LP, Konsep & Askep Meningitis
LP, Konsep & Askep Meningitis
LP, Konsep & Askep Meningitis
Disusun oleh :
Umi Kulsum
P27906120035
2. Etiologi
Widagdo, dkk (2013), mengatakan meningitis dapat disebabkan
oleh berbagai macam organisme: Haemophilus influenza, Neisseria
meningitis (Meningococus), Diplococus pneumonia, Streptococcus group
A, Pseudomonas, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Klebsiella,
Proteus. Paling sering klien memiliki kondisi predisposisi seperti: fraktur
tengkorak, infeksi, pembedahan otak atau spinal, dimana akan
meningkatkan terjadinya meningitis.
a. Meningitis bakteri
Organisme yang paling sering pada meningitis bakteri adalah:
Haemophilus influenza, Streptococcus pneumonia, Neisseria
meningitides, dan Staphylococcus aureus. Protein di dalam bakteri
sebagai benda asing dan dapat menimbulkan respon peradangan.
Neutropil, monosit, limfosit dan yang lainnya merupakan sel-sel
sebagai respon peradangan. Eksudat terdiri dari bakteri fibrin dan
leukosit yang dibentuk di ruang subaraknoid. Penumpukan didalam
cairan serebrospinal akan menyebabkan cairan menjadi kental
sehingga dapat menggangu aliran serebrospinal di sekitar otak dan
medulla spinalis. Sebagian akan menganggu absorbsi akibat
granulasi arakhnoid dan dapat menimbulkan hidrosefalus.
Penambahan eksudat di dalam ruang subaraknoid dapat
menimbulkan peradangan lebih lanjut dan peningkatan tekanan
intrakranial. Eksudat akan mengendap di otak dan saraf-saraf kranial
dan spinal. Sel-sel meningeal akan menjadi edema, membran sel
tidak dapat lebih panjang mengatur aliran cairan yang menujuh atau
keluar dari sel.
b. Meningitis virus
Tipe meningitis ini sering disebut sebagai aseptik
meningitis.Meningitis ini terjadi sebagai akibat dari berbagai macam
penyakit virus yang meliputi measles, mumps, herpes simplex dan
herpes zoster.Pembentukan eskudat pada umumnya terjadi diatas
korteks serebral, substansi putih dan meningens.Kerentanan jaringan
otak terhadap berbagai macam virus tergantung pada tipe sel yang
dipengaruhi.Virus herpes simplex merubah metabolisme sel, yang
mana secara cepat menyebabkan perubahan produksi enzim atau
neurotransmitter yang menyebabkan disfungsi dari sel dan
kemungkinan kelainan neurologi.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang pada klien dengan penyakit meningitis
(Hudak dan Gallo, 2012) :
a. Pungsi lumbal dan kultur CSS dengan hasil sebagai berikut :
1) Hitung sel darah putih, biasanya meningkat sampai lebih dari
100/mm3(normal : < 6/µL).
2) Pewarnaan gram CSS
3) Kadar glukosa cairan otak menurun pada meningitis bakterial dan
pada meningitis dengan penyebab virus kadar glukosa biasanya
normal. (normal kadar glukosa cairan otak 2/3 dari nilai serum
glukosa).
4) Protein, tinggi (bakterial, tuberkular, infeksi kongenital) dan pada
meningtis virus protein sedikit meningkat.
b. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht), Leukosit dan
trombosit, protombin dan tromboplastin parsial. Pemeriksaan leukosit
diperlukan untuk menentukan kemungkinan adanya infeksi bakteri
berat dan leukopenia mungkin merupakan tanda prognosis yang buruk
terutama pada penyakit akibat meningokokus dan pneumokokus.
Sama halnya dengan memanjangnya waktu protombin dan
tromboplastin parsial yang di sertai trombositopenia menunjukkan
koagulasi intravaskuler deseminata. (leukosit normal : 5000-
10000/mm3, trombosit normal : 150.000-400.000/mm3, Hb normal
pada perempuan: 12-14gr/dl, pada laki-laki : 14-18gr/dl).
2) Pemeriksaan glukosa darah. (Glukosa darah normal < 200 gr/dl).
c. Pemeriksaan cairan dan elektrolit
1) Kadar elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi, natrium serum
(Na+) naik, kalium serum (K+)turun. (Na+ normal : 136- 145mmol/L,
K+ normal : 3,5-5,1 mmol/L).
2) Osmolaritas urine meningkat dengan peningkatan sekresi ADH.
d. Pemeriksaan kultur
1) Kultur darah berguna untuk mengidentifikasi organisme penyebab.
