LP - Presbikusis
LP - Presbikusis
LP - Presbikusis
DISUSUN OLEH:
ERNA NUR JUHROTUL LAILI (201903032)
2.2 Etiologi
Umumnya diketahui bahwa presbikusis merupakan akibat dari proses
degenerasi. Diduga kejadian presbikusis mempunyai hubungan dengan
faktor-faktor herediter, pola makanan, metabolisme, arteriosklerosis,
infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat multifaktor. Menurunnya fungsi
pendengaran secara berangsur merupakan efek kumulatif dari pengaruh
faktor-faktor tersebut diatas.
Biasanya terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Progesifitas penurunan
pendengaran dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin, pada laki-laki lebih
cepat dibandingkan dengan perempuan (Reni Yuli, 2014).
Etiologi di bagi menjadi 2 yaitu :
1) Internal
Degenerasi primer eferen dari koklea, degenerasi primer organ
corti penurunan vascularisasi dari reseptor neuro sensorik mungkin
juga mengalami gangguan.Sehingga baik jalur auditorik dan lobus
temporalis otak sering terganggu akibat lanjutnya usia. Bisa juga ter
jadi akibat proses degenerasi tulang-tulang pendengaran bagian dalam,
dan juga yang berhubungan dengan faktor-paktor herediter.
2) Eksternal
Terpapar bising yang berlebihan, penggunaan otottoksik dan reaksi
paska radang.
2.3 Klasifikasi
Hilangnya pendengaran terhadap nada murni berfrekuensi tinggi, yang
merupakan suatu fenomena yang berhubungan dengan lanjutnya usia.
Bersifat simetris, dengan perjalanan yang progresif lambat. Menurut Reni
Yuli Aspiani (2014) terdapat beberapa tipe presbikusis yaitu :
a. Presbikusis sensorik
Patologinya berkaitan erat dengan hilangnya sel neoral di ganglion
spiralis. Letak dan jumlah kehilangan sel neoral akan menentukan
apakah gangguan pendengaran yang timbul berupa gangguan atas
frekuensi pembicaraan atau pendengaran kata-kata.
b. Presbikusis Strial
Abnormalitas vaskularis striae berupa atrofi daerah apical dan tengah
dari koklea. Presbikusis jenis ini biasanya terjadi pada usia yang lebih
muda dibandingkan dengan jenis lain.
c. Presbikusis Konduktif Kohlear
Akibat perubahan mekanik pada membran basalis koklea sebagai
akibat proses dari sensitivitas diseluruh daerah tes.
Menurut Sri Artinawati (2014) Presbikusis terbagi menjadi dua yaitu :
a. Presbikusis Perifer
Dimana lansia hanya mampu untuk mengidentifikasi kata. Alat
bantu dengar masih cukup bermanfaat, tetapi harus diperhatikan untuk
menghindari berteriak/berbicara terlalu keras karena dapat membuat
ketidaknyamanan di telinga.
b. Presbikusis Sentral
Dimana lansia hanya mampu untuk mengidentifikasi kalimat,
sehingga manfaat alat bantu dengar sangat kurang. Oleh karena itu,
percakapan dengan para lansia harus sedikit lebih lambat tanpa
mengakibatkan irama dan intonasi.
2.4 Patofisiologi
Proses degenerasi menyebabkan perubahan struktur koklea dan
Nervus vestibulocochlearis (VIII). Pada koklea perubahan yang mencolok
ialah atrofi dan degenerasi sel-sel rambut penunjang pada organ korti.
Proses atrofi disertai dengan perubahan vaskuler juga terjadi pada stria
vaskularis. Selain itu terdapat pula perubahan, berupa berkurangnya
jumlah dan ukuran sel-sel ganglion dan saraf. Hal yang sama terjadi juga
pada myelin akson saraf (Reni Yuli Aspiani, 2014 : 346).
