KERANGKA ACUAN Eppgbm

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 30

KERANGKA ACUAN

SOSIALISASI ELEKTRONIK PENCATATAN PELAPORAN


GIZI BERBASIS MASYARAKAT (ePPGBM) TINGKAT
KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN 2018
Panglakan Bun, Senin 29 November 2018

A. Latar Belakang.
Undang – undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, khususnya pada pasal 141
mengamanatkan bahwa upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu
gizi perseorangan dan masyarakat, yang dilaksanakan melalui : a) perbaikan pola konsumsi
makanan yang sesuai dengan gizi seimbang; b) perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik
dan kesehatan; c) peningkatan akses dan mutu pelayananan gizi yang sesuai dengan kemajuan
ilmu dan teknologi; dan d) peningkatan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)
Dalam Rencana Pembagian Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bidang kesehatan
Tahun 2015-2019 adalah meningkatnya Status Kesehatan dan Gizi pada anak balita menjadi 17
% dan menurunkan prevalensi stunting pada anak baduta (dibawah 2 tahun) menjadi 28 %.
Dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan 2015-2019, kegiatan perbaikan
gizi masyarakat diarahkan untuk meningkatnya pelayanan gizi masyarakat dengan sasaran
program tahun 2019 : 1) persentase ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) yang mendapat
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) mencapai 95 %; 2) persentase bayi kurang dari 6 bulan
mendapat Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif mencapai 50 %; 3) persentase ibu hamil yang
mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) 90 tablet selama masa kehamilan mencapai 98 %; 4)
persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan mencapai 90 %; 5) persentase bayi
baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebesar 50 % dan 6) Persentase remaja
puteri mendapat tablet tambah darah mencapai 30 %.
Untuk mencapai target sasaran tersebut diatas, Direktorat Gizi Masyarakat melaksanakan
kegiatan pembinaan gizi yang yang difokuskan pada upaya memperbaiki asupan zat gizi makro
dan mikro, meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penerapan gizi seimbang,
pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan intervensi gizi berbasis masyarakat dan
menyelenggarakan surveilans gizi. Pelaksanaan surveilans gizi didasrkan pada Permenkes
Nomor 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Surveilans dan Permenkes Nomor 75 tahun
2014 tentang Pusat kesehatan Masyarakat menyebutkan bahwa salah satu upaya wajib
puskesmas adalah upaya perbaikan gizi masyarakat.
Gambaran prevalensi status gizi balita berbasis bukti diperoleh dari Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) yang hasilnya menjadi salah satu dasar untuk menetapkan kebijakan berbasis bukti
termasuk prevalensi gizi kurang/kekurangan gizi (underweight) pada anak balita dan
prevalensi pendek dan sangat pendek (stunting) pada anak baduta (dibawah dua tahun), hanya
dilakukan 3-5 tahun sekali. Untuk ketersediaan informasi perkembangan status gizi dan
capaian kegiatan perbaikan gizi diseluruh wilayah secara cepat, akurat teratur dan
berkelanjutan dipandang perlu untuk penyediaan data dalam bentuk aplikasi yaitu pencatatan
pelaporan gizi berbasis masyarakat dimana dari hasil status gizi tersebut dapat dilakukan
intervensi lansung terhadap balita yang mengalami masalah gizi diwilayahnya.
Sosialisasi Elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi berbasis Masyarakat(ePPGBM) ini
diperlukan dalam rangka pelaksanaan kegiatan sekaligus menyamakan persepsi dalam
manajemen data. Sosialisasi sebagai salah satu kegiatan dalam menjamin terciptanya data yang
berkualitas.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kapasitas peserta dalam melaksanakan kegiatan Sosialisasi ePPGBM
Tahun 2018 sebagai bagian dari kegiatan surveilans gizi.
2. Tujuan Khusus
a) Meningkatkan kegiatan surveilans terkait dengan kegiatan Elektronik Pencatatatn
Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (ePPGBM).
b) Memahami Pedoman Tehnis ePPGBM
c) Tersedianya data surveilans gizi yang berkualitas agar masalah gizi dapat segera
dintervensi langsung kesasaran.

C. METODE PELAKSANAAN
Kegiatan Sosialisasi Elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat
( ePPGBM) direncanakan dengan metode pemaparan materi, praktek dan diskusi serta
kesepakatan rencana kegiatan.

D. TEMPAT
Kegiatan Sosialisasi Elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat
(ePPGBM) Tingkat Provinsi Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2018 dilaksanakan pada :
Hari : Senin
Tanggal : 29 Oktober 2018
Tempat : Aula Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Barat Jl. Cilik Riwut II
No.210 Pangkalan Bun
E. PESERTA
Jumlah peserta yang diharapkan hadir pada kegiatan Sosialisasi Elektronik
Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat ( ePPGBM) sebanyak 18 orang tenaga
pengelola program Gizi Puskesmas di Wialayah kerja Dinas Kesehatan Kabuapten
Kotawaringin Barat.

F. BIAYA
Sumber biaya kegiatan Sosialisasi Elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis
Masyarakat ( ePPGBM ) Provinsi Kalimantan Tengah berasal dari DPA Dinas Kesehatan
Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2018.

G. PENUTUP
Demikian Kerangka Acuan ini dibuat sebagai panduan dalam pelaksanaan kegiatan
Sosialisasi Elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat ( ePPGBM )
Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2018 yang diselenggarakan di Pangklan Bun

Pangkalan Bun, November 2018


Panitia Penyelenggara
Ketua

SAMSUDIN, SKM, M.Si


NIP. 19630901 198703 1 016
SOSIALISASI ePPGBM (ELEKTRONIK PENCATATAN PELAPORAN
GIZI BERBASIS MASYARAKAT) KABUPATEN KOTAWARINGIN
BARAT TAHUN 2018
Pangkalan Bun, 29 November 2018

WAKTU MATERI NARASUMBER PENANGGUNG


JAWAB

Senin, 29 Okt 2018


07.15 – 08.30 WIB Refresh Praktek Pengelola Program Gizi Panitia
Aplikasi ePPGBM Kabupaten

08.30 – 09.00 WIB Pembukaan Kepala Dinas Panitia


Laporan Ketua Panitia Kesehatan Kabupaten
Arahan dan Sambutan Kotawaringin Barat
Kadis

09.00 – 09.15 WIB Coffee break

09.15 – 10.00 WIB Aplikasi ePPGBM Narsum pusat Panitia


10.00 – 12.00 WIB Aplikasi ePPGBM Narsum pusat Panitia
12.00 – 13.00 WIB ISHOMA
13.00 – 14.00 WIB Aplikasi ePPGBM Narsum pusat Panitia
14.00 – 15.00 WIB Evaluasi Kinerja Pengelola Program Gizi
Program Gizi Kabupaten

