Asuhan Keperawatan Efusi Pleura Khanitati
Asuhan Keperawatan Efusi Pleura Khanitati
Asuhan Keperawatan Efusi Pleura Khanitati
Disusun Oleh :
NIM : 2001048
2020/2021
BAB 1
PENDAHULUAN
Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura dapat terjadi oleh banyak hal
diantaranya adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal,
tumor mediastinum, ataupun akibat proses peradangan seperti tuberculosis dan
pneumonia. Hambatan reabsorbsi cairan tersebut mengakibatkan penumpukan cairan
di rongga pleura yang disebut efusi pleura.Efusi pleura tentu mengganggu fungsi
pernapasan sehingga perlu penatalaksanaan yang baik.Pasien dengan efusi pleura
yang telah diberikan tata laksana baik diharapkan dapat sembuh dan pulih kembali
fungsi pernapasannya, namun karena efusi pleura sebagian besar merupakan akibat
dari penyakit lainnya yang menghambat reabsorbsi cairan dari rongga pleura, maka
pemulihannya menjadi lebih sulit.Karena hal tersebut, masih banyak penderita dengan
efusi pleura yang telah di tatalaksana namun tidak menunjukkan hasil yang
memuaskan.
Efusi pleura merupakan manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada sekitar
50-60% penderita keganasan pleura primer. Sementana 95% kasus mesotelioma
(keganasan pleura primer) dapat disertai efusi pleura dan sekitar 50% penderita
kanker payudara akhirnya akan mengalami efusi pleura.
Kejadian efusi pleura yang cukup tinggi apalagi pada penderita keganasan jika
tidak ditatalaksana dengan baik maka akan menurunkan kualitas hidup penderitanya
dan semakin memberatkan kondisi penderita. Paru-paru adalah bagian dari sistem
pernapasan yang sangat penting, gangguan pada organ ini seperti adanya efusi pleura
dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan bahkan dapat mempengaruhi kerja
sistem kardiovaskuler yang dapat berakhir pada kematian.
1.2.2 Bagaimanakah proses asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
2.1 DEFINISI
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang
pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas
yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C
Suzanne, 2002).
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam
rongga pleura. (Price C Sylvia, 1995)
2.2 ETIOLOGI
1. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada
dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor
ovarium) dan sindroma vena kava superior.
Penyebab efusi pleura dilihat dari jenis cairan yang dihasilkannya adalah:
1. Transudat
Gagal jantung, sirosis hepatis dan ascites, hipoproteinemia pada nefrotik sindrom,
obstruksi vena cava superior, pasca bedah abdomen, dialisis peritoneal, dan atelektasis
akut.
2. Eksudat
Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik,
tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari
empat mekanisme dasar :
2.3 PATOFIOLOGI
Pada umumnya, efusi terjadi karena penyakit pleura hampir mirip plasma
(eksudat) sedangkan yang timbul pada pleura normal merupakan ultrafiltrat plasma
(transudat).Efusi dalam hubungannya dengan pleuritis disebabkan oleh peningkatan
permeabilitas pleura parietalis sekunder (efek samping dari) peradangan atau
keterlibatan neoplasma.Contoh bagi efusi pleura dengan pleura normal adalah payah
jantung kongestif.Pasien dengan pleura yang awalnya normal pun dapat mengalami
efusi pleura ketika terjadi payah/gagal jantung kongestif.Ketika jantung tidak dapat
memompakan darahnya secara maksimal ke seluruh tubuh terjadilah peningkatan
tekanan hidrostatik pada kapiler yang selanjutnya menyebabkan hipertensi kapiler
sistemik.Cairan yang berada dalam pembuluh darah pada area tersebut selanjutnya
menjadi bocor dan masuk ke dalam pleura.Peningkatan pembentukan cairan dari
pleura parietalis karena hipertensi kapiler sistemik dan penurunan reabsorbsi
menyebabkan pengumpulan abnormal cairan pleura.
5. Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani
dibagianatas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak
karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati
vesikuler melemah dengan ronki.
2.5 PENATALAKSANAAN
Modalitas penyakit lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding
dada, bedah pleurektomi, dan terapi diuretic.Jika cairan pleura merupakan eksudat,
posedur diagnostic yang lebih jauh dilakukan untuk menetukan
penyebabnya.Pengobatan untuk penyebab primer kemudian dilakukan.
