0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
68 tayangan15 halaman

Yeni 1710201020 A2 MINGGU3

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 15

Nama: Yeni Tri Cahyani

NIM: 1710201020

INDEPENDENT LEARNING
KASUS 1 DM + HIPERGLIKEMIA

MINDMAPPING

KLASIFIKASI DM
DEFINISI
1. Diabetes melitus tipe 1 (infeksi virus dan
Menurut Brunner & Suddart (2012), DM reaksi auto imun (rusaknya sistem kekebalan
merupakan sekelompok kelainan heterogen tubuh))
yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa 2. Diabetes melitus tipe 2 (diabtes life style selain
dalam darah atau hiperglikemia. Hiperglikemi faktor keturunan juga disebabkan oleh gaya
kronik pada DM berhubungan dengan jangka hidup yang tidak sehat)
panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa 3. Diabetes melitus tipe khusus (disebabkan oleh
organ tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, suatu kondisi khusus endokrinopati, penyakit
jantung, dan pembuluh darah (Simatupang, eksorin pankreas, sindrom genetic, induksi
2017)⁠ obat atau zat kimia, infeksi dll)
4. Diabetes melitus tipe gestasional (tejadi pada
ibu hamil) (Simatupang, 2017)⁠

GEJALA

- Sering buang air kecil DM


ETIOLOGI
- Sering merasa haus dan ingin
minum sebany-banyaknya 1. DM tergantung insulin (DM
(polidipsi) TIPE 1)
- Napsu makan meningkat - Genetik
(polifagi) - Imunologi
- Lingkungan
- Berat badan turun dan
PEMERIKSAAN 2. Diabetes melitus tidak
menjadi kurus
DIAGNOSTIK tegantung insulin (DM TIPE 2)
- Komplikasi lain: kaki - Usia (resistensi insulin
kesemutan, gata-gatal atau Pemeriksaan cenderung meningkat pada
luka yang tidak kunjung laboratorium usia diatas 65 tahun
sembuh, pada wanita kadang - Pemeriksaa - Obesitas
gatal pada selangkangan dan n darah - Riwayat keluarga
pria ujungpenis terasa sakit - Pemeriksan (Varena, 2019)⁠
(Simatupang, 2017)⁠ fungsi
tiroid
- Urine
- Kultur pus
- Varena,
M. (2019).
PATHWAY
DM TIPE 1 DM TIPE 2

Reaksi autoimun idiopatik, usia, genetik

Sel β pankreas hancur jumlah sel pankreas menurun

Defisinsi insulin

Hiperglikemia katabolisme protein liposis meningkat


meningkat

Pembatasan diit penurunan BB

Fleksibilitas darah merah intake tidak adekuat Resiko nutrisi kurang

Pelepasan O2 poliuri Defisit volume cairan

Hipoksia perifer Perfusi


jaringan
perifer tidak
Nyeri efektif

Diabetes Melitus (Corwin, EJ. 2009)


Sumber: Raharjo, M. (2018). Asuhan Keperawatan Ny . N Dengan Diabetes Melitus Di Ruang
Kirana Rumah Sakit Asuhan Keperawatan Ny . N Dengan Diabetes. (Doctoral Dissertation,
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).
PATOFISIOLOGI
Pada penelitian (Simatupang, 2017)⁠ patologi DM dapat dikaitkan dengan satu dari tiga
efek utama kekurangan insulin (Guyton & Hall, 2006). Pada DM tipe I terdapat ketidakmampuan
untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Glukosa yang
berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan) (Brunner & Suddarth, 2012). Menurut
Brunner & Suddarth (2012), jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar; akibatnya, glukosa tersebut muncul dalam
urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis
osmotik. Kehilangan cairan yang berlebihan menyebabkan pasien akan mengalami peningkatan
dalam berkemih (poliuria) dan peningkatan rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga
mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Jika
terjadi defisiensi insulin, protein yang berlebihan di dalam sirkulasi darah tidak dapat disimpan
dalam jaringan. Semua aspek metabolisme lemak sangat meningkat bila tidak ada insulin.
Normalnya ini terjadi antara waktu makan sewaktu sekresi insulin minimum, tetapi metabolisme
lemak meningkat hebat pada DM sewaktu sekresi insulin hampir nol (Guyton & Hall, 2006).
Peningkatan jumlah insulin yang disekresikan oleh sel beta pankreas diperlukan untuk mengatasi
resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah. Pada penderita toleransi
glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa
akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-
sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadi Diabetes Tipe II (Brunner & Suddarth, 2012).
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS 1: DM + HIPERGLIKEMIA

