahap enaktif, ikonik dan simbolik dengan menuliskan
simbol-simbol matematika di papan tulis.
Guru mengkondisikan siswa yang lain untuk
memperhatikan 2 orang temannya. Satu contoh soal yang
diperagakan siswa 1 sebagai berikut. 15 : 5 = . . .

44
(a) Siswa 1 mengajak dan memimpin temannya menghitung
jumlah kertas lipat yang di berikan Guru. Kertas lipat
yang berjumlah 15buah, kemudian menuliskan simbol
angka di papan tulis.
(b) Siswa melakukan pembagian dengan cara pengurangan
berulang yaitu dengan mengurangkan 5 kertas lipat dari
jumlah yang ada dan mengajak temannya menghitung
kertas lipat yang diambil, kemudian menghitung jumlah
kertas yang tersisa.
(2) Tahap Ikonik
Tahap ikonik pada siklus II pertemuan 1 ini di
presentasikan lagi oleh siswa 1 yang maju dengan satu
contoh soal yang telah disiapkan Guru. Siswa diminta untuk
menggambarkan lingkaran dalam mengerjakannya
sebanyak 18 lingkaran dengan cara pengurangan berulang.
Contoh soal dan langkah-langkah mengerjakannya sebagai
berikut. 15 : 5 = . . . .
(a) Siswa yang maju membuat gambar lingkaran di papan
tulis dan mengajak teman-teman yang lain menghitung
jumlah lingkaran yang telah dibuat yang berjumlah 15
lingkaran.
(b) Guru meminta siswa yang maju mencoret 3 lingkaran
sekaligus dalam menghitung pembagian bilangan asli
dengan pengurangan berulang.
(c) dengan bimbingan Guru, siswa yang maju mengajak
teman-temannya menghitung jumlah coretan yang
berjumlah 6 coretan. Hasil perhitungannya 15 : 5 = 3

(3) Tahap Simbolik


Tahap simbolik dilakukan dengan menuliskan simbol-
simbol matematika di papan tulis setelah siswa

45
memperagakan pembagian bilangan asli sebagai tahap
enaktif menggunakan kertas lipat dan melakukan
pembagian pada tahap ikonik dengan menggambar
lingkaran.
Pelaksanaan tindakan dilanjutkan dengan siswa 2
mengerjakan soal pembagian dengan cara distribusi dengan
tahap enaktif, ikonik dan simbolik dengan menuliskan
simbol-simbol matematika di papan tulis. Langkah
tahapannya adalah sebagai berikut.
(1) Tahap Enaktif
Pembagian bilangan asli yang dilakukan dengan cara
distribusi menggunakan bantuan alat peraga sedotan
sedotan. Langkah peragaan dan satu contoh soal
pembagian bilangan asli adalah sebagai berikut. 18 : 3
=....
(a) Guru meminta siswa mengambil sedotan sebanyak
18 buah yang dilakukan dengan mengajak teman-
temannya menghitung jumlah sedotan dan
menyediakan 3 gelas plastik.
(b) Guru meminta siswa membagi sedotan kedalam
3 gelas plastik yang ada 1 per 1 sama banyak
dan sampai sedotan habis.
Sehingga;
Ada 6 sedotan dalam gelas plastik

(2) Tahap Ikonik


Pada tahap ikonik yang dilakukan oleh siswa 2
adalah melakukan pembagian dengan distribusi yang
menggunakan gambar kotak atau persegi dan satu
contoh soal 20 : 4 = . . . .

46
Langkah-langkah mengerjakan soal tersebut adalah
sebagai berikut.
(a) Guru meminta siswa menggambar kotak sebanyak
20 kotak di papan tulis, serta mengajak siswa yang
lain menghitung gambar kotak yang sedang di
buat.
(b) Guru meminta siswa 2 untuk melingkari kotak
yang terdiri dari 4 kotak.
(c) Guru membimbing siswa menghitung jumlah
lingkaran yang melingkari gambar kotak dan 1
lingkaran terdapat 3 gambar kotak.
(3) Tahap Simbolik
Pelaksanaan dilakukan beriringan pada tahap enaktif
dan tahap ikonik. baik pada tahap enaktif maupun
ikonik, setelah siswa menghitung jumlah sedotan dan
menghitung gambar kotak pada tahap simbolik,
kemudian melakukan pembagian secara distribusi yaitu
siswa 2 yang maju dan sedang menuliskan angka di
papan tulis sesuai dengan sedotan yang diambil,
kemudian siswa yang lain dibimbing Guru
menyebutkan bilangan berurutan dengan menghitung
jumlah sedotan yang akan digunakan dan untuk
melakukan pembagian secara distribusi.
Pelaksanaan tindakan pada inti kegiatan dilanjut
dengan mengerjakan LKS untuk memperdalam
pemahaman siswa pada konsep pembagian bilangan
asli bersama teman sebangkunya, mulai yang di
dalamnya siswa melakukan kegiatan pembelajaran teori
Bruner yaitu tahap enaktif, ikonik dan simbolik,
kemudian dicek bersama-sama setelah semua siswa
selesai mengerjakan tugasnya.

47
c) Kegiatan Akhir
(1) Guru dan siswa membuat kesimpulan materi
pelajaranyang telah dipelajari.
(2) Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk tetap
belajar jika ingin sukses.
(3)Guru menutup pelajaran.
2) Tindakan siklus II pertemuan 2
Tindakan siklus II pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Selasa,
5 Mei 2020 pukul 09.00 - 10.45 WIB yang diikuti oleh16 siswa.
Materi pembelajaran pada siklus II pertemuan 2 yaitu pembagian
yang disajikan dalam bentuk soal cerita dan pembagian sebagai
kebalikan dari perkalian.
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan
pada siklus II pertemuan 2 adalah sebagai berikut.
a) Kegiatan awal (5 menit)
Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan 2, pelaksanaan
tindakan diawali dengan apersepsi. Dilanjutkan dengan
menyampaikan maksud dan tujuan pembelajaran. Kemudian,
pengetahuan dan pemahaman konsep pembagian bilangan asli
dalam bentuk soal cerita dan pembagian sebagai kebalikan dari
perkalian yang telah dilakukan pada pembelajaran sebelumnya.
Membagi alat peraga yaitu sedotan dan gelas plastik serta LKS
dan lembar gambar sesuai dengan soal cerita.
b) Kegiatan inti (55 menit)
Penerapan teori Bruner pada inti pertemuan 2 diawali
dengan membahas materi tentang pembagian dengan cara
pengurangan berulang sebagai tahap enaktif, kemudian
dilanjutkan dengan membahas soal cerita yang akan dikerjakan
dengan cara distribusi tahap ikonik dan dilanjutkan dengan
tahap simbolik. Siswa yang telahdibentuk kelompok, dibagikan
alat peraga dan lembar LKS dan mulai mengerjakan soal

48
latihannya kemudian akan di cocokkan bersama-sama, dengan
bergiliran memperagakan dengan alat peraga sedotan dan gelas
plastik. Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai
berikut.
(1) Tahap enaktif
Peragaan pada pertemuan 2 akan diperagakan oleh
siswa. Setiap kelompok bergantian maju kedepan
memperagakan pembagian bilangan asli. Salah seorang
siswa memperagakan pembagian dengan pengurangan
berulang dengan materi pembagian sebagai kebalikan dari
perkalian. Pelaksanaan tindakan sebelumnya guru telah
membimbing siswa mengerjakan contoh latihan pada LKS
yang telah di bagikan Guru dengan memperagakan
pembagian menggunakan alat peraga sedotan dan gelas
plastik. serta mengecek ketepatan peragaan yang dilakukan
siswa. Soal latihan yang dikerjakan siswa ada pada LKS
siklus II pertemuan 2.
Contoh soalnya di peragakan sebagai berikut.
24:6=… jadi, 24:6=....

24 - ...=… 1

... - ... =… 2

... - ... =… 3

... - ... =… 4

(a) Mengajak siswa menyiapkan alat peraga dan


menghitung jumlah kertas lipat secara bersama.

