Laporan Akhir Kuliah Lapangan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN AKHIR KULIAH LAPANGAN

ZOOLOGI INVERTEBRATA

OLEH:

NAMA : RAHMI DAFITRI


NIM : 1930106041
KELAS : TADRIS BIOLOGI 3 B

DOSEN PEMBIMBING
LIZA MEINI FITRI M.SI

ASISTEN DOSEN
MARZUKI
RINI PUTRI NINGSIH

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
BATUSANGKAR
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini adalah Asisten Dosen, Dosen


Pembimbing Mata Kuliah Zoologi Invertebrata dan Ketua Jurusan Tadris Biologi
menyatakan bahwa setelah melihat, membaca, serta mempertimbangkan secara
seksama, maka dengan ini mengesahkan Laporan Kuliah Lapangan Zoologi
Invertrebtara Semester Ganjil 2020/2021 yang disusun oleh:

RAHMI DAFITRI

Sebagai mana salah satu syarat mengikuti ujian akhir dan menyelesaikan
Mata Kuliah Biologi Umum.

Dharmasraya, Desember 2020

Asisten Dosen

Marzuki Rini Putri Ningsih

Mengetahui,

Ketua Program Studi Tadris Dosen Pembimbing


Biologi

Liza Meini Fitri, M.Si


Diyyan Marneli, M.Pd
NIP. 198406112015032004
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt. Yang Maha Kuasa,
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami
telah dapat menyelesaikan laporan kuliah lapangan pada mata kuliah Zoologi
Invertebrata. Tugas ini sangat berguna bagi kami karena dapat mengetahui bentuk,
jenis serta ciri-ciri dari jenis-jenis hewan invertebrata, Juga dapat menambah
pengalaman pengetahuan kami tentang hewan invertebrta yang ada di alam.
Penulis mengucapkan terima kasih terutama kepada :
1. Orang tua yang telah memberikan doa dan dukungan baik moril maupun
materil untuk menyelesaikan laporan ini.
2. Ibu Diyyan Marneli, M.Pd sebagai Ketua Jurusan Tadris Biologi.
3. Ibu Liza Meini Fitri, M. Si sebagai Dosen Pembimbing mata Zoologi
Invertebrata.
4. Asisten Dosen mata kuliah Zoologi Invertebrata yang telah membimbing
dalam pelaksanaan kuliah lapangan hingga pembuatan laporan ini.
5. Teman-teman yang telah memberikan sumbangan pikiran bagi kami.
6. Masyarakat setempat yang berpartisipasi dalam pelaksanaan kuliah lapangan.
Laporan ini disusun dengan harapan dapat membantu kita dalam hal
mengetahui klasifikasi hewan Invertebrata, habitat Hewan invertebrata, serta ciri-
ciri yang ada pada hewan invertebrata.

Dharmasaraya, Desember 2020

Rahmi Dafitri
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
DAFTAR TABEL............................................................................................
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................
B. Tujuan..................................................................................................
BAB II KAJIAN TEORI
A. Filum Porifera......................................................................................
B. Filum Coelentrata.................................................................................
C. Filum Echinodermata ............................................................................
D. Filum Platyhelminthes ..........................................................................
E. Filum Nemateminthes ...........................................................................
F. Filum Annelida .....................................................................................
G. Filum Molusca ......................................................................................
H. Filum Arthopoda ...................................................................................
I. Filum Insecta .........................................................................................
BAB III PELAKSANAAN
A. Waktu dan Tempat.................................................................................
B. Alat dan Bahan.......................................................................................
C. Cara Kerja..............................................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ......................................................................................................
B. Pembahasan ...........................................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................
B. Saran......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah,


