Laporan Akhir Kuliah Lapangan
Laporan Akhir Kuliah Lapangan
Laporan Akhir Kuliah Lapangan
ZOOLOGI INVERTEBRATA
OLEH:
DOSEN PEMBIMBING
LIZA MEINI FITRI M.SI
ASISTEN DOSEN
MARZUKI
RINI PUTRI NINGSIH
RAHMI DAFITRI
Sebagai mana salah satu syarat mengikuti ujian akhir dan menyelesaikan
Mata Kuliah Biologi Umum.
Asisten Dosen
Mengetahui,
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt. Yang Maha Kuasa,
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami
telah dapat menyelesaikan laporan kuliah lapangan pada mata kuliah Zoologi
Invertebrata. Tugas ini sangat berguna bagi kami karena dapat mengetahui bentuk,
jenis serta ciri-ciri dari jenis-jenis hewan invertebrata, Juga dapat menambah
pengalaman pengetahuan kami tentang hewan invertebrta yang ada di alam.
Penulis mengucapkan terima kasih terutama kepada :
1. Orang tua yang telah memberikan doa dan dukungan baik moril maupun
materil untuk menyelesaikan laporan ini.
2. Ibu Diyyan Marneli, M.Pd sebagai Ketua Jurusan Tadris Biologi.
3. Ibu Liza Meini Fitri, M. Si sebagai Dosen Pembimbing mata Zoologi
Invertebrata.
4. Asisten Dosen mata kuliah Zoologi Invertebrata yang telah membimbing
dalam pelaksanaan kuliah lapangan hingga pembuatan laporan ini.
5. Teman-teman yang telah memberikan sumbangan pikiran bagi kami.
6. Masyarakat setempat yang berpartisipasi dalam pelaksanaan kuliah lapangan.
Laporan ini disusun dengan harapan dapat membantu kita dalam hal
mengetahui klasifikasi hewan Invertebrata, habitat Hewan invertebrata, serta ciri-
ciri yang ada pada hewan invertebrata.
Rahmi Dafitri
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
DAFTAR TABEL............................................................................................
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................
B. Tujuan..................................................................................................
BAB II KAJIAN TEORI
A. Filum Porifera......................................................................................
B. Filum Coelentrata.................................................................................
C. Filum Echinodermata ............................................................................
D. Filum Platyhelminthes ..........................................................................
E. Filum Nemateminthes ...........................................................................
F. Filum Annelida .....................................................................................
G. Filum Molusca ......................................................................................
H. Filum Arthopoda ...................................................................................
I. Filum Insecta .........................................................................................
BAB III PELAKSANAAN
A. Waktu dan Tempat.................................................................................
B. Alat dan Bahan.......................................................................................
C. Cara Kerja..............................................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ......................................................................................................
B. Pembahasan ...........................................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................
B. Saran......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Invertebrata atau avertebrata adalah sebuah istilah yang diungkapkan oleh Chevalier de
Lamark untuk menunjuk hewan yang tidak memiliki tulang belakang. Invertebrata mencakup
semua hewan kecuali vertebrata (pisces, reptil, amfibi, aves, dan mammalia). Contoh hewan
invertebrata adalah serangga, ubur – ubur, hydra, cumi – cumi dann cacing. Invertebrata
mencakup 97 persen dari seluruh anggota kingdom animalia (Kimball, 1992).
Lamark membagi invertebrata ke dalam dua kelompok yaitu insecta (serangga) dan
vermes (cacing). Tapi sekarang, invertebrata diklasifikasikan ke dalam lebih dari 30 sub-fila
mulai dari organism yang simple seperti porifera dan cacing pipih hingga organisme yang lebih
kompleks seperti molusca dan anthropoda. Penelitian lebih lanjut dalam bidang taksonomi
menunjukkan bahwa bannyak hewan invertebrata yang berkerabat lebih dekat dengan vertebrata
dari pada dengan sesame invertebrata (Campbell, 2000). Hewan invertebrata digolongkan
menjadi beberapa filum, yaitu porifera, coelenterate, platyhelmintes, nemathelminthes, annelid,
Anthropoda, molusca dan Echinodermata (Borror, 1992).