49
(b) Melakukan pembagian dengan cara pengurangan
berulang yaitu dengan mengambil sedotan sampai
sedotan habis.
(2) Tahap Ikonik
Tahap ikonik adalah tahap yang menunjuk pada sajian
materi berupa gambar atau grafik. Pelaksana tindakan ini,
Guru meminta diantar siswa, 2 orang untuk membuat
gambar lingkaran sebagai pengganti gambar karet yang
telah tersedia dalam gambar yang dibagikan sesuai dengan
pembagian bilangan serta urutan soal dalam LKS yang
dikerjakan. Latihan pembagian yang dikerjakan adalah
penyajian soal cerita. Guru memperdalam pola pikir siswa
dengan mengajukan pertanyaan arti dari cara perhitungan
pembagian menggunakan gambar karet. Pembagian yang
telah dikerjakan merupakan pembagian dengan cara
distribusi. Penyelesaian satu contoh soalnya adalah sebagai
berikut.
Contoh soal : Berapa banyak karet yang diperoleh
masing-masing anak jika ada 25 karet,
akan dibagikan kepada 5 orang anak
yang masing-masing mendapatkan
sama banyak berapa banyak karet yang
diperoleh masing-masing anak?

Langkah-langkah dalam mengerjakan LKS adalah


sebagai berikut.
(a) Mengajak siswa untuk membaca soal latihan.
(b) Membimbing siswa melihat gambar yang telah
disediakan dan mengajak siswa menghitung jumlah
gambar karet yang tersedia.

50
(c) Menjelaskan kepada siswa gambar karet tersebut dan
akan dibagikan ke 5 anak.
(d) Membimbing siswa melakukan pembagian kemudian
mengurutkan serta menuliskan angka 1 sampai 5 pada
gambar karet dengan keterangan angka 1 Arif, angka 2
Ali, angka 3 Agus,angka 4 Aji dan angka 5 Said. dari
langkah pembagian pada gambar lingkaran sebagai
pengganti gambar karet dapat diketahui bahwa masing-
masing anak mendapatkan 5 gambar lingkaran.

(3) Tahap Simbolik


Guru menyajikan materi pembelajaran pembagian
bilangan asli dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) dan
memberikan soal cerita dimana pembagian kebalikan dari
perkalian yang bertujuan mengetahui pemahaman siswa
dalam pembagian yang disajikan dalam bentuk simbol
secara keseluruhan.
24 : 6 = . . . . , jadi, 24 : 6 = . . . . Kebalikan
dari, 6 x 4 = 24 dan 4 x 6 = 24 24 : 6 =4 , sebab
4 x 6 = 24

24-6=18 1

18-6=12 2

12 -6=6 3

6 -6=0 4
Pembagian dalam soal cerita diperoleh hasil sebagai
berikut. 25 : 5 = 5 jadi setiap siswa mendapat 5 gambar
karet yang telahdicontohkan dengan gambar lingkaran.

51
Dalam penilaian dan penyajian soal cerita, siswa
melakukan tahap enaktif dan tahap ikonik dalam
mengerjakan soal seperti yang telah dicontohkan pada tahap
enaktif dan tahap ikonik tersebut.
c) Kegiatan akhir (45 menit)
(1) Membimbing siswa menyimpulkan pelajarn yang telah
dipelajari.
(2) Memberikan evaluasi pada siswa tentang pembagian
bilangan asli baik dengan cara pengurangan berulang,
distribusi, materi pembagian dalam bentuk soal cerita
dan pembagian kebalikan dari perkalian.
(3) Setelah siswa selesai mengerjakan soal, Guru meminta
siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya.
(4) Guru memberikan motivasi kepada siswa.
(5) Guru menutup pelajaran.
B. Pembahasan dari setiap siklus
Nilai post-test dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Nilai
siklus I sudah mencapai stadar. Tapi, belum dikatakan berhasil karena
masih ada hampir 1/2 orang dari seluruh siswa yang belum mencapai
stadar KKM. Di siklus II sudah banyak siswa yang mencapai standar
KKM makanya dikatakan berhasil. Sekitar 7 0rang siswa yang berhasil di
siklus I dan sekitar 10 orang di siklus II yang berhasil. Persentase siswa
yang mencapai KKM dari siklus I ke siklus II juga mengalami
peningkatan sekitar 55,6% menjadi 87,5%. Berdasarkan indikator
keberhasilan tindakan yang telah ditentukan setiap siswa dapat mencapai
KKM yang ditentukan, di mana Kriteria Ketuntasan Minimalnya sebesar
63 dengan demikian kriteria itu terpenuhi dalam penelitian ini maka
penelitian dihentikan dan dinyatakan berhasil.
Jumlah siswa kelas II terdiri dari orang yakni 4 perempuan dan 8
laki-laki dapat dilihat pada table berikut

52
No Nama Jenis kelamin
.
1 Aslamiah P
2 Ansar L
3 Abrar L
4 Dian P
5 Erwin L
6 Gibran L
7 Mukmin L
8 Paris L
9 Riki L
10 Santi P
11 Windah P
12 Yusran L

Jika dirata-ratakan nilai post-test dari siklus I ke siklus II mengalami


peningkatan. Nilai siklus I sudah mencapai stadar tapi, belum dikatakan
berhasil karena masih ada hampir 1/2 orang dari seluruh siswa yang
belum mencapai stadar KKM. Di siklus II sudah banyak siswa yang
mencapai standar KKM makanya dikatakan berhasil.
Hasil pengamatan pelaksanaan tindakan pada siklus I yang belum
mencapai KKM baik dari hasil persentase maupun nilai rata-rata siswa
disebabkan oleh pelaksana tindakan maupun siswa. Pelaksana tindakan
pada saat mengawali pembelajaran belum mengkondisikan siswa,
sehingga siswa secara fisik masih sibuk mempersiapkan alat tulis dan
pada saat pelaksanaan tidakan yaitu saat Guru mulai melakukan peragaan
pembagian bilangan asli siswa tidak fokus. Aktivitas siswa masih
cenderung pasif sehingga kegiatan dengan teman kelompoknya kurang
terlaksana dengan baik. tapi, kelebihannya siswa sangat semangat untuk
mengikuti dan mempersiapkan pembelajaran dengan baik. Kekurangan-
kekurangan pelaksanaan siklus I diperbaiki pada pelaksanaan siklus II.
Pelaksanaan tindakan siklus II terlihat bahwa pembelajaran lebih
mengaktifkan siswa. Seluruh siswa terlibat secara aktif pada proses
pembelajaran, mempresentasikan hasil pekerjaannya secara bergantian
yaitu menghitung pembagian bilangan asli di depan kelas sesuai dengan

53
soal yang telah dipilih. di awal pembelajaran pun, Guru menunjuk 2
orang siswa yang bersedia untuk mengerjakan soal contoh pembagian
bilangan asli yang dikerjakan mulai dari memperagakan (tahap enaktif),
menggambar lingkaran dan gambar persegi (tahap ikonik), dan
menuliskan simbol-simbol matematika. Hal tersebut dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa materi
pembagian bilangan asli yang dikerjakan dengan pengetahuan siswa
sendiri dan dengan pembelajaran yang telah diberikan Guru sebelumnya
pada siklus I sejalan dengan pendapat Sri Subarinah (2006:1)
menekankan pentingnya siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya
agar proses pembelajaran dapat direkam dalam pikirannya dengan cara
sendiri. tapi, kekurangannya ada siswa takut dan masih malu saat disuruh
kedepan kelas.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

54
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan,
dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan teori belajar Bruner dengan
tahap enaktif, ikonik dan simbolik dapat meningkatkan pemahaman
konsep pembagian bilangan asli siswa kelas II SD Negeri No. 12
Timbogading . Keberhasilan dari penerapan teori belajar Bruner terlihat
dari proses pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa. Seluruh siswa
terlibat secara aktif dalam proses pembelajarn, bergantian
mendemonstrasikan berhitung pembagian dan antusias
mempresentasikan hasil pekerjaannya yaitu menghitung pembagian
bilangan asli di depan kelas sesuai dengan soal yang telah dipilih.
Penerapan teori Bruner pada tahap enaktifdengan dengan menggunakan
bantuan sedotan, gelas plastik dan kertas lipat. penerapan teori Bruner
pada Tahap ikonik menggunakan gambar sebagai benda konkret seperti
gambar buku dan bola, kemudian dilanjutkan pada tahap simbolik
dimana siswa telah mengetahui dan memperdalam pemahaman siswa
dengan mengenal simbol matematika materi tentang pembagian bilangan
asli. Dari pembelajaran yang telah dilakukan dengan menggunakan
penerapan Teori Belajar Bruner yang telah diuraikan di atas, memberikan
kesimpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan penerapan teori
belajar Bruner telah diterapkan secara optimal dan mampu meningkatkan
pemahaman konsep pembagian bilangan asli siswa kelas II SD Negeri
No. 12 Timbogading. Namun, kurang dalam memberi motivasi untuk
meningkatkan kepercayaan diri siswa di depan umum(kelas).

