0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
104 tayangan31 halaman

Percobaan 1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 31

LABORATORIUM KIMIA FISIKA

PROGRAM STUDI SI FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

LAPORAN KIMIA FISIKA

ADSORBSI ISOTERMIS

KELOMPOK : I (SATU)

ANGKATAN : ALIH JENJANG 2020

PRODI SI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Adsorpsi adalah proses perpindahan fasa yang banyak digunakan untuk

menyisihkan suatu komponen dari fasa fluida (gas atau cairan). Adsorpsi

dapat juga didefinisikan sebagai akumulasi atau adhesi molekul (fasa gas atau

cair) pada permukaan material padat. Pengertian umum adsorpsi adalah

proses pengayaan spesies kimia dari fase fluida pada permukaan padatan.

Pada pengolahan air, adsorpsi merupakan proses penyisihan zat terlarut

tunggal maupun dalam jumlah banyak. Molekul atau ion disisihkan dari

larutan akuatik melalui mekanisme adsorpsi ke permukaan padat (Tutik

Setianingsih, 2018).

Pada proses adsorpsi terdapat 2 zat yang berinteraksi, yaitu adsorbat

dan adsorben. Adsorbat adalah zat yang diadsorpsi, sedangkan adsorben

adalah zat yang mengadsorpsi, yaitu fasa padat yang berperan sebagai lokasi

berpindahnya zat terlarut dari larutan. Beberapa peneliti sering menyebutkan

bahwa peristiwa tersebut berlangsung karena fasa padat mampu menyediakan

sejumlah permukaan untuk terjadinya adsorpsi zat terlarut. Spesies yang

diadsorpsi oleh adsorben dikenal dengan nama adsorbat. Perubahan karakter

fasa cair yang mengandung zat terlarut, meliputi konsentrasi, pH dan

temperatur, akan menyebabkan spesies yang sudah diadsorpsi oleh adsorben

akan dilepas kembali dari permukaan adsorben dan segera dipindahkan


kembali menuju fasa cair. Peristiwa ini disebut sebagai desorpsi, yaitu

peristiwa lepasnya adsorbat yang sudah diadsorpsi oleh adsorben (Tutik

Setianingsih, 2018).

Titrasi adalah suatu cara untuk menentukan konsentrasi asam atau basa

dengan menggunakan larutan standar. Larutan standar dapat berupa asam atau

basa yang telah diketahui konsentrasinya dengan teliti. Larutan standar asam

diperlukan untuk menetapkan, konsentrasi basa dan larutan standar basa

diperlukan untuk menetapkan konsentrasi asam. Keadaan dengan jumlah

ekivalen asam sama dengan basa disebut titik ekivalen. pH larutan mengalami

perubahan selama titrasi dan titrasi diakhiri pada saat pH titik ekivalen telah

tercapai. Titrasi asambasa memanfaatkan perubahan besar dalam pH, untuk

menetapkan kapan titik kesetaraan itu dicapai. Terdapat banyak asam dan

basa organik lemah yang bentuk ion dan bentuk takterdisosiasinya

menunjukkan warna yang berlainan. Molekul-molekul semacam itu dapat

digunakan untuk menetapkan kapan telah ditambahkan cukup titran dan

disebut indikator tampak (Yosi Pratama dkk, 2015).

Arang aktif adalah suatu karbon yang mempunyai kemampuan daya

serap yang baik terhadap anion, kation, dan molekul dalam bentuk senyawa

organik dan anorganik, baik berupa larutan maupun gas. Beberapa bahan

yang mengandung banyak karbon dan terutama yang memiliki pori dapat

digunakan untuk membuat arang aktif. Pembuatan arang aktif dilakukan

melalui proses aktivasi arang dengan cara fisika atau kimia di dalam retort.
Perbedaan bahan baku dan cara aktivasi yang digunakan dapat menyebabkan

sifat dan mutu arang aktif berbeda pula ( Mody Lempang, 2014 ).

B. Tujuan Percobaan

Mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap perintiwa adsorbsi dari

asam asetat kedalam arang aktif.