2) Kultur urien/urinalisis, untuk mengidentifikasi organisme penyebab.
3) Kultur nasofaring, untuk mengidentifikasi organisme penyebab.
e. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan rontgenografi jarang diperlukan dalam mendiagnosis
meningitis namun pemeriksaan tersebut bisa berguna dalam mengenali
faktor resiko. CT scan dilakukan untuk menentukan adanya edema serebri
atau penyakit saraf lainya (Betz & Sowden, 2009).
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada klien penyakit meningitis ada 2, terdapat
penatalaksaan medis dan keperawatan, berikut penjelasannya
a. Penatalaksanaan Medis
1) Meningitis purulenta
a) Pemberian cairan secara intravena untuk menghindari
kekurangan cairan/elektrolit akibat muntah-muntah atau diare.
b) Bila pasien masuk dalam keadaan status konvulsivus, diberikan
diazepam 0,5 mg/kg BB/ kali intravena, dan dapat di ulang
dengan dosis yang sama 15 menit kemudian. Bila kejang belum
berhenti, ulangan pemberian diazepam berikutnya (yang ketiga
kali) dengan dosis yang sama diberikan secara intramuskular.
c) Setelah kejang dapat di atasi, diberikan fenobarbital dosis awal
untuk neonatus 30 mg, anak kurang dari 1 tahun 50 mg dan di
atas 1 tahun 75 mg. Selanjutnya untuk pengobatan rumat
diberikan fenobarbital dengan dosis 8-9 mg/kg BB/hari di bagi
dalam 2 dosis, diberikan selama 2 hari.
d) Berikan ampisisilin intravena sebanyak 400 mg/kg BB/ hari di
bagi dalam 6 dosis di tambah kloramfenikol 100 mg/ Kg
BB/hari intravena dibagi dalam 4 dosis . Pada hari ke-10
pengobatan di lakukan pungsi lumbal ulangan dan bila ternyata
menunjukkan hasil yang normal pengobatan tersebut di
lanjutkan 2 hari lagi. Tetapi jika masih belum normal
pengobatan di lanjutkan dengan obat yang sama seperti di atas
atau di ganti dengan obat yang sesuai dengan hasil biakan dan
uji resisten kuman.
2) Dasar pengobatan meningitis tuberkulosa ialah pemberian
kombinasi obat antituberkulosis dan di tambahkan dengan
kortikosteroid, pengobatan sitomatik bila terdapat kejang, koreksi
dehidrasi akibat masukan makanan yang kurang atau muntah dan
fisioterapi. Umumnya di pakai kombinasi streptomisin, PAS dan
INH. Bila ada resisten terhadap salah satu obat tersebut maka dapat
digantikan dengan reserve drugs. Streptomisin di berikan dengan
dosis 30-50 mg/kg BB/hari selama 3 bulan atau jika perlu di
teruskan 2 kali seminggu selama 2-3 bulan lagi sampai likuor
serebrospinalis menjadi normal. PAS dan INH di teruskan paling
sedikit sampai 2 tahun. Kortikostreoid biasanya di berikan berupa
prednison dengan dosis 2-3 mg/kg BB/hari (dosis minimum 20 mg/
hari) dibagi 3 dosis selama 2-4 minggu, kemudian di turunkan 1
mg/kg BB/hari setiap 1-2 minggu. Pemberian kortikosteroid
seluruhnya selama 3 bulan dan dihentikan bertahap untuk
menghindarkan terjadinya rebound phenomenon.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Masalah yang perlu diperhatikan pada pasien dengan meningitis
adalah gangguan kesadaran, resiko terjadi komplikasi, gangguan rasa
aman dan nyaman serta kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
penyakit.
1) Gangguan kesadaran
Pasien meningitis yang mengalami koma memerlukan
pengawasan tanda-tanda vital secara cermat karena pernapasannya
sering cheyne-Stokes sehingg terdapat gangguan O2. Untuk
membantu pemasukan O2 perlu diberikan oksigen yaitu 1-2 liter/
menit. Selain itu pasien koma juga mengalami inkontinensia urine
maka perlu di pasang penampung urine. Kebersihan kulit perlu di
perhatiakn terutama sekitar genitalia dan bagian tubuh yang
tertekan. Oleh karena itu jika akan memasang kateter urine harus
konsultasi dahulu dengan dokter. Buat catatan khusus jika belum
ada catatan perawatan untuk mencatat hasil observasi pasien.