A. Analisa data
Data Etiologi Problem
Ds: Gangguan intergritas kulit Kerusakan intergritas kulit
Pasien mengatakan
mengeluh nyeri dibagian
kaki karena terdapat luka
ganggren di kaki kiri

Do:
Akral teraba hangat/panas,
warna sawo matang dan
bersih, kulit terlihat kering,
kaki kiri pasien terdapat
luka ganggren
Ttv :
Suhu: 36,7 c
Nadi: 74x/menit
TD: 154/54 mmHg
RR: 24x/menit
Ds: Asupan diet kurang Ketidakseimbangan nutrisi
Pasien mengeluh badan kurang dari kebutuhan
lemas, merasa mual, kepala tubuh
pusing dan tidak nafsu
makan sejak 3 hari yang lalu

Do:
BB: 50 kg
TB: 160cm
IMT: 19,53 (normal)
IBW: 66%
BBR: 83,3%
(kurus/underweght)
Terpasang infus RL 20 tpm
dan DC

Ttv:
Suhu: 36,7 C
Nadi: 74x/menit
TD: 154/54mmHg
RR: 24x/menit

B. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d asupan diet kurang
2. Kerusakan intergritas kulit b.d gangguan integritas kulit
C. Perencanaan keperawatan
No Diagnosa NOC NIC Rasionalisasi
1 Kerusakan Integritas jaringan: kulit dan Perlindungan infeksi (6550)
integritas kulit b.d membran mukosa (1101)  Monitor adanya tanda  Untuk mengetahui adanya
gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan dan gejala infeksi tanda gejala infeksi dan
kulit keperawatan diharapkan sistemik dan lokal penanganan secara dini
integritas jaringan membaik  Periksa kulit dan selaput  Supaya pasien lebih aktif
dengan indikasi: lendir untuk adanya sehingga menghindari luka
 Suhu kulit dari skala 2 kemerahan, kehangatan dekubitus
(banyak terganggu) ke ekstrem, atau drainase  Supaya pengobatan yang
skala 4 (sedikit  Anjurkan peningkatan diberikan lebih maksimal
terganggu) mobilitas dan latihan  Untuk mencegah terjadinya
 Sensasi dari skala 2 dengan tepat infeksi
(banyak terganggu) ke  Instruksikan pasien untuk
skala 4 (sedikit minum antibiotik yang
terganggu) diresepkan
 Ajarkan pasien dan
anggota keluarga
bagaimana cara
menghindari infeksi
2 Ketidakseimbangan Status nutrisi:asupan makanan Manajemen nutrisi (1100):  Supaya dalam pemberian
nutrisi kurang dari dan cairan (1008)  Tentukan status gizi nutrisi sesuai dengan
kebutuhan tubuh Setelah dilakukan tindakan pasien dan kemampuan keadaan pasien saat ini
b.d asupan diet keperawatan diharapkan status pasien untuk memenuhi  Untuk mencegah timbulnya
kurang nutrisi: kebutuhan gizi sakit akibat alergi suatu
 Asupan makanan seacra  Identifikasi adanya alergi makanan
oral dari skala 1 (tidak atau intoleransi makanan  Supaya pasien lebih nyaman
adekuat) ke skala 4 yang dimiliki pasien ketika mengkonsumsi
(sebagian besar adekuat)  Lakukan atau bantu makanan dan minuman
 Asupan cairan secara pasien terkait dengan  Supaya pasien menjaga pola
intravena dari skala 2 perawatan mulut sebelum makan
(cukup adekuat) ke skala makan  Untuk memaksimalkan
4 (sebagian besar  Anjurkan pasien terkait pengobatan pasien
adekuat) degan kebutuhan diet
untuk kondisi sakit
 Kolaborasikan dengan
dokter terkait pemberian
obat-obatan sebelum
makan
ANALISIS JURNAL
ASUHAN KEPERAWATAN PENERAPAN LUKA LEMBAB PADA PASIEN DIABETES
MELLITUS
Indah Dewi Ridawati1, Muhammad Rivaldy Elvian