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh, maka terdapat saran
kepada beberapa pihak sebagai berikut.
1. Bagi Siswa

55
a. Keterampilan siswa tentang berhitung perlu ditingkatkan dalam
melatih kemandirian dan memahami konsep dan mengikuti proses
pembelajaran khususnya materi pembagian bilangan asli.
b. Jika terjadi kesulitan dalam memahami materi yang dipelajari,
janganlah sungkan untuk bertanya kepada Guru agar memahami
konsep secara maksimal.
2. Bagi Guru
a. Penerapan teori Bruner sebaiknya digunakan Guru dalam
mengajarkan mata pelajaran matematika, khususnya materi
pembagian bilangan asli siswa kelas II SD.
b. Dalam menanamkan konsep matematika, sebaiknya Guru lebih
banyak menggunakan alat peraga untuk memudahkan siswa
memahami konsep matematika yang bersifat abstrak.
3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
rujukan untuk melakukan penelitian yang serupa dan adanya
kekurangan dalam penelitian ini hendaknya dapat dikembangkan lebih
lanjut untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik dan
maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,S dkk. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. (hal.20) Jakarta: PT.
Bumi Aksara.

56
Dimyati dan Mujyono. (2006). Belajar dan Pembelajaran Cetakan. Ke-3.
Jakarta : Rineka Cipta.

Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. (hal. 59) Jakarta: Grasindo.

Heruman. (2007). Model Pembelajaran Matematika. (hal. 1,3,4 dan 26-30)


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

https://eprints.uny.ac.id

Hamalik, O (2010). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan


PendekatanSistem. (hal.162) Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hamalik (2006). Proses Belajar Mengajar. (hal. 155). Jakarta : PT Bumi


Aksara

Karso, dkk. (2005). Pendidikan Matematika I. (hal. 2.14) Jakarta: Universitas


Terbuka.

Liebeck. P. (1984). Bagaimana anak belajar matematika : Panduan untuk


orang tua dan guru London:Penguin UK.

Muhsetyo, G. dkk. (2011). Pembelajaran Matematika SD. (hal.1.12)


Jakarta: Universitas Terbuka.

Negoro, S dan Harahap, B (2005). Ensiklopedia Matematika. (hal.34)


Bogor: Ghalia Indonesia.
Purwanto, N. (2010). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
(hal.114) Bandung: Remaja Rosdakarya.

57
Pardjono, dkk. (2007).Panduan Penelitian Tindakan Kelas. (hal. 22)
Yogyakarta: Lembaga Penelitian UNY.

Sudjana, N (2006). Penilaian hasil proses belajar mengajar. (hal. 22 dan


24) Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sri Subarinah. (2006). Inovasi Pembelajaran Matematika SD. (hal. 1dan


3-4) Jakarta: Dirjen Dikti.

Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. (hal.109,111 dan 112)


Yogyakarta: UNY Press.

Slameto. (2008). Proses Belajar Mengajar. (hal. 7dan 8). Jakarta : Remaja
Rosdakarya.

Tarigan,D (2006). Pembelajaran Matematika Realistik. (hal. 49) Jakarta:


Dirjen Dikti.

Tombokan Runtukahu, J. (2006). Pengajaran Matematika bagi Anak


Berkesulitan Belajar. (hal. 60-61 dan114 Jakarta: Dirjen Dikti.

Winataputra, U. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Pusat


Penerbian Universitas Terbuka.

Yamin, M dkk (2009). Manajemen Pembelajaran Kelas


(StrategiMeningkatkan Mutu Pembelajaran). (hal.33)Jakarta:
Gaung Persada.

58
LAMPIRAN
RPP Siklus 1Pertemuan 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)
Nama Sekolah : SD Negeri 12 Timbogading
Tema : Kegiatan sehari-hari
Mata pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : II (Dua)/ 2 (dua)
Alokasi waktu : 2x35 menit

I. Kompetensi Inti

K1 : Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang


dianutnya.
K2 : Memiliki perilaku jujur ,disiplin, tanggung jawab, santun, peduli
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman,
guru dan tetangganya.
K3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati.
Membaca, mendengar, menanya dan melihat. berdasarkan rasa
ingin tahu dirinya, makhluk ciptaan tuhan dan kegiatannya,
dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah dan
tempat bermain.
K4 : Menyajikan pengetahuan factual dalam bahasa yang jelas,
sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan
yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

II. Kompetensi Dasar

2.1. Melakukan pembagian bilangan dua angka

III. Indikator
3.1. Melakukan operasi hitung pembagian bilangan asli cara
pengurangan berulang dengan benar.
3.2. Melakukan operasi hitung pembagian bilangan asli cara distribusi
dengan benar.

IV. Tujuan Pembelajaran


Melalui kegiatan pembelajaran menggunakan teori Bruner yang
dipadukan dengan penggunaan metode diskusi, Tanya jawab, ceramah,
demonstrasi dan penugasan menuntun siswa untuk belajar aktif. Setelah
memberi penjelasan contoh pembagian dengan menggunakan gambar
buku diharapkan siswa dapat mengetahui berhitung pembagian bilangan
asli cara pengulangan berulang dan distribusi dengan tepat dan benar
dengan memperagakan cara berhitung pembagian di depan kelas dan
melakukan tanya jawab siswa dengan pembagian dalam cerita yang
disampaikan. diharapkan siswa dapat memahami operasi hitung
pembagian dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Pada
tujuan pembelajaran kali ini diharapkan memiliki karakter tang religious
perhatian, tekun, kerjasama dan tanggung jawab.

V. Materi Pokok
Pembagian bilangan asli

VI. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran


A. Model : Penerapan Teori Bruner
B. Metode : Tanya Jawab, ceramah, demonstrasi, penugasan, diskusi.

VII. Kegiatan pembelajaran

1. Kegiatan Awal
a. Salam
b. Guru mengkondisikan siswa dengan meminta siswa untuk
menyiapkan alat belajarnya dan memastikan siswa untuk tenang.
c. Guru membuka pelajaran
c. Berdo‟a dan absensi.
d. Apersepsi : guru mengulas pengetahuan siswa tentang materi
perkalian yang telah dipelajari sebagai pertanyaan pancingan.
Guru : anak-anak, kemarin kita sudah belajar tentang perkalian,
coba kalian sebutkan yang kalian ketahui tentang
perkalian ?
Siswa : penjumlahan berulang pak...” (siswa dengan
serentakmenjawab).
Guru : ya benar, nah yang kita kenal perkalian sebagai
penjumlahan berulang, lalu pembagian bagaimana?
Siswa : ‘pengurangan berulang pak,,,’ (beberapa siswamenjawab).