15.00 – 15.15WIB Coffee break


15.15 – 15.30 WIB Penutupan dan Pengelola Program Gizi Panitia
Adiministrasi Kabupaten
KERANGKA ACUAN
PENGUATAN KESEHATAN KELUARGA DAN GIZI
MASYARAKAT TINGKAT KABUPATEN KOTAWARINGIN
BARAT TAHUN 2019
Panglakan Bun, Senin 14 Oktober 2019

A. Latar Belakang.
Undang – undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, khususnya pada pasal 141
mengamanatkan bahwa upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu
gizi perseorangan dan masyarakat, yang dilaksanakan melalui : a) perbaikan pola konsumsi
makanan yang sesuai dengan gizi seimbang; b) perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik
dan kesehatan; c) peningkatan akses dan mutu pelayananan gizi yang sesuai dengan kemajuan
ilmu dan teknologi; dan d) peningkatan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)
Dalam Rencana Pembagian Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bidang kesehatan
Tahun 2015-2019 adalah meningkatnya Status Kesehatan dan Gizi pada anak balita menjadi 17
% dan menurunkan prevalensi stunting pada anak baduta (dibawah 2 tahun) menjadi 28 %.
Dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan 2015-2019, kegiatan perbaikan
gizi masyarakat diarahkan untuk meningkatnya pelayanan gizi masyarakat dengan sasaran
program tahun 2019 : 1) persentase ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) yang mendapat
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) mencapai 95 %; 2) persentase bayi kurang dari 6 bulan
mendapat Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif mencapai 50 %; 3) persentase ibu hamil yang
mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) 90 tablet selama masa kehamilan mencapai 98 %; 4)
persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan mencapai 90 %; 5) persentase bayi
baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebesar 50 % dan 6) Persentase remaja
puteri mendapat tablet tambah darah mencapai 30 %.
Untuk mencapai target sasaran tersebut diatas, Direktorat Gizi Masyarakat melaksanakan
kegiatan pembinaan gizi yang yang difokuskan pada upaya memperbaiki asupan zat gizi makro
dan mikro, meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penerapan gizi seimbang,
pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan intervensi gizi berbasis masyarakat dan
menyelenggarakan surveilans gizi. Pelaksanaan surveilans gizi didasrkan pada Permenkes
Nomor 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Surveilans dan Permenkes Nomor 75 tahun
2014 tentang Pusat kesehatan Masyarakat menyebutkan bahwa salah satu upaya wajib
puskesmas adalah upaya perbaikan gizi masyarakat.
Gambaran prevalensi status gizi balita berbasis bukti diperoleh dari Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) yang hasilnya menjadi salah satu dasar untuk menetapkan kebijakan berbasis bukti
termasuk prevalensi gizi kurang/kekurangan gizi (underweight) pada anak balita dan
prevalensi pendek dan sangat pendek (stunting) pada anak baduta (dibawah dua tahun), hanya
dilakukan 3-5 tahun sekali. Untuk ketersediaan informasi perkembangan status gizi dan
capaian kegiatan perbaikan gizi diseluruh wilayah secara cepat, akurat teratur dan
berkelanjutan dipandang perlu untuk penyediaan data dalam bentuk aplikasi yaitu pencatatan
pelaporan gizi berbasis masyarakat dimana dari hasil status gizi tersebut dapat dilakukan
intervensi lansung terhadap balita yang mengalami masalah gizi diwilayahnya.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kapasitas peserta dalam melaksanakan kegiatan program gizi dan
menerapkan PMBA
2. Tujuan Khusus
a) Meningkatkan kegiatan program gizi
b) Memahami Pedoman PMBA

C. METODE PELAKSANAAN
Kegiatan penguatan kesehatan keluarga dan gizi masyarakat direncanakan dengan
metode pemaparan materi, praktek dan diskusi serta kesepakatan rencana kegiatan.

D. TEMPAT
Kegiatan kesehatan keluarga dan gizi masyarakat tingkat Kabupaten Kotawaringin
Barat Tahun 2019 dilaksanakan pada :
Hari : Senin
Tanggal : 14 Oktober 2019
Tempat : Aula Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Barat
Jl. Cilik Riwut II No.210 Pangkalan Bun

E. PESERTA
Jumlah peserta yang diharapkan hadir pada kegiatan penguatan kesehatan keluarga
dan gizi masyarakat sebanyak 18 orang tenaga pengelola program Gizi Puskesmas di
Wialayah kerja Dinas Kesehatan Kabuapten Kotawaringin Barat.

F. BIAYA
Sumber biaya kegiatan penguatan kesehatan keluarga dan gizi masyarakat berasal
dari DPA Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2019
G. PENUTUP
Demikian Kerangka Acuan ini dibuat sebagai panduan dalam pelaksanaan kegiatan
penguatan kesehatan keluarga dan gizi masyarakat Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun
2018 yang diselenggarakan di Pangklan Bun

Pangkalan Bun, Oktober 2019


Panitia Penyelenggara
Ketua

SAMSUDIN, SKM, M.Si


NIP. 19630901 198703 1 016

KERANGKA ACUAN
PENGUATAN KESEHATAN KELUARGA DAN GIZI
MASYARAKAT TINGKAT KABUPATEN KOTAWARINGIN
BARAT TAHUN 2019
Panglakan Bun, Senin 14 Oktober 2019

A. Latar Belakang.
Undang – undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, khususnya pada pasal 141
mengamanatkan bahwa upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu
gizi perseorangan dan masyarakat, yang dilaksanakan melalui : a) perbaikan pola konsumsi
makanan yang sesuai dengan gizi seimbang; b) perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik
dan kesehatan; c) peningkatan akses dan mutu pelayananan gizi yang sesuai dengan kemajuan
ilmu dan teknologi; dan d) peningkatan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)
Dalam Rencana Pembagian Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bidang kesehatan
Tahun 2015-2019 adalah meningkatnya Status Kesehatan dan Gizi pada anak balita menjadi 17
% dan menurunkan prevalensi stunting pada anak baduta (dibawah 2 tahun) menjadi 28 %.
Dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan 2015-2019, kegiatan perbaikan
gizi masyarakat diarahkan untuk meningkatnya pelayanan gizi masyarakat dengan sasaran
program tahun 2019 : 1) persentase ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) yang mendapat
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) mencapai 95 %; 2) persentase bayi kurang dari 6 bulan
mendapat Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif mencapai 50 %; 3) persentase ibu hamil yang
mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) 90 tablet selama masa kehamilan mencapai 98 %; 4)
persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan mencapai 90 %; 5) persentase bayi
baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebesar 50 % dan 6) Persentase remaja
puteri mendapat tablet tambah darah mencapai 30 %.
Untuk mencapai target sasaran tersebut diatas, Direktorat Gizi Masyarakat melaksanakan
kegiatan pembinaan gizi yang yang difokuskan pada upaya memperbaiki asupan zat gizi makro
dan mikro, meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penerapan gizi seimbang,
pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan intervensi gizi berbasis masyarakat dan
menyelenggarakan surveilans gizi. Pelaksanaan surveilans gizi didasrkan pada Permenkes
Nomor 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Surveilans dan Permenkes Nomor 75 tahun
2014 tentang Pusat kesehatan Masyarakat menyebutkan bahwa salah satu upaya wajib
puskesmas adalah upaya perbaikan gizi masyarakat.
Gambaran prevalensi status gizi balita berbasis bukti diperoleh dari Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) yang hasilnya menjadi salah satu dasar untuk menetapkan kebijakan berbasis bukti
termasuk prevalensi gizi kurang/kekurangan gizi (underweight) pada anak balita dan
prevalensi pendek dan sangat pendek (stunting) pada anak baduta (dibawah dua tahun), hanya
dilakukan 3-5 tahun sekali. Untuk ketersediaan informasi perkembangan status gizi dan
capaian kegiatan perbaikan gizi diseluruh wilayah secara cepat, akurat teratur dan
berkelanjutan dipandang perlu untuk penyediaan data dalam bentuk aplikasi yaitu pencatatan
pelaporan gizi berbasis masyarakat dimana dari hasil status gizi tersebut dapat dilakukan
intervensi lansung terhadap balita yang mengalami masalah gizi diwilayahnya.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kapasitas peserta dalam melaksanakan kegiatan program gizi dan
menerapkan PMBA
2. Tujuan Khusus
a) Meningkatkan kegiatan program gizi
b) Memahami Pedoman PMBA

