PELUANG
PELUANG
PELUANG
A. Kaidah Pencacahan
Kaidah pencacahan adalah aturan membilang untuk mengetahui banyaknya kejadian atau objek-objek
tertentu yang muncul. Dikatakan pencacahan karena hasilnya berupa sebuah
Contoh :
Seseorang mempunyai tiga pasang sepatu dan lima pasang kaus kaki. Dengan
aturan tabel tentukanlah banyaknya cara orang tersebut dalam mengenakan
sepatu dan kaus kaki !
Jawab :
Misalkan :
Sepatu :
Kaus Kaki :
Contoh :
Ahmad dan Budi adalah calon ketua OSIS di suatu SMA, sedangkan Mahmud, Cici,
dan Gani adalah calon wakil ketua, serta Yuli dan Susi adalah calon sekretaris.
Dengan menggunakan diagram cabang tentukanlah banyaknya kemungkinan
pasangan pengurus inti OSIS di SMA tersebut !
Jawab:
Page | 1
Jadi tedapat 12 macam kemungkinan susunan pengurus.
Contoh :
Tentukanlah banyaknya bilangan yang terdiri atas tiga angka berlainan yang dapat
disusun dari angka-angka 2, 3, 4, 5 dan 6 jika bilangan itu nilainya harus:
a) Genap
b) Ganjil
Jawab :
a) Angka-angkanya : 2, 3, 4, 5, 6. Disusun 3 angka dan nilainya genap
3 4 3
bilangan
3 4 3
bilangan
Page | 2
B. PERMUTASI
Sebelum membahas permutasi akan dikenalkan terlebih dahulu notasi faktorial, yaitu : Jika
bilangan asli, maka faktorial ditulis didefinisikan sebagai berikut.
( )( )( )
Sebagai contoh :
Hitunglah setiap nilai factorial berikut ini !
a)
b)
Jawab:
a)
Jadi
b)
Permutasi adalah proses pencacahan yang memperhatikan urutan atau formasi. Sebagai
contoh diketahui himpunan * +. Jika anggota himpunan P tersebut disusun
dua-dua maka diperoleh himpunan yang anggotanya sebanyak 12 buah, yakni
* +. Banyaknya anggota himpunan ini dapat pula
ditentukan dengan aturan permutasi, yakni :
a) Jika objek berlainan disusun objek maka banyak susunannya dapat ditentukan
dengan rumus :
( )
Contoh :
Diketahui himpunan * +. Banyak himpunan P yang dapat di susun dua
dua adalah . . .
Jawab :
Banyak anggota himpunan P adalah
Disusun dua-dua ( )
Sehingga :
Page | 3
( )
( )
Contoh :
Empat buah roti yang berlainan akan disusun satu baris diatas meja, maka banyaknya
susunan adalah . . .
Jawab :
c) Jika diantara objek yang disusun ada objek-objek yang sama, maka banyaknya
formasi susunan dapat ditentukan dengan aturan :
Contoh :
Banyaknya cara menyusun enam huruf dari huruf-huruf pada kata PANGAN adalah . . .