e. Guru menanggapi jawaban siswa, kemudian menyampaikan tujuan


pembelajaran bahwa hari ini akan belajar tentang pembagian yang
merupakan rangkaian operasi hitung.
2. Kegiatan Inti
a. Siswa di beri penjelasan oleh guru apa itu pembagian dengan
menceritakan suatu kejadian yang berkaitan dengan pembagian.“
anak-anak, kemarin pak guru pergi ke sebuah toko alat tulis,
kemudian pak guru membeli 6 buku tulis untuk di hadiahkan
kepada 3 anak bapak, berapa banyak buku yang didapat masing-
masing anak?”.
b. Siswa memperhatikan penjelasan dan cerita guru.
c. Siswa juga menanggapi pertanyaan dari guru terkait cerita dan soal
pembagian yang dijelaskan.
d. Guru memberi contoh pembagian dengan memperagakan cara
berhitung pembagian di depan kelas dan melalukan tanya jawab
dengan siswa yang berkaitan dengan pembagian dalam cerita
yang disampaikan, penyampaian materi sebagai berikut.
1) Pembagian dengan cara pengurangan
berulang Contoh pembagian bilangan
6 : 2 = ....?
a) Tahap enaktif : siswa memperhatikan guru memperagakan
pembagian menggunakan kertas lipat diawali dengan
mengajak siswa menghitung jumlah kertas lipat sejumlah
6 yang diambil dan akan di bagi 2 dengan cara
pengurangan berulang. Pembagian dilakukan dengan
mengurangi atau mengambil 2 kertas lipat sekaligus
sampai habis.
b) Tahap ikonik : siswa memperhatikan guru mencontohkan
pembagian menggunakan gambar buku yang sudah
tertempel pada tabel gambar di papan tulis.
c) Tahap simbolik : siswa menyebutkan simbol matematika
sebelum guru menuliskan simbol angka setelah melakukan
peragaan pada tahap enaktif dan ikonik, simbol angka
ditulis pada kolom dibawah gambar buku yang tersedia di
tabel gambar yang tertempel di papan tulis.
2) Pembagian dengan cara distribusi
Contoh pembagian bilangan 8 :
2 = ....?
a. Tahap enaktif : guru memperagakan pembagian
menggunakan sedotan dan gelas plastik diawali dengan
mengajak siswa menghitung jumlah sedotan sejumlah 8
yang diambil dan menyediakan 2 gelas plastik karena
akan di bagikan 2 dengan cara distribusi. Pembagian
dilakukan dengan memasukkan sedotan 1 per 1 ke dalam
2 gelas plastik sampai habis.
b. Tahap ikonik : guru mencontohkan pembagian
menggunakan gambar buku yang sudah tertempel pada
tabel gambar di papan tulis.
c. Tahap simbolik : guru menuliskan simbol angka setelah
melakukan peragaan pada tahap enaktif dan menuliskan
simbol angka pada kolom dibawah gambar buku yang
tersedia di tabel gambar yang tertempel di papan tulis

e. Siswa memperhatikan guru dan aktif menjawab


pertanyaan guru.
f. Siswa dibagi menjadi 9 kelompok sesuai tempat duduk
siswa (1 kelompok 2 orang anggota).
g. Siswa dibagikan LKS yang dapat di kerjakan dengan
teman sebangkunya.
h. Masing-masing kelompok dibagikan alat peraga yaitu
berupa sedotan dan gelas plastik untuk dapat diperagakan
siswa secara bergantian dengan teman sebangkunya atau
anggota kelompoknya.
i. Siswa dibimbing guru melakukan pembagian dengan
memperagakan cara berhitung pembagian sebagai
berikut.
1) Pembagian dengan cara pengurangan berulang
Contoh pembagian bilangan 32 : 8 = ....? dan 15 : 3
= ....?
a) Tahap enaktif : siswa memperagakan pembagian
menggunakan sedotan diawali menghitung jumlah
sedotan sejumlah 32 yang diambil dan akan di bagi
8 dengan cara pengurangan berulang. Pembagian
dilakukan dengan mengurangi atau mengambil 8
kertas lipat sekaligus sampai habis.
b) Tahap ikonik : siswa melakukan pembagian
diawali dengan menghitung bersama-sama jumlah
gambar sedotan berjumlah 15 dan melingkari atau
mencoret gambar sedotan 3 sekaligus yang terdapat
dalam LKS dan.
c) Tahap simbolik : siswa menyebutkan simbol
matematika yaitu simbol angka kemudian
menuliskan simbol angka tersebut pada kolom
yang tersedia dalam LKS setelah melakukan
peragaan pada tahap enaktif dan ikonik.
Soal 132 : 8 = 4, karena ada 4 kali
pengurangan.
Soal 215 : 3 = 5, karena ada 5 coretan
ataulingkaran yang dalam
setiap coretan terdapat 3
gambar sedotan.
2) Pembagian dengan cara distribusi
Contoh pembagian bilangan 36 : 9 = ....? dan 20 : 2
= ....?
a) Tahap enaktif : siswa memperagakan pembagian
menggunakan sedotan dan gelas plastik diawali
dengan menghitung jumlah sedotan sejumlah 36
yang diambil dan menyediakan 9 gelas plastik
karena akan di bagikan 9 dengan cara distribusi.
Pembagian dilakukan dengan memasukkan sedotan
1 per 1 ke dalam 2 gelas plastik sampai habis.

b) Tahap ikonik : siswa melakukan pembagian diawali


dengan menghitung bersama-sama jumlah gambar
sedotan berjumlah 20 dan 2 gambar gelas, kemudian
memberi panah pada setiap sedotan untuk
mengelompokkan gambar sedotan ke dalam 2
gambar gelas plastik.
c) Tahap simbolik : siswa menyebutkan simbol
matematika yaitu simbol angka kemudian
menuliskan simbol angka tersebut setelah
melakukan peragaan pada kolom yang tersedia
dalam LKS setelah melakukan tahap enaktif dan
ikonik.
Soal 136 : 9 = 4, karena ada 4 gambar
sedotandalam masing-masing
gelas.
Soal 220 : 2 = 10, karena ada 10 gambar
sedotandalam masing-masing
gambar gelas
j. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan materi yang
belum dipahami.
k. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi
yang telah diajarkan.
3. Kegiatan Akhir
a. Guru memberikan tugas untuk di kerjakan di rumah tentang
pembagian bilangan asli dengan cara pengurangan berulang dan
pembagian dengan cara distribusi.
b. Guru memberikan motivasi
c. Guru mengkondisikan siswa (termasuk pengumpulan
alatperaga)
d. Guru menutup pelajaran.

VII. Alat dan Sumber Belajar


A. Alat
1. Kertas lipat, Sedotan dan Gelas plastik transparan
2. Tabel gambar buku

3. Papan tulis dan alat tulis


B. Sumber Belajar
1. Silabus Kelas II SD
2. Amin Mustoha. 2008. Senang Matematika untuk SD dan MI
KelasIIJakarta: BSE.
3. M. Khafid. 2007. Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar
KelasII Jakarta: Erlangga.
4. Purnomosidi. 2008. Matematika untuk SD dan MI Kelas II.
Jakarta: BSE.
5. Tim Bina Karya Guru. 2007. Terampil Berhitung Matematika
untukSD Kelas II. Jakarta: Erlangga.
XI. Penilaian

 Prosedur Tes
a. Tes Proses: Pada saat pembelajaran
b. Tes Akhir : Tes evaluasi
 Jenis Tes
a. Tes Tertulis
 Alat Tes
a. Lembar Kerja Siswa
b. Soal Evaluasi
 Lampiran
a. Lembar Kerja Siswa
b. Soal Evaluasi
c. Lembar Pengamatan.
d. Kunci jawaban

Pamboang, April 2020


Mengetahui,

Kepala Sekolah Mahasiswa

ABDUL HAFID, S.Pd.SD KARMILA


NIP. 19631212 198306 1 004 NIM.838063129
RPP Siklus 1 Pertemuan 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan pendidikan : Sekolah dasar
Nama sekolah : SD Negeri No. 12 Timbogading
Tema : Kegiatan sehari-hari
Mata pelajaran : Matematika
Kelas/semester : II (Dua )/ 2 (Dua )
Alokasi waktu : 2 x 35 menit

I. Kompetensi Inti
K1 : Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang
dianutnya.
K2 : Memiliki perilaku jujur ,disiplin, tanggung jawab, santun, peduli
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman,
guru dan tetangganya.
K3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati.
Membaca, mendengar, menanya dan melihat. berdasarkan rasa
ingin tahu dirinya, makhluk ciptaan tuhan dan kegiatannya,
dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah dan
tempat bermain.
K4 : Menyajikan pengetahuan factual dalam bahasa yang jelas,
sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan
yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

II. Kompetensi Dasar

2.1. Melakukan pembagian bilangan dua angka

III. Indikator

3.1. Melakukan operasi hitung pembagian bilangan asli cara


pengurangan berulang dengan benar.
3.2. Melakukan operasi hitung pembagian bilangan asli cara distribusi
dengan cara benar
3.3. Memecahkan masalah sehahri-hari yang berhubungan dengan
pembagian yang disajikan dalam soal cerita
3.4. Mengenal pembagian sebagai kebalikan dari perkalian.