3. Perencanaan Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala bentuk treatment yang
dikerjakan oleh perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis
untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP
PPNI, 2018). Diagnosa berdasarkan SIKI adalah :
Diagnosis
No Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1 Bersihan jalan Tujuan : 1. Monitor frekuensi irama, kedalaman
nafas tidak Setelah dilakukan tindakan dan upaya nafas
efektif besekresi keperawatan diharapkan 2. Monitor pola nafas
yang tertahan pertukaran gas meningkat 3. Monitor kemampuan batuk efektif
dibuktikan dengan kriteria hasil : 4. Monitor nilai AGD
dengan batuk 1. Batuk efektif meningkat 5. Monitor saturasi oksigen
tidak efektif, 2. Produksi sputum cukup 6. Auskultasi bunyi nafas
ronchi menurun 7. Jelaskan tujuan dan prosedur
3. Ronki sedang pemantauan
4. Dispnea cukup menurun 8. Kolaborasi penggunaan oksigen saat
5. Gelisah cukup meningkat aktifitas dan/atau tidur
6. Frekuensi nafas cukup
membaik
7. Pola nafas cukup
membaik
2. Perfusi serebral Tujuan : 1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK
tidak efektif b.d Setelah dilakukan intervensi 2. Monitor peningkatan tekanan darah
infeksi otak keperawatan diharapkan 3. Monitor ireguleritas irama nafas
ekspetasi membaik dengan 4. Monitor penurunan tingkat kesadaran
kriteria hasil : 5. Monitor perlambatan atau kesimetrisan
1. Tingkat kesadaran respon pupil
meningkat 6. Monitor efek stimulus lingkungan
2. Sakit kepala terhadap TIK
menurun 7. Identifikasi pengetahuan tentang
3. Gelisah menurun pengobatan
4. Demam menurun 8. Identifikasi penggunaan pengobatan
5. Tekanan darah tradisional dan efek samping obat
membaik 9. Pertahankan sterilitas sistem
6. Reflek saraf pemantauan
membaik 10.Pertahankan posisi kepala dan leher
netral
11.Bila sistem pemantauan, jika perlu
12.Atur interval pemantauan sesuai kondisi
pasien
13.Dokumentasi hasil pemantauan
14.Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
3. Pola nafas tidak Tujuan : 1. Monitor pola nafas
efektif b.d Setelah dilakukan tindakan 2. Monitor frekuensi, irama, kedalaman
hambatan upaya keperawatan diharapkan pola dan upaya nafas
nafas (mis: nafas membaik dengan 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
nyeri saat kriteria hasil : 4. Posisikan semi fowler atau fowler
bernafas) 1. Frekuensi nafas dalam 5. Ajarkan teknik batuk efektif
rentang normal 6. Kolaborasi pemberian mis.
2. Tidak ada pengguanaan bronkodilator, jika perlu.
otot bantu pernafasan
3. Pasien tidak
menunjukkan tanda
dipsnea
4. Resiko cidera Tujuan :
b.d perubahan Setelah dilakukan intervensi 1. Identifikasi kebutuhan keselamatan
fungsi kognitif keperawatan diharapkan 2. Sediakan alat bantu keamanan
keparahan cederan dapat lingkungan
menurun dengan kriteria hasil 3. Gunakan perangkat pelindung
: 4. Ajarkan individu, keluarga dan
1. Toleransi aktivitas kelompok risiko tinggi bahaya
meningkat lingkungan.
2. Kejadian cedera menurun
3. Ketegangan otot menurun
4. Ekspresi wajah kesakitan
menurun
5. Pola istirahat/tidur
membaik
5 Nyeri akut b.d Tujuan : 1. Mempengaruhi pilihan / pengawasan
iritasi selaput Setelah dilakukan tindakan keefektifan intervensi.