Ulkus diabetikum adalah salah satu komplikasi diabetes yang sering dijumpai.Teknik
perawatan luka lembab dan tertutup adalah metode untuk mempertahankan kelembaban luka
dengan menggunakan bahan balutan penahan kelembaban sehingga menyembuhkan
luka, pertumbuhan jaringan dapat terjadi secara alami.

Penerapan perawatan luka modern mengalami perkembangan perawatan luka modern


dengan menggunakan Wundres sesuai dengan SOP dapat meningkatkan kelembaban luka
sehingga mempercepat proses penyembuhan luka. Sehingga dapat dijadikan salah satu metode
baru dalam menyelesaikan masalah keperawatan yaitu kerusakan integritas jaringan kulit.
Khususnya pada pasien DM dengan luka ganggren (Wijayanti, 2016).

Pada subjek I diketahui bahwa terjadi perubahan yang cukup signifikan mengenai
skala luka ataupun kondisi luka setelah dilakukan intervensi keperawatan penerapan
perawatan luka lembab pada hari pertama sebelum dilakukan penerapan perawatan luka lembab
didapati, klien mengeluh luka sulit sembuh, berbau, terasa nyeri,skala luka 23, ukuran luka
: panjang 10 cm dan lebar 7 cm, perdara han minimal, batas tepi luka tidak menyatu
dengan dasar luka dan kulit sekitar luka berwarna kemerahan setelah dilakukan penerapan
perawatan luka lembab selama 3 hari pada pasien ulkusdidapati luka tidak , nyeri berkurang,
skala luka 15, ukuran luka : panjang 9 cm dan 6 cm, perdarahan pada luka hilang, batas tepi
luka sudah menyatu dengan dasar luka dan kulit sekitar luka berwarna pink. Pada subjek II
diketahui bahwa terjadi perubahan yang juga cukup signifikan pada skala luka setelah
dilakukan intervensi keperawatan penerapan perawatan luka lembab pada pasien ulkus di
ruang rawat inap, pada hari pertama sebelum dilakukan penerapan penerapan perawatan luka
lembab pada ulkus didapati klien mengatakan luka sulit sembuh, luka berbau, terasa nyeri dan
gatal, skala luka 22, ukuran luka : panjang 6 cm dan lebar 5 cm, tidak ada perdarahan, batas
tepi luka tidak menyatu dengan dasar luka dan kulit sekitar luka masih berwarna agak
kemerahan setelah dilakukan penerapan perawatan luka lembab selama 3 hari pada pasien
ulkus didapati luka tidak berbau, nyeri berkurang serta tida terasa gatal, skala luka 15, ukuran
luka : panjang 5 cm dan lebar 5 cm, tidak ada perdarahan, batas tepi luka sudah menyatu
dengan dasar luka dan kulit sekitar luka masih berwarna pink.

Penelitian Penerapan Perawatan Luka Lembab pada pasien ulkus diabetik di ruang rawat
inap RSUD Siti Aisyah yang dilakukan pada subjek I dan subjek II terbukti efektif. Dapat
dilihat dari nyeri yang berkurang, resiko infeksi teratasi dan perubahan luka yang cukup
membaik. Namun perubahan lukanya belum dapat sembuh total dikarnakan kendala waktu
penelitian hanya 3 hari, sedangkan luka dapat sembuh dalam kurun waktu 4 –6 minggu.
DAFTAR PUSTAKA

Simatupang, R. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Media Leaflet Tentang Diet Dm
Terhadap Pengetahuan Pasien Dm Di Rsud Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun
2017. Ilmiah Kohesi, 1(2), 163–174.