IV. Tujuan Pembelajaran


Melalui kegiatan pembelajaran menggunakan teori Bruner yang
dipadukan dengan penggunaan metode diskusi, Tanya jawab, ceramah,
demonstrasi dan penugasan menuntun siswa untuk belajar aktif.Setelah
penjelasan dan demonstrasi dari Guru Diharapkan siswa
dapatmengetahui berhitung pembagian bilangan asli cara pengurangan
berulang dan cara distribusi dengan tepat dan benar. setelah Guru
melakukan tanya jawab dengan siswa yang berkaitan dengan
pembagian sebagai kebalikan dengan perkalian dan pembagian
disajikan dalam soal ceritamember dan contoh pembagian dengan
memperagakan cara berhitung pembagian di depan kelas.. Diharapkan
siswa dapatmelakukan pembagian yang disajikan dalam soal cerita dan
pembagian sebagai kebalikan dari perkalian dengan benardan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dengan benar. Pada
tujuan kegiatan pembelajaran ini siswa diharapkan memiliki karakter
yang religious, perhatian, tekun, kerjasama dan tanggung jawab

V. Materi Pokok
Pembagian bilangan asli

VI. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran


A. Model : Penerapan Teori Bruner
B. Metode: Tanya Jawab, ceramah, demonstrasi, penugasan, diskusi.

VII . Kegiatan pembelajaran


1. Kegiatan Awal
a. Salam
b. Guru mengkondisikan siswa dengan meminta siswa untuk
menyiapkan alat belajar dan memastikan siswa untuk tenang.
c. Guru membuka pelajaran
d. Berdo‟a dan absensi (jika di awal pembelajaran)
e. Apersepsi : Guru mengulas pengetahuan dan pemahaman siswa
tentang materi sebelumnya yaitu pembagian sebagai
pengurangan berulang dan pembagian dengan cara
mengelompokkannya atau distribusi.
Guru :‘anak-anak, kemarin kita sudah belajar
tentang pembagian sebagai pengurangan
berulang dan pembagian dengan cara
mengelompokkannya atau distribusi’. Nah
hari ini, kita akan mempelajari materi
pembagian dalam bentuk soal cerita dan
pembagian kebalikan dengan perkalian.
f. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran bahwa hari ini akan
belajar tentang operasi hitung pembagian dalam bentuk soal
cerita dan pembagian sebagai kebalikan dengan perkalian.
g. Sebelum memulai pelajaran guru meminta siswa untuk
mengumpulkan tugas pertemuan sebelumnya.

2. Kegiatan Inti
a. Guru memberi contoh pembagian dengan memperagakan cara
berhitung pembagian di depan kelas dan melakukan tanya jawab
dengan siswa yang berkaitan dengan pembagian sebagai
kebalikan dengan perkalian dan pembagian disajikan dalam soal
cerita, penyampaian materi sebagai berikut.
Pembagian sebagai kebalikan dari perkalian dilakukan dengan
pembagian dengan cara pengurangan berulang.
Contoh soal :
12:4=...?
3 x 4 = . . .?
1) Tahap Enaktif : siswa memperhatikan guru memperagakan
pembagian menggunakan sedotan diawali dengan mengajak
siswa menghitung jumlah sedotan sebanyak 12 yang akan
diambil dan di bagi 4 dengan cara pengurangan berulang.
Pembagian dilakukan dengan mengurangi atau mengambil
4 sedotan sekaligus sampai habis.
Sedangkan perkalian dilakukan dengan mengajak siswa
menghitung penjumlahan berulang dengan bilangan atau
angka yang sama, yaitu:

3 x 4 = ... 4 + 4 + 4 = .... sehingga di perolehhasil 12.


2) Tahap Ikonik : siswa memperhatikan guru mencontohkan
pembagian disajikan dalam soal cerita dengan cara
distribusi yaitu dengan melingkari atau mencoret gambar
sejumlah 3 gambar bola sampai habis. Gambar bola yang
digunakan sudah tertempel pada tabel gambar di papan tulis
dengan contoh soal sebagai berikut. 12 : 3 = . . . ?.
3) Tahap Simbolik : siswa menyebutkan simbol matematika
sebelum guru menuliskan simbol angka setelah melakukan
peragaan pada tahap enaktif dan ikonik, simbol angka
ditulis pada kolom dibawah gambar bola yang tersedia di
tabel gambar yang tertempel di papan tulis.
a. Siswa memperhatikan guru dan menjawab pertanyaan
guru.
b. Siswa dibagi menjadi 9 kelompok sesuai tempat duduk
siswa (1 kelompok 2 orang anggota)
c. Siswa dibagikan LKS yang dapat di kerjakan siswa
dengan teman sebangkunya.
d. Masing-masing kelompok dibagikan alat peraga berupa
sedotan untuk berhitung soal latihan pembagian sebagai
kebalikan dari perkalian dan dibagikan lembar kertas
yang berisi gambar-gambar benda yang disebutkan
dalam soal latihan untuk dapat membantu siswa
mengerjakan soal latihan dalam bentuk soal cerita.
Siswa dibimbing guru memperagakan cara
berhitung dalam pembagian, yaitu pengenalan
pembagian sebagai kebalikan dengan perkalian dan
pembagian dalam bentuk soal cerita sebagai berikut.
1) Tahap Enaktif : siswa memperagakan pembagian
menggunakan sedotan diawali dengan menghitung
jumlah sedotan sebanyak 24 yang akan diambil dan di
bagi 3 dengan cara pengurangan berulang. Pembagian
dilakukan dengan mengurangi atau mengambil 3
sedotan sekaligus sampai habis.
Sedangkan perkalian dilakukan dengan
menghitung penjumlahan berulang dengan bilangan
atau angka yang sama, yaitu:
8 x 3 = ... 3+3+3+3+3+3+3+
3= .... sehingga
di peroleh hasil 24.
2) Tahap Ikonik : siswa melakukan pembagian yang
disajikan dalam soal cerita dengan cara distribusi
yaitu dengan melingkari atau mencoret gambar
sejumlah 3 gambar bola sampai habis. Gambar kursi
pada soal 1 dan gambar pohon pada soal 2 dengan
contoh soal sebagai berikut.
40:3=...?
25:5=...?
3) Tahap Simbolik : siswa menyebutkan simbol
matematika sebelum menuliskan simbol angka setelah
melakukan peragaan pada tahap enaktif dan ikonik,
simbol angka ditulis pada kolom dibawah gambar
bola yang tersedia di tabel gambar yang tertempel di
papan tulis
f. Siswa dibimbing guru mencocokkan jawaban hasil
pembagian yang telah dikerjakan dalam soal latihan
(LKS). (tahap ikonikdan simbolik).
g. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan materi yang
belum dipahami.
h. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi
yang telah diajarkan.
i. Siswa diberikan evaluasi oleh guru terkait materi yang
telah diajarkan dari 2 kali pertemuan.
j. Siswa diminta mengumpulkan lembar jawaban.
3. Kegiatan Akhir
a. Siswa diberikan motivasi untuk tetap bersemangat belajar.
b. Guru mengkondisikan siswa (disertai dengan pengumpulanalat
peraga)
c. Guru menutup pelajaran.