Tuli sensori ini biasanya mula-mula hilang adalah patologi sel-sel
rambut. Hal ini kemudian akan mengakibatkan gangguan neuron-neuron
kokhlea. Biasanya melibatkan hilangnya sel-sel rambut pada gelang basal
kokhlea dan mengakibatkan ketulian nada tinggi. Gangguan telinga paling
umum disebabkan oleh serumen yang terganggu. Walaupun saluran telinga
membersihkan sendiri, serumen bisa menjadi terganggu karena gangguan
atau pembersihkan yang tidak teratur. Orang-orang tua lebih rentan
terhadap gangguan serumen karena bulu di dalam telinga menjadi kesat
karena usia dan menjerat lilin. Beberapa orang menghasilkan lebih banyak
serumen di dalam saluran telinga dan memerlukan kebiasaan yang teratur
untuk meng-eliminir penambahan lilin yang berlebihan di dalam saluran
telinga. Selipan korek kuping/pembersih telinga atau cooton bud ke dalam
saluran telinga dapat menciptakan gangguan lilin telinga lebih jauh bahkan
membuat luka saluran telinga atau merusak gendang telinga.
Infeksi, banyak infeksi dapat mengakibatkan kehilangan pendengaran.
Sebuah infeksi telinga bagian dalam, disebut labyrinthitis yaitu inflamasi
telinga dalam dan dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus. Infeksi
berkembang ketelinga dalam melalui kanalis auditorius internus atau
aquaduct koklear.Infeksi bakteri dapat memasuki telinga tengah dengan
menembus merman jendela bulat atau oval. Labirintitis viral merupakan
diagnosis medis yang sering, namun hanya sedikit yang dikeahi mengenai
kelainan ini, yang mempengaruhi aik keseimbangan maup pendengaran.
Labirintitis ditandai oleh awitan mendadak vertigo yang melumpuhkan,
bisanya disertai mual dan muntah, kehilangan pendengaran derajat tertentu
dan mungkin tinnitus.
Gangguan telinga dapat juga disebabkan oleh adanya benda-benda
asing yang pas/muat ke dalam saluran telinga dan menghalangi konduksi
gelombang-gelombang suara. Benda-benda asing paling umum yang
ditemukan di telinga orang dewasa ataupun lansia adalah potongan-
potongan bahan (cotton) dan serangga. Benda-benda asing yang umumnya
tampak pada anak-anak berupa mainan yang berukuran kecil, butiran-
butiran, serangga, dan makanan, misalnya biji-bijian atau jagung.
Otosclerosis, atau pengerasan telinga bagian dalam, adalah gangguan
genetik. Otosklerosis mengenai stapes dan diperkirakan disebabkan oleh
pembentukan bau tulang spongius yang abnormal, khusunya sekitar
jendela ovalis, yang mengakibatkan fiksasi stapes. Gangguan ini terjadi
dua kali sebagaimana seringnya pada wanita dan biasanya bersifat
herediter dan dapat memberat karena kehamilan. Efisiensi transmisi suara
menjadi terhambat karena stapes tidak dapat bergetar dan mengantarkan
suara yang dihantarkan dari maleus dan inkus ke telinga dalam. Kondisi ini
dapat mengenai satu atau kedua telinga dan muncul sebagai kehilangan
pendengran konduksi atau campuran yang progresif. Gangguan tersebut
adalah dominan secara autosomal dengan penembusan vaiabel dan oleh
karena itu dapat ditransmisikan ke keturunan jika hanya satu orang tua
menderita gangguan tersebut.
Berbagai obat diketahui mempunyai efek buruk terhadap koklea,
apparatus vestibularis, atau saraf kranial VIII. Hanya sedikit, seperti
toksisitas aspirin yang dapat menyebabkan tinnitus. Obat intravena,
khususnya aminoglikosida, adalah yang paling sering menyebabkan
ototoksisitas dan secara jelas menghancurkan sel rambut pada organ corti.
Kehilangan Pendengaran Noise-Induced adalah tipe kehilangan
pendengaran sensorineural tertentu yang paling sering terjadi dari waktu
ke waktu dari trauma acoustic (penyerapan bunyi) hari suara yang keras.