C. METODE PELAKSANAAN
Kegiatan penguatan kesehatan keluarga dan gizi masyarakat direncanakan dengan
metode pemaparan materi, praktek dan diskusi serta kesepakatan rencana kegiatan.

D. TEMPAT
Kegiatan kesehatan keluarga dan gizi masyarakat tingkat Kabupaten Kotawaringin
Barat Tahun 2018 dilaksanakan pada :
Hari : Senin
Tanggal : 14 Oktober 2019
Tempat : Aula Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Barat
Jl. Cilik Riwut II No.210 Pangkalan Bun

E. PESERTA
Jumlah peserta yang diharapkan hadir pada kegiatan penguatan kesehatan keluarga
dan gizi masyarakat sebanyak 18 orang tenaga pengelola program Gizi Puskesmas di
Wialayah kerja Dinas Kesehatan Kabuapten Kotawaringin Barat.

F. BIAYA
Sumber biaya kegiatan penguatan kesehatan keluarga dan gizi masyarakat berasal
dari DPA Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2019
G. PENUTUP
Demikian Kerangka Acuan ini dibuat sebagai panduan dalam pelaksanaan kegiatan
penguatan kesehatan keluarga dan gizi masyarakat Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun
2018 yang diselenggarakan di Pangklan Bun

Pangkalan Bun, Oktober 2019


Panitia Penyelenggara
Ketua

SAMSUDIN, SKM, M.Si


NIP. 19630901 198703 1 016

KERANGKA ACUAN
PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN BAYI DAN ANAK
KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
Panglakan Bun, Maret 2019

A. Latar Belakang.
Undang – undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, khususnya pada pasal 141
mengamanatkan bahwa upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan
mutu gizi perseorangan dan masyarakat, yang dilaksanakan melalui : a) perbaikan pola
konsumsi makanan yang sesuai dengan gizi seimbang; b) perbaikan perilaku sadar gizi,
aktivitas fisik dan kesehatan; c) peningkatan akses dan mutu pelayananan gizi yang sesuai
dengan kemajuan ilmu dan teknologi; dan d) peningkatan Sistem Kewaspadaan Pangan
dan Gizi (SKPG)
Dalam Rencana Pembagian Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bidang kesehatan
Tahun 2020-2024 percepatan perbaikan gizi masyarakat untuk pencegahan dan
pennggulangan permasalahan gizi ganda, mencakup a)percepatan penurunan stunting
ddengan peningkatan efektifitas intervensi spesifik, perluasan dan penajaman intervensi
sensitif secara terintegrasi; b)peningkatan intervensi yang bersifat live saving dengan
didukung data yang kuat (evidence based policy) termasuk fortifikai dan pemberian
multiple miconutrient; c) penguatan advokasi, komunikasisosial dan perubangan perilaku
hidup sehat terutama mendorong pemenuhan gizi seimbang berbasis konsumsi pangan
(Food based approach); d) penguatan sistem surveilans gizi; e) peningkatan komitmen dan
pendampingan bagi daerah dallam intervensi perbaikan gizi dengan strategi sesuai kondisi
setempat dan f) rreson cepat perbaikan gizi dalam kondisi darurat
Untuk mencapai target sasaran tersebut diatas, Direktorat Gizi Masyarakat
melaksanakan kegiatan pembinaan gizi yang yang difokuskan pada upaya memperbaiki
asupan zat gizi makro dan mikro, meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
penerapan gizi seimbang, pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan intervensi gizi
berbasis masyarakat dan menyelenggarakan surveilans gizi. Pelaksanaan surveilans gizi
didasrkan pada Permenkes Nomor 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Surveilans
dan Permenkes Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat kesehatan Masyarakat menyebutkan
bahwa salah satu upaya wajib puskesmas adalah upaya perbaikan gizi masyarakat.
Gambaran prevalensi status gizi balita berbasis bukti diperoleh dari Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) yang hasilnya menjadi salah satu dasar untuk menetapkan kebijakan
berbasis bukti termasuk prevalensi gizi kurang/kekurangan gizi (underweight) pada anak
balita dan prevalensi pendek dan sangat pendek (stunting) pada anak baduta (dibawah dua
tahun), hanya dilakukan 3-5 tahun sekali. Untuk ketersediaan informasi perkembangan
status gizi dan capaian kegiatan perbaikan gizi diseluruh wilayah secara cepat, akurat
teratur dan berkelanjutan dipandang perlu untuk penyediaan data dalam bentuk aplikasi
yaitu pencatatan pelaporan gizi berbasis masyarakat dimana dari hasil status gizi tersebut
dapat dilakukan intervensi lansung terhadap balita yang mengalami masalah gizi
diwilayahnya.
Salah satu rekomendasi dalam Global Stategy on Infant and Child Feeding, pola
pemberian makan terbaik bagi bayi dana anak sejak lahir sampai umur 24 bulan sebagai
berikut : (1) menyusui segera dalam waktu satu sampai dua jam pertama setelah bayi lahir
(Inisiasi Menyusu Dini/IMD), (2) Menyusui secara eksklusif sejak lahir sampai bayi
berumur 6 bulan, (3) Mulai memberikan Makanan Pendamping ASI ( MP-ASI) yang baik
dan benar dari bayi berumur 6 bulan dan ( 4) Tetap menyusui sampai anak berumur 24
bulan.
Pemberian makan yang baik sejak lahir hingga usia dua tahun merupakan salah satu
upaya mendasar untuk menjamin pencapaian kualitas tumbuh kembang sekaligus
memenuhi hak. Menurut WHO dan UNICEF, lebih dari 50% kematian anak balita terkait
dengan keadaan kurang gizi, dan dua per tiga diantara kematian tersebut terkait dengan
praktik pemberian makanan yang kurang tepat pada bayi dan anak, seperti tidak dilakukan
IMD dan pmebrian MP-ASI yang terlalu cepat atau terlambat diberikan. keadaan ini akan
membuat daya tahan tubuh lemah, sering sakit dan gagal tumbuh. Oleh karena itu, upaya
mengatasi masalah kekurangan gizi pada bayi dan anak balita melalui PMBA yang baik
dan benar menjadi agenda penting demi menyelamatkan generasi masa depan.
Kegiatan yang dilakukan untuk menginttervensi anak dalam 1000 Hari Pertama
Kehidupannya adalah dengan Pelatihan Konseling Pemberian Makanan Bayi dan Anak
(PMBA) bagi petugas kesehatan sebagai promotor kesehatan kepada masyarakat.
Tujuannya adalah untuk membekali tenaga kesehatan dengan pengetahuan, keterampilan
dan alat bantu untuk mendukung ibu, ayah dan pengasuh dalam meningkatkan praktik
pemberian makan kepada bayi dan anak serta ibu hamil secara optimal yang difokuskan
pada pemantauan perteumbuhan, pemberian ASI, Pemberian Makanan Pendamping ASI,
Pemberian makan pada ibu, bayi dan anak berbasis masyarakat. Oleh karena itu, informasi
yang utuh ini dianggap penting untuk disampaikan kepada kader posyandu sebagai sumber
daya potensial yang langsung berhubunganan dengan sasaran PMBA. Tenaga kesehatan
sebagai fasilitator PMBA perlu dibekali informasi menyeluruh dan utuh tentang 1000 hari
pertama kehidupan sehingga mampu menyampaikan kembali kepada konselor PMBA di
tingkat Posyandu.
Ketersediaan fasilitator Konseling PMBA saat ini belum menjangkau seluruh
kabupaten dan kota. Disamping itu fasilitator konseling PMBA yang ada masih perlu untuk
ditingkatkan kapasitasnya, oleh karenanya pelatihan ini sangat diperlukan agar peserta
mampu memberikan konseling PMBA yang memiliki kompetensi sesuai dengan kaidah
kediklatan.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kompetensi peserta untuk menjadi Konselor PMBA
2. Tujuan Khusus
a) Meningkatkan kegiatan program gizi
b) Memahami Pedoman PMBA
c) Mampu memberikan pelatihan PMBA kepada Kader Kesehatan