VII. Alat dan Sumber Belajar


A. Alat
1. Kertas lipat warna-warni
2. Sedotan
3. Gelas plastik transparan
4. Tabel gambar bola
5. Papan tulis
6. Alat tulis
B. Sumber Belajar
1. Silabus Kelas II SD
2. Tri Novia Nelitayanti. 2008. Cinta Berbahasa Indonesia untuk
Kelas IISekolah Dasar. Jakarta: BSE.
3. Amin Mustoha. 2008. Senang Matematika untuk SD dan MI
KelasII Jakarta: BSE.
4. M. Khafid. 2007. Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar
Kelas II Jakarta: Erlangga.
5. Purnomosidi. 2008. Matematika untuk SD dan MI Kelas II.
Jakarta: BSE.
6. Tim Bina Karya Guru. 2007. Terampil Berhitung Matematika
untukSD Kelas II. Jakarta: Erlangga.

XI. Penilaian

 Prosedur Tes
c. Tes Proses: Pada saat pembelajaran
d. Tes Akhir : Tes evaluasi
 Jenis Tes
a. Tes Tertulis
 Alat Tes
c. Lembar Kerja Siswa
d. Soal Evaluasi
 Lampiran
e. Lembar Kerja Siswa
f. Soal Evaluasi
g. Lembar Pengamatan.
h. Kunci jawaban

Pamboang, April 2020


Mengetahui,
Kepala Sekolah Mahasiswa

ABDUL HAFID, S.Pd.SD KARMILA


NIP. 19631212 198306 1 004 NIM.838063129

RPP Siklus 2 Pertemuan 1


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan pendidikan : Sekolah dasar
Nama sekolah : SD Negeri No. 12 Timbogading
Tema : Kegiatan sehari-hari
Mata pelajaran : Matematika
Kelas/semester : II (Dua) / 2 (Dua)
Alokasi waktu : 2 x 35 Menit

I. Standar Kompetensi
K1 : Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang
dianutnya.
K2 : Memiliki perilaku jujur ,disiplin, tanggung jawab, santun, peduli
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman,
guru dan tetangganya.
K3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati.
Membaca, mendengar, menanya dan melihat. berdasarkan rasa
ingin tahu dirinya, makhluk ciptaan tuhan dan kegiatannya, dan
benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah dan tempat
bermain.
K4 : Menyajikan pengetahuan factual dalam bahasa yang jelas,
sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan
yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

II. Kompetensi Dasar A.

2.1 Melakukan pembagian bilangan dua angka


III. Indikator

3.2.1 Melakukan operasi hitung pembagian bilangan asli cara pengulangan


dengan benar
3.2.2 Melakukan operasi hitung pembagian bilangan asli cara distribusi
dengan benar
3.2.3 Menyelesaikan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan
pembagian
IV. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan pembelajaran menggunakan teori Bruner yang
dipadukan dengan penggunaan metode diskusi, Tanya jawab, ceramah,
demonstrasi dan penugasan menuntun siswa untuk belajar aktif. Setelah
bimbingan dan penjelasan dari guru. Diharapkan siswa dapat lebih
memahami berhitung pembagian bilangan asli cara pengurangan
berulang dan cara distribusi dengan tepat dan benar. Setelah
memperagakan cara hitung pembagian, siswa dapat lebih memahami
operasi hitung pembagian dan mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari dengan benar. Pada tujuan kegiatan pembelajaran ini siswa
diharapkan memiliki karakter yang religious, perhatian, tekun,
kerjasama dan tanggung jawab.

V. Materi Pokok
Pembagian bilangan asli

VI. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran


A. Model: Penerapan Teori Bruner
B. Metode: Tanya Jawab, ceramah, demonstrasi, penugasan, diskusi.

VII. Kegiatan pembelajaran

A. Pertemuan ke-1
1. Kegiatan Awal
a. Mengucapkan salam dan menyapa
b. Guru mengkondisikan siswa dengan meminta siswa untuk
menyiapkan peralatan belajar dan memastikan siswa untuk
tenang.
c. Guru membuka pelajaran
d. Berdo‟a dan absensi
e. Apersepsi : guru mengulas pengetahuan siswa tentang
materi pembagian bilangan asli yang telah dipelajari pada
pertemuan sebelumnya.
Guru : ‘anak-anak, kemarin kita sudah belajar tentang
pembagian, dan ternyata didalam operasi hitung
pembagian juga terdapat beberapa cara untuk kita
memperoleh hasil bagi. Nah coba kalian
sebutkan, di pertemuan sebelumnya kita belajar
pembagian bagaimana saja caranya?’
Siswa :‘dengan pengurangan berulang pak”. “dengan
distribusi pak,...’ (siswa saling
memberikanjawabannya).
Guru : ‘ ya benar, nah selain dengan cara pembagian
sebagai pengulangan berulang dan pembagian
dengan cara distribusi, lalu ada pembagian yang
disajikan dalam soal cerita, serta mengenal
pembagian sebagai kebalikan dari perkalian.
namun hari ini kita akan mempelajari
lagipembagian sebagai pengurangan berulang dan
dengan cara distribusi agar kalian lebih paham’.
f. Guru menanggapi jawaban siswa, kemudian mengajak
siswa bertepuk “aku siap belajar”.
2. Kegiatan Inti
a. Siswa diberikan penjelasan kembali apa itu pembagian
sebagai pengurangan berulang dan dengan cara
mengelompokkan.
b. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang pembagian
sebagai pengurangan berulang dan dengan cara distribusi.
c. Dua orang siswa diminta maju ke depan untuk
memperagakan contoh cara berhitung pembagian di depan
kelas. Peragaan pembagian dimulai dari peragaan
pembagian yang akan dilakukan oleh siswa 1 yaitu
pembagian dengan cara pengurangan berulang dan peragaan
pembagian oleh siswa 2 dengan cara distribusi seperti yang
telah di ajarkan guru pada pertemuan sebelumnya secara
bergantian, dan dengan bantuan alat peraga kertas lipat,
sedotan dan gelas plastik transparan (tahap enaktif).
Contoh, pembagian bilangan asli oleh siswa 1 adalah
15 : 5 = ....?
Contoh, pembagian bilangan asli oleh siswa 1 adalah
18 : 3 = ....?
d. Semua siswa memperhatikan temannya yang sedang
memperagakan contoh pembagian.
e. Siswa 1 menggambarkan contoh soal yang sama cara
berhitung pembagian yang dijelaskan siswa di papan tulis,
sebagai pengurangan berulang dengan menggunakan
gambar lingkaran (ikonik) dengan kemudian diikuti dengan
penggunaan angka (simbolik).
f. Siswa 2 menggambarkan contoh soal yang sama cara
berhitung pembagian yang dijelaskan siswa di papan tulis,
cara distribusi dengan menggunakan gambar persegi atau
kotak (ikonik)dengan kemudian diikuti dengan penggunaan
angka (simbolik).
g. Kedua siswa kembali ke tempat duduk setelah selesai
memperagakan dan mendapat tepuk tangan (reward).
h. Kegiatan pembelajaran dilanjut dengan guru membagi siswa
menjadi 9 kelompok sesuai tempat duduk siswa (1
kelompok 2 orang anggota).
i. Guru memberikan 1 undian soal latihan sebagai LKS yang
dapat dikerjakan siswa di depan kelas sesuai urut nomor
undi dengan urutan pembelajaran sesuai dengan tiga tahap
penerapan pembelajaran teori Bruner (tahap enaktif, ikonik
dan simbolik).
j. Setiap kelompok yang ditunjuk guru maju kedepan untuk
mempresentasikan 1 soal hasil pembagian yang telah
dilakukan dengan 2 cara yang berbeda, yaitu dengan cara
pengurangan berulang dan distribusi.
k. Siswa bisa bersuit untuk memilih cara mengerjakannya.
Contoh :Siswa 1 yang menang mengerjakan pembagian
dengan cara pengurangan berulang.Siswa 2
yang kalah mengerjakan pembagian dengan cara
distribusi.
i. Siswa yang lain memperhatikan. (Guru juga
memberiperingatan siswa yang ramai tidak akan di
tunjuk maju ke depan).
j. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan materi yang
belum dipahami.
k. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi
yang telah diajarkan.
3. Kegiatan Akhir
a. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk terus
bersemangat dalam belajar.
b. Guru mengkondisikan siswa (termasuk pengumpulan
alatperaga)
c. Guru menutup pelajaran.