Protozoa adalah hewan-hewan bersel tunggal. Hewan-hewan itu mempunyai struktur
yang lebih majemuk dari sel tunggal hewan multiseluler dan walaupun hanya terdiri dari satu sel,
namun protozoa merupakan organisme yang sempurna. Karena sifat struktur yang demikian itu,
maka berbagai ahli dalam zoologi menamakan protozoa itu aselular tetapi keseluruhan
organisme itu dibungkus oleh plasma membran (Radiopoetro, 1996)
Protozoa bersifat eukariotik dengan berbagai tipe simetri tubuh. Struktur tubuh di mulai
dari yang paling sederhana sampai ke bentuk yang lebih kompleks. Habitat protozoa umumnya
di air tawar, laut dan tanah yang lembab. Hidupnya soliter dan ada juga yang berkoloni. Cara
mendapatka makanan dengn secara komensal, mutualistik dan parasit. (Jutje, 2006).
A. Filum Porifera
Porifera berasal dari kata orous yang berarti pori-pori dan ferre yang berarti membawa. Ia
merupakan hewan bersel banyak yang paling primitif , tidak memiliki jaringan atau organ
yang sejati namun masing-masing sel memperlihatkan kebebasannya sampai batatas-batas
tertentu. Umumnya hewan porifera dijumpai hidup dilaut , melekat pada substrat dan hanya
bergerak sedikit sekali. Hanya famili spongilidae yang hidup diair tawar pada porifera yang
hidup dilaut berkisar 10.000 species. Umumnya pada air dangkal, namun ada pula pada
bagian yang dalam (Pechenik,2000).
B. Filum Coelentrata
Coelenterata merupakan hewan yang tidak mempunyai usus yang sesungguhnya,
tetapi pemberian nama dengan istilah “ Hewan Berongga “ itupun masih belum tepat,
mengingat coelentrata adalah hewan yang tidak mempunyai rongga tubuh yang
sebenarnya ( coelom ), yang dimiliki hanyalah sebuah rongga sentral yang ada di dalam
tubuh yang disebut coelenterata. Dalam kenyataan coelenteron tersebut merupakan alat
yang berfungsi ganda, yaitu sebagai alat pencernan makanan dan sebagai alat pendengar
sari-sari makanan keseluruh bagian tubuh. Coelenterata hidup di air laut, hanya beberapa
yang hidup di air tawar (Jasin, 1992).
Coelenterata merupakan hewan yang memiliki rongga. Termasuk hewan
diploblastik, tubuh simetri radial. Lapisan selnya terdiri dari ectoderm dan endoderm.
Antara ekstoderm dan endoderm terdapat mesoglea. Pada tubuh bagian atas terdapat
mulut, yang dikelilingi tentakel. Pada permukaan tentakel terdapat knidoblas (sel
penyengat/nematosis). Hidup di air tawar maupun air laut. Tubuhhnya dapat melekat
pada dasar perairan. Coelenterata memiliki dua bentuk , yaitu polip dan medusa. Polip,
hidup soliter (menyendiri) tetapi ada yang berkoloni, tidak dapat bergerak bebas mellekat
pada dasar perairan. Sedangkan Medusa dapat menghasilkan dua macam gamet yaitu
gamet jantan dan gamet betina. Medusa dapat melepaskan diri dari induk dan berenang
bebas didalam air. Filum Coelenterara lebih dikenal dengan nama Cnidaria. Kata
Cnidaria berasal dari bahasa Yunani, cnido yang berarti penyengat karena sesuai dengan
cirinya yang memiliki sel penyengat. Sel penyengat tersebut terletak pada tentakel yang
terdapat di sekitar mulutnya. (Robert, 1986).
C. Filum Echinodermata
Echinodermata merupakan hewan yang memiliki kulit berduri, kulit keras terbuat
dari zat kapur maupun kitin, tubuh simetri radial, memiliki lima lengan, mulut dibawah
dan anus diatas, hidup dilaut dengan air yang jernih dan tidak bergelombang.