Sebab-sebab utamanya adalah suara industri, penggunaan senjata api, dan
mendengar musik yang keras, misalnya, suara tiupan, juga dapat
mengakibatkan kehilangan pendengaran noise-induced.
Kehilangan pendengaran sensorineural, bagaimanapun, akibat dari
penyakit atau trauma pada organ Corti atau jalan syaraf pendengaran dari
telinga bagian dalam yang menuju tangkai otak. Penerimaan dan transmisi
gelombang suara normal terganggu. Suara dirubah dan sayup-sayup.
Kehilangan pendengaran sensorineural biasanya permanen dan umumnya
tidak dapat diperbaiki dengan perawatan medis atau pembedahan (Boedhi
& Hadi, 2009).
2.5 WOC
Genetic
Serumen/
(otosklorosis) Benda asing Infeksi Obat-obatan pembersih
(labirintitis)
an tidak
teratur
Menghalangi ototoksisitas
1.
Pembentukan baru Menembus jendela
konduksi
tulang spongius
2. gelombang suara bulat da oval
yang abnormal
disekitar3.jendel oval Menghancurkan
4. sel rambut pada
Infeksi berkembang ke organ corti
5. stapes
Fiksasi telinga dalam melali kanali
auditorius internus/koklear
MK : Nyeri
Stapes 6.
tidak dapat
bergetar7.dan Penurunan fungsi
menghantarkan suara pendengaran
8.
Efisiensi transmisi
9.
suara menjadi PRESBIKUSIS
terhambat
10.
11. 1
Mengenai Bila intensitas suara Suara terdengar
atau ke Menarik diri seperti
12.2 ditinggikan akan
bergumam dan
telinga Penurunan dari timbul rasa nyeri
13. nervus VII lingkungan ditelinga berdenging
14.
Berkurangnya
15. secara Tidak mau mengikuti Sulit mengerti
pendengaran
aktivitas diluar rumah pembicaraan
perlahan dan
16. maupun di mayarakat
progresif
17.
MK : Lebih banyak di MK :
Gangguan dalam rumah gangguan
persepsi komnikasi
sensori verbal
MK : harga
diri rendah
2.6 Manifestasi Klinik
Gejala klinik bervariasi antara masing-masing pasien dan berhubungan
dengan perubahan yang terjadi pada koklea dan saraf sekitarnya. Keluhan
utama presbikusis berupa berkurangnya pendengaran secara perlahan dan
progresif, simetris pada kedua telinga, yang saat dimulainya tidak disadari.
Keluhan lain adalah adanya telinga berdenging (tinnitus). Pasien dapat
mendengar suara percakapan, tetapi sulit untuk memahaminya, terutama
bila diucapkan secara cepat dengan latar belakang yang riuh (cocktail
party deafness). Terkadang suara pria terdengar seperti suara wanita. Bila
intensitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telinga, hal ini
disebabkan oleh faktor kelelahan (recruitment).
Menurut Reni Yuli Aspiani (2014) tanda dan gejala Presbikusis adalah :
1) Berkurangnya pendengaran suara secara perlahan dan progresif
perlahan pada kedua telinga dan tidak disadari oleh penderita.
2) Suara-suara terdengar sepeeti bergumam, sehingga sulit untuk mengerti
pembicaraan.
3) Sulit mendengar pembicaraan disekitar, terutama jika berada di tempat
dengan latar belakang sura yang ramai.
4) Suara berfrekuensi rendah, seperti suara laki-laki, lebih muda di dengar
daripada suara berfrekuensi tinggi.
5) Bila intensitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telinga.
Telinga terdengar berdenging (Tinitus). Tinnitus, menemani paling
banyak kehilangan pendengaran sensorineural dan mengganggu.
Tinnitus secara literatur artinya “berdering” tapi sebetulnya dapat
bersuara seperti mengaum, mengerik seperti jangkrik, atau musik pada
umumnya.
