Aktiva Tetap Berwujud
Aktiva Tetap Berwujud
Aktiva Tetap Berwujud
PENGERTIAN
Aktiva tetap adalah aktiva berwujud1 ( tangible fixed assets) yang : (1) masa manfaatnya
lebih dari 1 tahun ; (2) digunakan dalam kegiatan perusahaan; (3) dimliki tidak untuk di jual
kembali dalam kegiatan normal perusahaan serta; (4) nilainnya cukup besar tidak ada kriteria
sntandar mengenai jangka waktu pemakaian minimal untuk membedakan aktiva tetap dengan
aktiva lainya. Walaupun demikian, pemakaian lebih dari satu tahun, pada umumnya, digunakan
sebagai pedoman. Kriteria lain adalah aktiva tersebut harus dipakai dalam kegiatan perusahaan
dan tidak untuk dijual kembali. Aktiva yang dimiliki untuk dijual kembali dalam kegiatan normal
termasuk dalam kategori persediaan, walaupun aktiva tersebut, kalau dipakai, dapat berumur
lebih dari satu tahun.Contoh mengenai hal ini adalah mobil-mobil yang dimiliki oleh sebuah
dealer mobil.Mobil-mobil itu kalau dipakai, dapat berumur lebih dari satu tahun.Namun, karma
tujuan pemilikannya adalah untuk dijual kembali, maka mobil-mobil tadi dikelompokkan sebagai
persediaan barang-dagang, bukan sebagai aktiva tetap.
Istilah dipakai dalam kegiatan perusahaan tidak berarti bahwa pemakaian harus
berlangsung terus-menerus.Mesin-mesin cadangan yang hanya digunakan pada waktu-waktu
sibuk, misalnya, tetap dikelompokkan sebagai aktiva tetap.Aktiva tetap yan g tidak digunakan
dalam kegiatan perusahaan disajikan sebagai aktiva lain-lain.Akhirnya perlu dicatat bahwa hanya
aktiva yang nilainya cukup tinggi sajalah yang biasanya dikelompokkan sebagai aktiva
tetap.Aktiva yang nilainya tidak besar, misalnya pulpen, sendok, dan lain-lain.Biasanya tidak
dikelompokkan sebagai aktiva tetap, walaupun aktiva tadi dipakai dalam kegiatan perusahaan
dan umurnya lebih dari satu tahun.
BIAYA PEROLEHAN
Semua biaya yang terjadi untuk memperoleh suatu aktiva tetap sampai tiba tempat dan
siap digunakan harus dimasukkan sebagai bagian dari harga perolehan (cost) aktiva yang
bersangkutan. Dengan demikian harga perolehan suatu aktiva tetap tidak terbatas pada harga
1
Ikatan Akuntan Indonesia; Standar Akuntansi Keuangan; Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.:16;
Jakarta; 1994.
belinya saja. Termasuk dalam harga perolehan adalah biaya pengiriman, asuransi, pemasangan,
dan bea balik nama. Misalnya, apabila suatu perusahaan membeli tanah dengan harga Rp 20.000
dan untuk ini harus dibayar biaya notaris sebesar Rp 500, biaya balik nama sebesar Rp 300 dan
komisi kepada makelar Rp 200, maka harga perolehan dari tanah tadi adalah Rp 21.000.
Masalah yang mungkin timbul adalah apabila beberapa aktiva tetap dibeli sekaligus dan
tiap-tiap aktiva tidak disebutkan harganya. Dalam hal demikian, total harga yang dibebankan
harus dialokasikan ke masing-masing aktiva yang bersangkutan. Anggaplah, bahwa suatu
perusahaan membeli gedungbeserta tanah di mana gedung itu berdiri dengan harga Rp 100.000.
Jumlah ini sudah termasuk biaya notaris, bea balik nama, komisi, dan lain-lain. Harga sebesar
Rp100.000 tersebut perlu dialokasikan antara harga perolehan untuk tanah dan
gedung.Anggaplah, kemudian, bahwa berdasarkan taksiran harga pasar yang berlaku, tanah
bernilai Rp 20.000 dan gedung ditaksir seharga Rp 60.000. Alokasi harga perolehan untuk tanah
dan gedung, dengan demikian adalah sebagai berikut:
Harga Taksiran Alokasi Harga Perolehan
Tanah Rp 20.000 20/80 x 100.000 = Rp 25.000
Gedung 60.000 60/80 x 100.000 = 75.000
Rp 80.000 Rp 100.000
Ayat jurnal yang perlu dibuat, apabila pembelian dilakukan dengan tunai, adalah sebagai
berikut:
(D) Tanah 25.000
(D) Gedung 75.000
(K) Bank 100.000
Apabila taksiran harga pasar dari masing-masing aktiva sukar dibuat, maka alokasi dapat
didasarkan atas kriteria-kriteria lain, misalnya nilai yang ditetapkan untuk pajak (NJOP = Nilai
Jual Objek Pajak). Jika harga taksiran hanya dapat dilakukan untuk satu jenis aktiva saja,
misalnya tanah, maka sisanya dianggap sebagai harga perolehan aktiva lainnya.