baik flora maupun fauna. Kekayaan ini dapat memberikan keuntungan yang besar bagi
masyarakat Indonesia. pengetahuan yang memadai dan pemanfaatan yang baik tentunya akan
cukup sekali dalam memakmurkan bangsa ini. Di dunia ini terdapat lebih dari satu juta spesies
hewan yang sudah teridentifikasi, dan dalam kehidupan sehari-hari kita lebih sering menjumpai
hewan vertebrata dari pada avertebrata. Padahal sebenarnya jumlah spesies vertebrata hanya 5%
dan selebihnya merupakan invertebrata (Jasin,1992).
Invertebrata adalah termasuk ke dalam kingdom animalia, sebuah kingdom besar yang
terdiri lebih dari satu juta spesies yang diketahui dengan baik (Meglitsch, 1972). Hewan
invertebrata jumlahnya sangat banyak dibandingkan dengan hewan vertebrata. Diperkirakan
jumlah jenis hewan ini lebih dari 1.150.000 spesies, sedangkan jumlah vertebrata 42.000 spesies
(Kekurt,1961).
Hewan Invertebrata adalah hewan yang tidak bertulang belakang, serta memiliki struktur
morfologi dan anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan kelompok hewan bertulang
punggung belakang, juga sistem pencernaan, pernapasan dan peredaran darah lebih sederhana
dibandingkan hewan invertebrata, dimensi tubuhnya kecil, sistem saraf dibawah saluran
pencernaan, hidup bebas, herbivora, carnivora, parasit, predator, dan ada yang bersifat sebagai
plankton, nekton, benthos diperairan. Hewan ini mulai dari bersel satu (protozoa) sampai bersel
banyak (metazoa), (Djarubito, 1989).
Hewan Invertebrata merupakan jenis hewan yang memiliki spesies paling banyak
terdapat di muka bumi. Dengan jumlah kira – kira mencapai 1 juta spesies atau 95 % dari jenis
hewan yang merupakan kelompok invertebrata, tentunya membutuhkan pengklasifikasian jenis
hewan tersebut untuk memudahkan mempelajarinya. Hewan invertebrata terbanyak dari ordo
Insecta. Klasifikasi juga bertujuan mengetahui kekerabatan satu organisme dengan organisme
lainnya. Sehingga dapat menunjukkan tentang evolusi kekerabatannya. Pengorganisasian
sejumlah spesies menjadi kelompok-kelompok yang dapat dimengerti disebut hirarki taksonomi.
Ilmu taksonomi menjadi penemuan penting di dalam pengelompokan jenis hewan berdasarkan
tingkat / hirarki dan pemberian nama (nomenklatur) (Campbell, 2000).
Invertebrata memiliki banyak manfaat bagi kehidupa manusia, diantaranya sebagai bahan
konsumsi, misalnya udang, kepiting, cumi-cumi, kerang dan teripang. Usaha budidaya, misalnya
pembudidayaan udang di tambak, tiram mutiara dan oyster di laut (Suwigyo, 2005).
Kegiatan kuliah lapangan merupakan salah satu media pembelajaran untuk lebih
mengenal hewan invertebrata. Mengingat banyak jenis hewan invertebrata yang ada di
permukaan bumi ini dibandingkan yang lainnya maka dilakukanlah kuliah lapangan ini sehingga
mahasiwa dapat melihat di lapangan secara langsung jenis hewan yang ditemukan berdasarkan
filum yang ada.
Kuliah lapangan dilaksanakan di dua lokasi yang berbeda yaitu di Kecamatan Lima
Kaum, Batusangkar dan di Kecamatan Pulau Punjung, Dharmasraya. Dimana pengembilan
sampel di ambil dari dua area yaitu di air dan di darat.

B. Tujuan Kulah Lapangan.

Tujuan kuliah lapangan ini adalah untuk mengenal cara pengkoleksian di


lapangan, mengenal cara pensortiran, dan identifikasi hewan invertebrata yang terdapat
di alam.

C. Manfaat Kuliah Lapangan


Adapun manfaat yang didapat dari kuliah lapangan adalah :
1. Dapat mengklasifikasikan hewan-hewan invertebrata
2. Menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang hewan invertebrata
3. Mendapatkan keterampilan mengoleksi dan pengambilan hewan invertebrata
BAB II
TINJAUAN PSTAKA

Invertebrata atau avertebrata adalah sebuah istilah yang diungkapkan oleh Chevalier de
Lamark untuk menunjuk hewan yang tidak memiliki tulang belakang. Invertebrata mencakup
semua hewan kecuali vertebrata (pisces, reptil, amfibi, aves, dan mammalia). Contoh hewan
invertebrata adalah serangga, ubur – ubur, hydra, cumi – cumi dann cacing. Invertebrata
mencakup 97 persen dari  seluruh anggota kingdom animalia (Kimball, 1992).
  Lamark membagi invertebrata ke dalam dua kelompok yaitu insecta (serangga) dan
vermes (cacing). Tapi sekarang, invertebrata diklasifikasikan ke dalam lebih dari 30 sub-fila
mulai dari organism yang simple seperti porifera dan cacing pipih hingga organisme yang lebih
kompleks seperti molusca dan anthropoda. Penelitian lebih lanjut dalam bidang taksonomi
menunjukkan bahwa bannyak hewan invertebrata yang berkerabat lebih dekat dengan  vertebrata
dari pada dengan sesame invertebrata (Campbell, 2000). Hewan invertebrata digolongkan
menjadi beberapa filum, yaitu porifera, coelenterate, platyhelmintes, nemathelminthes, annelid,
Anthropoda, molusca dan Echinodermata (Borror, 1992).
Protozoa adalah hewan-hewan bersel tunggal. Hewan-hewan itu mempunyai struktur
yang lebih majemuk dari sel tunggal hewan multiseluler dan walaupun hanya terdiri dari satu sel,
namun protozoa merupakan organisme yang sempurna. Karena sifat struktur yang demikian itu,
maka berbagai ahli dalam zoologi menamakan protozoa itu aselular tetapi keseluruhan
organisme itu dibungkus oleh plasma membran (Radiopoetro, 1996)
Protozoa bersifat eukariotik dengan berbagai tipe simetri tubuh. Struktur tubuh di mulai
dari yang paling sederhana sampai ke bentuk yang lebih kompleks. Habitat protozoa umumnya
di air tawar, laut dan tanah yang lembab. Hidupnya soliter dan ada juga yang berkoloni. Cara
mendapatka makanan dengn secara komensal, mutualistik dan parasit. (Jutje, 2006).