Bulechek, M.G dkk.(2013). Nursing Interventions Classification (NIC), 6th Indonesian edition.
Indonesia: Mocomedia.

Herdman, T. Heather (2015). Diagnosis Keperawatan, edisi 10. Indonesia. Jakarta : ECG

Moorhead Sue, dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC), 5th Indonesian edition.
Indonesia: Mocomedia

Varena, M. (2019). Karya Tulis Ilmia Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus. 121.

Raharjo, M. (2018). Asuhan Keperawatan Ny . N Dengan Diabetes Melitus Di Ruang Kirana


Rumah Sakit Asuhan Keperawatan Ny . N Dengan Diabetes. (Doctoral Dissertation,
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).

Ridawati, I. D., & Elvian, M. R. (2020). Asuhan Keperawatan Penerapan Luka Lembab Pada
Pasien Diabetes Mellitus. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 12(2), 848–852.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v12i2.411
848

Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada


hhttps://akper-sandikarsa.e-journal.id/JIKSH
Volume 12, Nomor 2, Desember 2020, pp 848-852
p-ISSN: 2354-6093 dan e-ISSN: 2654-4563
DOI: 10.35816/jiskh.v10i2.411

Artikel Penelitian
Asuhan Keperawatan Penerapan Luka Lembab Pada Pasien
Diabetes Mellitus
Nursing Care Application of Moist Wounds in Diabetes Mellitus Patients

Indah Dewi Ridawati 1, Muhammad Rivaldy Elvian 2


1 2 Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Palembang

Artikel info
Abstrak
Artikel history: Ulkus diabetikum adalah salah satu komplikasi diabetes
Received; Agustus 2020 yang sering dijumpai.Teknik perawatan luka lembab dan
Revised;September 2020 tertutup adalah metode untuk mempertahankan
Accepted;September2020 kelembaban luka dengan menggunakan bahan balutan
penahan kelembaban sehingga menyembuhkan luka,
pertumbuhan jaringan dapat terjadi secara alami. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui tentang keefektifan
penerapan perawatan luka lembab untuk mengatasi
gangguan integritas jaringan di ruang Al-Kautsar Rumah
Sakit Siti Aisyah Kota Lubuklinggau. Subjek dalam
penelitian ini adalah 2 orang dewasa dengan Ulkus grade 0-
2. Perlakuan dilakukan secara langsung dengan pengkajian
awal pada pasien ulkus diabetikum dan selanjutnya
intervensi penerapan perawatan luka lembab pada luka
ulkus untuk memperbaiki jaringan pada luka ulkus. Hasil
penelitian diketahui bahwa setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 3 hari secara berturut-turut terjadi
pertumbuhan jaringan yang lebih cepat dari waktu
penyembuhan dengan menggunakan obat lain maupun
tehnik lain. Kepada institusi pelayanan kesehatan
diharapkan dapat meningkat kualitas asuhan keperawatan
yang berfokus pada pasien dengan terus mengoptimalkan
SOP dalam setiap melakukan tindakan keperawatan.

Abstract
Diabetic ulcer is one of the complications of diabetes that is
often encountered. Moist and closed wound care technique is
a method to maintain wound moisture by using moisture
retardant dressing material to heal wound, tissue growth
can be done naturally. The purpose of this study was to study
the effectiveness of applying moist wound care and tribal
ointment to overcome tissue safety problems in the Al-
Kautsar room at Siti Aisyah Hospital, Lubuklinggau City. The
subjects in this study were 2 adults with a diagnosis of Type

Indah Dewi Ridawati, etal, Nursing Care Application of Moist Wounds in Diabetes Mellitus Patients
849