Tanda dan Gejala Presbikusis Menurut Mansjoer (2000) adalah
pendengaran berkurang secara perlahan-lahan, progresif, dan simetris pada
kedua telinga, telinga berdenging. Pasien dapat mendengar suara
percakapan tetapi sulit memahaminya, terutama bila cepat dan latarnya
riuh. Bila intensitas ditinggikan akan timbul rasa nyeri, dapat disertai
dengan tinitus dan vertigo, pada pemeriksaan otoskop tampak membran
timpani suram dan mobilitasnya berkurang.
2.7 Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Audiometri
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan misalnya
pemeriksaan audiometric nada murni, menunjukkan tuli saraf nada
tinggi, bilateral dan simetris. Pada tahap awal terdapat penurunan
yang tajam (sloping) setelah frekuensi 2000 Hz. Gambaran ini khas
pada presbikusis sensorik dan neural. Kedua jenis presbikusis ini
sering ditemukan. Garis ambang dengar pada audiogram jenis
metabolik dan mekanik lebih mendatar, kemudian pada tahap
berikutnya berangsur-angsur terjadi penurunan. Pada semua jenis
presbikusis tahap lanjut juga terjadi penurunan pada frekuensi yang
lebih rendah. Pemeriksaan audiometri tutur menunjukkan adanya
gangguan diskriminasi wicara (speech discrimination). Keadaan ini
jelas terlihat pada presbikusis jenis neural dan koklear (Reni Yuli
Aspiani, 2014).
Alat audiometri menghasilkan nada-nada murni dengan frekuensi
melalui aerphon. Pada setiap frekuensi ditentukan intensitas ambang
dan diplotkan pada sebuah grafik sebagai prsentasi dari pendengaran
normal. Hal ini menghasilkan pengukuran obyektif derajat ketulian
dan gambaran mengenai rentang nada yang paling terpengaruh.
Audiometri nada murni, Pemeriksaan audiometri nada murni
menunjukan tuli saraf nada tinggi dimana pemeriksaan nada murni
adalah suatu sistem uji pendengaran dengan menggunakan alat listrik
yang dapat menghasilkan bunyi nada-nada murni dari berbagai
frekuensi 250-500, 1000-2000, 4000-8000 dan dapat diatur
intensitasnya dalam satuan (dB).
Bunyi yang dihasilkan disalurkan melalui telepon kepala dan
vibrator tulang ketelinga orang yang diperiksa pendengarannya.
Masing-masing untuk menukur ketajaman pendengaran melalui
hantaran udara dan hantaran tulang pada tingkat intensitas nilai
ambang, sehingga akan didapatkankurva hantaran tulang dan hantaran
udara. Dengan membaca audiogram ini kita dapat mengtahui jenis dan
derajat kurang pendengaran seseorang. Gambaran audiogram rata-rata
sejumlah orang yang berpendengaran normal dan berusia sekitar 20-
29 tahun merupakan nilai ambang baku pendengaran untuk nada muri.
Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan kisaran
frekuensi 20-20.000 Hz. Frekuensi dari 500-2000 Hz yang paling
penting untuk memahami percakapan sehari-hari. Pemeriksaan ini
menghasilkan grafik nilai ambang pendengaran psien pada stimulus
nada murni. Nilai ambang diukur dengan frekuensi yang berbeda-
beda.Secara kasar bahwa pendengaran yang normal grafik berada
diatas. Grafiknya terdiri dari skala decibel, suara dipresentasikan
dengan aerphon (air kondution) dan skala skull vibrator (bone
conduction).Bila terjadi air bone gap maka mengindikasikan adanya
CHL. Turunnya nilai ambang pendengaran oleh bone conduction
menggambarkan SNHL.