C. Prinsip Percobaan

Adapun prinsip percobaan yang dilakukan adalah dengan penambahan

karbon aktif ke dalam larutan asam asetat dengan variasi konsentrasi,

kemudian ditutup dengan wraping hingga beberapa menit agar larutan tidak

terkontaminasi oleh lingkungan. Kemudian dilakukan proses penyaringan

sehingga menghasilkan residu dan filtrat, lalu dititrasi dengan larutan standar

(NaOH) dan menggunakan indikator fenolftalein (PP) sebagai idikator

perubahan warna akibat perubahan PH larutan yang di titrasi.

.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

1. Adsorpsi

Adsorpsi merupakan suatu proses perubahan konsentrasi yang

terjadi pada batas permukaan dari dua fasa atau penyerapan suatu zat

pada permukaan zat lain. Keadaan ini melibatkan interaksi fisik, kimia,

dan gaya elektrostatik antara adsorbat dengan adsorben pada permukaan

adsorben . Proses adsorpsi dapat terjadi karena adanya gaya tarik atom

atau molekul pada permukaan padatan yang tidak seimbang. Adanya

gaya ini, padatan cenderung menarik molekul-molekul lain yang

bersentuhan dengan permukaan padatan, baik fasa gas atau fasa larutan

kedalam permukaannya. Akibatnya konsentrasi molekul pada permukaan

menjadi lebih besar dari pada dalam fasa gas zat terlarut dalam larutan.

Pada adsorpsi interaksi antara adsorben dengan adsorbat hanya terjadi

pada permukaan adsorben (Tandy,E., 2012).

a. Jenis – Jenis Adsorpsi

Berdasarkan Interaksi molekular antara permukaan adsorben

dengan adsorbat, adsorpsi dibagi menjadi 2 yaitu :

1) Adsorpsi Fisika
Adsorpsi Fisika terjadi karena adanya gaya Van der

Waals. Pada adsorpsi fisika, gaya tarik menarik antara molekul

fluida dengan molekul pada permukaan padatan

(Intermolekuler) lebih kecil dari pada gaya tarik menarik antar

molekul fluida tersebut sehingga gaya tarik menarik antara

adsorbat dengan permukaan adsorben relatif lemah pada

adsorpsi fisika, adsorbat tidak terikat kuat dengan permukaan

adsorben sehingga adsorbat dapat bergerak dari suatu bagian

permukaan ke permukaan lainnya dan pada permukaan yang

ditinggalkan oleh adsorbat tersebut dapat digantikan oleh

adsorbat lainnya . Keseimbangan antara permukaan padatan

dengan molekul fluida biasanya cepat tercapai dan bersifat

reversibel. Adsorpsi fisika memiliki kegunaan dalam hal

penentuan luas permukaan dan ukuran pori.

2) Adsorpsi Kimia

Adsorpsi kimia terjadi karena adanya ikatan kimia yang

terbentuk antara molekul adsorbat dengan permukaan adsorben.

Ikatan kimia dapat berupa ikatan kovalen/ion. Ikatan yang

terbentuk kuat sehingga spesi aslinya tidak dapat ditentukan.

Karena kuatnya ikatan kimia yang terbentuk maka adsorbat

tidak mudah terdesorpsi. Adsorpsi kimia diawali dengan

adsorpsi fisik dimana adsorbat mendekat kepermukaan adsorben

melalui gaya Van der Waals / Ikatan Hidrogen kemudian


melekat pada permukaan dengan membentuk ikatan kimia yang

biasa merupakan ikatan kovalen (Shofa, 2012).

b. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Daya Adsorpsi

Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi daya adsorpsi yaitu :

1) Jenis Adsorbat

a) Ukuran molekul adsorbat Ukuran molekul adsorbat yang

sesuai merupakan hal yang penting agar proses adsorpsi

dapat terjadi, karena molekul-molekul yang dapat

diadsorpsi adalah molekul-molekul yang diameternya lebih

kecil atau sama dengan diameter pori adsorben.

b) Kepolaran zat Adsorpsi lebih kuat terjadi pada molekul

yang lebih polar dibandingkan dengan molekul yang kurang

polar pada kondisi diameter yang sama. Molekul-molekul

yang lebih polar dapat menggantikan molekul-molekul yang

kurang polar yang telah lebih dahulu teradsorpsi . Pada

kondisi dengan diameter yang sama, maka molekul polar

lebih dahulu diadsorpsi.