Echinodermata terdiri atas 5 kelas yaitu Asteroidea memiliki bentuk seperti bintang,,
organ-organ bercabang kelima lengan, warna hitam, biru kecoklatan. Yang kedua
Ophiuroidea lengan panjang menyerupai ular, sering disebut dengan bintang air laut.
Crinoidea mirip dengan tumbuihan, memiliki 5 lengan yang bercabang, melekat pada
batu. Echinodea tubuh dipenuhi duri yang terbuat dari zat kapur, ada yang pendek dan
ada yang panjang. Holothuroidea tubuh tidak berduri, kulit halus dan lunak, bentuk
tubuh seperti ketimun banyak dijumpai di pantai (Campbell, 2000).
Echinodermata kebanyakan hidup di laut, kebanyakan bersifat simetri radial.
Tubuhnya terencanakan dengan 5 buah antimeter yang tersusun radial , dengan mulut
ditengah-tengahnya. Pada kulit terdapat papan-papan kapur dan sebagian besar
mempunayi duri-duri dermal. Hewan-hewan ini berselom. Sistem digesti lengkap,
walaupun anus mungkin tidak berfungsi. Bergerak lamban dengan telapak tabung.
Gerakannya diatur oleh sistem tekakanan hidrostatis, yang disebut sistem vaskular air.
Sistem saraf terdiri dari cincin oral dan tali-tali saraf radier. Pad echinodermata tidak
terdapat sistem respirasi dan sistem eksresi secara khusus. Fungsi dilakukan oleh
proyeksi-proyeksi kulit yang disebut papula yang terdapat di antara papan-papan kapur
pada kulit. (Hala, 2007).
D. Filum Platyhelminthes
Platyhelmintes (cacing pipih) merupakan filum untuk jenis cacing yang tidak
memiliki punggung dan perut serta tidak berbuku-buku. Tempat hidup cacing ini adalah
dilaut, disungai dan danau atau parasit pada tubuh organisme lain. Trematoda termasuk
kelas Platyhelminthes yang hidup parasit pada hewan dan manusia. Memiliki alat
penghisap yang dilengkapi dengan kait untuk melekatkan diri pada tubuh inang. Contoh
Fasciola sering disebut dengan cacing hati, Fasciola hepatica hidup dihati domba, dan
Fasciola gigantica hidup dihati sapi. Chlonorchis yaitu cacing hati yang hidup pada
manusia. Banyak terdapat didaerah Cina, Jepang, Vietnam. Cacing dewasa yang hidup
disaluran empedu dan keluar bersama feses (Campbell, 2000).
E. Filum Nemateminthes
Nemathelmintes berasal dari kata nematos yang berarti benang dan nelminthes
yang berarti cacing. Jadi arti sebenarnya dari Nemathelmintes adalah cacing benang
kerena bentuknya yang bulat dan memanjang. Tubuh Nemathelmintes tidak beruas-ruas.
Pada bagian depan terdapat mulut, alat pencernaanny adalah usus dan diakhiri dengan
anus. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa alat pencernaannya sempurna (Thomas et
al,1992).
F. Filum Annelida
Annelida merupakan avertebrata yang telah memiliki selom (rongga tubuh) yang
sempurna. Mereka memiliki mulut pada segmen pertamnya dan anus pada segmen
terakhirnya. Annelida laut biasanya adalah hewan karnivora yang memangsa hewan atau
bangkai, cacing tanah merupakan pemakan material organik atau bisa juga dikatakan
pemakan sampah, sedangkan lintah adalah annelida yang menjadi parasit penghisap
darah pada hewan lain. Saluran pencernannya terdiri atas mulut, faring, esofagus,
lambung, usus, dan berakhir di anus. Annelida memiliki kumpulan saraf (otak) di ujung
anterior badannya yang digunakan sebagai pusat koordinasi tubuh. Annelida dari kelas
polychaeta memiliki mata sederhana yang digunakan untuk mendeteksi keadaan
lingkungan sekitar. Sedangkan cacing tanah, hanya memiliki saraf-saraf yang cukup peka
cahaya untuk mendeteksi daerah gelap dan daerah terang (Campbell, 2000).