1. Foto Thorax
Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk bayangan
seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi daripada bagian
medial. Bila permukaannya horisontal dari lateral ke medial, pasti terdapat udara
dalam rongga tersebut yang dapat berasal dari luar atau dari dalam paru-paru
sendiri. Kadang-kadang sulit membedakan antara bayangan cairan bebas dalam
pleura dengan adhesi karena radang (pleuritis).Disini perlu pemeriksaan foto dada
dengan posisi lateral dekubitus.
2. CT – SCAN
Pada kasus kanker paru Ct Scan bermanfaat untuk mendeteksi adanya tumor paru
juga sekaligus digunakan dalam penentuan staging klinik yang meliputi :
A. PENGKAJIAN FOKUS
1. BIODATA
Umur, alamat, pekerjaan
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri dada, sesak nafas, takipneu, hipoksemia
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-
tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat
badan menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan
keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan
atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
b. Torasentesis
Mengambil cairan efusi dan untuk melihat jenis cairannya serta adakah
bakteri dalam cairan
c. Biopsi pleura
Jika penyebab efusi adalah Ca untuk menunjukkan adanya keganasan.
Pathway
EFUSI PLEURA
Permeabilitas
membran
plaura Filtrasi cairan
meningkat Dan protein
meningkat
Hidrostatik
Perembesan
meningkat
Protein
menurun
Akumulasi
cairan
Pemasangan
WSD
Penurunan
ekspansi paru
B. Diagnosa keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan pengembangan paru.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan nyeri dada
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubugan dengan akumulasi sekret
4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
C. Intervensi dan Rasional
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan pengembangan paru.
Tujuan : Pola nafas kembali efektif
KH : Tidak ada dispnea, tidak ada penggunaan otot bantu nafas, RR normal (16 -
20 x/menit)
Intervensi :
a. Observasi pernafasan khususnya bunyi nafas dan perkusi
Rasional : Bunyi nafas dapat menurun
b. Pertahankan posisi yang nyaman dengan kepala ditinggikan
Rasional : Meningkatkan inspirasi maksimum
c. Anjurkan klien untuk tidak banyak aktivitas
Rasional : Aktivitas yang meningkat akan meningkatkan kebutuhan O2
d. Kolaborasi pemberian O2
Rasional : Alat membantu meningkatkan O2
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubugan dengan nyeri dada
Tujuan : Tidak ada nyeri dada
KH : - keluhan nyeri berkurang
- skala nyeri menurun
Intervensi :
a. Kaji perkembangan nyeri
Rasional : Untuk mengetahui terjadiya komplikasi
b. Ajarkan klien tehnik relaksasi
Rasional: Untuk meringankan nyeri
c. Beri posisi yang nyaman
Rasional : Untuk memberikan kenyamanan klien
d. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : untuk mengurangi rasa sakit
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubugan dengan akumulasi sekret
Tujuan : jalan nafas menjadi efektif
K H : - Tidak ada pengumpulan secret
Intervensi :
A. Kesimpulan
Berdasarkan penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian Pengkajian yang dilakukan sesuai dengan teori meliputi identitas pasien,
keluhan utama, riwayat kesehatan pasien, pola aktivitas sehari-hari, data psikososial, data
status mental pasien, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan
terapi.Salah satu focus utama pengkajian pada pasien dengan efusi pleura adalah pola
pernapasan pasien.
3. Perencanaan yang digunakan dalam kasus pada kedua pasien dirumuskan berdasarkan
prioritas masalah dengan teori yang ada, Intervensi 118 setiap diagnosa dapat sesuai dengan
kebutuhan pasien dan memperhatikan kondisi pasien serta kesanggupan keluarga dalam
kerjasama. Intervensi yang dilakukan oleh peneliti yaitu intervensi yang dilakukan secara
mandiri maupun kolaborasi.
4. Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan tindakan pada kasus ini dilaksanakan sesuai dengan
intervensi yang sudah di buat, sesuai dengan kebutuhan pasien dengan efusi pleura.
5. Evaluasi Keperawatan Akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang di berikan. Evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada pasien 1 hari
perawatan dan dibuat dalam bentuk SOAP. Respon pasien dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan baik, pasien cukup kooperatif dalam pelaksanaan setiap tindakan keperawatan.
B. Saran
Hasil dari makalah ini diharapkan agar selalu menambah dan memperdalam imu
pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
pada pasien efusi pleura menggunakan litearur-literatur terbaru.
DAFTAR ISI
1. Amin, Muhammad dkk (ed). 1989. Ilmu penyakit paru. Surabaya : Airlangga
University Press
5. J., Purnawan. 1982. Kapita Selekta Kedokteran, Ed2. Jakarta: Media Aesculapius.
FKUI