C. METODE PELAKSANAAN
Kegiatan Pelatihan Pemberian Makanan Bayi dan Anak direncanakan dengan
metode pemaparan materi, praktek dan diskusi serta kesepakatan rencana kegiatan.

D. TEMPAT
Kegiatan kesehatan keluarga dan gizi masyarakat tingkat Kabupaten Kotawaringin
Barat Tahun 2018 dilaksanakan pada :
Hari : Rabu - Kamis
Tanggal : 11 – 12 Maret 2020
Tempat : Aula Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Barat
Jl. Cilik Riwut II No.210 Pangkalan Bun

E. PESERTA
Jumlah peserta yang diharapkan hadir pada kegiatan penguatan kesehatan
keluarga dan gizi masyarakat sebanyak 18 orang tenaga pengelola program Gizi
Puskesmas di Wialayah kerja Dinas Kesehatan Kabuapten Kotawaringin Barat.

F. BIAYA
Sumber biaya kegiatan penguatan kesehatan keluarga dan gizi masyarakat
berasal dari DPA Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2020
G. PENUTUP
Demikian Kerangka Acuan ini dibuat sebagai panduan dalam pelaksanaan kegiatan
Pelatihan Pemberian Makanan Bayi dan Anak tingkat Kabupaten Kotawaringin Barat
Tahun 2020 yang diselenggarakan di Pangklan Bun

Pangkalan Bun, Maret 2020


Panitia Penyelenggara
Ketua

MAMAD SYAHRUNI, S.P


NIP. 19700618 199003 1 003
KERANGKA ACUAN
BIMBINGAN TEKNIS MANAJEMEN GIZI MASYARAKAT
TINGKAT KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
Panglakan Bun, Maret 2019

A. Latar Belakang.
Undang – undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, khususnya pada pasal 141
mengamanatkan bahwa upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan
mutu gizi perseorangan dan masyarakat, yang dilaksanakan melalui : a) perbaikan pola
konsumsi makanan yang sesuai dengan gizi seimbang; b) perbaikan perilaku sadar gizi,
aktivitas fisik dan kesehatan; c) peningkatan akses dan mutu pelayananan gizi yang sesuai
dengan kemajuan ilmu dan teknologi; dan d) peningkatan Sistem Kewaspadaan Pangan
dan Gizi (SKPG)
Dalam Rencana Pembagian Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bidang kesehatan
Tahun 2020-2024 percepatan perbaikan gizi masyarakat untuk pencegahan dan
pennggulangan permasalahan gizi ganda, mencakup a)percepatan penurunan stunting
ddengan peningkatan efektifitas intervensi spesifik, perluasan dan penajaman intervensi
sensitif secara terintegrasi; b)peningkatan intervensi yang bersifat live saving dengan
didukung data yang kuat (evidence based policy) termasuk fortifikai dan pemberian
multiple miconutrient; c) penguatan advokasi, komunikasisosial dan perubangan perilaku
hidup sehat terutama mendorong pemenuhan gizi seimbang berbasis konsumsi pangan
(Food based approach); d) penguatan sistem surveilans gizi; e) peningkatan komitmen dan
pendampingan bagi daerah dallam intervensi perbaikan gizi dengan strategi sesuai kondisi
setempat dan f) rreson cepat perbaikan gizi dalam kondisi darurat
Kegiatan perbaikan gizi masyarakat yang dimonitor dan dievaluasi melalui kegiatan
surveilans gizi, adalah sebagai berikut:
1. Persentase balita underweight

2. Persentase balita stunting

3. Persentase balita wasting

4. Persentase ibu hamil anemia.

5. Persentase bayi dengan berat badan lahir rendah (berat badan < 2500 gram;
6. Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif;
7. Persentase bayi usia 6 bulan mendapat ASI Eksklusif;

8. Persentase ibu hamil yang mendapatkan Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90
tablet selama masa kehamilan;

9. Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang mendapat makanan
tambahan;

10. Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan;

11. Persentase remaja puteri mendapat TTD;

12. Persentase bayi baru lahir yang mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD);

13. Persentase balita yang ditimbang berat badannya;

14. Persentase balita mempunyai buku KIA/KMS;

15. Persentase balita ditimbang yang naik berat badannya;

16. Persentase balita ditimbang yang tidak naik berat badannya dua kali berturut-turut
(2T);

17. Persentase balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A;

18. Persentase ibu nifas mendapat kapsul vitamin A;

19. Persentase rumah tangga mengonsumsi garam beriodium;

20. Persentase kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan;

Untuk memperoleh informasi pencapaian kinerja perbaikan gizi masyarakat secara


cepat, yang akurat, terkini, berkelanjutan dan dapat dipertanggung-jawabkan, perlu
dilaksanakan kegiatan surveilans gizi di seluruh wilayah puskesmas, kabupaten/kota, dan
provinsi. Petunjuk Pelaksanaan Surveilans Gizi untuk indikator perbaikan gizi masyarakat
ini dimaksudkan sebagai acuan petugas kesehatan di puskesmas, kabupaten/kota, dan
provinsi sehingga dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan perbaikan gizi
masyarakat agar diperoleh solusi penanggulangan masalah gizi dengan waktu, tempat,
sasaran dan jenis tindakan yang tepat.