A. Filum Porifera

Porifera berasal dari kata orous yang berarti pori-pori dan ferre yang berarti membawa. Ia
merupakan hewan bersel banyak yang paling primitif , tidak memiliki jaringan atau organ
yang sejati namun masing-masing sel memperlihatkan kebebasannya sampai batatas-batas
tertentu. Umumnya hewan porifera dijumpai hidup dilaut , melekat pada substrat dan hanya
bergerak sedikit sekali. Hanya famili spongilidae yang hidup diair tawar pada porifera yang
hidup dilaut berkisar 10.000 species. Umumnya pada air dangkal, namun ada pula pada
bagian yang dalam (Pechenik,2000).

B. Filum Coelentrata
Coelenterata merupakan hewan yang tidak mempunyai usus yang sesungguhnya,
tetapi pemberian nama dengan istilah “ Hewan Berongga “  itupun masih belum tepat,
mengingat coelentrata adalah hewan yang tidak mempunyai rongga tubuh yang
sebenarnya ( coelom ), yang dimiliki hanyalah sebuah rongga sentral yang ada di dalam
tubuh yang disebut coelenterata. Dalam kenyataan coelenteron tersebut merupakan alat
yang berfungsi ganda, yaitu sebagai alat pencernan makanan dan sebagai alat pendengar
sari-sari makanan keseluruh bagian tubuh. Coelenterata hidup di air laut, hanya beberapa
yang hidup di air tawar (Jasin, 1992).
Coelenterata merupakan hewan yang memiliki  rongga. Termasuk hewan
diploblastik, tubuh simetri radial. Lapisan selnya terdiri dari ectoderm dan endoderm.
Antara ekstoderm dan endoderm terdapat mesoglea. Pada tubuh bagian atas terdapat
mulut, yang dikelilingi tentakel. Pada permukaan tentakel terdapat knidoblas (sel
penyengat/nematosis). Hidup di air tawar maupun air laut. Tubuhhnya dapat melekat
pada dasar perairan. Coelenterata memiliki dua bentuk , yaitu polip dan medusa. Polip,
hidup soliter (menyendiri) tetapi ada yang berkoloni, tidak dapat bergerak bebas mellekat
pada dasar perairan. Sedangkan Medusa dapat menghasilkan dua macam gamet  yaitu
gamet jantan dan gamet betina. Medusa dapat melepaskan diri dari induk dan berenang
bebas didalam air. Filum Coelenterara lebih dikenal dengan nama Cnidaria. Kata
Cnidaria berasal dari bahasa Yunani, cnido yang berarti penyengat karena sesuai dengan
cirinya yang memiliki sel penyengat. Sel penyengat tersebut terletak pada tentakel yang
terdapat di sekitar mulutnya. (Robert, 1986).
C. Filum Echinodermata

Echinodermata  merupakan hewan yang memiliki kulit berduri, kulit keras terbuat
dari zat kapur maupun kitin, tubuh simetri radial, memiliki lima lengan, mulut dibawah
dan anus diatas, hidup dilaut dengan air yang jernih dan tidak bergelombang.
Echinodermata terdiri atas 5 kelas yaitu Asteroidea memiliki bentuk seperti bintang,,
organ-organ bercabang kelima lengan, warna hitam, biru kecoklatan. Yang kedua
Ophiuroidea lengan panjang menyerupai ular, sering disebut dengan bintang air laut.
Crinoidea mirip dengan tumbuihan, memiliki 5 lengan yang bercabang, melekat pada
batu. Echinodea tubuh dipenuhi duri yang terbuat dari zat kapur, ada yang pendek dan
ada yang panjang. Holothuroidea tubuh tidak berduri, kulit halus  dan lunak, bentuk
tubuh seperti ketimun banyak dijumpai di pantai (Campbell, 2000).
Echinodermata kebanyakan hidup di laut, kebanyakan bersifat simetri radial.
Tubuhnya terencanakan dengan 5 buah antimeter yang tersusun radial , dengan mulut
ditengah-tengahnya. Pada kulit terdapat papan-papan kapur dan sebagian besar
mempunayi duri-duri dermal. Hewan-hewan ini berselom. Sistem digesti lengkap,
walaupun anus mungkin tidak berfungsi. Bergerak lamban dengan telapak tabung.
Gerakannya diatur oleh sistem tekakanan hidrostatis, yang disebut sistem vaskular air.
Sistem saraf terdiri dari cincin oral dan tali-tali saraf radier. Pad echinodermata tidak
terdapat sistem respirasi dan sistem eksresi secara khusus. Fungsi dilakukan oleh
proyeksi-proyeksi kulit yang disebut papula yang terdapat di antara papan-papan kapur
pada kulit. (Hala, 2007).