dan jaringan asuhan keperawatan 2. Untuk mengetahui tingkat keparahan
otak diharapkan tingkat nyeri nyeri
pasien menurun, dengan 3. Untuk mengetahui persepsi / reaksi
kriteria hasil : terhadap nyeri
1. Keluhan nyeri cukup 4. Untuk memberikan ketenangan
menurun kepada pasien sehingga nyeri tidak
2. Meringis cukup bertambah
menurun 5. Memfokuskan kembali perhatian,
3. Gelisah cukup menurun meningkatkan kontrol dan
4. Tekanan darah cukup meningkatkan harga diri dan
membaik kemampuan koping
5. Fokus cukup membaik
6. Nafsu makan cukup
membaik
7. Pola tidur cukup
membaik
6. Hipertermi b.d Tujuan : 1. Identifikasi penyebab hipertermi
proses penyakit Setelah dilakukan intervensi 2. Monitor suhu tubuh
dibuktikan keperawatan diharapkan 3. Monitor haluaran urine
dengan suhu suhu tubuh menurun dengan 4. Monitor akibat hipertermia
tubuh diatas kriteria hasil : 5. Melakukan kompres pada lipatan
normal. 1. Kulit merah sedang 6. Berikan cairan peroral
2. Kejang cukup menurun 7. Kolaborasi pemberian cairan dan
3. Pucat sedang elektrolit intravena, jika perlu
4. Suhu tubuh membaik
7. Gangguan Tujuan : 1. Identifikasi kesediaan dan penerimaan
mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan dilakukan pemijatan
b.d penurunan asuhan keperawatan 2. Tetapkan jangka waktu untuk
kekuatan otot diharapkan kemampuan pemijatan
dibuktikan dalam gerakan fisik dari satu 3. Pilih area tubuh yang akan di pijat
dengan atau lebih ekstermitas secara 4. Cuci tangan dengan menggunakan air
kekuatan otot mandiri dapat meningkat, hangat
menurun dengan kriteria hasil : 5. Siapkan lingkungan yang hangat,
1. Pergerakan ekstermitas nyaman dan privasi
meningkat 6. Gunakan lotion atau minyak untuk
2. Kekuatan otot meningkat mengurangi gesekan
3. Rentang gerak ROM 7. Lakukan pemijatan secara perlahan
meningkat 8. Jelaskan tujuan dilakukannya prosedur
4. Kaku sendi menurun terapi
9. Memonitor status oksigenisasi
10. Atur posisi yang mengurangi sesak
(semi fowler)
11. Posisikan kesejajaran tubuh yang tepat
12. Tinggikan tempat tidur bagian kepala
13. Ubah posisi setiap 2 jam
14. Ajarkan cara menggunakan postur
yang dan mekanika tubuh yang baik
selama melakukan perubahan posisi
4. Implementasi
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan meliputi penguimpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan
tindakan, serta menilai data yang (Rohmah & Walid, 2012).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan
(Rohmah & Walid, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Batticaca, fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Batticaca, fransisca B. 2011. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Jannis & Hendrik. 2006. Meningitis Mortallty In Neurologi Ward Of Dr. Cipto
Mangukusumo Hospital. Jakarta: Med J Indones. tersedia pada
http://www.google.com/www.jurnal.ipi.ac.id di akses pada tanggal 6 Febuari
2017
Muttaqin, arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Masfiyah., Aris Catur Bintoro., & Purnomo Hadi. 2013. Gambaran Definitif
Meningitis Tuberkulosa di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Semarang: FK
Unissula Semarang. tersedia pada http://www.google.com/www.jurnal.ipi
.ac.id eduhealth di akses pada tanggal 26 Januari 2017
Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
Nurarif Huda Amin., Hardhi Kusuma, S.Kep., Ns. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis
Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC,NOC Dalam Berbagai Kasus.
Jogjakarta: Mediaction Publishing
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta
Simanullang rolentina., Sori Muda sarumpaet., Rasmaliah. 2014. Karakteristik
Penderita Meningitis Anak Yang di Rawat Inap di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan. Sumatara Utara: FKM Usu. tersedia pada
http://www.google.com/www.jurnal ipi.ac.id eduhealth di akses pada tanggal
12 Januari 20200
Tarwoto. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Sagung Seto
Widago, wahyu., Toto Suharyanto, S. Kep, Ns., Ratna Aryani, S. Kep, Ns. 2013.
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. D DENGAN DIAGNOSIS MEDIS
MENINGITIS
I. BIODATA
Identitas pasien
Initial pasien : Tn. D Pekerjaan : Karyawan swasta
Usia : 38 Tahun No. RM : 20211401
Jenis kelamin : perempuan Tgl pengkajian : 14 Januari 2021
Agama : islam
Pekerjaan : Karyawan swasta
Status pernikahan: Menikah
Penanggung jawab
Initial : Ny. Y
Usia : 35 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hub dg pasien : Istri
Tanda (Objektif)
Respons terhadap aktivitas yang teramati : ada
Kardiovaskular : kardiovaskuler : ictus cordis tidak terlihat dan ictus cordis
teraba, perkusi pekak, irama teratur. Pernapasan dada simetris, pergerakan
dinding dada kiri sama dengan kanan, retraksi dinding dada (+), perkusi Sonor.
Status mental : Tidak ada kelainan
Pengkajian neuromuskular : pemeriksaan N. I (olfactorius) tidak dapat dinilai.