II Diabetes Mellitus with grade 0-2 Ulcers. The treatment


was carried out directly with the initial assessment of
diabetic ulcer patients and subsequently the intervention of
the application of wound care to ulcer wounds to repair
tissue in ulcer wounds. The results of the study revealed that
after nursing interventions for 3 consecutive days tissue
growth was faster than the time of recovery using other
drugs and other techniques. It is expected that health care
can improve the quality of nursing care needed for patients
by continuing to improve SOPs in every nursing action.
Keywords: Coresponden author:
Diabetes Melitus; Email: indahdewiridawati@gmail.com
Luka Ulkus;
Luka Lembab;
artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi CC BY-NC-SA -4.0
Pendahuluan
Dari hasil survei International Diabetes Federation (IDF, 2015) menunjukkan bahwa
penderita DM di dunia berjumlah 415 juta jiwa, meninggal akibat DM berjumlah 5 juta
jiwa. Satu dari 11 orang dewasa menderita DM, jenis kelamin laki-laki yang menderita DM
berjumlah 215.2 juta jiwa sedangkan perempuan berjumlah 199.5 juta jiwa. Tingkat
kejadian orang yang menderita DM menurut IDF di Indonesia mencapai 10 juta jiwa dan
menduduki peringkat ke-7 dunia dimana peringkat pertama adalah China. Jumlah
penduduk Indonesia yang menderita DM di tahun 2040 diperkirakan mencapai angka ±
642 juta jiwa. Teknik perawatan luka lembab dan tertutup atau yang dikenal dengan
“moist wound healing” adalah metode untuk mempertahankan kelembaban luka dengan
menggunakan bahan balutan penahan kelembaban sehingga menyembuhkan luka,
pertumbuhan jaringan dapat terjadi secara alami. Munculnya konsep “moist wound
healing” menjadi dasar munculnya pembalut luka modern Mutiara, 2009 dalam
(Septiyanti, 2014).
Penerapan perawatan luka modern mengalami perkembangan perawatan luka modern
dengan menggunakan Wundres sesuai dengan SOP dapat meningkatkan kelembaban luka
sehingga mempercepat proses penyembuhan luka. Sehingga dapat dijadikan salah satu
metode baru dalam menyelesaikan masalah keperawatan yaitu kerusakan integritas
jaringan kulit. Khususnya pada pasien DM dengan luka ganggren (Wijayanti, 2016).
Meningkatnya jumlah responden diabetes mellitus meyebabkan peningkatan kejadian
komplikasi diabetes, salah satunya yaitu ulkus Diabetes Mellitus. Berdasar data hydrogel
terbukti efektif dalam meregenerasi luka. Hydrogel terbukti efektif dalam meregenerasi
luka, namun terdapat perbedaan pada kedua responden karena beberapa faktor yaitu
nutrisi, lama mengalami luka, dan usia(Purwaningrum Mita, Wahyuni, & Hermawati,
2019). Menurut (Detty, dkk, 2020) bahwa ciri ulkus diabetikum didominasi oleh wanita
pada usia lanjut lanjut dan rata-rata penderita maag memiliki riwayat keluarga diabetes
melitus, dirawat pada 0-5 hari, dan terapinya digunakan dengan pembedahan.
Hasil penelitian (Saputri, 2020) berdasarkan komplikasi akut KAD pada 6 pasien (8,3%),
hipoglikemia pada 8 pasien (11,1%). Komplikasi mikrovaskuler adalah retinopati pada 8
pasien (11,1%), nefropati pada 11 pasien (15,3%), neuropati pada 5 pasien (6,9%).
Komplikasi makrovaskular adalah 3 pasien serebrovaskular (4,2%), penyakit jantung
koroner 8 pasien (11,1%), dan ulkus 20 pasien (27,8%).

