Cerdas Bermedia Sosial
Cerdas Bermedia Sosial
Cerdas Bermedia Sosial
Keterbukaan Informasi
Memahami Media Sosial
“SAYA
BERMEDSOS,
MAKA SAYA
ADA”
Apa itu media sosial?
Menurut Anda...
Apa saja yang menjadi pengaruh positif media massa?
2. Ada rekayasa bisnis dan politik dari pemilik modal, sponsor &
penguasa.
https://tinyurl.com/rdtun272
Hoax
Sumber: health.detik.com
Cara Menangkal Hoax
3. Periksa fakta
Sumber: kominfo.go.id
UDANG-UNDANG ITE
(INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK)
• PENCEMARAN NAMA BAIK
UUITE 2016 Pasal 45 dan penambahan Pasal 45 A dan 45 B
berfungsi menjerat pelaku tindak pidana yang berkaitan dengan
kejahatan Teknologi Informasi (Cyber Crime). Adapun satu
diantaranya adalah Pasal 45 ayat (3) UUITE 2016 :
"Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat
dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau
pencemaran nama baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh
ratus lima puluh juta rupiah)".
• PENCEMARAN NAMA BAIK
Penghinaan dalam KUHP diatur pada Bab XVI yang di
dalamnya terdapat rumpun pencemaran nama baik.
Secara umum penghinaan merupakan keadaan
seseorang yang dituduh atas sesuatu hal yang benar
faktanya namun bersifat memalukan karena diketahui
oleh umum sebagaimana dimaksud Pasal 310 ayat (1)
KUHP dan kebalikannya apabila yang dituduhkan itu
tidak benar maka dia dianggap melakukan
fitnah/pencemaran nama baik sebagaimana maksud
Pasal 311 ayat (1) KUHP. Namun jika penghinaan itu
dilakukan dengan jalan lain selain “menuduh suatu
perbuatan”, misalnya dengan mengatakan “anjing”,
“asu”, “sundel”, “bajingan” dan sebagainya, masuk Pasal
315 KUHP dan dinamakan “penghinaan ringan”
(R.Soesilo).
• Penghinaan/Pencemaran Nama Baik Bukan Kritik Sosial
• Putusan Kasasi Mahkamah Agung Nomor 364 K/Pid.Sus/2015 menolak permohonan
kasasi terdakwa. Adapun terdakwa dinyatakan bersalah melakukan penghinaan
dan/atau pencemaran nama baik melalui informasi teknologi oleh majelis hakim
tingkat pertama. Melalui akun facebooknya, terdakwa mengunggah status difacebook
dan membagikan informasi tersebut digrup facebook sehingga penyebaran informasi
semakin cepat dan meluas.
• Dalam pertimbangan hukum, majelis kasasi menyatakan perbuatan terdakwa yang
membuat tulisan di situs jejaring sosial facebook tidak dapat lagi dinilai sebagai
bentuk kontrol sosial atau kritik membangun terhadap lingkungan maupun aparat
penyelenggara pemerintahan. Sebab tulisan terdakwa sudah mengandung
penghinaan dan pencemaran nama baik terhadap saksi pelapor. Pertimbangan ini,
memastikan batasan-batasan kebebasan seorang pengguna media sosial terhadap
hak-hak objek yang menjadi isi muatannya sehingga perlu dipilah muatannya maupun
niat jahat/mens rea.
• Adapula putusan pengadilan yang membenarkan kritik sosial untuk kepentingan
umum dengan kriteria sebagai berikut : 1).kapasitas terdakwa berkaitan dengan objek
yang disebutkan dalam unggahannya, 2). terdakwa dan korban tidak saling mengenal
sehingga tidak terdapat konflik pribadi, dan 3). perbuatan terdakwa dilakukan semata-
mata adalah sebagai bentuk protes. Selanjutnya dengan kriteria tersebut maka
terdakwa dibebaskan dari dakwaan UUITE, namun hal tersebut belum dapat
dipedomani karena putusan dimaksud belum berkekuatan hukum tetap.
PENEGAKAN HUKUM PIDANA BAGI PELAKU PENYEBAR
KONTEN PORNOGRAFI DI MEDIA SOSIAL DITINJAU DARI
UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK
“Pasal 45
Ayat 1; Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa
hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau
membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang
melanggar kesusilaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
BULLYING
Rumusan Pasal 76C Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan anak perlu reformulasi pasal dengan
menyebutkan bahwa kekerasan fisik dan kekerasan non fisik
termasuk dalam tindak pidana Bullying, atau memasukan
penjelasan terhadap pasal 76C Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan anak, sehinga yang dimaksud
kekerasan adalah kekerasan fisik dan kekerasan non fisik.
Pelaku bullying verbal dapat ancaman pidana sesuai Pasal 80
yang menyatakan setiap orang yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76C, akan dipenjara
paling lama tiga tahun enam bulan dan atau denda paling
banyak Rp 72.000.000.
Penutup
Media sosial memang baik untuk remaja, karena di media sosial kita
akan mendapatkan banyak teman, informasi, bisnis, dan
sebagainya. Tetapi, para remaja harus dapat membagi waktu
antara orang tua, belajar, dan teman yang berada di dunia nyata.
"Jangan korbankan ragamu (penjara)
karena kesalahan 2 jempolmu"