0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
184 tayangan28 halaman

B. Pertimbangan Dasar Rencana Penambangan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 28

SISTEM PENAMBANGAN

(PERTIMBANGAN DASAR RENCANA PENAMBANGAN)

OLEH:
NINNING ANUGRAWATI, ST.,MT
Pertimbangan Ekonomis
1) Cut-off Grade
Ada 2 (dua) pengertian tentang cut-off grade, yaitu :
• kadar endapan bahan galian terendah yang masih memberikan keuntungan
apabila ditambang.
• kadar rata-rata terendah dari endapan bahan galian yang masih memberikan
keuntungan apabila endapan tersebut ditambang

Cut-off grade inilah yang akan menentukan batas-batas atau besarnya


cadangan, serta menentukan perlu tidaknya dilakukan pencampuran
(mixing/blending) antara endapan bahan galian yang berkadar tinggi dengan
yang rendah.
Contoh peta sebaran kadar bijih emas
Contoh 1
Perkirakan keuntungan per ton dari penambangan dan pengolahan
tembaga yang memiliki kadar 0.60% dengan harga jual 74¢/lb ($1.63/kg)
dan overall unit cost sebesar $6.80/ton dan overall recovery adalah 92%.
Solusi:
Nilai = kadar x recovery x harga jual x 2000lb/ton
= (0.0060) (0.92) (0.74) (2000) = $8.17/ton
Keuntungan = nilai – biaya = 8.17 – 6.80 = $1.37/ton
Contoh 2
Hitung cut-off grade untuk endapan tembaga pada Contoh 1.
Solusi:

K =((Ratio TR 130 x Kadar Ni) + (Ratio TRS. CF x Kadar Ni) + (Ratio TR 3 x Kadar Ni)) /
Jumlah Ratio

= ((1 x 2,11% Ni ) + (2 x 1,74% Ni) + (1 x 1,78% Ni)) / 4

=1,84 % Ni
Pertimbangan Ekonomis
2) Break Even Stripping Ratio (BESR)

• Untuk menganalisis kemungkinan sistem penambangan yang akan


digunakan, apakah tambang terbuka ataukah tambang bawah tanah, maka
dipelajari break even stripping ratio (BESR),
• yaitu perbandingan antara biaya penggalian endapan bijih (ore) dengan biaya
pengupasan tanah penutup (overburden/OB) atau merupakan perbandingan
selisih biaya penambangan bawah tanah dan penambangan terbuka dengan
biaya pengupasan secara tambang terbuka.
• BESR ini juga disebut over all strippig ratio.

Misalnya
• biaya penambangan secara tambang bawah tanah = Rp.18.000/ton bijih,
• biaya penambangan secara tambang terbuka = Rp.2000/ton bijih dan
• ongkos pengupasan tanah penutup = Rp. 3500/ton overburden.
Maka untuk memilih salah satu sistem penambangan digunakan rumus BESR(1).

Jadi 4,57 adalah BESR (1) tertinggi yang masih dibolehkan untuk operasi tambang terbuka
dengan kondisi tersebut di atas.
• Setelah ditentukan bahwa akan digunakan sistem tambang terbuka,
maka dalam rangka pengembangan rencana penambangan digunakan
BESR (2) dengan rumus sebagai berikut:

BESR (2) ini juga disebut economic stripping ratio yang artinya berapa besar
keuntungan yang dapat diperoleh bila endapan bijih itu ditambang secara
tambang terbuka.

- Bila nilai BESR (2) > 1, maka tambang terbuka untung


- Bila nilai BESR = 1, tambang menapai titik pulang pokok atau impas
Contoh 3
Hitung BESR (2) untuk bijih tembaga kadar 0,80 %, 0,75 % dan 0,60 % Cu
dengan data sebagai berikut:
• Dari hasil perhitungan seperti terlihat pada Tabel II.1 bila harga logam Cu =
• Rp. 2.500/lb,
• ternyata untuk bijih Cu (ore) dengan kadar 0,80 % mempunyai
• BESR 1,8 : 1,
• kadar 0,70 % mempunyai BESR 1,1 : 1
• dan kadar 0,60 %Cu mempunyai BESR 0,6 : 1.
• Demikian selanjutnya untuk harga metal Rp. 3.000/lb dan Rp. 3.500/lb Cu juga
dihitung BESR-nya.
Setelah itu, masing-masing BESR dihitung untuk setiap kadar Cu dan untuk
berbagai harga logam Cu, kemudian dapat dibuat grafik BESR vs harga jual untuk
masing-masing kadar Cu
Kurva Hubungan BESR dan Harga Jual-Kadar Cu.
• Selain itu BESR(3) biasanya juga dihitung berdasarkan keuntunganmaksimum
yang akan diperoleh, yaitu :

Sehingga, secara umum 2 hal yg mempengaruhi tinggi rendahnya BESR adalah :


- kadar logam dari bijih yang akan ditambang
- harga logam di pasaran
Jadi pada dasarnya, jika terjadi kenaikan harga logam di pasaran, dapat
mengakibatkan perluasan tambang karena cadangan bertambah, sebaliknya
jika harga logam turun, maka jumlah cadangan akan berkurang.