Audiometri tutur, Audiometri tutur adalah system uji pendengaran
yang menggunakan kata-kata terpilih yang telah dibakukan, dituturkan
melalui suatu alat yang telah dikaliberasi, untuk mrngukur beberapa
aspek kemampuan pendengaran. Prinsip audiometri tutur hampir sama
dengan audiometri nada murni, hanya disni sebagai alat uji
pendengaran digunakan daftar kata terpilih yang dituturkan pada
penderita. Kata-kata tersebut dapat dituturkan langsung oleh
pemeriksa melalui mikropon yang dihubungkan dengan audiometri
tutur, kemudian disalurkan melalui telepon kepala ke telinga yang
diperiksa pendengarannya, atau kata-kata rekam lebih dahulu pada
piringan hitam atau pita rekaman, kemudian baru diputar kembali dan
disalurkan melalui audiometer tutur. Penderita diminta untuk
menirukan dengan jelas setip kata yang didengar, dan apabila kata-
kata yang didengar makin tidak jelas karena intensitasnya makin
dilemahkan, pendengar diminta untuk mnebaknya. Pemeriksa
mencatata presentase kata-kata yang ditirukan dengan benar dari tiap
denah pada tiap intensitas. Hasil ini dapat digambarkan pada suatu
diagram yang absisnya adalah intensitas suara kata-kata yang
didengar, sedangkan ordinatnya adalah presentasi kata-kata yanag
diturunkan dengan benar.
Dari audiogram tutur dapat diketahui dua dimensi kemampuan
pendengaran yaitu :
a) Kemampuan pendengaran dalam menangkap 50% dari sejumlah
kata-kata yang dituturkan pada suatu intensitas minimal dengan
benar, yang lazimnya disebut persepsi tutur atau NPT, dan
dinyatakan dengan satuan de-sibel (dB).
b) Kemamuan maksimal perndengaran untuk mendiskriminasikan tiap
satuan bunyi (fonem) dalam kata-kata yang dituturkan yang
dinyatakan dengan nilai diskriminasi tutur atau NDT. Satuan
pengukuran NDT itu adalah persentasi maksimal kata-kata yang
ditirukan dengan benar, sedangkan intensitas suara barapa saja.
Dengan demikian, berbeda dengan audiometri nada murni pada
audiometri tutur intensitas pengukuran pendengaran tidak saja pada
tingkat nilai ambang (NPT), tetapi juga jauh diatasnya.
Audiometri tutur pada prinsipnya pasien disuruh mendengar kata-kata
yang jelas artinya pada intensitas mana mulai terjadi gangguan sampai
50% tidak dapat menirukan kata-kata dengan tepat.
2.8 Penatalaksanaan
Rehabilitasi
Rehabilitasi sebagai upaya untuk mengembalikan fungsi pendengaran
dilakukan dengan pemasangan alat bantu dengar (hearing aid).
Pemasangan alat bantu dengar hasilnya akan lebih memuaskan bila
dikombinasikan dengan latihan membaca ujaran (speech reading), dan
latihan mendengar (auditory training), prosedur pelatihan tersebut
dilakukan bersama ahli terapi wicara (speech therapist).
Tujuan rehabilitasi pendengaran adalah memperbaiki efektifitas
pasien dalam komunikasi sehari-hari. Pembentukan suatu program
rehabilitasi untuk mencapai tujuan ini tergantung pada penilaian
menyeluruh terhadap gangguan komunikasi pasien secara individual serta
kebutuhan komunikasi sosial dan pekerjaan. Partisipasi pasien ditentukan
oleh motivasinya. Oleh karena komunikasi adalah suatu proses yang
melibatkan dua orang atau lebih, maka keikutsertaan keluarga atau teman
dekat dalam bagian-bagian tertentu dari terapi terbukti bermanfaat
Membaca gerak bibir dan latihan pendengaran merupakan komponen
tradisional dari rehabilitasi pendengaran. Pasien harus dibantu untuk
memanfaatkan secara maksimal isyarat-isyarat visual sambil mengenali
beberapa keterbatasan dalam membaca gerak bibir. Selama latihan
pendengaran, pasien dapat melatih diskriminasi bicara dengan cara
mendengarkan kata-kata bersuku satu dalam lingkungan yang sunyi dan
yang bising. Latihan tambahan dapat dipusatkan pada lokalisasi,
pemakaian telepon, cara-cara untuk memperbaiki rasio sinyal-bising dan
perawatan serta pemeliharaan alat bantu dengar.