Pemeriksaan nerfus II(opticus) tidak dapat dinilai. N.III (occulomotorius) reflek
pupil isokor dengan diameter 2/2mm. N. IV (trochlearis) dan N.VI (abdusens)
tidak dapat dinilai. Pemeriksaan N.VII (Fasial), N.IX (Glassofaringeus), dan N.X
(Vagus) tidak dapat dinilai. Pemeriksaan N.X (Vagus), N.XI (aksesorius) tidak
dapat dinilai.
Massa/ tonus otot : ektremitas atas kanan dan kiri : 5. Ektremitas bawah kanan
dan kiri : 5
Postur : normal. Tremor : tidak ada. Rentang gerak : bebas. Deformitas : tidak
ada
V. SIRKULASI
Gejala (Subjektif)
Riwayat tentang : Hipertensi tidak ada Masalah jantung : tidak ada
Demam rematik :tidak ada. Edema mata kaki/ kaki : tidak ada
Flebitis : tidak ada. Penyembuhan lambat : tidak ada
Klaudikasi : tidak ada
Ekstremitas : Kesemutan : Tidak ada, Kebas : tidak ada
Batuk/ hemoptisis : Tidak ada
Perubahan frekuensi/ jumlah urine : Tidak ada
Tanda (Objektif)
TD : ka. Dan. Ki : 110/70 mmHg
Tekanan nadi : 91x/menit. Gap auskultatori -
Nadi (palpasi) : Karotis nadi teraba kuat. Temporal -
Jugularis tidak ada pembesaran venajugularis.
Radialis teraba kuat
Femoralis teraba kuat.
Popliteal : tidak dikaji
Postibial tidak dikaji.
Dorsalis pedis : teraba kuat
Jantung (palpasi) :
Getaran teratur. Dorongan -
Bunyi jantung : S1 dan S2 Frekuensi : 91x/menit. Irama teratur. Kualitas -
Friksi gesek -. Murmur tidak ada
Bunyi napas : Desiran vaskular normal Distensi vena jugularis tidak ada
Ekstremitas : suhu 39°C. Warna kulit kuning langsat
Pengisian kapiler < 2 detik
Tanda Homan’s tidak ada. Varises tidak ada
Abnormalitas kuku tidak ada
Penyebaran/ kualitas rambut : penyebaran rambut merata, kualitas rambut rontok
Warna rambut hitam. membran mukosa kering. Bibir tidak ada stomatitis
Punggung kuku tidak pucat. Konjungiva tidak anemis. Sklera tidak ikterik
Diaforesis terdapat keringat
Tanda (Obyektif)
Status emosional :
Tenang : tidak. Cemas : pasien terlihat cemas. Marah : tidak. Menarik diri : tidak.
Takut : tidak. Mudah tersinggung : tidak. Tidak sabar : tidak. Euforik : tidak.
Respons-respons fisiologis yang terobservasi : tampak gelisah
VII. ELIMINASI
Gejala (Subjektif)
Pola BAB : frekuensi : teratur (1x/sehari) Penggunaan laksatif : tidak
menggunakan laksatif
Karakter fases : lunak. BAB terakhir : ibu pasien mengatakan anaknya BAB
terakhir tadi pagi
Riwayat perdarahan : tidak ada. Hemoroid : tidak ada
Konstipasi : tidak ada. Diare : tidak ada
Pola BAK : frekuensi : 6-8x/sehari. Inkontinensia/ kapan : tidak pernah
Dorongan : tidak ada. Retensi urine : tidak ada
Karakter urine : kuning jernih
Nyeri/ rasa terbakar/ kesulitan BAK : tidak ada
Riwayat penyakit ginjal/ kandung kemih : tidak pernah
Penggunaan diuretik : tidak pernah
Tanda (Objektif)
Abdomen : Nyeri tekan: tidak ada. Lunak/ keras : lunak.
Massa : tidak ada.