Untuk mencapai target sasaran tersebut diatas, Direktorat Gizi Masyarakat


melaksanakan kegiatan pembinaan gizi yang yang difokuskan pada upaya memperbaiki
asupan zat gizi makro dan mikro, meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
penerapan gizi seimbang, pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan intervensi gizi
berbasis masyarakat dan menyelenggarakan surveilans gizi. Pelaksanaan surveilans gizi
didasrkan pada Permenkes Nomor 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Surveilans dan
Permenkes Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat kesehatan Masyarakat menyebutkan
bahwa salah satu upaya wajib puskesmas adalah upaya perbaikan gizi masyarakat.
Gambaran prevalensi status gizi balita berbasis bukti diperoleh dari Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) yang hasilnya menjadi salah satu dasar untuk menetapkan kebijakan
berbasis bukti termasuk prevalensi gizi kurang/kekurangan gizi (underweight) pada anak
balita dan prevalensi pendek dan sangat pendek (stunting) pada anak baduta (dibawah dua
tahun), hanya dilakukan 3-5 tahun sekali. Untuk ketersediaan informasi perkembangan
status gizi dan capaian kegiatan perbaikan gizi diseluruh wilayah secara cepat, akurat
teratur dan berkelanjutan dipandang perlu untuk penyediaan data dalam bentuk aplikasi
yaitu pencatatan pelaporan gizi berbasis masyarakat dimana dari hasil status gizi tersebut
dapat dilakukan intervensi lansung terhadap balita yang mengalami masalah gizi
diwilayahnya.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memahami dan melaksanakan kebijakan program Gizi Masyarakat Tahun 2020
2. Tujuan Khusus
a) Tersedianya data capaian yang valid
b) Mengevaluasi hasil capaian Prgram Gizi Masyarakat yang belum sesuai target
nasional di tahun 2019
c) Tersedianya informasi permasalahan gizi berdasarkan wilayah dan waktu

C. METODE PELAKSANAAN
Kegiatan Monitorig dan Bimbingan Teknis Gizi Masyarakat direncanakan dengan
metode pemaparan materi, praktek dan diskusi serta kesepakatan rencana kegiatan.

D. TEMPAT
Kegiatan kesehatan keluarga dan gizi masyarakat tingkat Kabupaten Kotawaringin
Barat Tahun 2020 dilaksanakan pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 10 Maret 2020
Tempat : Aula Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Barat
Jl. Cilik Riwut II No.210 Pangkalan Bun

E. PESERTA
Jumlah peserta yang diharapkan hadir pada kegiatan penguatan kesehatan
keluarga dan gizi masyarakat sebanyak 18 orang tenaga pengelola program Gizi
Puskesmas di Wialayah kerja Dinas Kesehatan Kabuapten Kotawaringin Barat.

F. BIAYA
Sumber biaya kegiatan penguatan kesehatan keluarga dan gizi masyarakat
berasal dari DPA Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2020

G. PENUTUP
Demikian Kerangka Acuan ini dibuat sebagai panduan dalam pelaksanaan kegiatan
penguatan kesehatan keluarga dan gizi masyarakat Kabupaten Kotawaringin Barat
Tahun 2020 yang diselenggarakan di Pangkalan Bun.

Pangkalan Bun, Maret 2020


Panitia Penyelenggara
Ketua

MAMAD SYAHRUNI, S.P


NIP. 19700618 199003 1003
KERANGKA ACUAN
PELATIHAN KONSELOR ASI
TINGKAT KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
Panglakan Bun, 2 -4 November 2020