Jawab :
Contoh :
Page | 4
Dari anggota himpunan * + disusun 6 objek dimana objek-objek tersebut boleh
muncul berulang. Maka banyaknya susunan seluruhnya adalah …
Jawab :
e) Jika objek disusun objek seluaruhnya, dimana formasi susunan dibuat melingkar
(siklis) maka banyak susunan yang dapat dibentuk adalah
( )
Contoh :
Enam tangkai bunga yang berlainan disusun melingkar diatas meja, maka banyaknya
cara menyusunnya adalah
Jawab :
( )
C. KOMBINASI
Kombinasi adalah pencacahan yang tidak memperhatikan urutan objek-objeknya. Jika
suatu himpunan dengan buah anggota (objek) akan disusun objek tampa
memperhatikan urutannya, maka banyaknya susunan tersebut dirumuskan :
( )
Contoh :
Akan dihitung banyaknya susunan dua huruf dari huruf-huruf pada himpunan * +
tanpa memperhatikan urutannya, sehingga :
6 susunan
( )
( )
Page | 5
D. PELUANG SUATU KEJADIAN
Contoh :
Pada pelemparan satu buah dadu, tentukanlah :
a) Ruang Sampel
b) Kejadian munculnya mata dadu genap
Jawab :
a) Sebuah dadu mempunyai enam sisi, sehingga ruang sampelnya :
* +
b) Misalkan adalah kejadian munculnya mata dadu genap, maka :
* +
Bila Suatu kejadian dapat terjadi dalam ( ) cara dari seluruh ( ) cara yang
mungkin, maka peluang (probabilitas) kejadian dirumuskan:
( )
( )
( )
Nilai peluang yang paling rendah adalah yaitu peluang suatu kejadian yang tidak
mungkin terjadi, dan nilai pelauang yang paling tinggi adalah yaitu peluang suatu
kejadian yang pasti terjadi.
Contoh :
Sebuah dadu dilantunkan satu kali. Tentukanlah peluang munculnya mata dadu ganjil !
Jawab :
Ruang Sampelnya * +
Banyak ruang sampel ( )
Page | 6
Banyak mata dadu ganjil ( )
( )
Jadi peluang munculnya mata dadu ganjil ( )
( )
Bila ( ) adalah peluang kejadian dan ( ) adalah peluang kejadian bukan (dibaca
komplemen kejadian ) , maka berlaku hubungan :
( ) ( )
Contoh :
Pada pelantunan dua dadu sekaligus, tentukanlah peluang munculnya dua mata dadu yang
jumlahnya lebih dari 3
Jawab :
Jika A adalah kejadian munculnya dua mata dadu yang jumlahnya lebih dari 3 maka
adalah kejadian munculnya dua mata dadu yang jumlahnya kurang dari atau sama dengan
3, artinya dua mata dadu yang jumlahnya 2 atau 3.
Maka * + ( ) dan ( )
Jadi ( ) ( )
( )
( )
( )
Frekwensi harapan munculnya kejadian adalah hasil kali peluang kejadian dan
banyaknya percobaan. Atau bias ditulis :
( ) ( )
Page | 7
Contoh :
Empat buah uang logam dilantunkan serentak sebanyak 640 kali. Tentukanlah frekwensi
harapan munculnya tiga “Gambar” pada uang-uang logam tersebut.
Logam III
A AA AG A AAA AAG AGA AGG
A
AAAA AAAG AAGA AAGG AGAA AGAG AGGA AGGG
{ }
( )
( )
( )
( )
( ) ( )
640 .
Jadi frekwensi harapan munculnya tiga “Gambar” pada uang-uang logam tersebut ada
sebanyak 160.
Page | 8
3) Peluang Kejadian Majemuk
Peluang kejadian majemuk adalah rangkaian beberapa kejadian yang dihubungkan dengan
“dan” (Dilambangkan dengan ) serta “atau” (Dilambangkan dengan ), dan dirumuskan :
( ) ( ) ( ) ( )
Page | 9
1. Kejadian Majemuk Saling Lepas
Dua kejadian dan dikatakan saling lepas jika dua kejadian tersebut tidak dapat terjadi
secara bersamaan, atau dengan kata lain tidak saling terkait (tidak mempunyai irisan).
Dirumuskan :
( )
( ) ( ) ( )
Contoh :
Sebuah dadu dilempar satu kali. Tentukanlah peluang munculnya mata dadu ganjil atau genap.
