Essay MNJ
Essay MNJ
Essay MNJ
Jurusan : Manajemen
Guru seharusnya sosok panutan yang digugu dan ditiru. Ditangannyalah dititipkan
kaum muda untuk dikembangkan menjadi insan yang menjunjung tinggi moralitas dan
martabat kemanusiaan. Jangan tanyakan berapa gaji yang diperoleh seorang guru karena itu tak
sebanding dengan apa yang telah mereka lakukan. Dedikasi dan jasa guru pada upaya
pencerdasan bangsa akan selalu terukir sekalipun napas sudah berpisah dari raga.
Namun dewasa ini pandangan terhadap figur mulia guru mulai luntur. Hal ini tercermin
dari banyaknya kasus yang menimpa guru. Guru seolah berada di persimpangan jalan. Dalam
menjalankan tugasnya, guru kini sering dibayangi berbagai ancaman mulai dari yang ringan
sampai dengan jeruji besi.
Kondisi sekarang sangat berbeda dengan masa lalu. Di masa lalu, tindakan guru
menegur murid merupakan bagian dari bentuk perhatian guru. Tak heran, guru zaman dulu
sangat berwibawa di mata siswa dan masyarakat. Bayangkan, jika guru sudah menatap siswa
dengan tatapan diam, maka siswa pun akan dengan segera menyadari kesalahannya. Tak ada
yang melaporkan atau menuduh guru telah melakukan pelanggaran HAM karena sang guru
menegur atau memberikan sanksi atas kesalahan siswanya.
Tetapi apa boleh buat, zaman telah berubah. Dulu guru adalah teladan, sosok guru yang
harus dihormati, kini justru terbalik. Guru di zaman sekarang dianggap sebagai “mesin”
akademik saja, bukan sebagai sosok yang harus diteladani, disayangi, dan dihormati di dalam
maupun di luar lingkungan sekolah. Tidak mengherankan, banyak kasus perlakuan murid yang
tak layak kepada guru telah membawa akibat runtuhnya moralitas kaum muda.
Belum lama ini dunia pendidikan Indonesia digemparkan dengan berbagai kasus
kekerasan siswa terhadap gurunya. Dari berbagai jenis latar belakang dan kronologi kasus
menggambarkan ada yang salah dalam etika dan moralitas siswa. Kenyataan ini semakin
mempertegas tentang pentingnya pendidikan karakter bagi siswa. Pendidikan karakter tidak
hanya terfokus pada penyampaian materi akademik saja, tetapi juga mengembangkan etika
serta sopan santun tentang bagaimana seharusnya siswa bersikap dan menghormati guru.
Kita patut belajar memuliakan guru dari negeri Jepang. Ketika bom atom dijatuhkan di
Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945, Kaisar Hirohito memerintahkan Menteri Pendidikan
menghitung jumlah guru yang masih hidup. Para guru dikumpulkan dan diberikan tugas berat
untuk membangun Jepang menjadi bangsa yang unggul.
Mengembalikan kembali perspektif kemuliaan seorang guru adalah langkah nyata yang
harus dilakukan semua komponen masyarakat. Tak hanya tanggung jawab lingkungan sekolah.
Dimulai dari keluarga yang menanamkan nilai agama dan etika, lingkungan, dan media massa
pun harus berhati-hati dalam memberikan segala tontonan serta informasi. Karena baik
langsung maupun tidak langsung hal-hal tersebut membentuk watak seorang siswa yang
sedang proses pencarian jati diri. Selain itu, membangun komunikasi, baik antara siswa dan
guru agar tidak terjadi kesalahpahaman yang berujung baku hantam. Jangan sampai dunia
pendidikan Indonesia tercoreng dengan ungkapan “guru sibuk mengajar, sedangkan siswa
asyik menghajar.”