Novita Adi Tiyana - TREMATODA

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

“Trematoda Hati”

Identitas Sampel : Sampel Laboratorium

I. TUJUAN
Untuk dapat mengetahui morfologi dari parasit dengan cara pengamatan
menggunakan mikroskop dengan perbesaran lensa obyektif 10x atau 40 x dan lensa
okuler 5x dan 10x.
II. ALAT DAN BAHAN
A. Alat B. Bahan
1. Mikroskop 1. Preparat (sampel)
2. Obyek glass 2. Alkohol mikroskop
3. Deck glass 3. Kapas

III. CARA KERJA


1. Bersihkan lensa mikroskop terlebih dahulu dengan menggunakan kapas
yang sudah di berikan alkhohol mikroskop.
2. Letakkan preparat (sampel) di atas meja mikroskop.
3. Lakukan pengamatan dengan menggunakan lensa obyektif 10 atau 40x dan
lensa okluer 5x atau 10 x.
4. Membuat gambar morfologi dari preparat (sampel) yang di amati kemudian
diberi keterangan pada tiap bagian.
IV. HASIL
TOPIK : Telur Fasciola hepatica KETERANGAN
Bentuk : ovoid
Ukuran : 130-150µ x 63 x 90

1. Operculum
2. Dinding 1 lapis
3. Isi : mirasidium
Tidak berembrio matang

TOPIK : Cacing Fasciola hepatica KETERANGAN


Bentuk : seperti daun

1. Tonjolan konus (chepalic cone)


2. Batil isap oral
3. Pharing
4. Saekum bercabang seperti huruf “Y”
terbalik
5. Porus genitalis
6. Batil isap ventral / ventral sucker
7. Uterus berkelok-kelok
8. Ovarium bergerombol
9. Testis bercang nyata
10. Vitelaria

PETUNJUK PRAKTIKUM “PARASITOLOGI DASAR” 72


V. KESIMPULAN
............................................................................................................................. ...........
...........................
........................................................................................................................................
...........................
VI. PEMBAHASAN
Fasciolosis merupakan salah satu penyakit parasiter penting yang disebabkan oleh infeksi
cacing famili Trematoda, yaitu Fasciola sp. Spesies-spesies Trematoda yang merupakan parasit dalam
jaringan, seperti hati antara lain: Clonorchis sinensis, Opisthorcis felineus, Fasciola hepatica,
Dicrocoelum dendriticum, danOpisthorcis viverni. Sedangkan trematoda parasit paru-paru manusia
adalah Paragonimus westermani. Dalam hospes defenitif, metaserkaria menjadi cacing dewasa muda di
duodenum Cacing dewasa muda bermigrasi menembus dinding usus, masuk ke rongga perut,
menembus diafragma dan menuju ke paru. Cacing dewasa hidup dalam kista di paru-paru. Prazikuantel
dan bitionol merupakan obat pilihan yang baik untuk menanggulangi cacing ini

DAFTAR PUSTAKA
Muslim, M. 2009. Parasitologi Untuk Keperawatan Parasitologi Kedokteran. Jakarta : EGC

PETUNJUK PRAKTIKUM “PARASITOLOGI DASAR” 73


“Trematoda Paru – paru ”

Identitas Sampel : Sampel Laboratorium

I. TUJUAN
Untuk dapat mengetahui morfologi dari parasit dengan cara pengamatan
menggunakan mikroskop dengan perbesaran lensa obyektif 10x atau 40 x dan lensa
okuler 5x dan 10x.
II. ALAT DAN BAHAN
A. Alat B. Bahan
1. Mikroskop 1. Preparat (sampel)
2. Obyek glass 2. Alkohol mikroskop
3. Deck glass 3. Kapas

III. CARA KERJA


1. Bersihkan lensa mikroskop terlebih dahulu dengan menggunakan kapas
yang sudah di berikan alkhohol mikroskop.
2. Letakkan preparat (sampel) di atas meja mikroskop.
3. Lakukan pengamatan dengan menggunakan lensa obyektif 10 atau 40x dan
lensa okluer 5x atau 10 x.
4. Membuat gambar morfologi dari preparat (sampel) yang di amati kemudian
diberi keterangan pada tiap bagian.
IV. HASIL
TOPIK : Telur Paragonimus westermani KETERANGAN
Bentuk : oval
Ukuran : 80-120 x 50-60 µm