G. Filum Molusca
Molusca adalah hewan lunak dan tidak memiliki ruas. Tubuh hewamn
triploblastik, bilateral simetri, umummnya memiliki mantel yang dapat mengahsilkan
bahan cangkok berupa kalsium karbonat. Cangkok tersebut berfungsi sebagai rumah
(rangka luar) yang terbuat dari zat kapur misalnya kerang, tiram, siput dan bekicot.
Namun ada pula molusca yang tidak memiliki cangkok seperti cumi-cumi sotong, gurita,.
Molusca memilki struktur berottot yang disebut kaki yang bentuk dan fungsinya berbeda
untuk setiap kelasya. Molllusca merupakan filum Arthropoda. Saat ini diperkirakan ada
75 ribu jenis, serta 35 ribu jenis kedalam bentuk fosil. Mollusca hidup dilaut, air tawar,
payau dan darat (Goerge, 2009).
Molusca tersebar luas dalam habitat laut, air tawar, dan darat, tetapi lebih banyak
terdapat dalam lautan. Umumnya molusa berselubung sebuah mantel yang merupakan
batas ruang mantel itu sendiri. Secara internal, mantel itu bertaut dengan tubuh. Semua
molusca mempunyai massa muscular yang disebut kaki yang bentuk dan fungsinya
bervariasi menurut kelasnya. Molusca mempunyai sistem digesti, respirasi, eksresi dan
reproduksi yang kompleks. Beberapa jenis molusca mempunyai stadium larva trokofor
serupa yang terdapat pada annelida. Sitem sirkulasi terdiri dari jantung yang beruang-
ruang. Sistem pembuluh darah tertutup, menyangkut sistem kapiler spesial dalam organ-
organ eksresi dan respirasi. sistem sirkulasi pada molusca merupakan sistem yang paling
majemuk dari sistem sirkulasi pada invertebrata lainnya (Brotowidjoyo, 1989).
H. Filum Arthopoda
Arthropoda merupakan filum yang sangat besar dari seluruh spesies hewan, kira –
kira ¾ berupa artnropoda. Tubuh bersegmen, alat gerak bersegmen, rangka luar berupa
kutikula. Hidup didarat, air tawar, air laut, pohon-pohon, menempel, pada hewan piaraan.
Arthropoda terdiri dari 4 kelas, yaitu Crustacea, Arachnoidea, Myriapoda, dan Insecta
atau Hexapoda. Pada jenis Insecta terbagi lagi menjadi dua yaitu Apterygota serangga
yang tidak bersayap, tidak bermetamorfosis, kepala, dada, perut tidak jelas perbedaanya,
mulut meenggigit lalu yang kedua yaitu Pterygota serangga bersayap, gterdiri dari
beberapa ordo (Jutje, 2006).
I. Filum Insecta
Insekta atau serangga merupakan spesies hewan yang jumlah nya paling
dominan diantara spesies hewan lainnya dalam filum Arthropoda. Oleh karena itu
serangga termasuk dalam kelompok hewan yang lebih besar dalam filum Arthropoda
atau binatang beruas. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas mengenai
struktur serangga perlu ditinjau secara singkat dengan sistem pengelompokan atau
yang sering disebut sistem klasifikasi (Hadi dkk, 2009). Berdasarkan sistem
klasifikasinya, insekta terdapat Sub filum Mandibulata yang terbagi menjadi 6 kelas
dan sub filum Chelicerata yang terbagi menjadi 3 kelas. Selain itu, kelas insekta
terbagi menjadi dua subkelas yaitu sub kelas Apterygota dan Pterygota. Sub kelas
Apterygota memiliki 4 ordo, sedangkan sub kelas Pterygota terbagi menjadi menjadi
2 golongan yaitu Endopterygota yang terdiri dari 3 ordo dan Exopterygota yang
terdiri dari 15 ordo, salah satunya adalah ordo Orthoptera (Hadi dkk, 2009).
