0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
64 tayangan10 halaman

Hakikat Bahasa

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 10

HAKIKAT BAHASA

MAKALAH

OLEH :

Kelompok 1

1. Ayu Setyani
2. Dwi Wirasti
3. Amanda Ramadani
4. Ilham Mirza Irfani

STIFI BHAKTI PERTIWI PALEMBANG


2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Istilah bahasa tentu bukan merupakan hal yang baru lagi bagi kita.
Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang
kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan
tujuannya. Pentingnya bahasa sebagai identitas manusia, tidak bisa
dilepaskan dari adanya pengakuan manusia terhadap pemakaian bahasa
dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari.
Dengan ditetapkannya Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional,
tak bisa dipungkiri memang pentingnya mempelajari bahasa asing, tapi
alangkah jauh lebih baik bila kita tetap menjaga, melestarikan dan
membudayakan Bahasa Indonesia.Bahasa merupakan idenditas suatu
bangsa. Kita juga perlu mengetahui perkembangan bahasa kita sampai saat
ini,  kita harus tahu mengenai bahasa pemersatu dari berbagai suku dan
adat-istiadat yang beranekaragam yang ada di Indonesia. Maka dari itu
melalui makalah ini penulis ingin menyampaikan tentang hakekat bahasa
dan sejarah bahasa Indonesia.
Sejak zaman dahulu, bahkan mungkin sejak zaman manusia
diciptakan, bahasa merupakan salah satu aspek yang tidak dapat
dipisahkan dari seluruh kehidupan umat manusia. Oleh karena itulah,
bahasa sampai saat ini merupakan sebuah persoalan yang sering
dimunculkan dan dicari jawabannya. Mulai dari “apa itu bahasa” sampai
dengan “dari mana asal bahasa itu?” (A.A Hidayat 2009 : 21) Banyak
jawaban dan teori yang telah disodorkan. Akan tetapi, semuanya belum
memuaskan. Mengapa demikian? Karena bahasa senantiasa hadir dan
dihadirkan. Ia berada dalam kehidupan dan diri manusia, dalam alam,
dalam sejarah, dalam wahyu Tuhan. Ia hadir karena karunia Tuhan Sang
Penguasa Alam Raya. Karena bahasa merupakan karunia Tuhan maka
upaya mengetahuinya merupakan suatu kewajiban dan sekaligus
merupakan amal saleh. Jika seorang mampu mengetahui berbagai bahasa,
maka ia sudah pasti termasuk orang yang banyak pengetahuannya. Dengan
demikian, mempelajari bahasa adalah salah satu bentuk ibadah yang harus
kita lakukan.
Sebelum bahasa dipahami lebih jauh, alangkah baiknya kalau kita
menjawab pertanyaan, apakah bahasa itu? Secara umum, pertanyaan itu
akan dijawab dengan jawaban ini  “bahasa adalah “alat komunikasi” yang
digunakan manusia untuk...” Jawaban atas pertanyaan itu tidak salah,
tetapi tidak sepenuhnya benar (I Wayan simpen 2008 : 1). Mengapa hal
itu dianggap tidak sepenuhnya benar? Itu dikarenakan pertanyaan diatas
tidak menanyakan fungsi bahasa, tetapi wujud bahasa.  Dengan demikian
artinya pertanyaan yang sesungguhnya belum terjawab.Didalam
kehidupan manusia, bahasa hanya dipandang sebagai alat komunikasi
belaka. Memang dalam bahasa fungsi ini yang paling menonjol dalam
bahasa, oleh karena itu manusia lebih mengenal fungsi bahasa itu dari
pada wujudnya ataupun sosok bahasa itu sendiri.
Setelah dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, yang didalamnya
selalu ada nilai-nilai dan status, bahasa tidak dapat ditinggalkan (Masnur
Muslich 2010: 3). Ia selalu mengikuti kehidupan manusia sehari-hari, baik
sebagai manusia anggota keluarga, Ras, suku maupun anggota bangsa.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan hakikat Bahasa?
2. Apa saja fungsi Bahasa?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui hakikat Bahasa
2. Untuk mengetahui fungsi Bahasa
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Bahasa
1. Bahasa sebagai system
Sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu
keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Sistem terbentuk oleh
sejumlah unsur yang satu dan yang lain berhubungan secara
fungsional. Bahasa terdiri dari unsur-unsur yang secara teratur tersusun
menurut pola tertentu dan membentuk satu kesatuan.
Sebagai sebuah sistem, bahasa itu bersifat sistematis dan sistemis.
Sistematis artinya bahasa itu tersusun menurut suatu pola, tidak
tersusun secara acak. Sistemis artinya bahasa itu bukan merupakan
sistem tunggal, tetapi terdiri dari sub-subsistem atau sistem bawahan
(dikenal dengan nama tataran linguistik). Tataran linguistik terdiri dari
tataran fonologi, tataran morfologi, tataran sintaksis, tataran semantik,
dan tataran leksikon.