Bising usus : 20x/menit. Hemoroid : tidak ada
Perubahan kandungan kemih : tidak ada. BAK terlalu sering : tidak ada
Tanda (Objektif)
Berat badan sekarang : 65 kg. Tinggi badan 164 cm. Bentuk tubuh : -
Turgor kulit : elastis. Kelembaban/ kering membran mukosa : kering
Edema : Umum tidak ada. Dependen : tidak ada
Periorbital : tidak ada. Asites : tidak ada
Distensi vena jugularis : tidak ada
Pembesaran tiroid : tidak ada. hernia/ massa : tidak ada. Halitosis : ada
Kondisi gigi/ gusi : gigi tampak kotor dan tidak ada gigi berlubang
Penampilan lidah : tampak kotor
Membran mukosa : kering
Bising usus : 20x/menit
Bunyi napas : vesikuler
Urin S/ A atau Kemstiks : urine berwarna kuning jernih tidak ada darah
IX. HIGIENE
Gejala (Subjektif)
Aktivitas sehari-hari : Tergantung/ Mandiri : dibantu oleh keluarga
Mobilitas : mandiri
Higiene : mandi dibantu oleh istri. Berpakaian : dibantu oleh ibunya
Toileting : BAB dan BAK dibantu keluarga
Waktu mandi yang diinginkan : pada pagi hari
Pemakaian alat bantu/ prostetik : tidak ada
Bantu diberikan oleh : keluarga (istri/anak)
Tanda (Objektif)
Penampilan umum : baik
Cara berpakaian : rapi. Kebiasaan pribadi : berpenampilan rapi dan bersih
Bau badan : tidak ada. Kondisi kulit kepala : berminyak
Adanya kutu : tidak ada
X. NEUROSENSORI
Gejala (Subjektif)
Rasa ingin pingsan/ pusing : pasien mengatakan ada rasa pusing
Sakit kepala : Lokasi nyeri : di kepala. Frekuensi : terus-menerus
Kesemutan/ kebas/ kelemahan (lokasi) : tidak ada
Stroke (gejala sisa) : tidak ada
Kejang :ada. Tipe tonik klonik. Frekuensi : 1x selama 3 menit sebelum masuk
rumah sakit
Status postikal : tidak ada. Cara mengontrol Mata : Kehilangan penglihatan :
tidak ada. Pemeriksaan terakhir : -
Glaukoma : tidak ada. Katarak : tidak ada
Telinga : Kehilangan pendengaran : tidak ada. Pemeriksaan terakhir : -
Epistaksis : tidak ada
Tanda (Objektif)
Status mental : Baik
Terorientasi/ disorientasi : Waktu : tidak bisa.Tempat : tidak bisa. Orang : bisa
Kesadaran : Compos Mentis (E4M5V6)
Memori : Saat ini : Baik. Yang lalu : bisa menjelaskan
Kaca mata : tidak pakai. Kontak lensa : tidak pakai. Alat bantu dengar : tidak
pakai.
Facial drop : tidak ada. Menelan : tidak bisa dikaji
Genggaman tangan/ lepas : Ka/ Ki : tidak bisa. Postur: seimbang
Refleks tendom dalam : tidak bisa dikaji. Paralisis : tidak ada
Tanda (Objektif)
Mengkerutkan muka : Iya, Menjaga area yang sakit : tidak, Respons emosional :
tidak baik, Penyempitan fokus : tidak
XII.PERNAPASAN
Gejala (Subjektif)
Dispnea yang berhubungan dengan batuk/ sputum : tidak ada
Riwayat bronkitis : tidak ada, Asma : tidak ada
Tuberkulosis : tidak ada. Emifisema : tidak ada
Pneumonia kambuhan : tidak ada
Pemanjanan terhadap udara berbahaya : tidak ada
Perokok : tidak. Pak/ hari : tidak. Lama dalam tahun : tidak merokok
Penggunaan alat bantu pernapasan : selang oksigen nasal kanul. Oksigen : 3 lpm
Tanda (Objektif)
Pernapasan : Frekuensi : 22x/menit, Kedalaman : - Simetris : dada simetris
Penggunaan otot-otot asesori : tidak ada. Napas cuping hidung : tidak ada
Fremitus : tidak dapat dikaji
Bunyi napas : vesikuler
Egofoni : tidak dapat dikaji
Sianosis : tidak ada. Jari tabuh : tidak ada
Karakteristik sputum : tidak ada
Fungsi mental/ gelisah : gelisah
XIII. KEAMANAN
Gejala (Subjektif)
Alergi/ sensitivitas : tidak ada. Reaksi : -
Perubahan sistem imun sebelumnya : tidak ada. Penyebab : -
Riwayat penyakit hubungan seksual (tanggal/ tipe) : tidak ada
Perilaku resiko tinggi : tidak ada. Periksaan : -
Tranfusi darah/ jumlah : tidak pernah. Kapan : -
Gambaran reaksi : -
Riwayat cedera kecelakaan : tidak ada
Fraktur/ dislokasi : tidak ada
Artritis/ sendi tak stabil : tidak ada
Masalah punggung : tidak ada
Perubahan pada tahi lalat : tidak ada, Pembesaran nodus : tidak ada
Kerusakan penglihatan, pendengaran : tidak ada
Protese : tidak ada, Alat ambulatori : tidak ada
Tanda (Objektif)
Suhu tubuh : 39°C, Diaforesis : ada
Integritas kulit : baik