Indah Dewi Ridawati, etal, Nursing Care Application of Moist Wounds in Diabetes Mellitus Patients
850

Teknik perawatan luka yang dipakai di Rumah Sakit Siti Aisyah Kota Lubuklinggau
menggunakan kassa dan cairan NaCl 0,9%. Kassa diberikan cairan NaCl lalu ditempelkan
menggunakan plaster, lalu didiamkan selama 1 hari. Tehnik ini dilakukan setiap 1 hari
sekali tiap pagi. Kekurangan dari teknik perawatan luka ini adalah luka lebih mudah
terkena agen bakteri dari luar sehingga menimbulkan resiko infeksi. Sedangkan
kelebihannya adalah biayanya yang murah.
Metode
Jenis penelitian deskriptif dalam bentuk studi kasus yang merupakan penelitian untuk
mengumpulkan dan menggambarkan informasi mengenai status subyek penelitian
kemudian menghimpun dan menganalisis data berkenan dengan kasus yang diangkat
selanjutnya dituangkan dalam bentuk asuhan keperawatan. Desain yang dipilih adalah
studi kasus berupa pendekatan asuhan keperawatan secara komprehensif sesuai proses
keperawatan (pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi dan evaluasi). Populasinya
adalah semua pasien yang mengalami ulkus diabetikum pada pasien Diabetes Mellitus di
Ruangan Al Kautsar RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau pada bulan Mei dengan sampel
penelitian dari tanggal 20 – 27 Mei 2019 berjumlah dua pasien yang dipilih menjadi
subjek. Variabel independen adalah gangguan integritas jaringan kulit dan variabel
dependen adalah perawatan luka lembab pasien diabetes mellitus.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan observasi terhadap derajat
ulkus pada pasien diabetes militus sebelum dan sesudah pemberian Penerapan Luka
Lembab pada ulkus diabetikum. Instrumen studi kasus yang digunakan penulis pada studi
kasus ini adalah SOP Perawatan Luka Lembab dan instrumen pengukur kerusakan
integritas jaringan menggunakan skala Bates Jansen, lembar ceklist dan format pengkajian
keperawatan Medikal Bedah yang memuat tanda-tanda masalah kerusakan integritas
jaringan yang diamati, yang dirancang oleh penulis sesuai tujuan yang diinginkan.
Hasil Dan Pembahasan
Dalam studi kasus ini dipilih dua orang sebagai subjek studi kasus yaitu: Subjek I dan
Subjek II. Kedua subjek ini sudah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Subjek I
Subjek I dengan initial Ny. K, berusia 62 tahun, Jenis kelamin perempuan, beragama islam,
pendidikan terakhir SMA, pekerjaan ibu rumah tangga, keluhan luka dikaki kanan sulit
sembuh, bernanah, kulit sekitar area luka terkelupas, nyeri dan sulit beraktivitas. TD : 100
/ 70 mmHg, RR : 23 x / menit, Nadi : 76 x / menit, temp : 36,7 oC. Tanggal masuk Rumah
Sakit 20 Mei 2019.
Subjek II
Subjek II dengan initial Ny. M, berusia 62 tahun, Jenis kelamin perempuan, beragama
islam, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan petani, keluhan nyeri di area luka kaki sebelah
kiri, luka berbau, berwarna kemerahan, terasa gatal dan sulit beraktivitas. TD: 110 / 80
mmHg, RR : 22 x / menit, Nadi : 84 x / menit, Temp : 36,5 oC. Kurang nafsu makan dan
mual. Tanggal masuk Rumah Sakit 27 Mei 2019.
Pada subjek I diketahui bahwa terjadi perubahan yang cukup signifikan mengenai skala
luka ataupun kondisi luka setelah dilakukan intervensi keperawatan penerapan
perawatan luka lembab pada hari pertama sebelum dilakukan penerapan perawatan luka
lembab didapati, klien mengeluh luka sulit sembuh, berbau, terasa nyeri,skala luka 23,
ukuran luka : panjang 10 cm dan lebar 7 cm, perdara han minimal, batas tepi luka tidak
menyatu dengan dasar luka dan kulit sekitar luka berwarna kemerahan setelah dilakukan
penerapan perawatan luka lembab selama 3 hari pada pasien ulkusdidapati luka tidak