Program rehabilitasi dapat bersifat perorangan ataupun dalam
kelompok. Penyuluhan dan tugas-tugas khusus paling efektif bila
dilakukan secara perorangan, sedangkan program kelompok memberi
kesempatan untuk menyusun berbagai tipe situasi komunikasi yang dapat
dianggap sebagai situasi harian normal untuk tujuan peragaan ataupun
pengajaran. Pasien harus dibantu dalam mengembangkan kesadaran
terhadap isyarat-isyarat lingkungan dan bagaimana isyarat-isyarat tersebut
dapat membantu kekurangan informasi dengarnya. Perlu diperagakan
bagaimana struktur bahasa menimbulkan hambatan-hambatan tertentu
pada pembicara.
Petunjuk lingkungan, ekspresi wajah, gerakan tubuh dan sikap alami
cenderung melengkapi pesan yang diucapkan. Bila informasi dengar yang
diperlukan untuk memahami masih belum mencukupi, maka petunjuk-
petunjuk lingkungan dapat mengisi kekurangan ini. Seluruh aspek
rehabilitasi pendengaran harus membantu pasien untuk dapat berinteraksi
lebih efektif dengan lingkungannya.
3. Konsep Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, status perkawinan, pekerjaan,
alamat, dan lain sebagainya.
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan
gangguan sistem pendengaran (Presbikusis) adalah susah mendengar
pesan atau rangsangan suara/penurunan kemampuan mendengar suara
dengan frekuensi tinggi.
Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang/saat ini berupa uraian mengenai
penyakit yang diderita oleh klien dari mulai timbulnya keluhan, dan
apakah pernah memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan, serta
pengobatan apa yang pernah diberikan dan bagaimana perubahannya.
Klien dengan Presbikus akan susah mendengar pesan atau rangsangan
berupa suara. Ketika berbicara dengan orang lain klien tidak mengerti
terhadap pembicaraan. Untuk lebih mengerti, klien sering meminta untuk
mengulangi pembicaraan.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti gangguan sistem pendengaran
sebelumnya, riwayat pekerjaan pada pekerja yang berhubungan dengan
adanya riwayat gangguan sistem pendengaran, penggunaan obat-obatan,
konsumsi alkohol, dan merokok. Dikaji apakah klien mengalami penyakit
akut maupun kronis. Sejak kapan gangguan pendengaran mulai dirasakan
klien? biasanya prebikusis sering muncul pada umur 60 tahun keatas.
Apakah klien pernah mengalami cedera kepala dan mengalami alergi
terhadap berbagai makanan dan minuman. Bagaimana gaya hidup klien,
apakah klien seorang perokok berat atau tidak. Apakah Klien sering
terpajan dengan suara bising?
Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga klien yang mengalami penyakit pada sistem
pendengaran/penyakit yang samakarena faktor genetik/keturunan.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum lansia yang mengalami gangguan sistem pendengaran
biasanya lemah.
2) Kesadaran
Kesadaran klien biasanya Composmentis
3) Tanda-Tanda Vital
Suhu normal atau meningkat (>370C)
Nadi dalam batas normal (70-82x/i)
Tekanan darah normal atau meningkat
Pernapasan normal atau meningkat
4) Pemeriksaan Review Of System (ROS)
Sistem Pernapasan (B1 Breathing)
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi napas atau masih dalam batas
normal
Sistem Sirkulasi (B2 Bleeding)
Frekuensi nadi normal kadang meningkat, akral hangat, kulit hangat
Sistem Persyarafan
Kesadaran Composmentis, tidak ada gangguan orientasi, tidak ada
gangguan gerakan, kehilangan sensasi, tidak ada spasme otot, kaji ada
hilangnya gerakan/sensasi, spasme otot, terlihat kelemahan/hilangnya
fungsi. Terdapat penurunan ketajaman penglihatan, pendengaran,
penciuman.