Sehingga secara umum pertimbangan ekonomis meliputi :


1) Nilai (value) endapan bijih (berapa harga dari produk yang dihasilkan)
dinyatakan dalam Rp/ton bijih.
2) Ongkos produksi sampai dengan barang tambang siap dijual (Rp/ton bijih).
3) Ongkos pengupasan over burden (stripping cost), dinyatakan dalam Rp/ton
bijih.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa BESR dipakai untuk mengetahui


apakah rancangan tambang tersebut menguntungkan/ tidak.
Pertimbangan Teknis
1. Penentuan ultimate pit limit
Ultimate pit limit adalah batas akhir atau paling luar dari suatu tambang terbuka yang
berdasarkan pertimbangan geoteknik masih diperbolehkan dengan kemiringan dan
sudut lereng tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Ultimate pit limit /batas akhir ini adalah :
• BESR yang masih diijinkan/menguntungkan
• Kekuatan batuan pembentuk lereng yang meliputi sifat fisik & mekanik serta
keberadaan struktur geologi.
2. Pertimbangan struktur geologi yang dominan

Struktur gologi yang mempengaruhi dalam perancangan suatu tambang


terbuka antara lain adalah :
- perlapisan (bedding)
- perlipatan (sinklin dan antiklin)
- sesar / patahan (fault)
- kekar (joint)
- rekahan (fracture)
Adanya daerah perlapisan, perlipatan, kekar dan patahan akan mempengaruhi
batas-batas daerah yang akan ditambang (geometri dari daerah penambangan).
Adanya struktur geologi yang menyebabkan adanya zona lemah akan
membatasi daerah pit penambangan yang dipengaruhi oleh sifat material yang
berada di sekitar zona lemah tersebut

Pengaruh Zona Lemah Terhadap Daerah Penambangan.


3. Pertimbangan geometri
Cadangan bijih yang akan ditambang dengan metode tambang terbuka sangat
dipengaruhi oleh beberapa aspek meliputi ukuran, bentuk, orientasi dan faktor
kedalaman dari permukaan dari cadangan bijih tersebut. Keadaan topografi
mencakup daerah pegunungan sampai daerah dasar lembah.
Oleh karena itu terdapat beberapa pertimbangan geometri yang harus diperhatikan.
Diantaranya:
a. Geometri jenjang
Komponen utama dalam suatu tambang terbuka adalah jenjang/bench. Pertimbangan-
pertimbangan yang dipakai dalam menentukan geometri jenjang (w=lebar, l=panjang, dan
h=tinggi) :
• Sasaran produksi harian yang akan mempengaruhi dan mengacu pada sasaran produksi
tahunan.
• Lereng harus mampu menahan alat-alat/peralatan yang dipakai untuk bekerja pada jenjang
kerja (working bench).
• Lereng masih sesuai dengan ultimate pit slope
Salah satu contoh cara menentukan geometri jenjang yang dapat diterapkan adalah cara
penentuan geometri jenjang berdasarkan U.S. Army Engineer
keterangan:
Y = lebar jenjang untuk peledakan, m.
Wt = lebar alat angkut, m.
Ls = panjang alat muat tanpa boom, m.
G = radius gali di lantai, m.
Wb = ½ Y = Lebar tumpukkan hasil peledakan, m.