2) Suhu

Pada saat molekul-molekul adsorbat menempel pada permukaan

adsorben terjadi pembebasan sejumlah energi sehingga adsorpsi


digolongkan bersifat eksoterm. Bila suhu rendah maka

kemampuan adsorpsi meningkat sehingga adsorbat bertambah.

3) Tekanan Adsorbat

Pada adsorpsi fisika bila tekanan adsorbat meningkat

jumlah molekul adsorbat akan bertambah namun, pada adsorpsi

kimia jumlah molekul adsorbat akan berkurang bila tekanan

adsorbat meningkat.

4) Karakteristik Adsorben

Ukuran pori dan luas permukaan adsorben merupakan

karakteristik penting adsorben. Ukuran pori berhubungan

dengan luas permukaan semakin kecil ukuran pori adsorben

maka luas permukaan semakin tinggi. Sehingga jumlah molekul

yang teradsorpsi akan bertambah. Selain itu kemurnian adsorben

juga merupakan karakterisasi yang utama dimana pada

fungsinya adsorben yang lebih murni yang lebih diinginkan

karena kemampuan adsorpsi yang baik.

c. Faktor – factor yang mempengaruhi Efisiensi Adsorpsi

a) Temperatur

Oleh karena proses adsorpsi adalah proses yang eksotermis,

maka adsorpsi akan berkurang pada temperatur lebih tinggi. Jika


terdapat reaksi antara kontaminan yang teradsorpsi dan

permukaan adsorben antara 2 atau lebih kontaminan kimia

tersebut maka laju reaksinya akan meningkat pada temperatur

yang lebih tinggi.

b) Kelembapan

Uap air mudah diadsorpsi oleh jenis adsorben polar sehingga

kelembapan yang tinggi dapat mempengaruhi dan mengurangi

kemampuan adsorben tersebut untuk mengadsorpsi kontaminan.

c) Laju Alir Pengambilan Sampel

Jika terlalu tinggi laju alir dapat mengurangi efisiensi adsorpsi

d) Adanya Kontaminan Lain

Adanya kontaminan lain dapat mengurangi efisiensi adsorpsi

karena adanya kompetisi antar kontaminan tersebut pada bagian

adsorpsi. Reaksi antar senyawaan juga mungkin terjadi,

sehingga diperoleh hasil konsentrasi yang lebih rendah yang

seharusnya.

e) Adsorpsi Zat Terlarut oleh Zat Padat

Penyerapan zat dari larutan, mirip dengan penyerapan gas oleh

zat padat. Penyerapan bersifat selektif yang diserap hanya zat

terlarut oleh pelarut. Bila didalam suatu larutan terdapat 2 buah

zat ataupun lebih maka zat yang satu akan diserap lebih kuat

dibanding zat yang lain. Zat yang dapat menurunkan tegangan


permukaan maka lebih kuat diserap. Makin kompleks zat

terlarut makin kuat diserap oleh adsorben. Makin tinggi

temperatur, maka makin kecil daya serap. Namun pengaruh

temperatur tidak sebesar pada adsorpsi gas (Lestari, F, 2011).

2. Adsorpsi Isoterm

Adsorpsi Isoterm menunjukkan jumlah zat teradsorbsi per

gramadsorpben yang dialirkan pada suhu tetap. Adsorpsi isotermis adalah

hubungan yang menunjukkan distribusi adsorben antara fase teradsorbsi

pada permukaan adsorben dengan fase ruah kesetimbangan pada

temperature tertentu. Ada tiga jenis hubungan matematik yang pada

umumnya digunakan untuk menjelaskan isoterm. Isoterm ini berdasarkan

asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan yang heterogen dan tiap

molekul mempunyai potensi penyerapan yang berbeda- beda. Persamaan

ini merupakan persamaan yang dikemukakan oleh Freundlich (Marilyn.