D. Filum Platyhelminthes

Platyhelmintes (cacing pipih) merupakan filum untuk jenis cacing yang tidak
memiliki punggung dan perut serta tidak berbuku-buku. Tempat hidup cacing ini adalah
dilaut, disungai dan danau atau parasit pada tubuh organisme lain. Trematoda termasuk
kelas Platyhelminthes yang hidup parasit pada hewan dan manusia. Memiliki alat
penghisap yang dilengkapi dengan kait untuk melekatkan diri pada tubuh inang. Contoh
Fasciola sering disebut dengan cacing hati, Fasciola hepatica hidup dihati domba, dan
Fasciola gigantica  hidup dihati sapi. Chlonorchis yaitu cacing hati yang hidup pada
manusia. Banyak terdapat didaerah Cina, Jepang, Vietnam. Cacing dewasa yang hidup
disaluran empedu dan keluar bersama feses (Campbell, 2000).

E. Filum Nemateminthes

Nemathelmintes berasal dari kata nematos yang berarti benang dan nelminthes
yang berarti cacing. Jadi arti sebenarnya dari Nemathelmintes adalah cacing benang
kerena bentuknya yang bulat dan memanjang. Tubuh Nemathelmintes tidak beruas-ruas.
Pada bagian depan terdapat mulut, alat pencernaanny adalah usus dan diakhiri dengan
anus. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa alat pencernaannya sempurna (Thomas et
al,1992).

F. Filum Annelida

Annelida merupakan avertebrata yang telah memiliki selom (rongga tubuh) yang
sempurna. Mereka memiliki mulut pada segmen pertamnya dan anus pada segmen
terakhirnya. Annelida laut biasanya adalah hewan karnivora yang memangsa hewan atau
bangkai, cacing tanah merupakan pemakan material organik atau bisa juga dikatakan
pemakan sampah, sedangkan lintah adalah annelida yang menjadi parasit penghisap
darah pada hewan lain. Saluran pencernannya terdiri atas mulut, faring, esofagus,
lambung, usus, dan berakhir di anus. Annelida memiliki kumpulan saraf (otak) di ujung
anterior badannya yang digunakan sebagai pusat koordinasi tubuh. Annelida dari kelas
polychaeta memiliki mata sederhana yang digunakan untuk mendeteksi keadaan
lingkungan sekitar. Sedangkan cacing tanah, hanya memiliki saraf-saraf yang cukup peka
cahaya untuk mendeteksi daerah gelap dan daerah terang (Campbell, 2000).

G. Filum Molusca

Molusca adalah hewan lunak dan tidak memiliki ruas. Tubuh hewamn
triploblastik, bilateral simetri, umummnya memiliki mantel yang dapat mengahsilkan
bahan cangkok berupa kalsium karbonat.  Cangkok tersebut berfungsi sebagai rumah
(rangka luar) yang terbuat dari zat kapur misalnya kerang, tiram, siput dan bekicot.
Namun ada pula molusca yang tidak memiliki cangkok seperti cumi-cumi sotong, gurita,.
Molusca  memilki struktur berottot yang disebut kaki yang bentuk dan fungsinya berbeda
untuk setiap kelasya. Molllusca merupakan filum Arthropoda. Saat ini diperkirakan ada
75 ribu jenis, serta 35 ribu jenis kedalam bentuk fosil. Mollusca hidup dilaut, air tawar,
payau dan darat (Goerge, 2009).
Molusca tersebar luas dalam habitat laut, air tawar, dan darat, tetapi lebih banyak
terdapat dalam lautan. Umumnya molusa berselubung sebuah mantel yang merupakan
batas ruang mantel itu sendiri. Secara internal, mantel itu bertaut dengan tubuh. Semua
molusca mempunyai massa muscular yang disebut kaki yang bentuk dan fungsinya
bervariasi menurut kelasnya. Molusca mempunyai sistem digesti, respirasi, eksresi dan
reproduksi yang kompleks. Beberapa jenis molusca  mempunyai stadium larva trokofor
serupa yang terdapat pada annelida. Sitem sirkulasi terdiri dari jantung yang beruang-
ruang. Sistem pembuluh darah tertutup, menyangkut sistem kapiler spesial dalam organ-
organ eksresi dan respirasi. sistem sirkulasi pada molusca merupakan sistem yang paling
majemuk dari sistem sirkulasi pada invertebrata lainnya (Brotowidjoyo, 1989).