Pada waktu membayar angsuran pertama, jumlah yang harus dibayar dihitung sebagai
berikut:
Ayat jumal yang harus dibuat untuk pembayaran ini adalah sebagai berikut:
Pada angsuran kedua jumlah pembayarannya sama, yakni Rp 3.100 tetapi komposisi bunga
dan pokok utang akan berbeda dengan angsuran yang pertama. Perhatikan perhitungan di bawah
ini.
Bunga = 1/12 x 21,8% x (Rp 60.000 - Rp 2.010) = Rp 1.054 (dibulatkan)
Pokok utang angsuran (Rp 3.100- Rp 1.054) = 2.046
= Rp 3.100
Perhatikan bahwa bagian unsur bunga dalam angsuran kedua lebih kecil dibandingkan
dengan bunga dalam angsuran pertama.Bagian pokok utang terjadi sebaliknya.Bunga dalam
angsuran kedua makin kecil, oleh karma pokok utangnya makin menurun. Proses penghitungan,
pembayaran dan pencatatan demikian akan dilakukan setiap bulan sekali, sampai semua utang
angsuran telah terbayar. Tetapi, biasanya, penghitungan untuk mencari bagian bunga dan pokok
utang dalam setiap angsuran dilakukan sekali saja, yakni pada saat permulaan dicatatnya
pembelian aktiva tetap.Dari sini kemudian dibuatkan jadual pembayaran angsuran yang sudah
dibagi ke dalam unsur bunga dan pokok utang.Dalam praktik penghitungan tersebut di atas dapat
dilakukan dengan tabel anuitas atau kalkulator sehingga tidak memerlukan banyak pemikiran.
PENYUSUTAN
Semua jenis aktiva.tetap,kecuali tanah, akan makin berkurang kemampuannya untuk
membenkan jasa bersamaan dengan berlalunya waktu. Beberapa faktor yang mempengaruhi
menurunnya kemampuan ini adalah pemakaian, keausan, ketidakseimbangan kapasitas yang
tersedia dengan yang diminta dan keterbelakangan teknologi.Berkurangnya kapasitas berarti
berkurangnya nilai aktiva tetap yang bersangkutan.Hal ini perlu dicatat dan
dilaporkan.Pengakuan adanya penurunan nilai aktiva tetap berwujud disebut penyusutan
(depreciation).penyusutan dapat dihitung tiap-tiap butan atau ditunda sampai dengan akhir tahun.
Apabila dibuat laporan keuangan interim secara bulanan, penyusutan yang dilakukan bulanan
akan lebih dapat mencerminkan posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan dalam bulan yang
bersangkutan.
Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk mencatat penyusutan adalah debit beban penyusutan
dan kredit akumulasi penyusutan. Beban penyusutan merupakan akun sementara yang pada akhir
tahun akan ditutup ke akun laba ditahan bersama-sama dengan akun-akun sementara yang lain.
Akun akumulasi penyusutan merupakan akun tetap.Ia merupakan akun kontra terhadap aktiva
tetap yang bersangkutan.Digunakannya akun kontra dalam mencatat penyusutan ialah agar harga
perolehan aktiva masih dapat disajikan seperti adanya.Akun akumulasi penyusutan digunakan
untuk mencatat secara akumulatif jumlah penyusutan yang telah dilakukan.Selisih antara harga
perolehan dengan akumulasi penyusutan merupakan bagian dari harga perolehan yang belum
disusutkan.Selisih ini disebut nilai buku (book value) aktiva tetap.