Jaringan parut : tidak ada, Kemerahan : tidak asa
Laserasi : tidak ada, Ulserasi : tidak ada
Ekimosis : tidak ada, Lepuh : tidak ada
Luka bakar : (derajat/ persen) : tidak ada, Drainase : -
Tandai lokasi pada diagram di bawah ini :
XIV. SEKSUALITAS
Aktif melakukan hubungan seksual : belum menikah
Penggunaan Kondom : belum menikah
Masalah-masalah/ kesulitan seksual : belum menikah
Perubahan terakhir dalam frekuensi/ minat : belum menikah
a. Wanita
Gejala (Subjektif)
Usia menarke :- Lamanya siklus : - Durasi : -
Periode mentruasi terakhir :- Menopouse : -
Rabas vaginal : - Berdarah antara periode : -
Melakukan pemeriksaan payudara sendiri/ mammogram : -
PAP smear terakhir : -
b. Pria
Gejala (Subjektif)
Rabas penis : Tidak pernah Gangguan prostat : Tidak ada
Sukumsisi : Ya Vasektomi : Tidak
Melakukan pemeriksaan sendiri : Tidak Payudara/ Testis : Normal
Prostoskopi/ pemeriksaan prostat terakhir : -
Tanda (Objektif)
Pemeriksaan : Tidak, Payudara/ penis/ testis : Penis dan testis normal
Kutil genital/ lest : Tidak ada
XV.INTERAKSI SOSIAL
Gejala (Subjektif)
Status perkawinan : menikah, Lama : 15 tahun
Hidup dengan : keluarga
Masalah-masalah/ stres : masalah pekerjaan
Keluarga besar : mendukung
Orang pendukung lain : teman dekat
Peran dalam struktur keluarga : sebagai anak ke 1
Masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit/ kondisi : kurang informasi
tentang penyakit
Perubahan bicara : tidak ada. penggunaan alat bantu komunikasi : tidak ada
Adanya laringektomi : tidak ada
Tanda (Objektif)
Bicara : jelas : iya, Tak jelas : tidak
Tidak dapat dimengerti : tidak Afasia : tidak
Pola bicara tak biasa/ kerusakan : tidak
Pengunaan alat bantu bicara : tidak
Komunikasi verbal/ nonverbal dengan keluarga/ orang terdekat lain : komunikasi
verbal, Pola interaksi keluarga (perilaku) : baik
XVI. PENYULUHAN/ PEMBELAJARAN
Gejala (Subjektif)
Bahasa dominan (khusus) : indonesia. Melek huruf : -
Tingkat pendidikan : SMA
Ketidakmampuan belajar (khusus) : tidak ada
Keterbatasan kognitif : tidak ada
Keyakinan kesehatan/ yang dilakukan : yakin anaknya akan sehat kembali
Terapi Obat
Dexametason 4x1
Ceftriaxson 2grm 2x1
Pct 75gram 3x1
Ketorolac 1x30 mg IV
ANALISA DATA
No. Data Etiologi Masalah
1. Data Subjektif : Organisme masuk ke Nyeri Akut
- Pasien mengatakan pusing dan nyeri aliran darah
pada kepala
P: Tekanan intrakranial Reaksi radang pada
Q: Seperti tertimpa benda berat meningen
R: Kepala
S: 6 Menekan saraf
T: Hilang timbul
Data Objektif : Sakit kepala
- Klien tampak meringis
- Pasien tampak kesakitan dan Nyeri Akut
memegangi kepalanya
- Pasien tampak gelisah
- TTV :
TD : 110/70 mmhg
P : 22x/menit
N : 91x/menit
S : 39oC
2 Data Subjektif : Organisme masuk ke aliran Hipertermi
- Pasien mengatakan badannya demam darah
Data Objektif :
Reaksi radang pada
- Pasien tampak pucat
meningen
- Pasien tampak lemas
- Suhu 39oC
Aktivitas makrofag dan
- Akral hangat
virus
- Warna kulit agak kemerahan
Merangsang kerja
hipotalamus
Instabil termoregulasi
Hipertermi
3 Data Subjektif : Organisme masuk ke aliran Resiko Cedera
- Pasien mengatakan kejang 1x sebelum darah
Kerusakan neurologis
CO2 meningkat
Permeabilitas vaskuler
pada serebri
ketidakseimbangan asam
basa
gangguan hemostatin
neuron
hiperaktivitas neuron
kebutuhan energi
Kejang
Resiko Cedera
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. (D.0077) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. (D.0130) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
3. (D.0136) Risiko Cedera berhubungan dengan terpapar patogen
INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa
SLKI SIKI Rasional
Keperawatan
1. (SDKI : D.0077) Setelah dilakukan tindakan I.08283 “Manajemen Nyeri”
Nyeri akut berhubungan asuhan keperawatan selama 3 x Observasi Observasi
dengan agen pencedera 24 jam diharapkan tingkat nyeri a. Identifikasi karakteristik nyeri a. Mempengaruhi pilihan / pengawasan
fisiologis pasien menurun, dengan kriteria b. Identifikasi skala nyeri keefektifan intervensi.