A. Latar Belakang.
Undang – undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, khususnya pada pasal 141
mengamanatkan bahwa upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan
mutu gizi perseorangan dan masyarakat, yang dilaksanakan melalui : a) perbaikan pola
konsumsi makanan yang sesuai dengan gizi seimbang; b) perbaikan perilaku sadar gizi,
aktivitas fisik dan kesehatan; c) peningkatan akses dan mutu pelayananan gizi yang sesuai
dengan kemajuan ilmu dan teknologi; dan d) peningkatan Sistem Kewaspadaan Pangan
dan Gizi (SKPG)
Dalam Rencana Pembagian Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bidang kesehatan
Tahun 2020-2024 percepatan perbaikan gizi masyarakat untuk pencegahan dan
penanggulangan permasalahan gizi ganda, mencakup a)percepatan penurunan stunting
ddengan peningkatan efektifitas intervensi spesifik, perluasan dan penajaman intervensi
sensitif secara terintegrasi; b)peningkatan intervensi yang bersifat live saving dengan
didukung data yang kuat (evidence based policy) termasuk fortifikai dan pemberian
multiple miconutrient; c) penguatan advokasi, komunikasisosial dan perubangan perilaku
hidup sehat terutama mendorong pemenuhan gizi seimbang berbasis konsumsi pangan
(Food based approach); d) penguatan sistem surveilans gizi; e) peningkatan komitmen dan
pendampingan bagi daerah dallam intervensi perbaikan gizi dengan strategi sesuai kondisi
setempat dan f) rreson cepat perbaikan gizi dalam kondisi darurat
Untuk mencapai target sasaran tersebut diatas, Direktorat Gizi Masyarakat
melaksanakan kegiatan pembinaan gizi yang yang difokuskan pada upaya memperbaiki
asupan zat gizi makro dan mikro, meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
penerapan gizi seimbang, pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan intervensi gizi
berbasis masyarakat dan menyelenggarakan surveilans gizi. Pelaksanaan surveilans gizi
didasarkan pada Permenkes Nomor 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Surveilans
dan Permenkes Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat kesehatan Masyarakat menyebutkan
bahwa salah satu upaya wajib puskesmas adalah upaya perbaikan gizi masyarakat.
Gambaran prevalensi status gizi balita berbasis bukti diperoleh dari Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) yang hasilnya menjadi salah satu dasar untuk menetapkan kebijakan
berbasis bukti termasuk prevalensi gizi kurang/kekurangan gizi (underweight) pada anak
balita dan prevalensi pendek dan sangat pendek (stunting) pada anak baduta (dibawah dua
tahun), hanya dilakukan 3-5 tahun sekali. Untuk ketersediaan informasi perkembangan
status gizi dan capaian kegiatan perbaikan gizi diseluruh wilayah secara cepat, akurat
teratur dan berkelanjutan dipandang perlu untuk penyediaan data dalam bentuk aplikasi
yaitu pencatatan pelaporan gizi berbasis masyarakat dimana dari hasil status gizi tersebut
dapat dilakukan intervensi lansung terhadap balita yang mengalami masalah gizi
diwilayahnya.
Salah satu rekomendasi dalam Global Stategy on Infant and Child Feeding, pola
pemberian makan terbaik bagi bayi dan anak sejak lahir sampai umur 24 bulan sebagai
berikut : (1) menyusui segera dalam waktu satu sampai dua jam pertama setelah bayi lahir
(Inisiasi Menyusu Dini/IMD), (2) Menyusui secara eksklusif sejak lahir sampai bayi
berumur 6 bulan, (3) Mulai memberikan Makanan Pendamping ASI ( MP-ASI) yang baik
dan benar dari bayi berumur 6 bulan dan ( 4) Tetap menyusui sampai anak berumur 24
bulan.
Pemberian ASI eksklusif pada bayi, selain berdampak langsung terhadap
perkembangan fisik anak juga berdampak langsung terhadap perkembangan otak bayi yang
dapat meningkatkan kecerdasan serta kemampuan belajar anak. Dengan pemberian ASI
yang benar, bayi diharapkan menjadi manusia berkualitas dikemudian hari. Kegagalan
dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayi akan berdampak buruk terhadap kualitas sumber
daya manusia.
Ketidak-berhasilan pemberian ASI eksklusif dapat disebabkan karena ketidak-tahuan
ibu tentang manfaat menyusui, juga kurangnya kepedulian masyarakat, keluarga dan para
majikan yang memperkerjakan ibu menyusui. Dipihak lain kegagalan tersebut dapat pula
disebabkan oleh gencarnya promosi susu formula pengganti ASI yang menawarkan
kemudahan-kemudahan semu.
Keberhasilan pemberian ASI ekskluisif harus terus didorong dan didukung dengan
regulasi yang tegas dari pemerintah untuk menjamin agar masyarakat dapat melaksanakan
pemberian ASI dengan baik dan benar. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus
memberikan perlindungan dan dukungan kepada ibu agar berhasil memberikan ASI secara
eksklusif kepada bayinya.
Kegiatan yang dilakukan untuk mengintervensi anak dalam 1000 Hari Pertama
Kehidupannya adalah dengan Pelatihan Konselor ASI bagi petugas kesehatan sebagai
promotor kesehatan kepada masyarakat. Tujuannya adalah untuk membekali tenaga
kesehatan dengan pengetahuan, keterampilan dan alat bantu untuk mendukung ibu, ayah
dan pengasuh dalam meningkatkan praktik pemberian makan kepada bayi dan anak serta
ibu hamil secara optimal yang difokuskan pada pemantauan pertumbuhan, pemberian ASI,
Pemberian Makanan Pendamping ASI, Pemberian makan pada ibu, bayi dan anak berbasis
masyarakat.
Ketersediaan fasilitator konselor ASI saat ini belum menjangkau seluruh kabupaten
dan kota. Disamping itu fasilitator koselor ASI yang ada masih perlu untuk ditingkatkan
kapasitasnya, oleh karenanya pelatihan ini sangat diperlukan agar peserta mampu
memberikan konseling pemberian ASI yang memiliki kompetensi sesuai dengan kaidah
kediklatan.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kompetensi peserta untuk menjadi Konselor ASI dan
Meningkatkan cakupan ASI Eksklusif dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dalam
rangka menurunkan masalah gizi terutama stunting, gizi buruk, gizi kurang dan lain-
lain.

2. Tujuan Khusus
a) Meningkatkan kegiatan program gizi
b) Menjadi Konselor ASI di wilayah kerja Puskesmas Masing-masing
c) Mampu memberikan pelatihan Konselor ASI kepada Kader Kesehatan

C. METODE PELAKSANAAN
Kegiatan Pelatihan Konselor ASI direncanakan dengan metode pemaparan materi,
praktek dan diskusi serta kesepakatan rencana kegiatan.

D. TEMPAT
Kegiatan kesehatan keluarga dan gizi masyarakat tingkat Kabupaten Kotawaringin
Barat Tahun 2020 dilaksanakan pada :
Hari : .Senin s/d Rabu
Tanggal : 2 – 4 November 2020
Tempat : Aula Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Barat
Jl. Cilik Riwut II No.210 Pangkalan Bun

E. PESERTA
Jumlah peserta yang diharapkan hadir pada kegiatan penguatan kesehatan
keluarga dan gizi masyarakat sebanyak 18 orang tenaga pengelola program Gizi
Puskesmas di Wialayah kerja Dinas Kesehatan Kabuapten Kotawaringin Barat.

F. BIAYA
Sumber biaya kegiatan penguatan kesehatan keluarga dan gizi masyarakat
berasal dari DPA Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2020

G. PENUTUP
Demikian Kerangka Acuan ini dibuat sebagai panduan dalam pelaksanaan kegiatan
Pelatihan Konselor ASI tingkat Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2020 yang
diselenggarakan di Pangkalan Bun

Pangkalan Bun, November 2020


Panitia Penyelenggara
Ketua

NURAIDA SUSILAWATI, SKM


NIP. 19671212 198703 2 006
KERANGKA ACUAN
PEMBERIAN SUSU PADA LANSIA
TINGKAT KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