LE, 2012).

Persamaan empiris dari Adsorbsi isotermis Freundlich :

Keterangan :

X = berat zat (solut) yang teradsorbsi (gram)


m = berat adsorben (gram)

C = konsentrasi larutan setelah diadsorbsi (setelah setimbang)

k = konstanta Freundlich

n = konstanta lain

Persamaan teoritis dari adsorbsi Langmuir :

Keterangan :

N : mol asam yang teradsorbsi per gram karbon aktif

C : konsentrasi akhir dari asam dalam mol/liter

K : konstanta Langmuir

Nm : jumlah mol yang diperlukan untuk membuat lapisan tunggal pada

karbon aktif.

Baik persamaan Freundlich maupun persamaan Langmuir hanya

sesuai/cocok jika zat yang diserap membentuk lapisan tunggal

(monolayer) pada permukaan adsorben. Kedua isoterm tersebut tidak

cocok lagi pada tekanan yang lebih tinggi, karena lapisan adsorbat yang

terserap tidak lagi berbentuk lapisan tunggal, tetapi menjadi lapisan multi

molekuler.

Untuk kondisi ini, isoterm yang lebih sesuai dipakai adalah isoterm

BET (Brunauer Emmet and Teller). Isoterm ini dibuat atas dasar

anggapan bahwa kekuatan yang ada dipakai untuk kondensasi dan energi

ikat adsorbsi multimolekuler. Kalor adsorbsi gas pada lapisan kedua,


ketiga dst dianggap sama dengan kalor pencairan gas. Adsorbsi larutan

oleh zat padat ada 2 kemungkinan:

a. Adsorbsi positif

Apabila solute relative lebih besar teradsorbsi dari pada adsorbent.

Contoh : zat warna oleh aluminium atau chromium

b. Adsorbsi negative

Apabila solvent relatif lebih besar teradsorbsi dari pada solute dalam

larutan. Contoh: Alkaloid dengan karbon aktif ( Penuntun Kimia

Fisika, 2021)

3. Adsorben

Adsorben merupakan bahan yang sangat berpori dan adsorpsi

berlangsung terutama pada dinding-dinding pori atau pada letak-letak

tertentu di dalam partikelnya. Karena pori-porinya biasa kecil maka luas

permukaan dalam mencapai beberapa orde besaran lebih besar dari

permukaan luar dan bisa sampai 2000 m2/gr. Dalam kebanyakan hal

komponen yang diadsorpsi melekat sedemikian kuat sehingga

memungkinkan pemisahan komponen itu secara menyeluruh dari fluida

tanpa terlalu banyak adsorpsi terhadap komponen lain sehingga

memungkinkan adsorbat yang dihasilkan dalam bentuk terkonsentrasi

atau hampir murni (Tandy,E., 2012).

a. Jenis – jenis Adsorben

1) Adsorben Tidak Berpori (Non-Porous Sorbent)

Adsorben tidak berpori dapat diperoleh dengan cara presipitasi


deposit kristalin seperti BaSO4 atau penghalusan padatan

kristal. Luas permukaan spesifiknya kecil tidak lebih dari 10

m2 /g dan umumnya antara 0,1 s/d 1 m2/g. Adsorben yang tidak

berpori seperti filter karet (rubber filters) dan karbon hitam

bergrafit (graphitized Carbon Black) adalah jenis adsorben tidak

berpori yang telah mengalami perlakuan khusus sehingga luas

permukaannya dapat mencapai ratusan m2/g.

2) Adsorben Berpori( Porous Sorbents)

Luas permukaan spesifik adsorben berpori berkisar antara 100

s/d 1000 m2/g. Biasanya digunakan sebagai penyangga katalis,

dehidrator, dan penyeleksi komponen. Adsorben ini umumnya

benbentuk granular. Klasifikasi pori menurut International

Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) adalah :

a) Pori-pori berdiameter kecil (Mikropores d < 2 nm )

b) Pori-pori berdiameter sedang ( Mikropores 2 < d <50 nm)

c) Pori-pori berdiameter besar ( Makropores d > 50 nm )

b. Kriteria Adsorben untuk Menjadi Adsorben Komersil

Kriteria yang harus dipenuhi suatu adsorben untuk menjadi

adsorben komersial adalah

1) Memiliki permukaan yang besar/unit massanya sehingga

kapasitas adsorpsinya akan semakin besar pula

2) Secara alamiah dapat berinteraksi dengan adsorbat pasangan

3) Ketahanan struktur fisik yang tinggi


4) Mudah diperoleh, harga tidak mahal, tidak korosif dan tidak

beracun

5) Tidak ada perubahan volume yang berarti selama proses

adsorpsi

6) Mudah dan ekonomis untuk diregenerasi ( Hendra,R., 2011).

4. Karbon Aktif

Karbon aktif atau arang aktif merupakan golongan karbon amorf

yang diproduksi dari bahan dasar dengan susunan senyawa anak buah

mengandung karbon. Karbon aktif dapat digunakan untuk mengadsorbsi

bahan yang berasal dari cairan jug fasa gas. Daya adsorbsi tergantung

dari pada besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Saat ini

karbon aktif banyak digunakan sebagai bahan penyaring dan pengolahan

limbah, pengolahan udara, dan lain-lain. Karbon aktif pada umumnya

mempunyai daya adsrobsi yang rendah dan daya adsorpsi dapat

diperbesar dengan mengaktifkan arang dengan menggunakan uap atau

bahan kimia, aktifitas ini bertujuan memperbesar luas permukaan arang

dengan membuka pori-pori yang tertutup (Kateren, 2013).

Perbedaan antara arang dan arang aktif adalah pada bagian

permukaannya. Bagian permukaan arang masih ditutupi oleh deposit

hidrokarbon yang menghalangi keaktifannya, sementara bagian

permukaan arang aktif relatif bebas dari deposit dan permukaannya lebih

luas serta pori–pori yang terbuka sehingga dapat melakukan penyerapan.

Kemampuan adsorpsi arang aktif tidak hanya bergantung pada luas


permukaannya saja tetapi juga struktur dalam pori-pori arang aktif,

karakteristik permukan dan keberadaan grup fungsional pada permukaan

pori (Wibowo,S., 2011)

a. Proses Pembuatan Arang Aktif

1) Dehidrasi

Dehidrasi merupakan proses penghilangan air yang

terdapat dalam bahan baku karbon aktif dengan tujuan untuk

menyempurnakan proses karbonisasi dan dilakukan dengan cara

menjemur bahan baku dibawah sinar matahari/ memanaskannya

dalam oven.

2) Karbonisasi

Proses karbonisasi terdiri dari empat tahap yaitu :

a) Pada suhu 100– 1200C terjadi penguapan air dan sampai

suhu 2700C mulai terjadi peruraian selulosa. Destilat

mengandung asam organik dan sedikit metanol . Asam cuka

terbentuk pada suhu 200–2700C.

b) Pada suhu 270–3100 C reaksi eksotermik berlangsung

dimana terjadi peruraian selulosa secara intensif menjadi

larutan piroligant, gas kayu dan sedikit tar. Asam

merupakan asam organik dengan titik didih rendah seperti

asam cuka dan metanol sedang gas kayu terdiri dari CO dan

CO2.
c) Pada suhu 310–5000 C terjadi peruraian lignin, dihasilkan

lebih banyak tar sedangkan larutan pirolignat menurun, gas

CO2 menurun sedangkan gas CO dan CH4dan H2

meningkat.

d) Pada suhu 500-10000 C merupakan tahap dari pemurnian

arang atau kadar karbon. Karbonisasi dihentikan bila tidak

mengeluarkan asap lagi. Penambahan suhu memang

diperlukan untuk mempercepat reaksi pembentukan pori,

Namun pembatasan suhu pun harus dilakukan. Suhu yang

terlalu tinggi, seperti diatas 10000C akan mengakibatkan

banyaknya abu yang terbentuk sehingga dapat menutupi

pori-pori dan membuat luas permukaan berkurang serta

daya adsorpsi menurun.

3) Aktivasi

Proses aktivasi dilakukan untuk meningkatkan luas

permukaan dan daya adsorpsi karbon aktif. Pada proses ini

terjadi pelepasan hidrokarbon, tar, dan senyawa organik yang

melekat pada karbon tersebut. Proses aktifasi terdapat 2 jenis

yaitu :

a) Aktivasi Fisika

Pada aktivasi secara fisika, karbon dipanaskan pada

suhu sekitar 800-10000 C dan dialirkan gas pengoksida

seperti uap air air, oksigen/CO2. Gas pengoksida akan


bereaksi dengan karbon dan melepaskan karbon monoksida

dan hidrogen untuk gas pengoksida berupa uap air.

Senyawasenyawa produk samping pun akan terlepas pada

proses ini sehingga akan memperluas pori dan

meningkatkan daya adsorpsi. Klasifikasi karbon dengan uap

air dan CO2 terjadi melalui reaksi bersifat endotermis

berikut ini.

C + H2O → CO + H2 ( 117 kj/mol) C + CO2 →

2 CO ( 159 kj / mol ) Sedangkan aktivasi fisika dengan

oksigen melalui reaksi bersifat eksotermis berikut ini : C +

O2 → CO2 ( -406 kj / mol )

Pada aktivasi fisika terjadi pengurangan massa karbon

dalam jumlah yang besar karena adanya pembentukan

struktur karbon. Namun pada aktivasi fisika seringkali

terjadi kelebihan oksida eksternal sewaktu gas pengoksida

berdifusi pada karbon sehingga terjadi pengurangan ukuran

adsorben. Selain itu, reaksi sulit dikontrol

b) Aktivasi kimia

Pada cara ini proses aktivasi dilakukan dengan

mempergunakan bahan kimia sebagai aktivating agent.

Aktivasi arang ini dilakukan dengan merendam arang

kedalam larutan kimia seperti NaCl, ZnCl2 , KOH, KCl,

dll. Sehingga bahan kimia akan meresap dan membuka


permukaan arang yang semula tertutup oleh deposit tar .

Pada proses aktivasi ini karbon atau arang dipanaskan

dengan suhu tinggi didalam sistem tertutup tanpa udara

sambil dialiri gas inert. Saat ini terjadi proses lanjutan

pemecahan atau peruraian sisa deposit tar dan senyawa

hidrokarbon sisa karbonisasi keluar dari permukaan karbon

sebagai akibat gas suhu tinggi dan adanya aliran gas inert,

sehingga akan dihasilkan karbon dengan luas permukaan

yang cukup luas atau disebut dengan arang aktif. (Shofa,

2012)

B. Uraian Bahan

1. Aquadest (Farmakope Indonesia Edisi III Hal : 96)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama Lain : Air suling

Rumus Molekul : H2O

Berat Molekul : 18.02

Rumus struktur :

Kelarutan : Larut dalam etanol gliser


Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pelarut

2. Arang Aktif (FI Edisi III Hal.133)

Nama Resmi : CARBON ADSORBEN

Nama Lain : Arang Jerap

Pemerian : Serbuk sangat halus, bebas dari butiran hitam,

tidak berbau, tidak berasa

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol 96%

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Khasiat : Antidotum

3. Asam Asetat (FI Edisi III Hal.218)

Nama Resmi : ACIDUM ACETICUM

Nama Lain : Asam cuka

Rumus Molekul : CH3COOH

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna bau menusuk, rasa

asam tajam

Kelarutan : Dapat larut dalam air, etanol 95% dan gliserol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai zat tambahan

4. Indikator PP ( FI Edisi III Hal.578)

Nama Resmi : PHENOLPHTALEIN


Nama Lain : Fenol Fthalein

RM : C2OH14O4

Pemerian : Serbuk halus putih atau agak putih kekuningan

Kelarutan : membentuk larutan tidak berwarna dalam suasana

asam dam alkali lemah dan memberikan warna

merah di dalam alkali kuat

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Khasiat : Sebagai pereaksi murni

5. Natrium Hidroksida ( FI Edisi III Hal 412)

Nama Resmi : NATRII HYDROXYDUM

Nama Lain : Natrium Hidroksida

RM/BM : NaOH/40,00

Pemerian : Bentuk batang , butiran, massa hablur atau keping

kering, rapuh dan menunjukkan susunan hablur:

putih, mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan

korosif. Segera menyerap karbondioksida.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%) P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik


BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat Percobaan

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu bunsen/kaki

tiga atau kasa, buret, cawan porselin, corong, gelas arloji, kertas saring,

labu erlenmeyer (Iwaki), labu takar atau gelas ukur (Iwaki), dan pipet

volume.

2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu Asam

Asetat (0,15., 0,12., 0,09., 0,06., 0,03., 0,015., 0,03 mol), Carbon Aktif

(7 gram), NaOH 0,1 N (100 ml), dan Indikator (PP) 2-3 tetes.

B. Prosedur Kerja

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, kemudian ditimbang

arang (karbon aktif) sebanyak 7 gram dalam cawan porselin, kemudian

dipanaskan karbon didalam cawan porselin sambil diaduk perlahan jangan

sampai terbentuk bara, setelah itu didinginkan dalam eksikator selama 10 –

15 menit dan dikeluarkan. Setelah arang dikeluarkan dari eksikator dan telah

dingin, ditimbang arang yang telah dingin masing–masing 1 gram sebanyak 6

kali.

Kemudian dibuat larutan asam asetat sebanyak 7 dengan masing–

masing konsentrasi yaitu Erlenmeyer 1 dimasukkan 100 ml asam asetat 0,15

M, Erlenmeyer 2 dimasukkan 100 ml asam asetat 0,12 M, Erlenmeyer 3

dimasukkan 100 ml asam asetat 0,09 M, Erlenmeyer 4 dimasukkan 100 ml

asam asetat 0,06 M, Erlenmeyer 5 dimasukkan 100 ml asam asetat 0,03 M,

Erlenmeyer 6 dimasukkan 100 ml asam asetat 0,015 M.

Erlenmeyer 7 dimasukkan 100 ml asam asetat 0,03 M sebagai kontrol

lalu dihomogenkan selama 30 menit dan didiamkan selama 1 jam pada suhu

ruang agar terjadi kesetimbangan, lalu disaring menggunakan kertas saring

dan diambil 25 ml dari hasil saring. Selanjutnya dipipet 2-3 tetes indikator PP

(Fenolftalein) kedalam labu erlenmeyer yang berisi sampel dari hasil saring,
selanjutnya dilakukan titrasi menggunakan natrium hidroksida 0,01 N

perlahan sampai menghasilkan warna merah muda dan dicatat hasilnya.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Percobaan

B. Pembahasan
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari percobaan ini yaitu, dari 6 konsentarasi

CH3COOH (0,15; 0,12; 0,09; 0,06; 0,03;0,015) yang dicampur dengan karbon

aktif dan dititrasi menggunakan NaOH 0,1 N menghasilkan merah muda.

B. Saran
1. Untuk praktikum selanjutnya agar alat-alat yang digunakan saat

praktikum dilengkapi dan diperbanyak lagi demi menunjang

keberlangsungan praktikum.

2. Untuk praktikum selanjutnya sebaiknya asisten lab menjelaskan terlebih

dahulu letak alat-alat yang ada di lab agar praktikan tidak kesulitan

DAFTAR PUSTAKA

Mody Lempang, 2014. Pembuatan Dan Kegunaan Arang Aktif. Balai Penelitian
Kehutanan Makassar. Vol. 11 No. 2 : 65-80

Tuti Setianingsih, 2018. Karakterisasi pori dan luas muka padatan. UB Press
Malang

Yosi Pratama dkk, 2015. Pemanfaatan Ekstrak Daun Jati Sebagai Indikator
Titrasi Asam-Basa. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang.