METODE PENYUSUTAN
Ada dua faktor yang mempengaruhi besarnya penyusutan.Dua faktor itu adalah nilai aktiva
tetap yang digunakan dalam penghitungan penyusutan (dasar penyusutan) dan taksiran
manfaat.Dasar penyusutan dapat berupa (a) Harga perolehan atau; (b) Nilai buku.Nilai
maksimum aktiva tetap yang dapat disusutkan adalah harga perolehannya.Tetapi, ada kalanya,
dianggap bahwa setelah habis dipakai, aktiva tetap yang bersangkutan masihmempunyai
nilai,yang disebut nilai sisa(residual, scrap atau salvage value).Nilai sisa adalah taksiran harga
pasar aktiva tetap pada akhir masa manfaat.Dalam hal demikian, nilai yang dapat disusutkan
adalah harga perolehan dikurangi nilai sisa.
Taksiran manfaat mencerminkan besarnya kapasitas/manfaat aktiva tetap selama dapat
dipakai. Taksiran ini dapat dinyatakan dalam lamanya jangka waktu pemakaian (umur berguna
atau masa manfaat = usefullives)atau kapasitas produksi yang dapat dihasilkan. Untuk
menghitung penyusutan, taksiran manfaat dinyatakan dalam tarif penyusutan. Dengan uraian ini,
pada dasarnya, penyusutan aktiva tetap, untuk suatu tahun, dapat dihitung dengan rumus:
Beban Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan
Ada beberapa cara untuk menghitung penyusutan, yaitu metode garis lurus(straight
line),saldo menurun(dedining balance), jumlah angka-angka tahun (sum of the years digit)dan
unit produksi(unit of production).Perusahaan tidak harus hanya menggunakan satu metode
penyusutan saja untuk semua aktiva tetap yang dimiliki. Perusahaan, misalnya, dapat
menggunakan metode garis lurus untuk salah satu kelompok aktiva tetap dan metode saldo
menurun untuk kelompok aktiva yang lain. Di samping itu, metode penyusutan yang dipakai
dalam laporan keuangan untuk pajak mungkin berbeda dengan metode penyusutan dalam
laporan keuangan untuk pemegang saham dan pihak-pihak lain.
Metode Garis Lurus. Dalam metode garis lurus, beban penyusutan dialokasikan
berdasarkan berlalunya waktu, dalam jumlah yang sama, sepanjang masa manfaat aktiva tetap.
Beban penyusutan dihitung dengan rumus:
Beban Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan
Dasar Penyusutan = Harga perolehan- Nilai Sisa
Tarif penyusutan, dalam metode garis lurus, dapat dengan mudah dihitung sebagai 100%
dibagi dengan taksiran masa manfaat. Misalnya, apabila taksiran masa manfaat adalah 5 tahun,
maka tarif penyusutannya adalah:
100% = 20%
5
Sebagai contoh, anggaplah bahwa pada tanggal 2 Januari 200A dibeli sebuah kendaraan
dengan harga Rp 12.500 (sudah termasuk bea balik nama dan lain-lain). Nilai sisa diperkirakan
sebesar Rp 1.550. Umur kendaraan diperkirakan lima tahun. Beban penyusutan tahunan dihitung
sebagai berikut:
Beban penyusutan = 20% (Rp 12.500- Rp 1.550)
= Rp 2.190
Beban penyusutan tahun pertama (dan tahun-tahun berikutnya) dicatat sebagai berikut:
(D) Beban penyusutan 2.190
(K) Akumulasi penyusutan 2.190
Beban Akumulasi
Tahun Harga Perolehan Nilai Buku
Penyusutan Penyusutan
1. Rp 12.500 Rp 2.190 Rp2.190 Rp 10.310
2. Rp 12.500 Rp 2.190 Rp4.380 Rp 8.120
3. Rp 12.500 Rp 2.190 Rp6.570 Rp 5.930
4. Rp 12.500 Rp 2.190 Rp8.760 Rp 3.740
5. Rp 12.500 Rp 2.190 Rp10.950 Rp 1.550
Metode Saldo Menurun. Metode garis lurus menganggap bahwa beban penyusutan akan
merata sepanjang umur aktiva tetap. Dalam metode saldo menurun, beban penyusutan makin
menurun dari tahtm ke tahun. Pembebanan yang makin menurun didasarkan pada anggapan
bahwa semakin tea, kapasitas aktiva tetap, dalam memberikan jasanya, juga akan makin
menurun. Dalam metode saldo menurun, beban penyusutan dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
Beban Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan
Dasar Penyusutan = Nilai Buku Awal Periode
Biasanya tarif penyusutan yang digunakan adalah dua kali tarif metode garis lurus.