2. Bahasa sebagai bunyi

Bahasa mewujud dalam bentuk bunyi. Kemajuan teknologi dan


perkembangan kecerdasan manusia memang telah melahirkan bahasa
dalam wujud tulis, tetapi system tulis tidak bisa menggantikan cirri
bunyi dalam bahasa. System penulisan hanyalah alat untuk
menggambarkan bunyi di atas kertas yang memiliki beberapa fungsi,
yaitu sebagai pelestari ujaran dan pelestari kebudayaan manusia.
Realitas yang menunjukan bahwa bahasa itu bunyi, mengakibatkan
telaah tentang bahasa atau linguistic memiliki cabang telaah bunyi
yang disebut dengan istilah fonetik dan fonologi.

3. Bahasa sebagai arbitrer


Kata arbitrer bisa diartikan ’sewenang-wenang, berubah-ubah,
tidak tetap, mana suka’. Yang dimaksud dengan istilah arbitrer itu
adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang
berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud
oleh lambang tersebut. Ferdinant de Saussure (1966: 67) dalam
dikotominya membedakan apa yang dimaksud signifiant dan signifie.
Signifiant (penanda) adalah lambang bunyi itu, sedangkan signifie
(petanda) adalah konsep yang dikandung signifiant.
Bolinger (1975: 22) mengatakan: Seandainya ada hubungan antara
lambang dengan yang dilambangkannya itu, maka seseorang yang
tidak tahu bahasa tertentu akan dapat menebak makna sebuah kata
apabila dia mendengar kata itu diucapkan. Kenyataannya, kita tidak
bisa menebak makna sebuah kata dari bahasa apapun (termasuk bahasa
sendiri) yang belum pernah kita dengar, karena bunyi kata tersebut
tidak memberi ”saran” atau ”petunjuk” apapun untuk mengetahui
maknanya.

4. Bahasa sebagai manusiawi


Alat komunikasi manusia berbeda dengan binatang. Alat
komunikasi binatang bersifat tetap, statis. Sedangkan alat komunikasi
manusia, yaitu bahasa bersifat produktif dan dinamis. Maka, bahasa
bersifat manusiawi, dalam arti bahasa itu hanya milik manusia dan
hanya dapat digunakan oleh manusia.

5. Bahasa sebagai beragam


Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari berbagai
orang dengan berbagai status sosial dan latar belakang budaya yang
tidak sama. Karena perbedaan tersebut maka bahasa yang digunakan
menjadi bervariasi. Ada tiga istilah dalam variasi bahasa
yaitu, Idiolek, Dialek , dan Ragam.
6. Bahasa sebagai dinamis

Bahasa tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia
sepanjang keberadaan manusia itu sebagai makhluk yang berbudaya
dan bermasyarakat. Karena keterikatan dan keterkaitan bahasa itu
dengan manusia, sedangkan dalam kehidupannya di dalam masyarakat
kegiatan manusia itu selalu berubah, maka bahasa menjadi ikut
berubah, menjadi tidak tetap, menjadi dinamis. Perubahan itu dapat
berupa pemunculan kata atau istilah baru, peralihan makna sebuah
kata, dan perubahan-perubahan lainnya.

7. Bahasa sebagai produktif


Bahasa bersifat produktif, artinya meskipun unsur-unsur bahasa itu
terbatas, tetapi dengan unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat
dibuat satuan-satuan bahasa yang tidak terbatas, meski secara relatif,
sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa itu.