H. Filum Arthopoda

Arthropoda merupakan filum yang sangat besar dari seluruh spesies hewan, kira –
kira ¾ berupa artnropoda. Tubuh bersegmen, alat gerak bersegmen, rangka luar berupa
kutikula. Hidup didarat, air tawar, air laut, pohon-pohon, menempel, pada hewan piaraan.
Arthropoda terdiri dari 4 kelas, yaitu Crustacea, Arachnoidea, Myriapoda, dan Insecta
atau Hexapoda. Pada jenis Insecta terbagi lagi menjadi dua yaitu Apterygota serangga
yang tidak bersayap, tidak bermetamorfosis, kepala, dada, perut tidak jelas perbedaanya,
mulut meenggigit lalu yang kedua yaitu Pterygota serangga bersayap, gterdiri dari
beberapa ordo (Jutje, 2006).
I. Filum Insecta

Insekta atau serangga merupakan spesies hewan yang jumlah nya paling

dominan diantara spesies hewan lainnya dalam filum Arthropoda. Oleh karena itu

serangga termasuk dalam kelompok hewan yang lebih besar dalam filum Arthropoda

atau binatang beruas. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas mengenai

struktur serangga perlu ditinjau secara singkat dengan sistem pengelompokan atau

yang sering disebut sistem klasifikasi (Hadi dkk, 2009). Berdasarkan sistem

klasifikasinya, insekta terdapat Sub filum Mandibulata yang terbagi menjadi 6 kelas

dan sub filum Chelicerata yang terbagi menjadi 3 kelas. Selain itu, kelas insekta

terbagi menjadi dua subkelas yaitu sub kelas Apterygota dan Pterygota. Sub kelas

Apterygota memiliki 4 ordo, sedangkan sub kelas Pterygota terbagi menjadi menjadi

2 golongan yaitu Endopterygota yang terdiri dari 3 ordo dan Exopterygota yang

terdiri dari 15 ordo, salah satunya adalah ordo Orthoptera (Hadi dkk, 2009).
BAB III
PELAKSANAAN KULIAH LAPANGAN

A. Waktu dan Tempat


Kuliah lapangan Zoologi Invertebrata dilaksanakan selama 7 hari mulai tanggal
13 -19 Desember 2020 di dua lokasi yaitu Kecamatan Lima kaum,Batusangkar dan di
Pulau Punjung, Dharmasara.

B. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan Kuliah Lapangan ini
(KL) , diantaranya gelas mineral, HP Android dan alat-alat tulis, sedangkan bahan yang
digunakan adalah hewan invertebrata yang terdapat didarat dan diair.

C. Cara Kerja
1. Dilapangan
a. Hewan Invertebrata didarat
1. Sebelum melaksanakan pratikum ke lapangan, harus tetap mengikuti
protocol kesehatan dengan memakai maskr
2. Pergilah kelapangan yang memiliki keanekaragaman hewan invertebrata
3. Lakukan pengambilan sampel dengan penangkapan terhadap hewan
invertebrata, dengan menggunakan alat maupun ditangkap langsung
menggunakan tangan
4. Setelah itu foto dan videokan proses penangkapan spesies yang
didapatkan, dan masukkan kesebuah wadah untuk identifikasi

b. Hewan Invertebrata di air


1. Sebelum melaksanakan pratikum ke lapangan, harus tetap mengikuti
protocol kesehatan dengan memakai maskr
2. Pergilah kelapangan yang memiliki keanekaragaman hewan invertebrata
3. Lakukan pengambilan sampel dengan penangkapan terhadap hewan
invertebrata, dengan menggunakan alat maupun ditangkap langsung
menggunakan tangan
4. Setelah itu foto dan videokan proses penangkapan spesies yang
didapatkan, dan masukkan kesebuah wadah untuk identifikasi

2. Di rumah
a. Hewan Invertebrata di darat
1. Hewan invertebrata yang telah didapatkan kemudian diidentifikasi dan
lakukan pengamatan terhadap morfologinya
2. Setelah didapatkan morfologinya, kelompokkanlah invertebrata yang
didapatkan kedalam filumnya masing-masing
3. Setelah melakukan pengamatan, hewan yang telah didapatkan dilepaskan
kembali kehabitatnya

b. Hewan Invertebrata di air


1. Hewan invertebrata yang telah didapatkan kemudian diidentifikasi dan
lakukan pengamatan terhadap morfologinya
2. Setelah didapatkan morfologinya, kelompokkanlah invertebrata yang
didapatkan kedalam filumnya masing-masing
3. Setelah melakukan pengamatan, hewan yang telah didapatkan dilepaskan
kembali kehabitatnya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