Misalnya apabila suatu aktiva tetap ditaksir akan berumur 5 tahun, maka tarif penyusutannya
adalah 40%, yaitu dua kali tarif metode garis lurus sebesar 20%. Dengan menggunakan contoh
kendaraan seperti yang telah disebutkan di atas, beban penyusutan pada tahun pertama akan
dihitung sebagai berikut:
Perhatikan bahwa nilai buku pada awal tahun pertama adalah sama dengan harga
perolehannya, yaitu Rp 12.500. Pada saat ini akumulasi penyusutannya sama dengan nol.
Penyusutan tahun pertama dicatat sebagai berikut:
Nilai buku pada awal tahun kedua sama.dengan harga perolehan dikurangi dengan
akumulasi penyusutan pada saat itu, yang jumlahnya sama dengan Rp 5.000.
Penyusutan tahun kedua ini dicatat sebagai berikut:
(D) Beban penyusutan 3.000
(K) Akumulasi penyusutan 3.000
Harga perolehan, beban penyusutan per tahun, akumulasi penyusutan dan nilai buku
kendaraan dalam contoh tadi selama lima tahun tampak sebagai berikut:
Harga Beban Akumulasi Nilai
Tahun
perolehan Penyusutan Penyusutan Buku
1 12.500 5.000 5.000 7.500
2 12.500 3.000 8.000 4.500
3 12.500 1.800 9.800 2.700
4 12.500 1.080 10.880 1.620
5 12.500 70 10.950 1.550
Di atas telah dijelaskan bahwa dalam metode saldo menurun, tarif penyusutan dihitung
sebesar dua kali tarif metode garis lurus dengan tidak memperhatikan adanya nilai
sisa.Walaupun demikian, aktiva tetap yang bersangkutan tidak boleh disusutkan sampai di bawah
nilai sisa.Untuk menggambarkan mengenai masalah ini, perhatikan penyusutan yang dilakukan
pada tahun kelima.Pada permulaan tahun kelima nilai buku kendaraan adalah Rp 1.620. Dengan
menggunakan cara penghitungan yang biasa, beban penyusutan untuk tahun ini seharusnya
adalah 40% dari Rp 1.620 sama dengan Rp 648. Tetapi apabila jumlah ini yang dicatat sebagai
beban penyusutan, maka pada akhir tahun kelima nilai buku kendaraan menjadi Rp 972.Nilai
sisa yang diperkirakan semula adalah Rp 1.550. Berdasarkan ketentuan di atas,penyusutan yang
dibebankan pada tahun kelima hanyalah Rp 70 yaitu Rp 1.620 dikurangi dengan Rp 1.550.
Metode Jumlah Angka Tahun. Metode jumlah angka tahun akan menghasilkan jadual
penyusutan yang sama dengan metode saldo menurun. Jumlah penyusutan akan makin menurun
dari tahun ke tahun. Tetapi cara perhitungan penyusutan berbeda dengan metode saldo menurun.
Beban penyusutan dalam metode ini dihitung dengan menggunakan rumus:
Dasar penyusutan pada metode jumlah angka tahun adalah harga perolehan dikurangi nilai
sisa, bukan nilai buku seperti dalam metode saldo menurun. Tarif penyusutan dalam metode ini
akan merupakan suatu bilangan pecahan yang makin lama makin kecil. Pembilang dalam
pecahan adalah angkaangka tahun yang ada selama masa manfaat aktiva tetap. Jadi, apabila
suatu aktiva tetap ditaksir berumur lima tahun, maka angka-angka tahun yang adaadalah 1, 2; 3,
4, dan 5. Pembilang untuk tahun pertama adalah angka tahun.terakhir (dalam contoh di atas
5).Pembilang tahun kedua adalah angka tahun kedua setelah terakhir (4) demikian seterusnya,
sehingga pembilang pada tahun kelima adalah angka tahun pertama (1).Sebagai penyebut dalam
pecahan adalah jumlah angka-angka tahun yang ada. Jadi penyebut dalam contoh di atas adalah:
1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15
Beban penyusutan untuk tahun pertama dihitung sebagai berikut:
Dalam contoh di atas dianggap bahwa kendaraan dibeli pada tanggal 2 Januari 200A. Jadi,