VIII. Alat dan Sumber Belajar


A. Alat
1. Kertas lipat warna-warni
2. Sedotan
3. Gelas plastik transparan
4. Papan tulis
5. Alat tulis

B. Sumber Belajar
1. Silabus Kelas II SD
2. Amin Mustoha. 2008. Senang Matematika untuk SD dan MI
Kelas IIJakarta: BSE.
3. M. Khafid. 2007. Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar
Kelas II. Jakarta: Erlangga.
4. Purnomosidi. 2008. Matematika untuk SD dan MI Kelas II.
Jakarta: BSE.
5. Tim Bina Karya Guru. 2007. Terampil Berhitung Matematika
untukSD Kelas II. Jakarta: Erlangga.
XI. Penilaian

 Prosedur Tes
e. Tes Proses: Pada saat pembelajaran
f. Tes Akhir : Tes evaluasi
 Jenis Tes
a. Tes Tertulis
 Alat Tes
e. Lembar Kerja Siswa
f. Soal Evaluasi
 Lampiran
i. Lembar Kerja Siswa
j. Soal Evaluasi
k. Lembar Pengamatan.
l. Kunci jawaban

Pamboang, April 2020


Mengetahui,

Kepala Sekolah Mahasiswa

ABDUL HAFID, S.Pd.SD KARMILA


NIP. 19631212 198306 1 004 NIM.838063129
Siklus 2 Pertemuan 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)
Satuan pendidikan : Sekolah dasar
Nama sekolah : SD Negeri No. 12 Timbogading
Tema : Kegiatan sehari-hari
Mata pelajaran : Matematika
Kelas/semester : II (Dua) / 2 (Dua)
Alokasi waktu : 2 x 35 Menit

I. Standar Kompetensi
K1 : Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang
dianutnya.
K2 : Memiliki perilaku jujur ,disiplin, tanggung jawab, santun, peduli
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman,
guru dan tetangganya.
K3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati.
Membaca, mendengar, menanya dan melihat. berdasarkan rasa
ingin tahu dirinya, makhluk ciptaan tuhan dan kegiatannya, dan
benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah dan tempat
bermain.
K4 : Menyajikan pengetahuan factual dalam bahasa yang jelas,
sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan
yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

II. Kompetensi Dasar A.


2.1 Melakukan pembagian bilangan dua angka

III. Indikator
3.2.1 Melakukan operasi hitung pembagian bilangan asli cara
pengulangan berulang dengan benar
3.2.2 Melakukan operasi hitung pembagian bilangan asli cara distribusi
dengan benar
3.2.3 Memecahkan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan
pembagian yang disajikan dalam soal cerita
3.2.4 Mengenal pembagian sebagai kebalikan dari perkalian.

IV. Tujuan Pembelajaran


Melalui kegiatan pembelajaran menggunakan teori Bruner yang
dipadukan dengan penggunaan metode diskusi, Tanya jawab,
ceramah, demonstrasi dan penugasan menuntun siswa untuk belajar
aktif. Setelah bimbingan dan penjelasan dari guru. Diharapkan siswa
dapat lebih lebih memahami cara hitung pembagian sebagai
kebalikan dari perkalian dengan benardan memahami cara hitung
pembagian yang disajikan dalam soal cerita dengan benar.Melalui
panduan dari Guru, siswa dapat mendemonstrasikan pembagian
dengan benar. Setelah memperagakan cara hitung pembagian, siswa
dapat lebih memahami operasi hitung pembagian dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dengan benar.
Pada tujuan kegiatan pembelajaran ini siswa diharapkan memiliki
karakter yang religious, perhatian, tekun, kerjasama dan tanggung
jawab.

Materi Pokok
Pembagian bilangan asli

VI. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran


A. Model: Penerapan Teori Bruner
B. Metode :Tanya Jawab, ceramah, demonstrasi, penugasan, diskusi

VII. Kegiatan pembelajaran


1. Kegiatan Awal
a. Mengucapkan salam dan menyapa
b. Guru mengkondisikan siswa dengan meminta siswa untuk
menyiapkan peralatan belajar dan memastikan siswa untuk
tenang.
c. Guru membuka pelajaran
d. Berdo‟a dan absensi (jika di awal pembelajaran)
e. Apersepsi : guru mengulas pengetahuan dan pemahaman siswa
tentang materi sebelumnya yaitu pembagian
sebagai pengurangan berulang dan pembagian
dengan cara mengelompokkannya atau distribusi.
Guru : “anak-anak, siapa yang suka dibacakan cerita?
Siswa : “saya pak guru....”(siswa serentak menjawab)
Guru : ‘nah baguus, karena murid pak guru pintar-pintar,
pak guru nanti akan memberikan soal latihan dalam
bentuk soal cerita. Namun sebelumnya pak guru
mau bertanya, kemarin kita belajar matematika
tentang apa hayo? Siapa yang ingat?
Siswa :“saya pak guru..” (beberapa siswa
antusiasmengacungkan jari)
f. Guru menanggapi jawaban siswa, kemudian menyampaikan tujuan
pembelajaran bahwa hari ini akan belajar mengulang materi
operasi hitung pembagian dalam bentuk soal cerita dan
pembagian sebagai kebalikan dengan perkalian.
2. Kegiatan Inti
a. Guru memberikan penjelasan kembali kepada siswa apa itu
pembagian dalam soal cerita dan pembagian sebagai kebalikan
dari perkalian.
b. Siswa memperhatikan penjelasan guru terkait pembagian dalam
bentuk soal cerita dan kebalikan dari perkalian.
c. Guru membagi siswa menjadi 9 kelompok sesuai tempat duduk
siswa (1 kelompok 2 orang anggota).
d. Guru memberikan soal latihan sebagai LKS yang dapat di
kerjakan siswa dengan teman sebangkunya (tahap enaktif,ikonik
dan simbolik).
e. Guru meminta 2 siswa maju ke depan untuk memperagakan
contoh cara berhitung pembagian di depan kelas. Peragaan
pembagian dimulai dari peragaan pembagian yang akan
dilakukan oleh siswa 1 yaitu pembagian sebagai kebalikan dari
perkalian, pembagiannya dilakukan dengan cara pengurangan
berulang menggunakan bantuan alat peraga sedotan dan gelas
plastik. (tahap enaktif)
Contoh, pembagian bilangan 24 : 6 = ....?
f. Peragaan pembagian kedua yang akan dilakukan oleh siswa 2
yaitu pembagian yang disajikan dalam soal cerita,
pembagiannya dilakukan dengan cara distribusi menggunakan
gambar lingkaran sebagai manipulasi karet (tahap ikonik),
kemudian diikuti dengan penggunaan angka (simbolik).
Contoh soal cerita : ‘ada 25 karet akan dibagikan kepada 5 sama
banyak, yaitu kepada Arif, Ali, Agus, Aji
dan Said. Berapa banyak karet yang
diperoleh masing-masing anak?’
25 : 5 = ....?
g. Semua siswa memperhatikan temannya yang sedang
memperagakan contoh pembagian.
h...Siswa kembali ke tempat duduk setelah selesai memperagakan
dan mendapat tepuk tangan(reward).
i. Setiap kelompok yang ditunjuk guru, maju kedepan untuk
mengambil 1 nomor undian soal pembagian yang akan
dipresentasikan dengan 2 cara yang berbeda, yaitu dengan cara
pengurangan berulang dan distribusi untuk mengulas kembali
pemahaman siswa dengan pembelajaran sebelumnya.
(tahapenaktif dan simbolik)
j. Siswa bisa bersuit untuk memilih cara mengerjakannya.
Contoh :
Siswa 1 yang menang berhak memilih mengerjakan pembagian
dengan cara pengurangan berulang atau dengan cara distribusi.
Siswa 2 yang kalah menerima mengerjakan pembagian dengan
cara yang tersisa.
k. Semua siswa yang lain mencocokkan jawabannya. (Guru
jugamemberi peringatan siswa yang ramai tidak akan di
tunjuk maju ke depan).
l. Kelompok yang telah berhasil memperagakan dan
mempresentasikan hasil jawabannya diberi kesempatan untuk
mengambil 1 undian lagi untuk menemukan sebuah huruf yang
akan merangkai kata “SEMANGAT YA” jika semua
kelompok telah maju ke depan.
m. Kelompok yang telah maju kembali ketempat duduk dan
memperhatikan giliran presentasi dari kelompok lain.
n. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan materi yang belum
dipahami.
o. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi yang telah
diajarkan.
p. Guru memberikan evaluasi kepada siswa terkait materi yang
telah diajarkan dari 2 kali pertemuan.
q. Siswa diminta mengumpulkan lembar jawaban.
3. Kegiatan Akhir
a. Guru memberikan motivasi
b. Guru mengkondisikan siswa (disertai dengan pengumpulanalat
peraga)
c. Guru member penugasan
d. Guru menutup pelajaran.