Sedangkan tinggi jenjang yang dibuat (tergantung kemampuan alat gali,


biasanya shovel ) dihitung berdasarkan :

Keterangan: Cd = kapasitas mangkok/pit, ft.


b) Jalan tambang
• Salah satu pertimbangan geometri adalah pembuatan jalan tambang baik jalan masuk
ke dalam tambang untuk pengangkutan bijih/endapan bahan galian yang ditambang
maupun jalan yang digunakan untuk penimbunan lapisan penutup.
• Geometri dari jalan akan mempengaruhi bentuk geometri daerah penambangan
secara umum
• Geometri dari jalan tersebut meliputi lebar dan kemiringan jalan (biasanya ipengaruhi
oleh jenis alat yang digunakan dalam operasi penambangan).
• Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan jalan tambang :
a) Iklim
Daerah penambangan dipengaruhi oleh keadaan iklim. Untuk iklim tropis, terdapat 2
musim yang berpengaruh yaitu musim hujan dan musim kemarau yang akan
mempengaruhi produksi. Penurunan produksi dapat terjadi pada musim hujan dan
kemarau. Pada musim hujan keadaan jalan angkut akan licin atau lengket dan berbahaya
untuk dilalui. Sedangkan pada musim kemarau, jalan menjadi berdebu yang akan
mempengaruhi pandangan pengemudi.

b) Tanah dasar
Tanah dasar dari daerah tambang harus diteliti jenis dan kondisinya, meliputi batas
Atterberg (batas cair, batas plastis) dan golongannya (misalnya menurut Unified Soil
Classification System). Kegunaannya untuk menentukan kekuatan daya dukung tanah.
c) Bahan pengerasan lokal
Dianjurkan untuk mempergunakan batu yang diperoleh dari sekitar lokasi
penambangan. Batu untuk bahan perkerasan jalan boleh langsung dipergunakan tanpa
melalui preparasi. Batu hendaknya dipecahkan sebagai fraksi berukuran 5-7,5 cm.

d) Kemiringan (grade)
Kemiringan jalan mempengaruhi produksi. Sebaiknya diambil kemiringan optimum.
Faktor gravitasi hendaknya dimanfaatkan seoptimal mungkin.

e) Lebar jalan
Lebar jalan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan, dapat satu jalur, dua jalur atau
lebih. Lebar jalan minimum adalah 3,5 kali lebar dumptruck terbesar.
f) Fungsi jalan
Menurut fungsinya jalan dibedakan menjadi :
• Jalan pengangkutan utama (main haulage road), yaitu jalan yang
menghubungkan setiap stasiun penyaringan ke pabrik pengolahan atau
tempat penimbunan.
• Jalan tambang (mine road), yaitu jalan yang menghubungkan daerah
penambangan dengan stasiun penyaringan.
• Jalan pembuangan (disposal road), yaitu jalan yang menghubungkan
daerah pengupasan dengan daerah pembuangan.
• Jalan pengupasan (stripping road), yaitu jalan yang melayani aktivitas
pengupasan tanah penutup dan sifatnya hanya sementara.

g) Jenis dan kapasitas kendaraan yang melalui jalan.


c) Stripping Ratio (Nisbah Pengupasan)

Salah satu cara menggambarkan efisiensi geometri (geometrical efficiency) dalam


kegiatan penambangan adalah dengan istilah Stripping Ratio atau nisbah pengupasan.
Stripping ratio (SR) menunjukkan jumlah overburden yang harus dipindahkan untuk
memperoleh sejumlah bijih yang diinginkan. Nisbah ini secara umum diberikan dalam
persamaan berikut.

Dalam hal ini unit satuan yang lain juga dapat digunakan. Pada kegiatan strip coal mining maka
perhitungan stripping ratio adalah sebagai berikut.
Keterangan:
T = Tebal batubara,
Θ = Dip batubara,
Ø = Overall slope,
H = Kedalaman tambang,
X1 = Bukaan tambang 1,
X2 = Bukaan tambang 2.
4. Pertimbangan hidrologi dan hidrogeologi
• Kondisi hidrologi dan hidrogeologi tersebut dapat berupa sungai, air permukaan
(akibat curah hujan) dan air tanah. Kondisi-kondisi tersebut akan menjadi
pertimbangan teknis dalam perancangan terbuka karena dengan adanya sungai
(misalnya terdapat sungai yang besar di suatu daerah yang akan di tambang) akan
menjadi batas penambangan di daerah tersebut. Penanganan masalah air dalam
suatu tambang terbuka dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
• Mine drainage: merupakan suatu upaya untuk mencegah masuk mengalirnya air
ke tempat pengaliran. Hal ini umumnya dilakukan untuk penanganan air tanah dan
air yang berasal dari sumber air permukaan (sungai, danau dan lain-lain)
• Mine dewatering: merupakan suatu upaya untuk mengeluarkan air yang telah
masuk ke tempat penggalian, terutama untuk penanganan air hujan.Sumber utama
air permukaan pada suatu tambang terbuka adalah air hujan. Curah hujan yang
relatif tinggi akan berakibat pentingnya penanganan air hujan yang baik agar
produktivitas kegiatan penambangan tidak menurun.

Anda mungkin juga menyukai