A. Latar Belakang.
Status gizi yang baik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
pembangunan kesehatan yang pada dasarnya adalah bagian yang tak terpisahkan dari
pembangunan nasional secara keseluruhan. Anak balita, anak usia sekolah, ibu hamil dan
lanjut usia merupakan kelompok rawan gizi yang sangat perlu mendapat perhatian khusus
karena dampak negatif yang ditimbulkan apabila menderita kekurangan gizi.
Penduduk yang telah lanjut usia (lansia) merupakan untuk dari masyarakat yang
memiliki risiko tinggi mendapatkan masalah kesehatan, sehingga perlu medapat perhatian
khusus dari pemerintah dan masyarakat. Dalam hal ini menurut Depkes RI, lansia
digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu:
a. Kelompok lansia dini (pra lansia) : 45 – 59 Tahun
b. Kelompok lansia : > 60 Tahun
c. Kelompok lansia risiko tinggi : > 70 Tahun
Salah satu wujud nyata meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat
khususnya lansia, Departemen Kesehatan Republik Indosia melalui Dinas kesehatan
Kabupaten Kotawaringin Barat, khususnya puskesmas memberikan pelayanan kesehatan
bagi lansia dalam bentuk posyandu lansia. Posyandu lansia merupakan wahana pelayanan
bagi kaum lansia yang dilakukan dari, oleh dan untuk kaum lansia yang menitikberatkan
pada pelayanan promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatis
Data Riskesdas tahun 2018 menyebutkan bahwa 74,3% lansia memiliki tingkat
kemandirian “mandiri” dan 22% dengan tingkat kemandirian “ketergantungan ringan”
(diukur dengan instrumen Activity Daily Living/ADL). Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar lansia di Indonesia masih dalam status kesehatan yang relatif baik. Kondisi
ini hendaknya senantiasa dipertahankan.
Namun di sisi lain, berdasarkan sta Riskesdas tahun 2018, terlihat bahwa makin
meningkat usia terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak menular. Lansia cenderung
mengalami penyakit degeneratif seperti hipertensi, maslaah gizi, pentakit sendi, diabetes
melitus, penyakit jantung, stroke dan sebagainya. Sementara status gizi pada lansia
terdapat 16,4% lansia dengan under weight dan cukup tingginya prevalensi lansia dengan
over weight (25,1%).
Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana disebutkan di dalam Undang- Undang
Kesehatan No 36 tahun 2009 bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan
masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan dan perilaku
sadar gizi, peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan
kemajuan ilmu dan teknologi.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Penyelenggaraan pemberian makanan tambahan bagi pra lansia dan lansia adalah
menyehatkan penduduk yang telah lanjut usia dengan cara memberikan makanan
tambahan yang kaya akan zat gizi melalui program pemberikan makanan tambahan
bagi pra lansia dan lansia.

2. Tujuan Khusus
Program kegiatan pemberian makanan tambahan bagi pra lansia dan lansia ini
dimaksudkan juga untuk merubah perilaku keluarga supaya dapat memberikan
makanan yang sehat dan bergizi secara rutin dalam kehidupan sehari-hari.

C. METODE PELAKSANAAN
Langkah – langkah kegiatannya adalah sebagai berikut:
1. Petugas Gizi Puskesmas menscreening Lansia untuk menentukan Status Gizi
Lansia
2. Lansia yang mengalami status gizi kurang akan diberikan susu lansia
3. Penjadwalan pembagian susu lansia yang berkoordinasi dengan kader (berperan
dalam pelaksanaan kegiatan dan penyebaran informasi kepada sasaran)
4. Dilakukan pembagian susu pada lansia oleh kader
5. Dilakukan pencatatan dan pelaporan pembuktian pelaksanaan kegiatan (kader
berperan dalam pelaporan lansia)
6. Dilakukan monitoring terhadap kegiatan yang telah berjalan

D. BIAYA
Sumber biaya kegiatan penguatan kesehatan keluarga dan gizi masyarakat
berasal dari DPA Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2020

G. PENUTUP
Demikian Kerangka Acuan ini dibuat sebagai panduan dalam pemberian susu bagi
Lansia tingkat Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2020 yang diselenggarakan di
Pangkalan Bun

Pangkalan Bun, Maret 2020


Panitia Penyelenggara
Ketua

SAMSUDIN, SKM, M.Si


NIP. 19630901 198703 1 016
KERANGKA ACUAN
PELATIHAN KONVERGENSI STUNTING
TINGKAT KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
Panglakan Bun, Oktober 2020