1. Operculum jelas
2. Dinding tebal
3. Matang berisi mirasidium
4. Terdapat penebalan pada ujung yang lain

PETUNJUK PRAKTIKUM “PARASITOLOGI DASAR” 75


V. KESIMPULAN
............................................................................................................................. ...........
...........................
........................................................................................................................................
...........................
VI. PEMBAHASAN
Paragonimus westermani Hospes cacing ini merupakan manusia dan binatang yang memakan
ketam/udang batu, sperti kucing, musang, anjing, harimau, serigala, dan lain-lain. Cacing ini ditemukan
di RRC Taiwan, Korea, Jepang, Filipina, Vietnam, Thailand, India, Malaysia, Afrika, Dan Amerika Latin.
Di Indonesia ditemukan autokton pada binatang, sedangkan pada manusia hanya sebagai kasus impor
saja.
Morfologi dan Daur Hidup Cacing dewasa hidup dalam diparu. Bentuknya bundar lonjong
menyerupai biji kopi, dengan ukuran 8 -12 x 4 - 6 mm dan berwarna coklat tua. Batil isap mulut hampir
sama besar dengan batil isap perut. Testis berlobulus terletak berdampingan antara batil isap perut dan
ekor. Ovarium teletak dibelakang batil isap perut. Telur berbentuk lonjong berukuran 80 -118 mikron x
40-60 mikron dengan operculum agak tertekan kedalam. Telur keluar bersama tinja atau sptum,dan
berisi sel telur. Telur menjadi matang dalam waktu kira-kira 16 hari, lalu menetas. Mirasidium mencari
keong air dan dalam keong air terjadi perkembangan: M —»S —»R1—»R2—»SK
Serkaria keluar dari keong air, berenang mencari hospes perantara II, yaitu ketam atau udang
batu, lalu membentuk metaserkaria didalam tubuhnya. Infeksi terjadi dengan makan ketam atau udang
batu yang tidak dimasak sampai matang. Dalam hospes defenitif metaserkaria menjadi cacing dewasa
muda di duodenum. Cacing dewasa muda bermigrasi menembus dinding usus, masuk ke rongga perut,
menembus diafragma dan menuju ke paru. Jaringan hospes mengadakan reaksi jaringan sehingga
cacing dewasa terbungks dalam kista, biasanya ditemukan 2 ekor didalamnya

DAFTAR PUSTAKA
Muslim, M. 2009. Parasitologi Untuk Keperawatan Parasitologi Kedokteran. Jakarta : EGC

PETUNJUK PRAKTIKUM “PARASITOLOGI DASAR” 76


“Trematoda Darah”

Identitas Sampel : Sampel Laboratorium

I. TUJUAN
Untuk dapat mengetahui morfologi dari parasit dengan cara pengamatan
menggunakan mikroskop dengan perbesaran lensa obyektif 10x atau 40 x dan lensa
okuler 5x dan 10x.
II. ALAT DAN BAHAN
A. Alat B. Bahan
1. Mikroskop 1. Preparat (sampel)
2. Obyek glass 2. Alkohol mikroskop
3. Deck glass 3. Kapas

III. CARA KERJA


1. Bersihkan lensa mikroskop terlebih dahulu dengan menggunakan kapas
yang sudah di berikan alkhohol mikroskop.
2. Letakkan preparat (sampel) di atas meja mikroskop.
3. Lakukan pengamatan dengan menggunakan lensa obyektif 10 atau 40x dan
lensa okluer 5x atau 10 x.
4. Membuat gambar morfologi dari preparat (sampel) yang di amati kemudian
diberi keterangan pada tiap bagian.
IV. HASIL
TOPIK : Telur Schistosoma haematobium KETERANGAN
Bentuk : oval

1. Dinding 2 lapis tipis tanpa operculum


2. Isi : mirasidium
3. Duri terminal

TOPIK : Telur Schistosoma japonicum KETERANGAN


Bentuk : oval

1. Dinding 2 lapis tipis tanpa operculum


2. Isi : mirasidium
3. Tonjolan kecil lateral

PETUNJUK PRAKTIKUM “PARASITOLOGI DASAR” 78


TOPIK : Telur Schistosoma mansonia KETERANGAN
1. Dinding 2 lapis tipis tanpa operculum
2. Isi : mirasidium
3. Duri lateral