BAB III
PELAKSANAAN KULIAH LAPANGAN
C. Cara Kerja
1. Dilapangan
a. Hewan Invertebrata didarat
1. Sebelum melaksanakan pratikum ke lapangan, harus tetap mengikuti
protocol kesehatan dengan memakai maskr
2. Pergilah kelapangan yang memiliki keanekaragaman hewan invertebrata
3. Lakukan pengambilan sampel dengan penangkapan terhadap hewan
invertebrata, dengan menggunakan alat maupun ditangkap langsung
menggunakan tangan
4. Setelah itu foto dan videokan proses penangkapan spesies yang
didapatkan, dan masukkan kesebuah wadah untuk identifikasi
2. Di rumah
a. Hewan Invertebrata di darat
1. Hewan invertebrata yang telah didapatkan kemudian diidentifikasi dan
lakukan pengamatan terhadap morfologinya
2. Setelah didapatkan morfologinya, kelompokkanlah invertebrata yang
didapatkan kedalam filumnya masing-masing
3. Setelah melakukan pengamatan, hewan yang telah didapatkan dilepaskan
kembali kehabitatnya
A. Hasil
Belalang
Semut
Laba-Laba
3. Kamis 17 Lima kaum,
desember Batusangkar
2020
Keong
Kupu-kupu
Udang
Lokan
4. Sabtu 19 Pulau
Desembe punjung,
r 2020 dharmasray
a
Siput Telanjang
Nyamuk
Serangga
Siput
B. Pembahasan
1. Klasifikasi Belalang
Gambar asli Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Artopoda
Class : Insecta
Ordo : Orthoptera
Sub-Ordo : Caelifera
Family : Acrididae
Genus : Dissosteira
Spesies : Dissosterira carolina
Morfologi belalang
Belalang memiliki 3 bagian tubuh utama seperti kepala, dada (thorak) dan perut
(abdomen). Selain itu tetdapat juga anggota tubuh lainnya seperti kaki yang bersendi
berjumlah 6, sayap 2 pasang untuk terbang dan sepasang antena sebagai alat sensor.
Kaki pada belalang memiliki 2 fungsi yang berbeda seperti kaki pada bagian depan
digunakan untuk berjalan, dan bagian kaki yang lebih panjang digunakan untuk
melompat.
Belalang tidak memiliki telinga, tetapi bisa mmerasakan getaran di udara dengan
bantuan alat sensor yang disebut dengan tympanum. Pada belalang tympanum
terletak di abdomen pertama.
Belalang memiliki lima mata yang terdiri dari mata (2 compound eye dan 3 ecelli).
Alat pernafasan belalang berupa trakea. Belalang merupakan serangga dengan
kerangka luas (exoskeleton).
Membedakan belalang betina dengan yang jatan dapat dilihat dari ukuran tubuhnya.
Belalang betina memiliki ukuran tubuh lebih besar berkisar 58-71 mm sedangkan
yang jantan memiliki ukuran tubuh lebih kecil berkisar 49-63 mm.
Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
Elas: Hexapoda
Ordo: Hymenopter
Famili: Formicidae
Genus: Dolichoderus
Spesies: Dolichoderus
thoracicus Smith
Menurut Hashimoto & Rahman (2003), ciri-ciri semut hitam pada bagian
kepala, thorax dan abdomen adalah sebagai berikut:
1. Kepala
Kepala semut terdapat banyak organ sensor, diantaranya antena, antenal scrobe, mata,
clypeus, frontal carina, mandibula dan palp formula. Antena merupakan organ
sensoro yang bersegmen dari semut yang terletak diantara mata majemuk yang terdiri
dari tiga bagian, yaitu scape (SC), pedicel (PD) dan Funiculus (FC) atau sama dengan
Flagelum (FU).
2. Thorax
Mesosoma (Altrunk) merupaka bagian dari tubuh serangga yang terletak antara
kepala dan abdomen. Alitrunk terdiri dari segmen thorax yaitu; prothorax,
mesothorax dan metathorax (Hasmimoto & Rahman, 2003). Prothorax meliputi :
pronotum (PN), propleuron (PR), sedangkan Mesothorax meliputi bagian :
mesonotum (MS), mesopleuron (MSP) dan Metathorax meliputi : metapleuron
(MTP).