awal penyusutan dimulai sama dengan awal tahun buku perusahaan. Apabila awal penyusutan
tidak sama dengan awal tahun buku perusahaan, maka beban penyusutan untuk tahun kedua dan
seterusnya harus dihitung atas dasar dua tarif penyusutan. Untuk menggambarkan hal ini
anggaplah bahwa kendaraan dalam contoh di atas dibeli pada tanggal 1 April 200A. Dalam
contoh ini, tahun penyusutan tidak sama dengan tahun buku. Masa penyusutan tahunan dimulai
pada tanggal 1 April 200A sedangkan tahun buku dimulai pada tanggal 1 Januari 200A.Tarif
penyusutan dalam metode jumlah angka tahun berhubungan dengan masa penyusutan.Oleh
kerena itu, tarif untuk masa penyusutan pertama misalnya, berlaku dari tanggal 1 April 200A
sampai dengan 31 Maret 200B. Pada tanggal 31 Desember 200A, masa penyusutan dengan tarip
5/15 baru berlaku 9 bulan, sehingga beban, penyusutan untuk tahun buku 200A dihitung sebagai
berikut:
9 5
Beban penyusutan = x (Rp 12.500 - Rp 1.550)
12 15
= Rp 2.737,5
Untuk tahun buku 200B, beban penyusutan akan meliputi dua bagian masa penyusutan;
yakni dari 1 Januari sampai dengan 31 Maret 200B yang tercakup dalam masa penyusutan
dengan tarif 5/15 dan periode 1 April sampai dengan 31 Desember 200B yang tercakup dalam
masa penyusutan dengan tarif 4/15. Beban penyusutan untuk tahun buku 20013, dengan
demikian, dihitung sebagai berikut:
1. Masa penyusutan
3 5
dengan tarif 5/15 = x x Rp 10.950 = Rp 912,5
12 15
2. Masa penyusutan
3 4
dengan tarif 4/15 = x x Rp 10.950 = Rp 2.190,0
12 15
Rp 3.102,5
Demikianlah, maka beban penyusutan untuk tahun-tahun buku selanjutnya akan dihitung
berdasarkan dua masa penyusutan. Perlu dicatat,bahwa cara perhitungan demikian hanya berlaku
untuk metode jumlah angka tahun saja. Dalam metode-metode yang lain, beban penyusutan
untuk jangka waktu kurang dari satu tahun cukup dihitung dengan memperhatikan bagian jangka
waktu penyusutan yang tercakup dalam tahun yang bersangkutan baik di tahun pertama maupun
tahun-tahun berikutnya
Metode Unit Produksi.Dalam metode garis lurus, saldo menurun dan metode jumlah angka
tahun taksiran manfaat aktiva tetap dinyatakan dalam jangkawaktu pemakaiannya.Dalam metode
unit produksi taksiran manfaat dinyatakan dalam kapasitas produksi yang dapat dihasilkan.
Kapasitas produksi itu sendiri dapat dinyatakan dalam bentuk unit produksi, jam pemakaian,
kilometer pemakaian atau unit-unit kegiatan yang lain. Harga perolehan dikurangi nilai sisa
merupakan dasar penyusutan.Tarif penyusutan dihitung sebagai persentase produksi aktual
terhadap kapasitasproduksi.Beban penyusutan untuk setiap periode dihitung dengan mengalikan
tarif penyusutan dengan dasar penyusutan.Untuk menggambarkan metode penyusutan anggaplah
bahwa pada tanggal 2 fanuari 200A suatu mesin dibeli dengan harga Rp 55.000.Mesin itu
diperkirakan mempunyai nilai sisa sebesar Rp 5.000.Selama masih dapat digunakan, mesin
tersebut diperkirakan dapat menghasilkan 1.000.000 unit barang.Dalam tahun 200A diproduksi
245.000 unit. Beban penyusutan untuk tahun 200A dihitung sebagai berikut:
Produksi Aktual
Tarif Penyusutan =
Kapasitas Produksi
Aktiva tetap dinilai sebesar nilai bukunya, yaitu harga perolehan dikurangi dengan
akumulasi penyusutan.Tetapi, apabila manfaat ekonomi dari suatu aktiva tetap tidak lagi sebesar
nilai bukunya, maka aktiva tersebut harus dinyatakan sebesar jumlah yang sepadan dengan nilai
manfaat ekonomi yang tersisa.Penurunan nilai kegunaan aktiva tersebut dicatat sebagai kerugian.