hasil : c. Identifikasi respon nyeri b. Untuk mengetahui tingkat keparahan
- Keluhan nyeri 4 (cukup verbal dan non verbal nyeri
menurun) d. Identifikasi faktor yang c. Untuk mengetahui persepsi / reaksi
- Meringis 4 (cukup memperberat dan terhadap nyeri
menurun) memperingan nyeri d. Untuk memberikan ketenangan
- Gelisah 4 (cukup menurun) Terapeutik kepada pasien sehingga nyeri tidak
- Tekanan darah 4 (cukup e. Berikan teknik bertambah
membaik) nonfarmakologis untuk Terapeutik
- Fokus 4 (cukup membaik) mengurangi rasa nyeri e. Memfokuskan kembali perhatian,
- Nafsu makan 4 (cukup (relaksasi nafas dalam) meningkatkan kontrol dan
membaik) meningkatkan harga diri dan
- Pola tidur 4 (cukup I.08243 “Pemberian Analgesik” kemampuan koping
membaik) Observasi
a. Identifikasi riwayat alergi obat Observasi
b. Monitor tanda-tanda vital a. Membantu mengidentifikasi tindakan
sebelum dan sesudah yang tepat dalam pemberian obat
pemberian analgesik b. Tanda-tanda vital merupakan bagian
Edukasi yang penting dalam pemeriksaan dan
c. Jelaskan efek samping dan untuk mengetahui reaksi obat
efek terapi obat terhadap tubuh
Kolaborasi Edukasi
d. Kolaborasi pemberian c. Memberikan informasi tentang efek
analgetik samping obat yang mungkin terjadi
pada pasien
Kolaborasi
d. Analgetik dapat mengurangi
pengikatan mediator kimiawi nyeri
pada reseptor nyeri sehingga dapat
mengurangi rasa nyeri
2 (SDKI : D.0130) (L.14134) I.15506 “Manajemen
Hipertermi Setelah dilakukan intervensi Hipertermi” Observasi
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi a. Mengetahui pencetus hipertermia
proses penyakit diharapkan suhu tubuh menurun a. Identifikasi penyebab b. Memantau peningkatan suhu
dengan kriteria hasil : hipertermi c. Mengetahui frekuensi keluaran
- Kulit merah 3 (sedang) b. Monitor suhu tubuh urine
- Kejang 2 (cukup menurun) c. Monitor haluaran urine d. Mengetahui efek hipertermia
- Pucat 3 (sedang) d. Monitor akibat hipertermia
- Suhu tubuh 5 (membaik) Terapeutik Terapeutik
e. Melakukan kompres pada e. Efektif menurunkan demam
lipatan f. Penggati cairan yang sudah keluar
f. Berikan cairan peroral
Kolaborasi Kolaborasi
g. Kolaborasi pemberian cairan g. Mencegah dehidrasi
dan elektrolit intravena, jika
perlu
3. (SDKI : D.0136 ) (L.14136) I.14513 “Manajemen
Resiko Cedera Setelah dilakukan intervensi Keselamatan Lingkungan”
berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 24 jam Observasi Observasi
terpapar patogen diharapkan keparahan cederan a. Identifikasi kebutuhan a. Untuk meminimalisir cedera
dapat menurun dengan kriteria keselamatan
hasil : Terapeutik Terapeutik
- Toleransi aktivitas 5 b. Sediakan alat bantu keamanan b. Untuk mempermudah dalam
(meningkat) lingkungan melakukan aktivitas
- Kejadian cedera 5 (menurun) c. Gunakan perangkat pelindung c. Untuk menjaga keamanan
- Ketegangan otot 5 (menurun) Edukasi Edukasi
- Ekspresi wajah kesakitan 5 d. Ajarkan individu, keluarga dan d. Memberikan pemahaman dan
(menurun) kelompok risiko tinggi pengetahuan bagi individu, keluarga
- Pola istirahat/tidur 5 bahaya lingkungan. dan kelompok mengenai bahaya
(membaik) lingkungan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN