ASKEP Diare
ASKEP Diare
ASKEP Diare
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK II
PRODI S1 KEPERAWATAN
T.A 2021/2022
ASKEP Diare
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB II
2.1 Pengertian
Gastroenteritis atau diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal
atau bentuk tinja yang encer dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya
(Mansjoer Arief dkk, 1999)
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang
disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam, virus dan parasit yang patogen
(Whaley dan wang’s, 1995)
2.2 Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu :
a) Faktor infeksi
Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama diare meliputi :
1) Infeksi Bakteri : vibrio E.coli Salmonella, Shigella, Campyio bacter, Aeromonas
2) Infeksi virus : Enteriviru ( virus echo, coxsacle, poliomyelitis ), Adenovirus,
Astrovirus, dll
3) Infeksi parasit : Cacing (ascaris, trichuris, oxyguris) Protozoa (entamoeba
histoticia, trimonas hominis), Jamur (candida albacus)
Infeksi parental adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut
(OMA), Bronco pneumonia, dan sebagainya.
b) Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat
2) Malabsorbsi Lema
c) Faktor Makanan
Makanan yang tidak bersih, basi, beracun dan alergi terhadap makanan.
2.3 Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare.
1) Gangguan asmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
mengakibatkan tekanan asmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan
akan merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga timbul diare.
2) Gangguan sekresi
Akibat adanya rangsangan toksin pada dinding uterus sehingga akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul
diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3) Gangguan motilitas usus
Hiperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare. Bila peristaltik menurun akan menyebabkan bakteri
tumbuh berlebihan, sehingga timbul diare juga.
2.5 Patofisiologi
Dipengaruhi dua hal pokok yaitu konsistensi feses dan motilitas usus gangguan
proses mekanik dan enzimatik disertai gangguan mukosa akan mempengaruhi
pertukaran air dan elektrolit sehingga mempengaruhi konsistensi feses yang terbentuk.
2.6 Komplikasi
Akibat diare karena kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi
berbagai komplikasi sebagai berikut :
a) Dehidrasi
b) Renjatan hipofolomi
c) Hipokalemi
d) Hipoglikemi
e) Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik
f) Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare jika lama atau kronik)
2.7 Pengobatan
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja
dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa
atau karbohidrat lain (gula,air tajin, tepung beras dan sebagainya).
1) Obat anti sekres
a) Asetosal, dosis 25 mg/th,dengan dosis minimum 30 mg
b) Klorpromazin, dosis 0,5-1 mg/kg BB/hr
2) Obat spasmolitik
Seperti papaverin, ekstrak beladona, opinum loperamid, tidak untuk mengatasi
diare akut lagi.
3) Antibiotik
Tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas, bula penyebab kolera,
diberikan tetrasiklin 25-50 mg/kg BB/hr. Juga diberikan bila terdapat penyakipenyerta
seperti : OMA, faringitis, bronkitis, atau bronkopneumonia ( Ngastiyah, 1997 : 149)
2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Medik
Dasar pengobatan diare adalah pemberian cairan, dietetik (cara pemberian makanan)
dan obat-obatan.
Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dengan mempertahankan derajat dehidrasi dan
keadaan umum.
1) Cairan per oral
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan per oral beberapa
cairan yang berisikan NaCL,NaHCO3,KCL dan Glukosa. Untuk diare akut dan kolera
pada anak diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan/sedang, kadar Natrium 50-60
mEg/1 formula lengkap sering disebut oralit. Sebagai pengobatan sementara yang
dibuat sendiri (formula tidak lengkap) hanya air gula dan garam (NaCL dan sukrosa)
atau air tajin yang diberi garam dan gula.
2) Cairan parental
Pada umumnya digunakan cairan Ringel laktat (RL) yang pemberiannya bergantung
pada berat ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai
umur dan berat badannya (Ngastiyah, 1997 : 146)
3.1 PENGKAJIAN
A.Identitas Pasien
Nama pasien : Ny.” S “
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 23 Tahun
Alamat : Ds.Waru kulon pucuk
Agama : islam
Pekerjaa : Swasta
Suku bangsa : Jawa
Diagnosa medic : Gastroenteritis
Yang bertanggung jawab
Nama : Tn. “ F “
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Ds. Waru Kulon Pucuk
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Hub. Dengan pasien : Ayah
B. Riwayat Kesehatan
I. Keluhan Utama
Saat MRS : Demam, diare, disertai muntah
Saat pengkajian : Klien mengatakan bahwa badannya terasa lemas, demam,
disertai muntah.
II. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakatan badannya panas 2 hari yang lalu, BAB 5x/hari warna kuning
kehijauan bercampur lendir, dan disertai dengan muntah 2x/hari, lalu dibawa ke Balai
Pengobatan AS SYIFA Desa Waru Kulon Pucuk Lamongan.
III. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu mengatakan bahwa dahulu pernah sakit Diare 8x/hari tiap 1-2 jam sekali
warna kuning, disertai muntah, badan panas dan tidak mau makan.
IV. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan dalam anggota keluarga ada yang perna mengalami sakit diare
seperti yang di alami klien.
V. Riwayat Sosial
Ibu mengatakan bahwa tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat
penduduknya dan ingin sekali cepat sembuh dan pulang kerumah.