N Hari Tanggal Lokasi Spesies yang di dapat


o
1. Mingg 13 Lima kaum,
u Desembe batusangkar
r 2020

Belalang

2. Selasa 15 Lima kaum,


Desembe Batusangkar
r 2020

Semut

Laba-Laba
3. Kamis 17 Lima kaum,
desember Batusangkar
2020

Keong

Kupu-kupu

Udang
Lokan

4. Sabtu 19 Pulau
Desembe punjung,
r 2020 dharmasray
a

Siput Telanjang

Nyamuk
Serangga

Siput

B. Pembahasan

1. Klasifikasi Belalang
Gambar asli Klasifikasi
Kingdom  :  Animalia
Phylum  :  Artopoda
Class  :  Insecta
Ordo  :  Orthoptera
Sub-Ordo :  Caelifera
Family  :  Acrididae
Genus  :  Dissosteira
Spesies  :  Dissosterira carolina

Morfologi belalang

Belalang memiliki 3 bagian tubuh utama seperti kepala, dada (thorak) dan perut
(abdomen). Selain itu tetdapat juga anggota tubuh lainnya seperti kaki yang bersendi
berjumlah 6, sayap 2 pasang untuk terbang dan sepasang antena sebagai alat sensor.
Kaki pada belalang memiliki 2 fungsi yang berbeda seperti kaki pada bagian depan
digunakan untuk berjalan, dan bagian kaki yang lebih panjang digunakan untuk
melompat.

Belalang tidak memiliki telinga, tetapi bisa mmerasakan getaran di udara dengan
bantuan alat sensor yang disebut dengan tympanum. Pada belalang tympanum
terletak di abdomen pertama.

Belalang memiliki lima mata yang terdiri dari mata (2 compound eye dan 3 ecelli).
Alat pernafasan belalang berupa trakea. Belalang merupakan serangga dengan
kerangka luas (exoskeleton).

Membedakan belalang betina dengan yang jatan dapat dilihat dari ukuran tubuhnya.
Belalang betina memiliki ukuran tubuh lebih besar berkisar 58-71 mm sedangkan
yang jantan memiliki ukuran tubuh lebih kecil berkisar 49-63 mm.

2. Klasifikasi Semut Hitam

Gambar asli Klasifikasi

Kingdom: Animalia

Filum: Arthropoda

Elas: Hexapoda

Ordo: Hymenopter

Famili: Formicidae

Sub famili: Dolichoderus

Genus: Dolichoderus

Spesies: Dolichoderus
thoracicus Smith

Morfologi Semut Hitam

Menurut Hashimoto & Rahman (2003), ciri-ciri semut hitam pada bagian
kepala, thorax dan abdomen adalah sebagai berikut:
1. Kepala

Kepala semut terdapat banyak organ sensor, diantaranya antena, antenal scrobe, mata,
clypeus, frontal carina, mandibula dan palp formula. Antena merupakan organ
sensoro yang bersegmen dari semut yang terletak diantara mata majemuk yang terdiri
dari tiga bagian, yaitu scape (SC), pedicel (PD) dan Funiculus (FC) atau sama dengan
Flagelum (FU).

2. Thorax

Mesosoma (Altrunk) merupaka bagian dari tubuh serangga yang terletak antara
kepala dan abdomen. Alitrunk terdiri dari segmen thorax yaitu; prothorax,
mesothorax  dan metathorax (Hasmimoto & Rahman, 2003). Prothorax meliputi :
pronotum (PN), propleuron (PR), sedangkan Mesothorax meliputi bagian :
mesonotum (MS), mesopleuron (MSP) dan Metathorax meliputi : metapleuron
(MTP).

3. Abdomen

Abdomen pada semut tediri dari tujuh buah segmen (A1-A7),


yaitu propadeum (PPD,A1), petiole (PT,A2), gastral, keempat dan ketujuah sama
segemen  gastrel  (GA), pigydium (PY), dan Hypopygidium(HY).

3. Klasifikasi Laba-Laba
Gambar asli Klasifikasi
KINGDOM : Animalia
FILUM : Arthropoda
KELAS : Arachnida
ORDO : Araneae
FAMILI : Araneidae
GENUS : Araneus
SPESIES : Araneus diadematus

Morfologi Laba-Laba

Laba-laba memiliki dua bagian tubuh yaitu: bagian depan yang disebut cephalothorax
atau prosoma merupakan gabungan dari kepala dan dada (torax). Sedangkan segmen
bagian belakang disebut abdomen (perut) atau opsithosoma. Selain itu juga terdapat
bagian tubuh pedicle atau pedicellus sebagai penghubung antara cephalothorax dan
abdomen.

Pada bagian tubuh cephalothorax terdapat empat pasang kaki dan satu sampai empat
pasang mata. Selain itu juga terdapat sepasang taring besar dan alat bantu pada bagian
mulut mirip tangan yang disebut pedipalpus.
Laba-laba memakan mangsanya dengan cara menghisap cairan dalam tubuh dengan
dibantu berupa alat penghisap karena laba-laba tidak memiliki gigi dan mulut.