Indah Dewi Ridawati, etal, Nursing Care Application of Moist Wounds in Diabetes Mellitus Patients
851

berbau, nyeri berkurang, skala luka 15, ukuran luka : panjang 9 cm dan 6 cm, perdarahan
pada luka hilang, batas tepi luka sudah menyatu dengan dasar luka dan kulit sekitar luka
berwarna pink.
Pada subjek II diketahui bahwa terjadi perubahan yang juga cukup signifikan pada skala
luka setelah dilakukan intervensi keperawatan penerapan perawatan luka lembab pada
pasien ulkus di ruang rawat inap, pada hari pertama sebelum dilakukan penerapan
penerapan perawatan luka lembab pada ulkus didapati klien mengatakan luka sulit
sembuh, luka berbau, terasa nyeri dan gatal, skala luka 22, ukuran luka : panjang 6 cm dan
lebar 5 cm, tidak ada perdarahan, batas tepi luka tidak menyatu dengan dasar luka dan
kulit sekitar luka masih berwarna agak kemerahan setelah dilakukan penerapan
perawatan luka lembab selama 3 hari pada pasien ulkus didapati luka tidak berbau, nyeri
berkurang serta tida terasa gatal, skala luka 15, ukuran luka : panjang 5 cm dan lebar 5
cm, tidak ada perdarahan, batas tepi luka sudah menyatu dengan dasar luka dan kulit
sekitar luka masih berwarna pink.
Penelitian Penerapan Perawatan Luka Lembab pada pasien ulkus diabetik di ruang rawat
inap RSUD Siti Aisyah yang dilakukan pada subjek I dan subjek II terbukti efektif. Dapat
dilihat dari nyeri yang berkurang, resiko infeksi teratasi dan perubahan luka yang cukup
membaik. Namun perubahan lukanya belum dapat sembuh total dikarnakan kendala
waktu penelitian hanya 3 hari, sedangkan luka dapat sembuh dalam kurun waktu 4 – 6
minggu.
(Oktarina, 2016) berpendapat perawatan luka dengan menggunakan modern dressing
mulai berkembang di Indonesia. Perubahan tersebut dapat dilihat dari sebelumnya
sebagian besar perawat percaya penyembuhan luka yang terbaik membuat lingkungan
luka tetap kering mulai berubah menjadi perawatan luka dengan metode moisture
balance. Menurut (Mulyadi & Nurrahmawati, 2018) bahwa konsep perawatan luka lembab
berbasis (Moisture Balance) telah lama dikenal di dunia, karena memiliki keunggulan
seperti mempercepat re-epitalisasi, mempertahankan kelembaban, mengurangi infeksi,
pengeluaran kelembaban alas luka dapat merangsang faktor pertumbuhan yang
mempercepat pertumbuhan proses penyembuhan luka.
Madu memiliki sifat anti bakteri, anti virus, anti jamur, anti oksidan dan anti inflamasi
serta berperan untuk menjaga keseimbangan kelembaban di lokasi luka dan juga memiliki
pelindung pelindung untuk meminimalkan kontak luka dan agen infeksi. Penggunaan
madu sebagai pembalut terbukti efektif dan mempersingkat masa penyembuhan ulkus
diabetes. Penggunaan madu efektif sebagai balutan pengobatan untuk penyembuhan
ulkus kaki diabetik (Regia Divandra, 2020).
Hasil penelitian (Naralia & Ariani, 2018) menunjukkan bahwa 50% responden memiliki
pengetahuan yang cukup, namun masih ada sebanyak 31,7% responden yang memiliki
pengetahuan yang kurang tentang perawatan luka dengan metode moist wound healing.
Menurut Penelitian (Ose, Utami, & Damayanti, 2018) perawatan luka pada ulkus diabetik
dengan teknik moist healing lebih cepat proses penyembuhannya sehingga pasien
mendapatkan perawatan lebih efektif dan efisien baik dari segi waktu dan biaya.(Kamal,
2015) Berpendapat bahwa penatalaksanaan luka terkini adalah prinsip lembab, yaitu luka
dikondisikan tertutup dan diiringi aplikasi perban dengan menggunakan obat yang dapat
mempercepat penyembuhan luka.