VIII. Alat dan Sumber Belajar


A. Alat
1. Sedotan
2. Gelas plastik transparan
3. Papan tulis
4. Alat tulis
B. Sumber Belajar
1. Silabus Kelas II SD
2. Amin Mustoha. 2008. Senang Matematika untuk SD
dan MI Kelas IIJakarta: BSE.
3. M. Khafid. 2007. Pelajaran Matematika untuk Sekolah
Dasar Kelas IIJakarta: Erlangga.
4. Purnomosidi. 2008. Matematika untuk SD dan MI Kelas
II. Jakarta: BSE.
5. Tim Bina Karya Guru. 2007. Terampil Berhitung
Matematika untukSD Kelas II. Jakarta: Erlangga.

XI. Penilaian

 Prosedur Tes
g. Tes Proses: Pada saat pembelajaran
h. Tes Akhir : Tes evaluasi
 Jenis Tes
a. Tes Tertulis
 Alat Tes
g. Lembar Kerja Siswa
h. Soal Evaluasi
 Lampiran
m. Lembar Kerja Siswa
n. Soal Evaluasi
o. Lembar Pengamatan.
p. Kunci jawaban
Pamboang, April 2020
Mengetahui,

Kepala Sekolah Mahasiswa

ABDUL HAFID, S.Pd.SD KARMILA


NIP. 19631212 198306 1 004 NIM.838063129
LEMBAR REFLEKSI

SETELAH MELAKUKAN PEMBELAJARAN


Nama                     :    Karmila
NIM                      :   838063129  
Program Studi        :    S1 PGSD            
UPBJJ UT            :    Majene

A.    Refleksi Komponen
1. Apakah kegiatan membuka pelajaran yang saya lakukan, sudah
mengarahkan dan mempersiapkan siswa mengikuti pelajaran dengan
baik ?
Ya, karena setiap awal pembelajaran saya selalu kasih pertanyaan
atau apersepsi tentang materi yang akan saya ajarkan jadi siswa
siap mengikuti pelajaran saya.

2. Bagaimana tanggapan siswa terhadap materi / bahan ajar yang saya


sajikan sesuai dengan yang diharapkan? (Apakah materi terlalu
tinggi, terlalu rendah, atau sudah sesuai dengan kemampuan awal
siswa ?)

3. Bagaimana respons siswa terhadap media pembelajaran yang


digunakan ? (Apakah media sesuai dan mempermudah siswa
menguasai kompetensi / materi yang diajarkan?)

4. Bagaimana tanggapan siswa terhadap kegiatan belajar yang telah


saya rancang?
5. Bagaimana tanggapan siswa terhadap metode atau teknik pembelajaran
yang saya gunakan ?

6. Bagaimana tanggapan siswa terhadap pengelolaan kelas (perlakuan


saya terhadap siswa, cara saya mengatasi masalah, memotivasi siswa)
yang saya lakukan?

7.  Apakah siswa dapat menangkap penjelasan / intruksi yang saya


berikan dengan baik ?

8. Bagaimana tanggapa siswa terhadap latihan atau penilaian yang saya


berikan ?

9. Apakah siswa telah mencapai penguasaan kemampuan yang telah saya


ditetapkan?

10. Apakah saya telah dapat mengatur dan memanfaatkan waktu


pembelajaran dengan baik ?
Untuk menyelesaikan materi hari ini saya membutuhkan waktu 37
menit, dalm arti selisih 2 menit dari waktu yang disediakan meski
tidak terlalu fatal tapi saya akan berusaha memperbaiki cara
mengajar saya agar lebih efektif dan efisien.

11. Apakah kegiatan menutup pelajaran yang saya gunakan dapat


meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang
sudah saya ajarkan?
Iya, karena di akhir pertemuan saya selalu mengajak siswa saya
mereview materi yang telah kita pelajari hari itu.

B.     Refleksi Menyeluruh
1. Apakah rencana pembelajaran yang saya susun dapat berjalan
sebagaimana yang telah saya tetapkan ? (Jika tidak seleuruhnya,
apakah saya telah melakukan penyesunan rencana pembelajaran
dengan baik?)
Rencana pembelajaran yang saya susun dapat berjalan
sebagaimana mestinya.

2. Apa saja kelemahan-kelemahan saya dalam menyusun dan


melakukan pembelajaran? Dalam hal apa saja penguasaan materi,
penggunaan bahan dan media, penataan kegiatan, penggunaan
metode dan teknik pembelajaran, pengelolaan kelas, komunikasi
dan pendekatan terhadap siswa, penggunaan waktu, serta penilaian
belajar?
Waktu yang saya butuhkan sebanyak 37 menit, artinya melebihi 2
menit dari waktu yang disediakan. Jadi kelemahan saya pada
pertemuan kali ini adalah pada penggunaan waktu.

3. Apa saja penyebab kelemahan saya tersebut dan bagaimana


memperbaikinya kedepan ?
Kurang bisa memanfaatkan waktu dengan baik, mungkin lain
waktu saya bisa lebih konsentrasi tidak hanya pada materi tapi
juga waktu yang tersedia yang sudah saya tetapkan.

4. Apakah kekuatan saya atau hal-hal baik yang telah saya capai dalam
merancang dan melaksanakan pembelajaran?
Materi dan penjelasan yang saya terapkan mudah dipahami oleh
siswa saya.

5. Apa penyebab kelebihan atau kebaikan yang telah saya capai dalam
merancang dan melaksanakan pembelajaran ?
Saya menjelaskan materi dengan tidak bertele-tele, singkat namun
mudah dipahami siswa saya.

6. Bagaimana kebaikan dan kekuatan saya dalam mengajar dapat


dipertahankan bahkan ditingkatkan ?
Trik merangkum atau mencatat garis besar materi akan saya
pertahankan.

7. Hal-hal unik apa yang terjadi dalam pembelajaran yang saya


lakukan ?

8. Ketika ditanya tentang dasar dan alasan pengambilan keputusan


serta tindakan mengajar yang saya lakukan, apakah saya dapat
mempertanggung jawabkannya secara ilmiah dan moral?
Saya yakin tindakan mengajar yang saya lakukan tidak
menyimpang dari kebenaran jadi insya Allah saya pasti bisa
mempertanggung jawabkan tindakan mengajar yang saya lakukan.

Anda mungkin juga menyukai