3. Abdomen
3. Klasifikasi Laba-Laba
Gambar asli Klasifikasi
KINGDOM : Animalia
FILUM : Arthropoda
KELAS : Arachnida
ORDO : Araneae
FAMILI : Araneidae
GENUS : Araneus
SPESIES : Araneus diadematus
Morfologi Laba-Laba
Laba-laba memiliki dua bagian tubuh yaitu: bagian depan yang disebut cephalothorax
atau prosoma merupakan gabungan dari kepala dan dada (torax). Sedangkan segmen
bagian belakang disebut abdomen (perut) atau opsithosoma. Selain itu juga terdapat
bagian tubuh pedicle atau pedicellus sebagai penghubung antara cephalothorax dan
abdomen.
Pada bagian tubuh cephalothorax terdapat empat pasang kaki dan satu sampai empat
pasang mata. Selain itu juga terdapat sepasang taring besar dan alat bantu pada bagian
mulut mirip tangan yang disebut pedipalpus.
Laba-laba memakan mangsanya dengan cara menghisap cairan dalam tubuh dengan
dibantu berupa alat penghisap karena laba-laba tidak memiliki gigi dan mulut.
Filum : Moluska
Kelas : Gantropoda
Ordo : Pulmolata
Familia : Ampullaridae
Genus : Pomacea
Morfologi Kupu-kupu/Ngengat
Kupu-kupu memiliki postur tubuh yang langsing, sayap pada umumnya berwarna
cerah dan menarik, antena pada ujungnya membesar. Pada waktu istirahat sayapnya
menutup dan tegak lurus dengan tubuh sehingga yang terlihat adalah permukaan
sayap sebelah bawah. Kupu-kupu malam (ngengat) memiliki postur tubuh yang lebih
gemuk, warna sayapnya kusam, antena pada umumnya tipe plumose (berbentuk
seperti bulu ayam) dan pada waktu istirahat sayapnya terbuka, menutup abdomen
(perut) sehingga yang terlihat adalah permukaan atas dari sayap.
Kupu-kupu dan ngengat memiliki jenis yang sangat banyak. Di Jawa dan Bali tercatat
lebih dari 600 spesies kupu-kupu (Whitten dkk, 1999). Semua jenis kupu-kupu dan
ngengat melalui tahap-tahap hidup sebagai telur, larva, pupa dan akhirnya
bermetamorfosa menjadi kupu-kupu atau ngengat. Kupu-kupu umumnya hidup
dengan menghisap madu bunga (nektar/sari kembang). Akan tetapi, beberapa jenis
yang lain menyukai cairan yang dihisap dari buah-buahan yang jatuh di tanah dan
membusuk, daging bangkai, kotoran burung dan tanah basah.
6. Klasifikasi Udang
Morfologi udang
Udang merupakan binatang berair yang hidup di laut, sungai, dan danau, hanya
beberapa spesies tertentu. Udang dijadikan sebagai hasil perikanan yang sering
dikonsumsi karena kandungan gizinya. Jenis udang sangat banyak, ada yang
berukuran besar maupun kecil. Jumlah udang di perairan seluruh dunia diperkirakan
sebanyak 343 spesies yang potensial secara komersil. Dari jumlah itu 110 spesies
termasuk didalam famili Penaidae. Udang digolongkan kedalam Filum Arthropoda
dan merupakan Filum terbesar dalam Kingdom Animalia.
Tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala dan bagian
badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut cephalothorax yang
terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas di bagian dada. Bagian
badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai sepasang
anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas pula. Pada ujung ruas keenam terdapat
ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang berbentuk runcing.
7. Klasifikasi Lokan
Gambar asli Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Phylum : Mollusca
Kelas : Bivalvia
Ordo : Veneroida
Famili : Cyrenidae
Genus : Geloina
Spesies : Geloina erosa
Morfologi lokan
Cangkang kerang lokan (Geloina erosa) dapat mencapai ukuran 110 mm, berbentuk
lonjong agak bulat, bagian posterior terpotong pada individu dewasa dan tua, sedikit
menggembung, tebal. Panjang cangkang (jarak anterior ke posterior) sama atau
sedikit lebih besar dari tingginya (jarak dorsal ke ventral). Garis pertumbuhan yang
konsentrik berubah menjadi tonjolan. Bagian luar kulit berwarna putih yang ditutupi
oleh periostrakum yang tebal, mengkilap berwarna kuning kehijauan sewaktu muda
dan coklat kehitaman pada kerang dewasa. Bagian dalam kulit berwarna putih,
menyerupai kapur atau porselen. Jejak otot- otot aduktor dihubungkan dengan garis
pallial. Gigi engsel kuat, gigi kardinal tengah dan belakang pada cangkang kanan
serta gigi kardinal tengah dan depan pada cangkang kiri bercabang.