Indah Dewi Ridawati, etal, Nursing Care Application of Moist Wounds in Diabetes Mellitus Patients
852

Simpulan Dan Saran


Hasil pengkajian didapatkan keluhan utama pasien luka kaki yang lama sembuh. Masalah
keperawatan yang utama ditegakkan adalah gangguan integritas jaringan/ kulit. Dalam
perencanaan penulis menentukan prioritas tindakan yang tepat dalam proses
keperawatan ulkus diabetik. Pada tahap ini intervensi yang dilaksanakan disesuaikan
dengan intervensi yang terdapat dalam teori. Tahap pelaksanaan asuhan keperawatan Ny.
M dan Ny.K didasarkan pada perencanaan yang telah disusun penulis bersama klien dan
keluarga. Dalam mengevaluasi proses keperawatan pada klien dengan ulkus diabetik
selalu mengacu pada tujuan pemenuhan kebutuhan klien. Hasil evaluasi yang dilakukan
selama tiga hari menunjukkan nyeri yang berkurang, resiko infeksi teratasi dan perubahan
luka yang cukup membaik.
Kepada masyarakat yang mengalami atau mempunyai anggota keluarga yang memiliki
ulkus diabetik dapat merekomendasikan diri untuk dirawat menggunakan perawatan luka
lembab. Untuk pihak lahan praktek, supaya melanjutkan pelaksanaan perawatan luka
lembab dan melakukan penelitian lanjutan mengenai perawatan luka lembab pada pasien
dengan ulkus diabetik.

Daftar Rujukan
Detty, A. U., Fitriyani, N., Prasetya, T., & Florentina, B. (2020). Karakteristik Ulkus
Diabetikum Pada Penderita Diabetes Melitus. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi
Husada, 11(1), 258–264.
Kamal, S. (2015). Implementasi Perawatan Luka Modern Di Rs Harapan Magelang.
Prosiding Seminar Nasional & Internasional.
Mulyadi, E., & Nurrahmawati, N. (2018). Modern Wound Care Management In General
Hospital Cut Nyak Dien Langsa. Indonesian Nursing Journal Of Education And Clinic
(INJEC), 1(1), 24–30.
Naralia, T. W., & Ariani, Y. (2018). Pengetahuan Perawat Tentang Perawatan Luka Dengan
Metode Moist Wound Healing di RSUD H. Adam Malik Medan. Talenta Conference
Series: Tropical Medicine (TM), 1(1), 75–79.
Oktarina, E. (2016). Aplikasi modern wound care pada perawatan luka infeksi di rs
pemerintah kota padang. Ners Jurnal Keperawatan, 12(2), 159–165.
Ose, M. I., Utami, P. A., & Damayanti, A. (2018). Efektivitas perawatan luka teknik balutan
wet-dry dan moist wound healing pada penyembuhan ulkus diabetik. Journal of
Borneo Holistic Health, 1(1).
Purwaningrum Mita, S., Wahyuni, E. S., & Hermawati, H. (2019). Penerapan Perawatan
Luka Menggunakan Hydrogel Terhadap Proses Penyembuhan Luka Pada Pasien
Dengan Ulkus Diabetes Mellitus Di Kecamatan Banjarsari.
Regia Divandra, C. V. (2020). Madu Sebagai Dressing Pada Penyembuhan Ulkus
Diabetikum. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 11(1), 533–539.
Saputri, R. D. (2020). Komplikasi Sistemik Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 11(1), 230–236.
Septiyanti, M. (2014). Hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap perawat tentang
perawatan luka diabetes dengan menggunakan teknik moist wound healing.
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau.
Wijayanti, W. (2016). Penerapan Perawatan Luka Modern Dengan Wundres Pada Pasien
Diabetes Mellitus Dengan Masalah Keperawatan Kerusakan Integritas Jaringan Kulit
Di Ruang Azzara 2 Rsi Jemursari Surabaya.

Indah Dewi Ridawati, etal, Nursing Care Application of Moist Wounds in Diabetes Mellitus Patients

Anda mungkin juga menyukai