Misalkan :
S = Ruang Sampel
A = Munculnya mata dadu Ganjil
B = Munculnya mata dadu Genap
* + ( )
* + ( )
𝐴 𝐵 ∅ (∅ dibaca himpunan kosong), sehingga 𝑃(𝐴 𝐵)
* + ( )
( )
( )
( )
( )
( )
( ) ( ) ( )
Page | 10
2. Kejadian Majemuk Tidak Saling Lepas
Dua kejadian dan dikatakan tidak saling lepas jika dua kejadian tersebut dapat terjadi
secara bersamaan, atau dengan kata lain saling terkait (mempunyai irisan). Dirumuskan :
( ) ( ) ( ) ( )
Contoh :
Sebuah dadu dilempar satu kali. Tentukanlah peluang munculnya mata dadu ganjil atau prima.
Misalkan :
S = Ruang Sampel
A = Munculnya mata dadu Ganjil
B = Munculnya mata dadu Prima
* + ( )
* + ( )
𝐴 𝐵 *𝟑 𝟓+ 𝑛(𝐴 𝐵)
* + ( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( ) ( ) ( ) ( )
Page | 11
3. Kejadian Saling Bebas
Dua kejadian dan dikatakan saling bebas jika muncul atau tidaknya kejadian tidak
mempengaruhi muncul atau tidaknya kejadian . Dengan kata lain dan memiliki
keterkaitan tetapi tidak saling mempengaruhi.
Jika dirumuskan secara matematis, maka kejadian dan dikatakan saling bebas jika
memenuhi :
( ) ( ) ( )
Contoh :
Dalam sebuah kotak terdapat 9 Kelereng Merah dan 4 Kelereng Putih. Dari kotak tersebut
akan diambil dua kelereng satu persatu. Tentukan peluang terambilnya keduanya Merah ,
jika pengambilan dilakukan dengan pengembalian adalah . . .
Jawab :
9 + 4 = 13
4 Putih
Pengambilan I ( ) ( )
Pengambilan II ( ) ( )
( )
Page | 12
4. Kejadian Tidak Saling Bebas
Dua kejadian dan dikatakan tidak saling bebas jika muncul atau tidaknya kejadian
mempengaruhi muncul nya kejadian . Dengan kata lain dan memiliki keterkaitan dan
saling mempengaruhi.
Jika dirumuskan secara matematis, maka kejadian dan dikatakan tidak saling bebas jika
memenuhi
( ) ( ) ( )
Contoh :
Dalam sebuah kotak terdapat 9 Kelereng Merah dan 4 Kelereng Putih. Dari kotak tersebut
akan diambil dua kelereng satu persatu. Tentukan peluang terambilnya keduanya Merah ,
jika pengambilan dilakukan dengan tanpa pengembalian adalah . . .
Jawab :
9 + 4 = 13
Karena kelereng merah tidak
4 Putih
dikembalikan (kelereng merah
saat ini ada 8 ) maka banyak
kelereng dalam kotak menjadi 12
Pengambilan I ( ) ( )
Pengambilan II ( ) ( )
Jadi Peluang terambilnya keduanya Merah , jika pengambilan dilakukan dengan tanpa
pengembalian =
( ) ( ) ( )
( )
Page | 13
5. Dua Kejadian Bersyarat
Dua kejadian A dan B dikatakan tidak saling bebas jika kejadian A dan B dapat tejadi
secara bersama. Munculnya kejadian A mempengaruhi peluang terjadinya B dan
sebaliknya.
Jika A dan B dua kejadian bersyarat maka:
( )
( )
( )
( )
( )
( )
Contoh :
Sebuah dadu dilempar sekali. Tentukanlah peluang munculnya mata dadu ganjil dengan
syarat munculnya kejadian mata dadu prima terlebih dahulu.
Jawab :
Misalkan :
S = Ruang Sampel * + ( )
* + ( )
* + ( )
* + ( )
Peluang kejadian B =
( )
( )
( )
( )
( )
( )
Peluang munculnya mata dadu ganjil dengan syarat munculnya kejadian mata dadu prima
terlebih dahulu.
Page | 14
( )
( )
( )
Page | 15