Dalam laporan keuangan, aktiva tetap dirinci menurut jenisnya, seperti misalnya tanah,
gedung, mesin-mesin, peralatan, kendaraan, dan lain-lain.Akumulasi penyusutan disajikan
sebagai pengurang terhadap aktiva tetap, balk secara sendirisendiri menurut jenisnya atau secara
keseluruhan.Apabila di neraca akumulasi penyusutan dikurangkan secara keseluruhan, maka
dalam catatan atas laporan keuangan perlu dibuatkan rincian harga perolehan masing-masing
jenis aktiva serta masing-masing penyusutannya.Metode penyusutan yang dianut oleh
perusahaan serta taksiran masa manfaat, perlu dijelaskan dalam laporan keuangan. Contoh
penyajian kelompok aktiva tetap di neraca apabila akumulasi penyusutannya dikurangkan secara
keseluruhan adalah sebagai berikut:
Aktiva tetap:
Peralatan kantor Rp 30.000
Peralatan toko 50.000
Kendaraan 25.000
Gedung 105.000
Tanah 20.000
Rp 230.000
Akumulasi penyusutan ( 52.500 )
Alternatif lain untuk penyajian aktiva tetap tampak seperti terlihat di bawah ini:
Aktiva tetap:
Peralatan kantor Rp 30.000
Akumulasi penyusutan peralatan kantor 12.000 Rp 18.000
Kendaraan Rp 25.000
Akumulasi penyusutan kendaraan 10.000 15.000
Gedung Rp 105.000
Akumulasi penyusutan gedung 10.500 94.500
Tanah 20.000
Total aktiva tetap, neto Rp 177.500
Suatu Label yang merinci perubahan aktiva tetap Berta akumulasi penvusutannya perlu
dibuat untuk mendukung rincian aktiva tetap di neraca (lihat Tabel 18-1).
Tabel 18-1
Rincian Perubahan Aktiva Tetap
Tahun berakhir 31 Desember 200A
Kelompok Saldo Saldo
Penambahan Pengurangan
Aktiva Tetap Awal Akhir
Biaya perolehan
Peralatan kantor Rp 40.000 Rp 5.000 Rp 15.000 Rp 30.000
Peralatan took 75.000 25.000 50.000 50.000
Kendaraan 20.000 10.000 5.000 25.000
Gedung 80.000 25.000 - 105.000
Tanah 20.000 - 20.000
Akumulasi Penyusutan
Peralatan kantor Rp 15.750 Rp 7.500 Rp 11.250 Rp 12.000
Peralatan took 45.000 12.500 37.500 20.000
Kendaraan 8.000 5.000 3.000 10.000
Gedung 4.000 6.500 - 10.500
Tanah
ISTILAH BARU
Aktiva tetap berwujud (tangible fixed assets): aktiva tetap yang secara phisik ada.
Buku aktiva tetap (fixed assets subsidiary ledger): buku tambahan yang merupakan rincian dari
akun aktiva tetap. Buku tambahan ini terdiri dari sekumpulan kartu yang memuat rincian tiap
jenis aktiva tetap.
Masa manfaat (usefule lives): taksiran kapasitas/manfaat yang dapat diberikan oleh aktiva tetap
selama dapat dipakai, yang biasanya dinyatakan dalam tahun.
Metode garis lurus (straight line method): metode penghitungan beban penyusutan di mana
harga perolehan aktiva tetap dialokasikan atas dasar berlalunya waktu, selama taksiran masa
manfaat dalam jumlah yang sama.
Metode jumlah angka tahun (sum f the years digits method): Metode penghitungan beban
penyusutan di mana harga perolehan aktiva tetap dialokasikan atas dasar berlalunya waktu,
selama taksiran masa manfaat dan alokasi dilakukan sedemikian rupa, sehingga pembebanan
pada tahun-tahun permulaan pemakaiannya lebih besar dibandingkan dengan tahun-tahun
kemudian. Alokasi beban dilakukan dengan mengalikan suatu tarif tertentu, yang makin lama
makin menurun, terhadap harga perolehan dikurangi nilai sisa.
Metode saldo menurun (dedining balance method): metode penghitungan beban
penyusutan di mana harga perolehan aktiva tetap dialokasikan atas dasar. berlalunya waktu,
selama taksiran masa manfaat, dan alokasi dilakukan sedemikian rupa sehingga pembebanan
pada tahun-tahun permulaan pemakaiannya lebih besar dibandingkan dengan tahun-tahun
kemudian. Alokasi beban dilakukan dengan mengalikan suatu tarif tetap terhadap nilai buku
aktiva tetap.
Metode unit produksi (unit of production method): metode penghitungan beban penyusutan
di mana harga perolehan aktiva tetap dialokasikan atas dasar produksi atau output aktual.Nilai
buku (book value): angka neto yang dihitung sebagai harga perolehan dikurangi dengan
akumulasi penyusutannya. Nilai sisa (residual atau salvage value): taksiran nilai pasar aktiva
tetap pada akhir masa manfaat.