1 Raja Raja 17 7 16.
1 Raja Raja 17 7 16.
1 Raja Raja 17 7 16.
Ketaatan kepada kehendak Allah dalam masa-masa sulit (ay. 7-9). Nabi Elia untuk kembali melihat kekuatan bila benar-benar percaya. Nabi tahu, karena
disuruh oleh Tuhan untuk pergi ke Sarfat (termasuk wilayah Sidon, sekarang Sayda TUHAN sudah berfirman, maka tidak ada lagi yang mustahil. Mukjizat pun menjadi
di Libanon, kampung halaman Izebel isteri Ahab) untuk berdiam di sana. Kala itu, hal yang sehari-hari dan biasa. Itu sungguh ia alami di tepi sungai Kerit dan rumah
masa-masa sulit sudah terasa, sungai sudah menjadi kering sebab hujan tiada turun sang janda tersebut. Keluarga sang janda itu juga mengalaminya pada saat bekal
di negeri itu. Elia hanya diberitahu bahwa dia akan diberi makan oleh seorang hidup mereka sudah krisis. Dan memang janji Firman Tuhan sangatlah
janda. Namanya tidak diberitahu, keadaannya juga, hanya dikatakan untuk terbukti “tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu
menjumpai seorang janda. Nabi Elia pergi dan akhirnya dia berjumpa dengan tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan
seorang janda. Ketaatan dan ketundukan nabi Elia patut untuk diteladani. Betapa Elia” (ay.16). Elia benar-benar hidup dalam persekutuan dengan Tuhan dan
tidak, Tuhan tidak menyuruh nabi Elia menjumpai seorang kaya, tetapi seorang mempercayakan diri secara utuh kepadaNya. Maka kata “janganlah takut” adalah
janda miskin dan dari janda miskin itu nabi Elia akan diberi makan. kata yang tepat disampaikannya kepada janda itu. Itulah juga yang menyapa kita
semua “janganlah takut”. Kita berangkat dari keyakinan penuh atas pemeliharaan
B. Permintaan nabi Elia adalah ujian berat bagi janda itu (ay.10-12). Jelas sekali Tuhan kepada kehidupan umat percaya.
bahwa permintaan nabi Elia merupakan ujian yang sangat berat bagi janda tersebut.
Apakah memberi makanan (roti) kepada Elia? Sementara yang ada tinggal D. Percaya yang membuahkan mukjizat (ay.15-16). Tidak masuk akal manusia,
segenggam tepung dan sedikit minyak. Secara logika dari sisi janda, tidak mungkin perbuatan dan kepatuhan janda kepada apa yang dikatakan oleh nabi Elia. Dia
memberi Elia makan karena tidak ada lagi persediaan makanan. Bahkan, setelah hanya memiliki segenggam tepung dan sedikit minyak yang cukup untuk sekali
persediaan itu dimakan, mereka sudah tahu bencana yang akan mengancam, yaitu makan saja. Bahkan harus memberi dulu nabi Elia yang tidak dikenalnya itu makan.
kematian (ay.12). Keadaan itulah yang mempertanyakan ulang permintaan nabi Apa yang menyebabkan hal tersebut? Dia benar-benar percaya atas apa yang
Elia. Sebagaimana kita sering mempertanyakan tuntutan kehendak Tuhan dalam dikatakan oleh nabi Elia (lih. ay. 14). Janda itu tidak ragu-ragu untuk melakukan
kehidupan kita setiap hari, sementara yang kita punya ‘sedikit’. Tidak mungkin lagi Firman Tuhan seperti yang disampaikan oleh nabi Elia. Iman itulah yang
memperdulikan (‘manarihon’) orang lain karena kemiskinan yang menerpa menjadikannya hidup. Percaya kepada Tuhan tidak akan pernah sia-sia. Memberi
kehidupan kita, demikian logika berpikir manusia (dan memang masuk akal). Itu walaupun secara logika tidak masuk akal, menjauhkan diri dari keraguan akan
sebabnya, janda itu seperti mempertanyakan kembali permintaan nabi Elia, pemeliharaan Tuhan dan menyandarkan kehidupan hanya kepada janji Firman
permintaan yang berat untuk dipenuhi, apakah mungkin? Tuhan, menjadikan janda itu dapat menikmati hidup.
C. Peneguhan nabi Elia kepada janda itu bukti percayanya kepada Tuhan (ay.13- Mari kita simpulkan: a. Segala dosa pelanggaran, bentuk pemberontakan kepada Allah
14). Sepintas bila kita membaca ay. 13 ini, kita dapat berpikir bahwa nabi Elia ini akan menerima hukuman sebagaimana Israel dan juga raja melakukannya. Rusaknya
benar-benar orang yang tak punya perasaan. Jelas-jelas janda itu sudah mengatakan hubungan Allah dengan manusia mengakibatkan derita yang cukup panjang
bahwa tidak ada roti, yang ada hanya segenggam tepung dan minyak sedikit, eh.. sebagaimana Israel menerimanya. Mereka menderita akibat kekeringan selama tiga
nabi Elia justru mengatakan “…buatlah dahulu kepadaku”. Betapa egoisnya nabi tahun enam bulan (baca Yak. 5:17).
Elia. Namun, patut kita bertanya, apa yang membuat nabi meminta seperti itu? Apa
benar nabi itu egois? Serta merta kita akan berubah pandangan, ketika kita b. Nabi Elia tidak bersungut-sungut walaupun harus menderita karena hukuman Allah
membaca apa Firman Tuhan kepada Elia pada ay. 14, dan bukti dari janji Firman atas dosa Israel. Berangkat dari iman percaya, dia menundukkan (meniadakan) dirinya
Tuhan itu di ay.16. Elia berkata, “Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: atas kuasa Allah. Patutlah kita meneladani sikap nabi Elia, menyerahkan diri dalam
Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itu pun kehendakNya. Bentuk dari ketundukan itu adalah kerelaan untuk melakukan kehendak
tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka Tuhan. Itulah yang dilakukan oleh nabi Elia.
bumi.” Elia tidak akan seyakin itu meminta kepada janda kalau dia sendiri tidak c. Orang yang percaya akan menerima pemeliharaan Tuhan, tidak hanya sebentar,
percaya kepada Firman Tuhan. Elia benar-benar percaya dan itulah yang tetapi sampai penderitaan itu sirna. Amin
menggerakkan dia untuk mengatakannya kepada janda. Pada hal ini, kita diajarkan