A. Latar Belakang.
Undang – undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, khususnya pada pasal 141
mengamanatkan bahwa upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan
mutu gizi perseorangan dan masyarakat, yang dilaksanakan melalui : a) perbaikan pola
konsumsi makanan yang sesuai dengan gizi seimbang; b) perbaikan perilaku sadar gizi,
aktivitas fisik dan kesehatan; c) peningkatan akses dan mutu pelayananan gizi yang sesuai
dengan kemajuan ilmu dan teknologi; dan d) peningkatan Sistem Kewaspadaan Pangan
dan Gizi (SKPG).
Kejadian balita pendek atau biasa disebut dengan stunting merupakan salah satu masalah
gizi yang dialami oleh balita di dunia saat ini. Pada tahun 2017 22,2% atau sekitar
150,8 juta balita di dunia mengalami stunting. Namun angka ini sudah mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan angka stunting pada tahun 2000 yaitu 32,6%. Data
prevalensi Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi
di regional Asia Tenggara/South -East Asia Regional (SEAR). Rata-rata prevalensi
balita stunting di Indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4%.Stunting di Kabupaten
Pemalang pada tahun 2018 telah mencapai angka 21%. Dan Kabupaten Pemalang
merupakan daerah utama yang mendapat perhatian dari Pemerintah Pusat.
balita stunting yang dikumpulkan World Health Organization (WHO),
Menurut data Susenas tahun 2017, hasil survei pada perempuan berumur 15-49 tahun
diketahui bahwa 54,01% hamil pertama kali pada usia di atas 20 tahun (usia ideal
kehamilan). Sisanya sebesar 23,79% hamil pertama kali pada usia 19-20 tahun,
15,99% pada usia 17-18 tahun, dan 6,21% pada usia 16 tahun ke bawah. Hal ini
menunjukkan bahwa setengah dari perempuan yang pernah hamil di Indonesia
mengalami kehamilan pertama pada usia muda atau remaja .
Dampak yang disebabkan oleh kasus stunting adalah kegagalan pertumbuhan,
kegagalan pertumbuhan fungsi otak yang menyebabkan kebodohan. optimal. Kondisi
kesehatan dan gizi ibu sebelum dan saat kehamilan serta setelah persalinan
mempengaruhi pertumbuhan janin dan bayi serta membawa risiko terjadinya stunting.
Faktor lainnya pada ibu yang mempengaruhi adalah postur tubuh ibu (pendek), jarak
kehamilan yang terlalu dekat, ibu yang masih remaja, serta asupan nutrisi yang kurang
pada
saat setelah persalinan. kehamilan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan, Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,
Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi,
serta Pelayanan Keseha
tan Seksual, faktor-faktor yang memperberat keadaan ibu hamil adalah terlalu muda, terlalu
tua, terlalu sering melahirkan, dan terlalu dekat jarak kelahiran. Usia kehamilan ibu
yang terlalu muda (di bawah 20 tahun) berisiko melahirkan bayi dengan berat lah
ir rendah (BBLR). Bayi BBLR mempengaruhi sekitar 20% dari terjadinya stunting
Permasalahan stunting tidak hanya permasalahan dinas kesehatan saja, tetapi
permasalsahan kabupaten yang membutuhkan sinergi dan kerja sama antar dinas dan
stakeholder. Melihat dampak yang ditimbulkan dan perlunya afirmatif action
mencegah terjadinya stuntng demi kualitas SDM kedepan maka perlu disusun
Penyusunan Aksi konvergensi Stunting di Kabupaten Kotawaringin Barat.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan bahwa bayi usia di
bawah lima tahun (balita) yang menderita stunting mencapai 30,8%. Artinya,
sebanyak 7 juta balita di Indonesia saat ini yang merupakan generasi bangsa
terancam kurang memiliki daya saing pada kehidupannya ke depan. Penurunan
angka stunting di Indonesia selama 10 tahun terakhir belum menunjukkan adanya perubahan
yang berarti.
Permasalahan stunting masih dipandang seputar realitas kondisi kesehatan
akibat dari kekurangan gizi, sehingga penanganannya masih didominasi oleh
lembaga dan penyedia layanan di bidang kesehatan. Dalam Rapat Koordinasi
Tingkat Menteri yang dipimpin oleh Wakil Presiden Republik Indonesia pada
tanggal 12 Juli 2017 diputuskan bahwa penurunan stunting penting dilakukan
dengan pendekatan multi-sektor melalui sinkronisasi program-program
nasional, lokal, dan masyarakat di tingkat pusat maupun daerah.
Selaras dengan amanah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(selanjutnya disebut UU Desa) pada pasal 68 ayat 2 bahwa masyarakat
berkewajiban untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan di Desa. Tingginya
tingkat partisipasi masyarakat termasuk pemerintah Desa merupakan ujung
tombak keberhasilan upaya pencegahan stunting di Desa yang secara langsung
akan berdampak pada penanggulangan kemiskinan, dikarenakan rumah tangga
miskin yang paling rentan terhadap permasalahan stunting.
Masyarakat harus ditingkatkan peran dan kapasitasnya dalam melakukan
fungsi-fungsi fasilitasi (pendataan dan pemantauan) dan advokasi (koordinasi,
konvergensi dan regulasi) pencegahan stunting di Desa. Hal ini searah dengan
tujuan pembangunan Desa dalam peningkatan kualitas hidup manusia,
kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.
konvergensi pencegahan stunting dapat mengisi ruang-ruang kosong intervensi
yang telah dilakukan. Partisipasi masyarakat dapat ditingkatkan untuk
memastikan konsumsi asupan gizi, keterjangkauan layanan, serta
terbangunnya tanggungjawab bersama atas permasalahan stunting di Desa.
Partisipasi masyarakat dapat membuka ruang peningkatan kapasitas kader
Desa dan lembaga penyedia layanan di Desa untuk mendorong keberlanjutan
gerakan pencegahan stunting melalui rencana aksi, regulasi dan dukungan
pendanaan Desa, serta memastikan kesiapan pemerintahan Desa dalam
mengawal konvergensi pencegahan stunting bersama seluruh stakeholder
terkait.
Dalam Rencana Pembagian Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bidang kesehatan
Tahun 2020-2024 percepatan perbaikan gizi masyarakat untuk pencegahan dan
penanggulangan permasalahan gizi ganda, mencakup a)percepatan penurunan stunting
ddengan peningkatan efektifitas intervensi spesifik, perluasan dan penajaman intervensi
sensitif secara terintegrasi; b)peningkatan intervensi yang bersifat live saving dengan
didukung data yang kuat (evidence based policy) termasuk fortifikai dan pemberian
multiple miconutrient; c) penguatan advokasi, komunikasisosial dan perubangan perilaku
hidup sehat terutama mendorong pemenuhan gizi seimbang berbasis konsumsi pangan
(Food based approach); d) penguatan sistem surveilans gizi; e) peningkatan komitmen dan
pendampingan bagi daerah dallam intervensi perbaikan gizi dengan strategi sesuai kondisi
setempat dan f) rreson cepat perbaikan gizi dalam kondisi darurat
Untuk mencapai target sasaran tersebut diatas, Direktorat Gizi Masyarakat
melaksanakan kegiatan pembinaan gizi yang yang difokuskan pada upaya memperbaiki
asupan zat gizi makro dan mikro, meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
penerapan gizi seimbang, pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan intervensi gizi
berbasis masyarakat dan menyelenggarakan surveilans gizi. Pelaksanaan surveilans gizi
didasarkan pada Permenkes Nomor 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Surveilans
dan Permenkes Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat kesehatan Masyarakat menyebutkan
bahwa salah satu upaya wajib puskesmas adalah upaya perbaikan gizi masyarakat.
Gambaran prevalensi status gizi balita berbasis bukti diperoleh dari Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) yang hasilnya menjadi salah satu dasar untuk menetapkan kebijakan
berbasis bukti termasuk prevalensi gizi kurang/kekurangan gizi (underweight) pada anak
balita dan prevalensi pendek dan sangat pendek (stunting) pada anak baduta (dibawah dua
tahun), hanya dilakukan 3-5 tahun sekali. Untuk ketersediaan informasi perkembangan
status gizi dan capaian kegiatan perbaikan gizi diseluruh wilayah secara cepat, akurat
teratur dan berkelanjutan dipandang perlu untuk penyediaan data dalam bentuk aplikasi
yaitu pencatatan pelaporan gizi berbasis masyarakat dimana dari hasil status gizi tersebut
dapat dilakukan intervensi lansung terhadap balita yang mengalami masalah gizi
diwilayahnya.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kompetensi peserta untuk menjadi Konselor ASI dan
Meningkatkan cakupan ASI Eksklusif dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dalam
rangka menurunkan masalah gizi terutama stunting, gizi buruk, gizi kurang dan lain-
lain.

2. Tujuan Khusus
a) Meningkatkan kegiatan program gizi
b) Menjadi Konselor ASI di wilayah kerja Puskesmas Masing-masing
c) Mampu memberikan pelatihan Konselor ASI kepada Kader Kesehatan

C. METODE PELAKSANAAN
Kegiatan Pelatihan Konselor ASI direncanakan dengan metode pemaparan materi,
praktek dan diskusi serta kesepakatan rencana kegiatan.

D. TEMPAT
Kegiatan kesehatan keluarga dan gizi masyarakat tingkat Kabupaten Kotawaringin
Barat Tahun 2020 dilaksanakan pada :
Hari : ..........................
Tanggal : ....................Oktober 2020
Tempat : Aula Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Barat
Jl. Cilik Riwut II No.210 Pangkalan Bun

E. PESERTA
Jumlah peserta yang diharapkan hadir pada kegiatan penguatan kesehatan
keluarga dan gizi masyarakat sebanyak 18 orang tenaga pengelola program Gizi
Puskesmas di Wialayah kerja Dinas Kesehatan Kabuapten Kotawaringin Barat.

F. BIAYA
Sumber biaya kegiatan penguatan kesehatan keluarga dan gizi masyarakat
berasal dari DPA Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2020

G. PENUTUP
Demikian Kerangka Acuan ini dibuat sebagai panduan dalam pelaksanaan kegiatan
Pelatihan Konselor ASI tingkat Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2020 yang
diselenggarakan di Pangkalan Bun
Pangkalan Bun, Maret 2020
Panitia Penyelenggara
Ketua

NURAIDAH SUSILOWATI, SKM


NIP. 19671212 198703 2 006

Anda mungkin juga menyukai