Pengkajian Daun telinga
Inspeksi:
Kesimetrisan daun telinga (simetris kiri dan kanan), posisi telinga
normal yaitu sebanding dengan titik puncak, penempatan pada lipatan
luar mata (masih terdapat/tampak atau tidak), terdapat pembengkakan
pada Auditorius eksternal atau tidak.
Palpasi:
Apakan terdapat nyeri raba, apakah ada pembengkakan
Sistem perkemihan ( B4 Bleder)
Tidak ada perubahan pola berkemih, seperti inkontinensia urin, disuria,
distensi kandung kemih, warna dan bau urin.
Sistem Pencernaan (B5 Bowel)
Tidak ada konstipasi, konsistensi feses lunak, frekuensi eliminasi
normal, auskultasi bising usus normal, tidak ada anoreksia, tidak ada
distensi abdomen dan nyeri tekan abdomen.
Sistem MuskuloSkletal (B6 Bone)
Tidak terdapat adanya nyeri berat tiba-tiba/mungkin terlokalisasi pada
area jaringan, dapat berkurang pada imobilisasi, kontraktur atrofi otot,
laserasi kulit dan perubahan warna.
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan otoskopik
Menggunakan alat otoskop untuk memeriksa meatus akustikus
eksternus dan membran timpani dengan cara inspeksi:
Hasil:
Serumen berwarna kuning, konsistensi kental, dinding liang telinga
berwarna merah muda
2) Tes ketajaman pendengaran
Tes penyaringan sederhana
Hasil:
Biasanya klien tidak mendengar secara jelas angka-angka yang
disebutkan, klien tidak mendengar secara jelas detak jarum jam pada
jarak 1–2 inchi.
Uji rinne
Hasil
Biasanya klien tidak mendengarkan adanya getaran garpu tala dan
tidak jelas mendengar adanya bunyi dan saat bunyi menghilang.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan infeksi telinga dalam
2) Gangguan persepsi sensori pendengaran berhubungan degenerasi telinga
bagian dalam.
3) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan dengan kesulitan
mengerti pembicaraan
4) Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi pendengan
3.3 Nursing Care Planning
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Gangguan persepsi
sensori Klien dapat Mandiri
Setelah dilakukan Kebutuhan individu dan
berhubungan menginterpretasikan Tentukan ketajaman
intervensi pilihan intervensi bervariasi
2. dengan degenerasi ide yang pendengaran, catat apakah
keperawatan selama sebab kehilangan pendengaran
telinga bagian dikomunikasikan oleh satu atau kedua telinga
3x24 jam diharapkan terjadi lambat dan progresif
dalam orang lain secara terlibat.
klien dapat Memberikan peningkatan
benar Orientasikan pasien kenyamanan dan kekeluargaan
memperlihatkan
Klien mampu terhadap lingkungan, menurunkan cemas, dan
persepsi
mengenal gangguan orang lain di areanya. disorientasi
pendengaran yang
sensori dan Keterbatasan pendengaran
baik.
berkompensasi Observasi tanda – tanda dapat mengakibakan bingung
terhadap perubahan dan gejala-gejala pada orang tua
disorientasi Memberikan rangsangan
Klien Pendekatan dengan sensori tepat terhadap isolasi
mengkompensasi berbicara dan menyentuh dan menurunkan bingung
defisit sensori dengan pasien dengan ramah
memaksimalkan Perhatikan tentang Gangguan pendengaran atau
indera yang tidak pendengaran berkurang iritasi dapat berakhir 1-2 jam
mengalami gangguan dan iritasi pendengaran setelah tetesan telinga tetapi
Mengidentifikasi dimana dapat terjadi bila secara bertahap menurun
/memperbaiki menggunakan tetes dengan penggunaan
potensial bahaya telinga.
dalam lingkungan