Kerang Lokan (Geloina erosa) memiliki cangkang berwarna gelap, membulat dan
agak cekung, sehingga kerang ini tampak lebih tebal. Tubuh ditutupi/dilindungi oleh
sepasang cangkang. Pada bagian dalam cangkang terdapat mantel yang memisahkan
cangkang dari bagian tubuh lainnya.
8. Klasifikasi Bekicot
Gambar asli Klasifikasi
Kingdom: Animalia
Filum: Mollusca
Kelas: Gastropoda
Ordo: Sytromatophora
Famili: Achatinidae
Genus: Achatina
Spesies: Achatina fulica
Morfologi Bekicot
Tubuh bekicot sangat lunak serta tidak memiliki tulang belakang. Tubuhnya yang
lunak dilindungi oleh cangkang yang cukup keras. Cakang bekicot terbuat dari bahan
kapue dan terdapat lapisan mutiara di dalamnya.
Tidak memiliki kaki, bekicot berjalan menggunakan perut yang dibantu dengan
lendirnya.
9. Klasifikasi nyamuk
Gambar asli Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Culicidae
Subfamili : Culicinae
Genus : Culex, Aedes
Morfologi Serangga
Secara morfologi, pada tubuh serangga dewasa bisa dibedakan menajdi tiga bagian
yang utama, sementara itu bentuk pradewasa bisanya menyerupai moyangnya, hewan
lunak beruas hampir sama dengan cacing. Ketiga bagian tubuh serangga dewaasa
ialah kepala (caput), dada (thorax), serta perut (abdomen).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Agar mendapatkan sampel yang bagus, disarankan kepada praktikan agar ketika
proses pengambilan dan identifikasi harus mengefisiensikan waktu dan melakukan
prosedurnya dengan hati – hati. Di dalam proses identifikasi harus menggunakan banyak
literatur, agar hasilnya lebih akurat dan jeli memperhatikan morfologi dari sampel yang
didapatkan. Jika ada yang kurang jelas dapat ditanyakan kepada asisten atau dosen
sehingga tidak terjadi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Brotowidjoyo, D. 1989. Zoologi Dasar. Erlangga. Jakarta
Borror, D. et al. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Keenam. Yogyakarta : UGM press
Campbell, Neil. A. 2000. Biologi Jilid I. Erlangga: Jakarta
Gay,Thomas; Kehimkar,Isaac & Punetha,J.C.(1992) Common Butterflies of India. WWF
India and Oxford University Press, Mumbai, India.
George, Fried, E. H & Hademos, G. J. 2009. Biologi Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta
Hala,Yusminah., 2007. Daras Biologi Umum II. Makassar: Alauddin Press.
Jasin, M. 1992. Zoologi Invertebrata untuk Perguruan Tinggi. Surabaya . Sinar Wijaya
Jutje S Lahay. 2006. Zoologi Invetebrata. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Kimball, J. W. 1992. Biologi Edisi Kelima Jilid III. Erlangga. Jakarta.
Radiopoetro. 1996. Zoologi. Erlangga. Jakarta.
Kekurt, G. A. 1961. The Invertebrate. A Manual for The Use of Students, Cambridge University
Press
Pechenik, J. 2000. Biology of The Invertebrates. Four Edition. Mc Graw Hill.
Cambridge. University Press.
Robert, D. Barnes. 1986. Invertebrata Zoologi. CBS College Publishing : USA
Suwigyo, Sugiarto., 2005. Avetebrata Air Jilid I1. Jakarta: Penebar Swadaya.Tim
LAMPIRAN SUMBER
BUKU
Buku 1 Buku 2
Buku 3 Buku 4