B. Fungsi Bahasa
Secara umum sudah jelas bahwa fungsi bahasa adalah sebagai alat
komunikasi. Bahasa sebagai wahana komunikasi bagi manusia, baik
komunikasi lisan maupun tulis. Fungsi ini adalah dasar bahasa yang belum
dikaitkan dengan status dan nilai-nilai sosial. Dalam kehidupan sehari-
hari, bahasa tidak dapat dilepaskan dari kegiatan hidup masyarakat, yang
di dalamnya sebenarnya terdapat status dan niali-nilai sosial. Bahasa selalu
mengikuti dan mewarnai kehidupan manusia sehari-hari, baik manusia
sebagai anggota suku maupun bangsa. Terkait hal itu, Santoso, dkk. (2004)
berpendapat bahwa bahasa sebagai alat komunikasi memiliki fungsi
sebagai berikut:
1. Fungsi informasi, yaitu untuk menyampaikan informasi timbal-
balik antar anggota keluarga ataupun anggota-anggota
masyarakat.
2. Fungsi ekspresi diri, yaitu untuk menyalurkan perasaan, sikap,
gagasan, emosi atau tekanan-tekanan perasaan pembaca. Bahasa
sebagai alat mengekspresikan diri ini dapat menjadi media untuk
menyatakan eksistensi (keberadaan) diri, membebaskan diri dari
tekanan emosi dan untuk menarik perhatian orang.
3. Fungsi adaptasi dan integrasi, yaitu untuk menyesuaikan dan
membaurkan diri dengan anggota masyarakat, melalui bahasa
seorang anggota masyarakat sedikit demi sedikit belajar adat
istiadat, kebudayaan, pola hidup, perilaku, dan etika
masyarakatnya. Mereka menyesuaikan diri dengan semua
ketentuan yang berlaku dalam masyarakat melalui bahasa.
4. Fungsi kontrol sosial, bahasa berfungsi untuk mempengaruhi
sikap dan pendapat orang lain. Bila fungsi ini berlaku dengan
baik, maka semua kegiatan sosial akan berlangsung dengan baik
pula. Dengan bahasa seseorang dapat mengembangkan
kepribadian dan nilai-nilai sosial kepada tingkat yang lebih
berkualitas.

Fungsi bahasa menurut Hallyday (1992) sebagai alat komunikasi


untuk berbagai keperluan sebagai berikut:

1. Fungsi instrumental, yakni bahasa digunakan untuk memperoleh


sesuatu. Bahasa berfungsi menghasilkan kondisi-kondisi tertentu
dan menyebabkan terjadinya peristiwa peristiwa tertentu.
Kalimat-kalimat berikut ini mengandung fungsi instrumental
dan merupakan tindakan-tindakan komunikatif yang
menghasilkan kondisi-kondisi tertentu.
2. Fungsi imajinatif, yakni bahasa dapat difungsikan untuk
menciptakan dunia imajinasi. Fungsi ini biasanya untuk
mengisahkan cerita•cerita, dongeng-dongeng, membacakan
lelucon, atau menuliskan cerpen, novel, dan sebagainya.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional mempunyai fungsi
khusus yang sesuai dengan kepentingan bangsa Indonesia. Fungsi itu
adalah sebagai:

1. Bahasa resmi kenegaraan. Fungsi ini bahasa Indonesia


dipergunakan dalam administrasi kenegaraan, upacara atau
peristiwa kenegaraan, komunikasi timbal balik antara
pemerintah dengan masyarakat.
2. Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Sebagai bahasa
pengantar, bahasa Indonesia digunakan di lembaga-lembaga
pendidikan, baik formal maupun nonformal, dari tingkat taman
kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
3. Sebagai alat pemersatu berbagai suku di Indonesia. Indonesia
terdiri dari berbagai macam suku yang masing-masing memiliki
bahasa dan dialeknya sendiri. Maka dalam mengintegrasikan
semua suku tersebut, bahasa Indonesia memainkan peranan
yang sangat penting.
4. Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan
teknologi. Bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang
memungkinkan kita membina serta mengembangkan
kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia memiliki
identitasnya sendiri, yang membedakannya dengan bahasa
daerah. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern, baik dalam bentuk penyajian pelajaran, penulisan buku
atau penerjemahan , dilakukan dalam bahasa Indonesia.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada hakikatnya bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional
Indonesia dan sarana untuk berkomunikasi antar sesama manusia.
Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan yang hanya dimiliki oleh
manusia. Namun kemampuan itu tidak dibawa sejak lahir dan dikuasai
dengan sendirinya, melainkan harus dipelajari. Tanpa bahasa tidak akan
mungkin manusia dapat berpikir lanjut serta mencapai kemajuan dan
teknologi seperti sekarang ini. Untuk itu sangatlah penting mempelajari
hakikat dan fungsi bahasa.

B. Saran
Kami menyadari, dalam pembuatan makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun berharap agar ada
kritik dan saran dari semua pihak terutama dosen. Kami hanyalah manusia
biasa. Jika ada kesalahan, itu datangnya dari kami sendiri. Dan jika ada
kebenaran, itu datangnya dari Tuhan YME.
DAFTAR PUSTAKA

Alek dan Achmad H.P. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Alwi, Hasan. Dkk. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, ed ke 3. Jakarta:
Balai Pustaka.
Faisal, M. Dkk. 2009. Kajian Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Dirjen Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
 Kanzunnudin, Muhammad. 2011. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Rembang: Yayasan Adhigama.

Anda mungkin juga menyukai