4. Klasifikasi keong mas


Gambar asli Klasifikasi
Kingdom : Animalia

Filum : Moluska

Kelas : Gantropoda

Ordo : Pulmolata

Familia : Ampullaridae

Genus : Pomacea

Spesies : Pamacea canalicula


L.

Morfologi Keong mas


Keong mas ini memiliki bentuk yang hampir sama dengan keong sawah yang disebut
dengan gondang. Namun, memiliki perbedaan dibagian cangkang keong mas
berwarna kekuningan keemasan hingga kecoklatan transparan dan juga cangkang
lebih tipis. Keong mas ini memiliki daging bewarna krim keputihan hingga kemerah
emasan atau orange kekuningan dengan ukuran lebih dari 10 cm dan cangkang
memiliki daimeter berkisar 4-5 cm.Keong ini juga bertelur ditempat yang kering 10-
13 cm dari permukaan air, bentuk telur memanjang dengan warna meeah jambu.
Panjang telur ini 3 cm lebih dengan lebar 1-3 cm dengan ukuran mencapai 2.0 mm
dan berat 4,5 – 7,7 mg.
5. Klasifikasi Kupu-kupu dan Ngengat
Gambar asli Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Familia : Nymphalidea
Genus : Melanitis
Spesie : Melanitis leda

Morfologi Kupu-kupu/Ngengat

Kupu-kupu memiliki postur tubuh yang langsing, sayap pada umumnya berwarna
cerah dan menarik, antena pada ujungnya membesar. Pada waktu istirahat sayapnya
menutup dan tegak lurus dengan tubuh sehingga yang terlihat adalah permukaan
sayap sebelah bawah. Kupu-kupu malam (ngengat) memiliki postur tubuh yang lebih
gemuk, warna sayapnya kusam, antena pada umumnya tipe plumose (berbentuk
seperti bulu ayam) dan pada waktu istirahat sayapnya terbuka, menutup abdomen
(perut) sehingga yang terlihat adalah permukaan atas dari sayap.

Kupu-kupu dan ngengat memiliki jenis yang sangat banyak. Di Jawa dan Bali tercatat
lebih dari 600 spesies kupu-kupu (Whitten dkk, 1999). Semua jenis kupu-kupu dan
ngengat melalui tahap-tahap hidup sebagai telur, larva, pupa dan akhirnya
bermetamorfosa menjadi kupu-kupu atau ngengat. Kupu-kupu umumnya hidup
dengan menghisap madu bunga (nektar/sari kembang). Akan tetapi, beberapa jenis
yang lain menyukai cairan yang dihisap dari buah-buahan yang jatuh di tanah dan
membusuk, daging bangkai, kotoran burung dan tanah basah.
6. Klasifikasi Udang

Gambar asli Klasifikasi


Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Subfilum : Crutacea
Kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Subordo : Pleocyemata
Infraordo : Caridea

Morfologi udang
Udang merupakan binatang berair yang hidup di laut, sungai, dan danau, hanya
beberapa spesies tertentu. Udang dijadikan sebagai hasil perikanan yang sering
dikonsumsi karena kandungan gizinya. Jenis udang sangat banyak, ada yang
berukuran besar maupun kecil. Jumlah udang di perairan seluruh dunia diperkirakan
sebanyak 343 spesies  yang potensial secara komersil. Dari jumlah itu 110 spesies
termasuk didalam famili  Penaidae. Udang digolongkan kedalam Filum Arthropoda
dan merupakan Filum  terbesar dalam Kingdom Animalia.
Tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala dan bagian 
badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut cephalothorax yang 
terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas di bagian dada. Bagian 
badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai sepasang 
anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas pula. Pada ujung ruas keenam terdapat 
ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang berbentuk runcing. 
7. Klasifikasi Lokan
Gambar asli Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Phylum : Mollusca
Kelas : Bivalvia
Ordo : Veneroida
Famili : Cyrenidae
Genus : Geloina
Spesies : Geloina erosa

Morfologi lokan
Cangkang kerang lokan (Geloina erosa) dapat mencapai ukuran 110 mm, berbentuk
lonjong agak bulat, bagian posterior terpotong pada individu dewasa dan tua, sedikit
menggembung, tebal. Panjang cangkang (jarak anterior ke posterior) sama atau
sedikit lebih besar dari tingginya (jarak dorsal ke ventral). Garis pertumbuhan yang
konsentrik berubah menjadi tonjolan. Bagian luar kulit berwarna putih yang ditutupi
oleh periostrakum yang tebal, mengkilap berwarna kuning kehijauan sewaktu muda
dan coklat kehitaman pada kerang dewasa. Bagian dalam kulit berwarna putih,
menyerupai kapur atau porselen. Jejak otot- otot aduktor dihubungkan dengan garis
pallial. Gigi engsel kuat, gigi kardinal tengah dan belakang pada cangkang kanan
serta gigi kardinal tengah dan depan pada cangkang kiri bercabang.