TOPIK : Cacing Schistosoma sp KETERANGAN


Bentuk :
♀ Gemuk / besar
♂ Langsing, halus dan panjang seperti tali

1. Oval sucker
2. Ventral sucker
3. Testis pada ♂
Schistosoma japonicum : 6-8
Schistosoma mansonia : 8-9
Schistosoma haematobium : 4-5
4. Canalis gynecophorus
5. Coecum
6. Tonjolan pada kulit (tubercles)
Schistosoma japonicum : halus
Schistosoma mansonia : kasar
Schistosoma haematobium : halus
7. Ovum dalam uterus
8. Ovarium pada ♀
Schistosoma japonicum : ½ bagian tubuh
Schistosoma mansonia : ⅓ bagian tubuh
Schistosoma haematobium : ⅓ bagian tubuh
TOPIK : Cacing Schistosoma sp KETERANGAN
A. Letak pertengahan panjang tubuh
B. ⅓ bagian tubuh : anterior
C. ⅓ bagian tubuh : posterior

”PETUNJUK PRAKTIKUM “PARASITOLOGI DASAR” 79


TOPIK : Sercaria Schistosoma sp KETERANGAN

TOPIK : Sercaria Schistosoma sp KETERANGAN

V. KESIMPULAN
........................................................................................................................................
...........................
............................................................................................................................. ...........
...........................
............................................................................................................................. ...........
...........................

VI. PEMBAHASAN
Pada manusia ditemukan 3 spesies penting.Schistosoma japonicum, Schistosoma
mansoni dan Schistosoma haematobim.Selain spesies yang ditemukan pada manusia,masih
banyak spesies yang hidup pada binatang dan kadang-kadang dapat menghinggapi manusia.
Tiga spesies schistosoma tersebut berparasit pada orang, dimana ketiganya struktur bentuknya sama,
tetapi beberapa hal seperti morfologinya sedikit berbeda dan juga lokasi berparasitnya pada tubuh
hospes definitif.
Daur hidup Cacing dewasa hidup dalam venula yang mengalir ke organ tertentu dalam perut
hospes definitif (orang), yaitu: S. hematobium, hidup dalam venula yang mengalir ke kantong kencing
(vesica urinaria),S. mansoni, hidup dalam venula porta hepatis yang mengalir ke usus besar (dalam
hati),S. japonicum, hidup dalam venula yang mengalir ke usus halus.Cacing betina menempel pada
bagian gynecophore dari cacing jantan dimana mereka berkopulasi. Cacing betina meninggalkan
tempat tersebut untuk mengeluarkan telur di venula yang lebih kecil.
“PETUNJUK PRAKTIKUM “PARASITOLOGI DASAR” 80

Diagnosis Seperti pada cacing lainnya, diagnosis dilakukan dengan melihat telur cacing dalam
ekskreta. Tetapi jumlah telur yang diproduksi caing betina schistosoma sangat sedikit sekali
dibanding dengan parasit cacing lainnya yang menginfeksi orang. Hanya sekitar 47% pasien dapat
didiagnosis dengan cara smear langsung itupun setelah dilakukan tiga kali smear. Biopsi dapat
dilakukan yaitu dengan biopsi rektal, liver dan katong kencing akan mendapatkan hasil yang baik, tetapi
hal tersebut berlu keahlian khusus bagi yang melakukannya. Penelitian telah dilakukan dengan metoda
imuno-diagnostik, yaitu dengan tes intradermal. Tes intradermal akan terlihat positif setelah 4-8 minggu
setelah infeksi, walaupun pasien mungkin telah sembuh. Hasilnya 97% akuarat dan lebih efisien. Tes
juga dapat dilakukan dengan CFT(Complemen fiksasion tes), tetapi hal ini dapat terjadi kros reaksi
dengan penyakit shyfilis dan Paragonimus sp, tetapi bila tidak hasilnya dapat 100%

DAFTAR PUSTAKA

Muslim, M. 2009. Parasitologi Untuk Keperawatan Parasitologi Kedokteran. Jakarta : EGC


“PETUNJUK PRAKTIKUM “PARASITOLOGI DASAR”
81

Anda mungkin juga menyukai