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : klien lemah, panas, muntah dan diare
Kesadaran : composmentis
TTV : Tensi 80/50 mmHg, Nadi 112x/mnt, suhu 390 C,RR 22x/mnt
Pemeriksaan Head to toe
a. Kepala : Bentuk kepala bulat, warna rambut hitam, tidak ada benjolan,kulit kepala
bersih.
b. Mata : Simetris, tidak ada sekret, konjungtiva merah muda, sklera putih, mata
cowong.
c. Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, lidah bersih.
d. Hidung : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak
ada polip.
e. Telinga : Simetris, tidak ada benjolan, lubang telinga bersih, tidak ad serumen.
f. Leher : Tidak ada pembesaran kenjar tyroid, limphe, tidak ada bendungan
vena jugularis, tidak ada kaku kuduk.
g. Dada
Inspeksi : dada simetris, bentuk bulat datar, pergerakan dinding dada simetris,
tidak ada retraksi otot bantu pernapasan.
Palpasi : Tidak ada benjolan mencurigakan
Perkusi : paru-paru sonor, jantung dullnes
Auskultasi : Irama nafas teratur, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas
tambahan.
h. Perut
Inspeksi : simetris
Auskultasi : Peristaltik meningkat 40x/mnt
Palpasi : Turgor kulit tidak langsung kembali dalam 1 detik
Perkusi : Hipertimpan,perut kembung
Punggung : Tidak ada kelainan tulang belakang (kyfosis, lordosis, skoliosis) tidak ada
nyeri gerak.
Genetalia : jenis kelamin perempuan, tidak odem, tidak ada kelainan, kulit perineal
kemerahan
Anus : Tidak ada benjolan mencurigakan,kulit daerah anus kemerahan.
Ekstremitas : Lengan kiri terpasang infus, kedua kaki bergerak bebas, tidak ada
odem.
Therapy :
1. Infus RL 15 tpm (750 cc) : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.
2. Injeksi Novalgin 3x1 amp (metampiron 500 mg/ml) : Golongan Analgesik
3. Injeksi Ulsikur 3x1 amp (simetidina 200mg/ 2ml) : Antasida dan Ulkus
4. Injeksi Cefotaxime 3x1 amp (sefotaksim 500mg/ml) : Antibiotik.
No
. Tujuan dan KH Intervensi Rasional
Dx
1 Setelah Dilakukan 1. pantau tanda kekurangan1. Menentukan intervensi
Tindakan cairan selanjutnya
Keperawatan 2x24 2. observasi/catat hasil 2. Mengetahui keseimbangan
Jam dengan Tujuan : intake output cairan cairan
volume cairan dan 3. anjurkan klien untuk 3. Mengurangi kehilangan
elektrolit dalam tubuh banyak minum cairan
seimbang (kurangnya
4. jelaskan pada ibu tanda 4. Meningkatkan partisipasi
cairan dan elektrolit kekurangan cairan dalam perawatan
terpenuhi) 5. berikan terapi sesuai 5. mengganti cairan yang
Dengan KH : advis : keluar dan mengatasi diare
Turgor kulit cepat Infus RL 15 tpm
kembali.
Mata kembali
normal
Membran mukosa
basah
Intake output
seimbang
2 Setelah dilakukan 1. Teliti keluhan nyeri, cacat1. Identifikasi karakteristik nyeri
tindakan intensitasnya (dengan & factor yang berhubungan
keperawatan 2x24 skala0-10). merupakan suatu hal yang
jam dengan Tujuan :2. Anjurkan klien untuk amat penting untuk memilih
rasa nyaman menghindari allergen intervensi yang cocok &
terpenuhi, klien 3. Lakukan kompres hangat untuk mengevaluasi ke
terbebas dari distensi pada daerah perut efektifan dari terapi yang
abdomen dengan 4. Kolaborasi diberikan.
KH : Berikan obat sesuai 2. Mengurangi bertambah
Klien tidak indikasi beratnya penyakit.
menyeringai Steroid oral, IV, & inhalasi3. Dengan kompres hangat,
kesakitan. Analgesik : injeksi distensi abdomen akan
Klien novalgin 3x1 amp mengalami relaksasi, pada
mengungkapkan (500mg/ml) kasus peradangan
verbal (-) Antasida dan ulkus : akut/peritonitis akan
Wajah rileks injeksi ulsikur 3x1 amp menyebabkan penyebaran
Skala nyeri 0-3 (200mg/ 2ml) infeksi.
4. Kortikosteroid untuk
mencegah reaksi alergi.
5. Analgesik untuk mengurangi
nyeri.
3 Setelah Dilakukan 1. Mengobservasi TTV 1. kehilangan cairan yang aktif
Tindakan 2. Jelaskan pada pasien secar terus menerus akan
Keperawatan 2x24 tentang penyebab dari mempengaruhi TTV
Jam dengan Tujuan : diarenya 2 Klien dapat mengetahui
Konsistensi BAB 3. Pantau leukosit setiap hari penyebab dari diarenya.
lembek, frekwensi 1 4. Kaji pola eliminasi klien 3 Berguna untuk mengetahui
kali perhari dengan setiap hari penyembuhan infeksi
KH : 5. Kolaborasi 4 Untuk mengetahui
Tanda vital dalam - Konsul ahli gizi untuk konsistensi dan frekuensi
batas normal (N: 120- memberikan diet sesuai BAB
60 x/mnt, S; 36-37,50 kebutuhan klien. 5 Metode makan dan
c, RR : < 40 x/mnt ) - Antibiotik: cefotaxime 3x1 kebutuhan kalori didasarkan
Leukosit : 4000 – amp (500mg/ml) pada kebutuhan.
11.000
Hitung jenis
leukosit : 1-3/2-6/50-
70/20-80/2-8