Kerang Lokan (Geloina erosa) memiliki cangkang berwarna gelap, membulat dan
agak cekung, sehingga kerang ini tampak lebih tebal. Tubuh ditutupi/dilindungi oleh
sepasang cangkang. Pada bagian dalam cangkang terdapat mantel yang memisahkan
cangkang dari bagian tubuh lainnya.
8. Klasifikasi Bekicot
Gambar asli Klasifikasi
Kingdom: Animalia
Filum: Mollusca
Kelas: Gastropoda
Ordo: Sytromatophora
Famili: Achatinidae
Genus: Achatina
Spesies: Achatina fulica

Morfologi Bekicot

Tubuh bekicot sangat lunak serta tidak memiliki tulang belakang. Tubuhnya yang
lunak dilindungi oleh cangkang yang cukup keras. Cakang bekicot terbuat dari bahan
kapue dan terdapat lapisan mutiara di dalamnya.

Cangkang bekicot berbentuk fosiform di bagian dalamya berpilin spiral. Cangkang


berwarna coklat bergaris coklat hingga coklat gelap pada bagian permukaan.
Memiliki alat indra berjumlah 4 yaitu: mata, tentakel, ospharaduia dan statocyt.

Tidak memiliki kaki, bekicot berjalan menggunakan perut yang dibantu dengan
lendirnya.

9. Klasifikasi nyamuk
Gambar asli Klasifikasi

Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Culicidae
Subfamili : Culicinae
Genus : Culex, Aedes

Morfologi Serangga
Secara morfologi, pada tubuh serangga dewasa bisa dibedakan menajdi tiga bagian
yang utama, sementara itu bentuk pradewasa bisanya menyerupai moyangnya, hewan
lunak beruas hampir sama dengan cacing. Ketiga bagian tubuh serangga dewaasa
ialah kepala (caput), dada (thorax), serta perut (abdomen).

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Zoologi invertebrata merupakan salah satu cabang ilmu Biologi  yang kajiannya


mencakup hewan tidak bertulang belakang. Habitat hewan invertebrata ini teradapat pada
perairan tawar, laut dan daratan.Namun lebih dominan pada perairan aquatic terutama
pada daerah lautan.Lautan merupakan rumah bagi kebanyakan filum hewan tersebut.
Dalam praktikum yang telah dilakukan oleh praktikan secara mandiri didapatkan hewan
invertebrata yang tinggal didarat yaitu , semut, capung, kutu beras, laba-laba dan keong.
Sedangkan hewan invertebrata yang didapatkan di air yaitu udang, siput telanjang, pensi
keong sawah. Sehingga tujuan dari praktikum kuliah mandiri Zoologi Invertebrata ini
tercapai dan sukses.

B. Saran

Agar mendapatkan sampel yang bagus, disarankan kepada praktikan agar ketika
proses pengambilan dan identifikasi harus mengefisiensikan waktu dan melakukan
prosedurnya dengan hati – hati. Di dalam proses identifikasi harus menggunakan banyak
literatur, agar hasilnya lebih akurat dan jeli memperhatikan morfologi dari sampel yang
didapatkan. Jika ada yang kurang jelas dapat ditanyakan kepada asisten atau dosen
sehingga tidak terjadi kesalahan.

DAFTAR PUSTAKA
Brotowidjoyo, D. 1989. Zoologi Dasar. Erlangga. Jakarta
Borror, D. et al. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Keenam. Yogyakarta : UGM  press
Campbell, Neil. A. 2000. Biologi Jilid I. Erlangga: Jakarta
Gay,Thomas; Kehimkar,Isaac & Punetha,J.C.(1992) Common Butterflies of India. WWF
India and Oxford University Press, Mumbai, India.
George, Fried, E. H & Hademos, G. J. 2009. Biologi Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta
Hala,Yusminah., 2007.   Daras Biologi Umum II. Makassar: Alauddin Press.
Jasin, M. 1992. Zoologi Invertebrata untuk Perguruan Tinggi. Surabaya . Sinar Wijaya
Jutje  S Lahay. 2006. Zoologi Invetebrata. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Kimball, J. W. 1992. Biologi Edisi Kelima Jilid III.  Erlangga. Jakarta.
Radiopoetro. 1996. Zoologi. Erlangga. Jakarta.

  
Kekurt, G. A. 1961. The Invertebrate. A Manual for The Use of Students, Cambridge University
Press
Pechenik, J. 2000. Biology of The Invertebrates. Four Edition. Mc Graw Hill.
          Cambridge. University Press.
Robert, D. Barnes. 1986. Invertebrata Zoologi. CBS College Publishing : USA
Suwigyo, Sugiarto., 2005. Avetebrata Air Jilid I1. Jakarta: Penebar Swadaya.Tim

LAMPIRAN SUMBER
BUKU

Buku 1 Buku 2

Buku 3 Buku 4

Anda mungkin juga menyukai