Devnarain, P.B. Arnold, D.R.. and Davis,S.B. 2002. Production of Activated


Carbon from South African Sugarcane Bagasse. Proceedings of the 76th
Annual Congres of the South African Sugar Technologists’ Association,
Mount Edgecombe.
Hendra. R. 2011. Adsorpsi dan Desorpsi Kromium (Vi) pada Zeolit Alam
Termodifikasi Heksadesil Trimetilamonium Bromida. Tugas Akhir
Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Bogor: Institut Pertanian Bogor

Ikawati & Melati.2009. Pembuatan Karbon Aktif dari Limbah Kulit Singkong
UKM Tapioka Kabupaten Pati. Semarang: Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro.

Lestari. F. 2011 Isoterm Adsorpsi Karbon Aktif. Semarang: FMIPA UNNES

Marilyn. LE. 2012. Pengaruh Waktu Aktivasi pada Pembuatan Karbon Aktif dari
Arang Tempurung Kelapa dengan Menggunakan Aktivator H3PO4. Jurusan
Teknik Kimia. Politeknik Negeri Sriwijaya, Palembang

Shofa. 2012. Teknologi Kimia. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Smisek, M. & Cerny S. 2010. Active Carbon Manufactute Properties and


Aplication. Amsterdam: El Savier Publishing Company. Hal 10-25.
Tandy. E. 2012.. Adsorption. John Wiley and Sons. New York.

Vitasari, D. Lystanto, P.A. Kusmiyati. dan Fuadi, A.M. 2009. Kinetika dan
Termodinamina Adsorpsi Cu(II) dengan Adsorben Karbon Aktif Arang Batu
Bara. Jurnal Tkimia Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Wibowo. S. 2011. Efek Toksik Logam Pencegahan dan Penanggulangan


Pencemaran. Penerbit andi. Yogyakarta.

LAMPIRAN

A. Skema Kerja

Disiapkan alat dan bahan

Ditimbang karbon 6 gram

Dipanaskan karbon dalam cawan porselin selama 5-10 menit


Didinginkan karbon dalam eksikator selama 5 menit

Dimasukkan karbon 1 gram kedalam masing-masing Erlenmeyer

Ditambahkan asam asetat dengan konsentrasi 0,15; 0,12; 0,09; 0,06; 0,03;

dan 0,015

Ditutup Erlenmeyer lalu dikocok selama 30 menit

Setelah dikocok didiamkan selama 1 jam

Disaring larutan menggunakan kertas saring

Dititrasi larutan dengan 0,1 N NaOH sebanyak 25 ml dan ditambahkan

indicator PP

Dilakukan titrasi sebanyak 2 kali untuk setiap larutan

Dicatat hasil pengamatan

B. Perhitungan
C. Foto Pengamatan

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PRODI SI FARMASI PRODI SI FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY

Ket : Karbon aktif dimasukkan Ket : Karbon aktif + CH3COOH

kedalam erlenmeyer disaring

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PRODI SI FARMASI PRODI SI FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY

Ket : Titrasi NaOH + CH3COOH Ket : Titrasi NaOH + CH3COOH

(0,12) Merah mudah (0,09) Merah mudah

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PRODI SI FARMASI PRODI SI FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY

Ket : Titrasi NaOH + CH3COOH Ket : Titrasi NaOH + CH3COOH

(0,03) Merah mudah (0,15) Merah mudah


D. Foto Kehadiran zoom

No NAMA KETERANGAN

.
1 Aninditya Dwi Hadir

Lestari
2 Irsyal Rinaldi

3 Rasmi

4 Serti Puji Astuti Hadir


5 Nurdianti Hadir
6 Irma Hadir
7 La Ode Sarmin

Anda mungkin juga menyukai